Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen
kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal
tersebut tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran secara langsung merefleksikan
arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Sejak pertengahan tahun 1980-an
telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang cukup signifikan dari sistem
manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarki menjadi model
manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik juga telah mengalami banyak
perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan
dinamika perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Anggaran sektor publik di buat
untuk menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti air bersih, kualitas kesehatan,
pendidikan , dan sebagainya agar terjamin secara layak. Anggaran juga merupakan alat bagi
pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan,
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa
pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. dalam hal ini anggaran publik
merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang
ada. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang Penganggaran Sektor Publik yang
ada di Indonesia. Apa saja fungsi anggaran sektor publik, tujuan, karakteristik, serta
bagaimana penyusunannya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik ?
2. Menjelaskan apakah konsep penganggaran sektor publik ?
3. Menjelaskan apa sajakah fungsi, jenis, karakteristik, tujuan serta siklus penganggaran sektor
publik ?

C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik ?
2. Mengetahui konsep yang terdapat dalam penganggaran sektor publik ?
3. Mengetahui tentang fungsi, tujuan, jenis, karakteristik, tujuan serta siklus penganggaran
sektor publik ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Pengertian Penganggaran Sektor Publik


Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh
suatu organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Dalam
organisasi sektor publik anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh uang publik. Anggaran Sektor
Publik juga merupakan perencanaan finansial tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan
yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang dengan melihat data yang diperoleh dari
masa lalu sebagai acuan penetapan anggaran.
Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan aktivitas yang penting
karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap program maupun
aktivitas.
Tiga aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi :
1. Aspek Perencanaan
2. Aspek Pengendalian
3. Aspek Akuntabilitas Publik
Secara rinci, anggaran sektor publik berisi tentang besarnya belanja yang harus
dikeluarkan untuk membiayai program dan aktivitas yang direncanakan serta cara untuk
medapatkan dana untuk membiayai program dan aktivitas tersebut.
B. Pentingnya Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya agar
terjamin secara layak .
Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan kegiatan masyarakat
Menentukan penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah, pemerintah
provinsi atau pemerintah daerah. Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan,
yaitu :
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan ekonomi
nasional, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan kegiatan masyarakat yang tidak terbatas
dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan
karena adanya masalah keterbatasan sumber daya.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab
terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

C. Fungsi Anggaran Sektor Publik


Anggaran dalam akuntansi berada di dalam lingkup akuntansi manajemen. Mardiasmo (
2009 ) mengidentifikasi beberapa fungsi anggaran dalam manajemen sektor publik sebagai
berikut :
1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi
sehingga organisasi akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan
akan dibuat. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh
dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan digunkan untuk :
a) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang diterapkan
b) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta
alternatif pembiayaannya
c) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun
d) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi

2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian


Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya pengeluaran
yang terlalu besar, terlalu rendah, salah sasaran, atau adanya penggunaan yang tidak
semestinya. Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya. Pengendalian anggaran sektor publik dapat dilakukan dengan empat cara,
yaitu :
a) Membandingkan kinerja akrual dengan kinerja yang dianggarkan
b) Menghitung selisih anggaran
c) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan atas suatu
varians
d) Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya

3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal


Anggaran sebagai kebijakan fiskal pemerintah, digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran sektor publik dapat diketahui arah
kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi.

4. Anggaran sebagai Alat Politik


Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap
prioritas tertentu. Anggaran tidak sekedar masalah teknik, melainkan diperlukan keterampilan
berpolitik, membangun koalisi, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang manajemen
keuangan sektor publik yang memadai oleh para manajer publik.

5. Anggaran sebagai alat Koordinasi dan Komunikasi


Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian atau unit kerja atau
departemen yang merupakan sub-organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan
apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya. Oleh karena, anggaran dapat
digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan seluruh bagian dalam
pemerintahan.

6. Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja


Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer public dinilai berdasarkan berapa hasil yang dicapai
dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif
untuk pengendalian dan penilain kerja.

7. Anggaran sebagai Alat Motivasi


Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar dapat
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat challenging
but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target anggaran
hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun jangan terlalu rendah
sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik


Masyarakat dan elemen masyarakat lainnya non pemerintah, seperti LSM, Perguruan Tinggi,
Organisasi Keagamaan, dan Organisasi Masyarakat lainnya harus terlibat dalam proses
penganggaran publik. Keterlibatan mereka dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
Keterlibatan langsung masyarakat dalam proses penganggaran dalam proses penganggaran
dapat dilakukan mulai dari proses penyusunan perencanaan pembangun maupun rencana
kerja pemerintah (daerah), sedangkan keterlibatan secara tidak langsung dapat melalui
perwakilan mereka di lembaga legislative (DPR/DPRD).

