1. Sebagai bahan campuran dalam pembuatan stainless steel
Besi biasa atau steel memiliki kecenderungan yang mudah mengalami karat atau stain ketika mengalami proses osidasi, seperti trkena air ataupun udara. Dengan menggunakan campura nikel dan juga krom, maka terciptalah jenis besi yang tahan akan karat, yaitu stainless steel. Stainless steel merupakan jenis besi anti karat yang sudah sangat populer dan banyak digunakan dalm industry industry penyedia barang. Berikut ini beberapa benda dan hasil produksi dari stainless steel yang akrab dalam kehidupan kita sehari hari : Peralatan makan, seperti sendok, garpu dan sumpit Pembuatan knalpot motor dan mobil Rantai jam tangan Besi besi pada konstruksi bangunan Peralatan sanitasi, seperti kran air dan shower. 2. Campuran pada besi baja Beberapa jenis besi baja juga melibatkan nikel dalam pembuatan campurannya. Biasanya besi baja yang memiliki campuran nikel memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan besi baja yang dicampu alumunium. Selain tiu besi baja yang dicampur nikel juga memiliki ketahan terhadap karat yang lebih baik dibandingkan besi baja murni, walaupun tidak sebaik stainless steel. Berikut ini beberapa aplikasi dari besi baja dalam kehidupan sehari hari Sebagai pembuatan konstruksi jembatan, jalan laying, dan gedung Sebagai rel kereta 3. Bahan baku pembuatan monel. Monel merupakan salah satu jenis logam yang merupakan campuran dari nikel dan tembaga. Hal ini dapat menghasilkan logam yang keras dan kuat, tahan terhadap karat, namun dengan harga yang relative lebih terjangkau dibandingkan jenis besi yang full stainless. Biasanya, monel ini dipergunakan sebagai : Baling baling pada kapal laut Sebagai aksesoris, seperti lionting, rantai kalng, gelang, dan cincin Permasalahan pengelolaan nickel bagi lingkungan Dampak Penambangan Nikel Terhadap Lahan/Tanah Akibat aktifitas penambangan Nikel, banyak dapak negative yang ditimbulkan terhadap lahan atau tanah, seperti: Tanaman masyarakat menjadi rusak akibat aktifitas penambangan. Merusak lahan-lahan masyarakat dengan lubang-lubang eksplorasi sementara. Dari aktifitas pertambangan menyebabkan terjadinya hujan asam yang mengebabkan tanah menjadi tercemar dan tanaman yang terkena hujan asam menjadi mati. Lahan di sekitar pertambangan penuh dengan lubang dan tandus. Lahan ini bekas eksploitasi penambangan yang belum direklamasi /revegetasi sebagaimana mestinya. Lahan hutan di sekitar pertambangan mengalami penebangan liar yang semakin meningkat karena adanya jalan pertambangan dan pelabuhan yang dibangun. Dampak Penambangan Terhadap Air Akibat aktifitas penambangan Nikel, banyak dapak negative yang ditimbulkan terhadap air, seperti: Ekosistem Danau Matano rusak karena hempasan debu dan asap dari pabrik, pembuangan limbah dari perumahan di atas danau, erosi tanah dan sedimentasi dari bekas galian yang hanyut ke danau. Polusi penambangan berupa asap yang mengandung asam akan menyebabkan terjadinya hujan asam yang akan mencemari air. Ekstraksi logam Pt Ekstraksi unsure Pt merupakan lanjutan pengolahan bijih nikel, biasanya mineral sulfide. Bijih nikel yang memiliki nilai komersil untuk diolah unsure platinanya adalah bijih nikel yang mengandung kadar PGM sekitar 20 gr/ton. Untuk memisahkan konsentrat PGM harus melalui proses pembentukan aqueous solution yaitu Dissolution dengan Aqua Regia Reaksi yang terbentuk 8HCl + 2NH3 + Pt H2PtCl6+ 4H2O + 2NOCl Laju dissolusi tertinggi pada boiling point aqua regia. Metode aqua regia ini lebih banyak digunakan pada compact metallic platina. Setelah itu dihasilkan solution yang mengandung unsure Au, Pt dan Pd. Unsur Au dapat dipisahkan dengan FeSO4 dan menghasilkan endapan Au. Reduction Agent lain yang ditambahkan dalam proses reduksi ini antara lain : oxalic acid, sulfur dioxide dan ascorbic acid. Pada proses reduksi dengan Fe (II), menghasilkan larutan Pt(IV) dan Pd (II). Sebelum diendapkan dengan NH4Cl, unsure Pt harus ada dalam keadaan Pt(IV). Unsur Pt(II) harus dioksidasi dengan menggunakan klorin yang didihkan. Hasil proses endapan ini adalah endapan (NH4)2[PtCl6] Unsur Pt dalam bentuk (NH4)2[PtCl6] purifikasi bentuk tersebut dapat dilakukan dengan pengkristalan pada air. Tetapi metode tersebut akan menghasilkan kadar logam yang rendah sehingga harus menggunakan volume (NH4)2[PtCl6] yang besar. Endapan (NH4)2[PtCl6] dipanaskan hingga temperature di atas 100 C pada tekanan yang tinggi. Namun, semakin tinggi suhu dan semakin waktu pemanasan akan menurunkan solubilitas.