D. TUJUAN DAN KARAKTERISTIK SEKTOR PUBLIK


Anggaran bagi sektor public adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan dan penggaran
merupakan proses yang terintegrasi, karena output dari perencanaan adalah penganggaran.
Berdasarka definisi di atas dan tujuan dari anggaran sektor public, maka anggaran sektor
public memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan
2. Anggaran umumnya mencakup jangkauan tertentu, satu atau beberapa tahun, jangka pendek,
dan menengah atau panjang.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan.
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari
penyusun anggaran
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
Anggaran sektor public mencakup semua aspek kehidupan masyarakat namun ada
beberapa aspek yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor public baik nasional maupun lokal.
Oleh karena itu, dengan adanya anggaran sektor publik ini dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat misalnya air bersih, listrik, kesehatan, dan pendidikan. Keputusan
pemerintah berpengaruh melalui anggaran sangat berpengaruh dalam kesejahteraan
masyarakat. Maka, anggaran sektor public menjadi penting karena :
1. Sebagai alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan, menjalin kesinambungan
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang,
sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
3. Untuk menyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat, dalam hal
ini anggaran berperan sebagai instrument akuntabilitas publik.
E. PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Mengingat begitu pentingnya peranan dan fungsi anggaran, di perlukan prinsip-rinsip
yang menjadi pedoman bagi organisasi public atau pemerintah dalam penyusunannya.
Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2009 : 67 68 ) :
1. Otorisasi oleh legislative.
Anggaran public harus mendapatkan otorisasi dari legislative sebelum eksekutif dapat
menggunakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif / menyeluruh
Anggaran harus menunjukan semua menerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena
itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat
komprehensif.
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan mengeluaran pemerintah tercakup dalam dana umum
4. Nondiscretionary uppropriation
Jumlah yang di setujui oleh dewan legislative harus termanfaatkan secara ekonomis, efisiensi,
dan efektif.
5. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan atau multitahunan
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukan cadangan yang tersembunyi yang dapat
menyebabkan terjadinya pemborosan dan ketidak efisienan anggaran, serta dapat
mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan oferestimate pengeluaran.
7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat di pahami oleh masyarakat, dan tidak
membingungkan.
8. Transparan
Anggaran harus di informasikan kepada masyarakat luas.

F. PENDEKATAN PENGANGGARAN PADA SEKTOR PUBLIK


Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan public yang di nyatakan dalam satuan
moneter sekaligus dapat di gunakan sebagai alat pengendalian. Sistem perencanaan anggaran
public berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan managemen sektor public dan
tuntutan yang muncul dalam masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan
dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor public. Yaitu :
1. Pendekatan tradisional
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak di gunakan di Negara berkembang
adapun cirri-cirinya sbgai berikut ;
1) Cara penyusan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism
2) Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item
3) Cenderung sentralisis
4) Bersifat spesifikasi
5) Tahunan
6) Menggunakan prinsip-prinsip anggota bruto
Pendekatan tradisional terdiri atas 3 proses, sebagai berikut (nordiawan,2006).
1) Pihak lembaga yang memerlukan anggaran mengajukan permintaan anggaran kepada kepala
eksekutif dan anggaran tersebut di perinci berdasarkan jenis pengeluaran yang hendak di
buat.
2) Kepala eksekutif mengumpulkan permintaan anggaran dari berbagai lembaga, lalu anggaran
ini di modifikasi oleh kepala eksekutif (di konsolidasikan). Dari hasil modifikasi, kepala
eksekutif kemudian mengajukan permintaan secara keseluruhan untuk organisasi tersebut
kepada lembaga legislative dengan menggunakan perincian yang sama dengan anggaran yang
di ajukan sebelumnya oleh lembaga-lembaga di bawahnya (dengan menggunakan pendekatan
tradisional).
3) Setelah merevisi jumlah permintaan anggaran pihak legislative kemudian menuliskan jumlah
anggaran yang di seeetujui dengan menggunakn pendekatan tradisional.
Masalah utama lain dalam anggaran tradisional adalah tidak di perhatikannya konsep
value for money. Akibatnya, setiap akhir tahun anggaran sering kali terjadi kelebihan
anggaran yang pengalokasiannya kemudian di paksakan kepada aktifitas-aktifitas yang
kurang penting.
2. Pendekatan New Publik Managemen
New public management berfokus pada management sektor public yang berorientasi pada
kinerja bukan pada kebijakan. Oleh karena itu, bagian dari reformasi dari new public
management adalah dengan kemunculannya management berbasis kinerja. Fokus
management berbasis kinerja adalah pengukuran kinerja organisasi sektor public yang
berorientasi pada pengukuran outcome (hasil), bukan lagi sekedar pengukuran input atau
output saja (mahmudi, 2007). Adapun karakteristik umumnya sebagai berukit:
1. Komprehensip/komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
4. Bersifat jangka panjang
5. Spesifikasi tujuan dan pemerigkatan prioritas
6. Analisis total cost dan benevit ( termasuk opportunity cost).
7. Berorientasi pada input, output, dan outcome, bukan sekedar input
8. Adanya pengawasan kinerja
Paradigma new public management telah melahirkan beberapa teknik penganggaran dalam
sektor public yaitu sebagai berikut:

1. Anggaran kinerja
Anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan
dan sasaran pelayanan publik.

Anggaran kinerja memiliki beberapa krakteristik sebagai berikut.


a. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitas serta unit
organisasi dan rincian belanja.
b. Menyelidiki dan mengukur aktivitas yang diperkirakan harus di lakukan pada periode
tertentu aktivitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan standar biaya
c. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya perunit standar dikalikan
dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode tersebut
Penggunaan anggaran dengan pendekatan kinerja memiliki beberapa keunggulan, antara
lain adanya pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan merangsang partisipasi
dan memotivasi unit kerja, pengalokasian dana secara optimal dengan didasarkan efisiensi
unit kerja, dan menghindari pemborosan.
Namun, anggaran kinerja juga memiliki beberapa kelemahan yaitu:
1. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau akuntansi
yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit pengukuran dan
melaksanakan analisis biaya
2. Banyak jasa dana aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalam satuan unit output
atau biaya perunit yang dapat dimengerti dengan mudah.
3. Akun-akun dalam pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran
yang dikeluarkan (cash basis). Hal ini membuat pengumpulan data untuk keperluan
pengukuran kinerja sangat sulit, bahkan kadang kala tidak memungkinkan.
4. Aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dan dilakukannya pengukuran lainnya tanpa
adanya pertimbangan yang memadai apakah aktivitas tersebut perlu atau tidak

2. Program bugedting
Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran. Anggaran disusun
berdasarkan pekerjaan atau tugas yang akan di jalankan. Metedo penganggaran ini
menekankan bahwa keputusan penganggaran harus didasarkan pada tujuan-tujuan atau dari
output-output dari aktivitas pemerintahan dari pada input untuk menghasilkan barang dan
jasa pemerintah. Teknologi penganggaran ini tergantung pada metodologi-metodologi dari
program peramalan dan analisis sistem.
3. Zero Based Budgeting (ZBB)
Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan zero based budgeting (ZBB)
dapat mengatasi kelemahan pendekatan incrementalism dan line-item karena anggaran
diasumsikan mulai dari nol (zero-based). Line item budget membagi pengeluaran (belanja)
kedalam item-item yang rinci dari belanja pemerintah dan tampak lebih mengutamakan
pengendalian biaya dan meningkatkan efisiensi sehingga menghasilkan disiplin fiskal. Line
item budget tidak menyediakan informasi tentang tujuan program atau pencapaiannya,
sehingga tidak memadai untuk menghubungkan pengeluaran (pemerintah) dengan kinerja
public atau untuk pembuatan pilihan antara lokasi sumber daya alternstif. Dalam penyusunan
zero based budgeting tahun ini, tidak berdasarkan pada tahun lalu, tetapi berdasarkan
kebutuhan saat ini. Keunggulan penggunaan ZBB ini adalah dapat menghasilkan alokasi
sumber daya secara efesien, fokus pada value for money, dan memudahkan untuk
mengidentifikasi terjadinya enefisiensi dan ketidakefektifan biaya. Namun, seperti
pendekatan yang lainnya, ZBB juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu proses penyusunan
anggaran memakan waktu yang lama, terlalu teoritis dan tidak praktis, membutuhkan biaya
yang besar dan menekankan manfaat jangka pendek. Dalam mengimplementasikan ZBB
kadang menimbulkan masalah keprilakuan di dalam organisasi.
4. Planning, programming, and the budgeting system (PPBS)
Planing, programming, and the budgeting system merupakan suatu anggaran dimana
pengeluaran secara primer dikelompokkan dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada
program kerja dan secara skunder didasarkan pada jenis atau karakter objek dan kinerja.
Konsep PPBS merupakan konsep yang memandang bahwa penyusunan anggaran merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan dan perumusan program kegiatan
suatu organisasi PPBS merupakan upaya sistematis yang memperhatikan integrasi dari
perencanaan, pembuatan program, dan penganggaran. Pada PPBS, sasaran, manfaat, dan
tujuan harus diterjemahkan secara eksplisit sehingga program strategis yang berorientasi pada
hasil dapat diidentifikasi, sehingga akan menghasilkan informasi yang membantu dalam
pengalokasian sumber daya secara efektif. Untuk pengimplementasian PPBS, suatu
organisasi harus mengembangkan kemampuan analisisnya untuk memahami secara
mendalam tujuan organisasi, termasuk kemampuan mengembangkan program beserta
indikator hasil untuk mencapai tujuan. Kelebihan dari PPBS adalah memudahkan dalam
pendelegasian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan, dalam jangka panjang dapat
mengurangi beban kerja, dapat memperbaiki kualitas pelayan melalui pendekatan standart
biaya dalam perncanaan program, dan menghilangkan program yang over lapping.
Sedangkan kelemahan PPBS adalah dalam pengimplementasiannya membutuhkan biaya
yang besar, karena sistem anggaran ini membutuhkan sistem informasi yang canggih,
ketersediaan data yang lengkap, adanya sistem pengukuran dan staf yang memiliki
kapabilitas tinggi, sehingga ini mengakibatkan sulitnya sistem untuk diimplementasikan.
Penetapan tujuan dan sasaran yang tidak jelas baik dalam organisasi atau unit organisasi
menambah kompleksitas masalah. Indicator kinerja sering kali salah merepresentasikan
capaian kinerja yang seharusnya. Atau, indicator kinerja terlalu menyederhanakan ukuran-
ukuran kinerja pelayanan sektor public yang umumnya bersifat multidimensi. Tidak adanya
kepastian konsekuensi yang jelas atas penerapan anggaran berbasis kinerja baik penghargaan
bagi pihak yang telah menunjukkan peningkatan kinerja atau sebaliknya dapat menciderai
keseriusan usaha reformasi anggaran ini. Anggaran berbasis kinerja (ABK) memerlukan
ukuran yang pasti dalam mengukur efesiensi anggaran yaitu analisis standart belanja (ASB)
dan standart pelayanan minimal (SPM). Realitas yang ada bahwa pemerintah provinsi/
kkabupaten/kota di Indonesia, setelah memasuki ke tahun 9 penerapan ABK, masih belum
atau baru menyusun dan menerapkan ASB dan SPM, sehingga pengukuran efesiensi
anggaran belum dapat dilakukan.