Ekstraksi logam Pd dari bijih yang mengandung PGM
Recoveri Platina dan Palladium dengan Ekstraksi Pelarut Sifat kimia yang paling khas dari platina dan palladium dalam larutan klorida adalah kecenderungan yang kuat untuk membentuk senyawa kompleks anion dengan ion klorida. Ketika konsentrasi dari platina dan palladium sangat kecil, maka metode pertukaran ion dan ekstraksi pelarut sangat mungkin dilakukan untuk memisahkan dan merecoveri logam-logam tersebut. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi pelarut platina dan paladium adalah pelarut-palarut an-ionik, alamine 3368 (tertiary amine, R3N, R=CH3(CH2(CH2(CH2)7). Proses ekstraksi pelarut terdiri dari berbagai tahapan proses, yaitu: Ekstraksi, dimana platina dan paladium ditransfer menuju ke phasa organik - Scrubbing, proses reduksi atau penghilangan pengotor-pengotor yang ikut terekstraksi. Stripping, proses transfer kembali Pt dan Pd menuju phasa larutan organik murni untuk merecover Pt dan Pd dan proses selanjutnya. Solvent make-up, pemurnian kembali larutan organik untuk digunakan kembali dalam proses ekstraksi. Gambaran proses ekstraksi pelarut secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Ekstraksi pelarut untuk logam platina dalam larutan asam klorida menggunakan pelarut alamine336 membentuk reaksi sebagai berikut: R3Norg + HCl R3NHClorg Dalam proses klorinasi basah platina bereaksi dengan HCl membentuk ion kompleks PtCl62- . Reaksi yang terjadi antara ion klompleks dengan pelarut alamine336 adalah: PtCl62- +2 R3NHClorg PtCl6(R3NH)2,org + 2Cl- Sedangkan untuk paladium dalam proses klorinasi basah berekasi dengan HCl membentuk ion kompleks PdCl42-. Paladium dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut cyphos iL 101 (trihexyl phopphonium chloride) dalam toluen. Recoveri Platina dan Palladium dengan Pengendapan Selektif Platina dapat diendapkan dengan amonium klorida menjadi endapan amonium kloroplatinat. Garam platina yang dihasilkan kemudian dipanaskan untuk menghasilkan endapan platina yang lebih murni. Endapan tersebut dilarutkan kembali dalam aqua regia, pengendapan ini dilakukan lebih dari satu kali dengan amonium klorida untuk menghasilkan logam yang murni. Paladium yang tidak ikut mengendap, yang masih tertinggal dilarutan, diendapkan dengan amonia. Garam paladium yang dihasilkan dengan penambahan amonia direcoveri melalui penyaringan, kemudian dilarutkan kembali dalam amonia dan endapan yang terbentuk merupaka garam paladium dengan kualitas yang tinggi. Ni3-Pdl/Zeolit-Y dibuat dengan melakukan pertukaran ion Ni dan Pd pada H/Zeolit dengan melakukan pertukaran ion Ni3-Pdl/Zeolit-Y yang telah dipreparasi. Ni3-Pdl/Zeolit-Y dibuat dengan perbandingan logam Ni-Pd = 3:1, dibuat variasi konsentrasi logam total terhadap pengemban yaitu 1% dan 5%. Mula-mula dicampur 4,5 ml 25% larutan NH3 dengan 3,5 ml demineral water(air bebas mineral), ditambah PbCl2 sesuai masing-masing konsentrasi tersebut diatas, dan diaduk pada T= 40 C sampai diperoleh larutan tidak berwarna, kemudian ditambahkan H/Zeolit-Y sebanyak 12 gram dan ditambahkan air bebas mineral sebanyak 130 ml, selanjutnya diaduk lagi dan dipanaskan pada T= 40 C selama 24 jam secara terus-menerus. Kemudian disaring dan dicuci hingga filtrate pH-nya netral,kemudian dekeeingkan dalam oven pada T = 105-110 C selama 8 jam sehingga didapat Pd-NH3/H-Zeolit-Y.
Ekstraksi bijih nikel laterite dengan cara pirometalurgi
Diagram Alur Proses Pengolahan Bijih Nikel Proses Pengeringan/Drying Proses pengeringan merupakan tahap awal pengolahan bijih nikel dsn dilakukan dengan menggunakan rotary dryer. Sebagai sumber panas digunakan bahan bakar yang umumnya minyak residu. Bahan bakar disemprotkan dari arah ujung dan samping dapur pengering. Pada tahap ini, bijih nikel yang awalnya memiliki kadar air sekitar 35 persen, setelah dikeringkan kadar airnya menjadi sekitar 20 persen. Setelah pengeringan, bijih nikel dikirim dan simpan di dalam gudang. Proses Reduksi/Reduction Setelah mengalami pengeringan dengan kadar air 20 persen, kemudian bijih nikel diumpan ke dalam rotary kiln untuk direduksi. Pada tahap awal, kadar air bijih nikel akan berkurang menjadi nol persen. Kemudian bijih nikel akan mengalami proses reduksi. Proses reduksi akan mengkonversi bijih nikel oksida menjadi logam nikel dan logam besi. Bahan reduktor atau pereduksi adalah gas CO dan H2 (gas hidrogen). Gas reduktor ini dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna minyak residu. Pada tahap ini ditambahkan juga batubara dan diakhir proses ditambahkan sulphur cair. Produk tahap ini biasa disebut dengan calcine/kalsin. Kalsin yang dihasilkan kemudian dibawa ke proses berikutnya yaitu proses peleburan dilakukan dalam electric furnace, EF atau tungku listrik. Proses Peleburan/Smelting Pada tahap ini, calcine akan dilebur di dalam tungku lebur yaitu electric furnace. Kalsin dilebur menjadi matte yang memiliki kualitas tertentu. Selain nikel matte, pada tahap ini juga dihasilkan slag/pengotor. Tahap ini menghasilkan Nikel matte yang mengandung nikel sekitar 27 persen. Matte cair ditampung dalam ladle untuk selanjutnya ditransfer menuju converter. Proses Converting/Pemurnian Proses converting adalah proses peningkatan kadar nikel dalam matte cair yang dihasilkan dari dapur listrik Electric Furnace. Kadar nikel naik setelah proses converting, sedangkan kadar besi dalam matte cair turun. Jadi, proses converting merupakan proses pemurnian nikel matte cair. Converting dilakukan dalam Top Blown Kaldo Type Rotary Converter (TBRC) atau dalam Pierce Smith Converter. Pada tahap ini, kadar nikel dalam matte cair ditingkatkan sehingga mencapai kadar nikel sekitar 78 persen. Sedangkan kadar besi menjdai 0,7 persen. Proses pemurnian dilakukan dengan menambahkan udara dan silika sebagai fluks, bahan imbuh. Proses Granulasi/Granulating Proses granulasi merupakan tahapan akhir dari pengolahan bijih nikel menjadi matte. Matte cair dari proses converting ditransfer menggunakan ladle ke lokasi proses granulasi. Pada proses ganulasi, matte cair disemprot dengan air bertekanan tertentu. Matte cair membeku dalam bentuk granul-granul atau partikel-partikel kecil. Amonia dapat berperan sebagai basa maupun ligan. Dengan jumlah kecil amonia, ion hidrogen ditarik ion heksaaquo dengan tepat seperti pada kasus perubahan ion hidroksida menjadi kompleks netral. [Co(H2O)6]2+ + 2NH3 [Co(H2O)4(OH)2] + 2NH4+ Endapan tersebut melarut jika kamu menambahkan amonia berlebih. Amonia menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion heksaaminkobal(II). [Co(H2O)6]2+ + 6NH3 [Co(NH3)6]2+ + 6H2O Perubahan warna yang terjadi adalah:
Kompleks heksaaminkobal(II) sangat mudah teroksidasi menjadi kompleks kobal(III) yang
bersesuaian. Pada tabung reaksi kompleks ini terlihat berubah gelap dengan cepat sampai larutan menjadi merah-coklat tua.