G. PENGANGGARAN DAN STANDAR PELAYAN MINIMAL (SPM)

Tujuan penyusunan anggaran adalah untuk mendukung terselenggaranya penyediaan


pelayanan dasar yang bermuara pada penciptaan kesejahteraan masyarakat. Menurut
permendagri nomor 6 tahun 2007 pasal 4 pelayanan dasar adalah bagian dari pelaksanaan
urusan wajib pemerintah dan memiliki karakteristik sebagai pelayanan yang sangat mendasar,
berhak di peroleh oleh setiap warga secara minimal, dijamin ketersediaannya oleh konstitusi
dan konvensi internasional, didukung data dan informasi terbaru yang lengkap, serta tidak
menghasilkan keuntungan materi. SPM memiliki batas waktu pencapaian baik secara
nasional maupun daerah jadi, SPM merupakan bentuk dokumen teknis dari penyediaan
pelayanan dasar, sedangkan pelayanan dasar merupakan bagian dari urusan wajib pemerintah.
Pada konteks pemerintah daerah, rencana pencapaian SPM dituangkan dalam rencana
pembangunan jangka menengah daerah dan rencana strategis satuan kerja perangkat daerah
(renstra-SKPD).
Target pencapaian SPM harus dapat diukur dengan cara menetapkan gambaran dan
kondisi awal suatu daerah berdasarkan kemampuan dan potensi daerah serta profil pelayanan
dasar dan memberikan target pencapaian dalam batas waktu yang ditentukan. Target ayng
telah di capai akan menjadi dasar dalam mencapai target dimasa mendatang target tahunan
pencapaian SPM dituangkan ke dalam rencana kerja pemerintah daerah (SKPD), rencana
kerja satuan kerja perangkat daerah (renja SKPD), kebijakan umum anggaran (KUA),
rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi
belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Selanjutnya RKA-
SKPD yang sudah memuat berbagai program dan kegiatan terkait SPM menjadi bahan
penyusunan raperda APBD hingga penetapan perda APBD.
Dalam mengukur kemampuan keuangan, pemerintah harus mengetahui anggaran
sebelum diimplementasikannya SPM. Anggaran memiliki peran penuh dalam implementasi
SPM. Oleh karena itu, perlu untuk menghitung besarnya belanja perkapita untuk
menyediakan pelayanan publik tertentu sehingga dapat memberikan gambaran kebutuhan
anggaran yang diperlukan untuk membiayai SPM. Analisis kebutuhan anggaran ini kemudian
di selaraskan dengan target SPM yang telah di tetapkan. Setiap program yang memuat
kegiatan dapat dihitung kebutuhan anggarannya dengan menggunakan analisis standar
belanja (ASB)
Adapun tahapan mekanisme penganggaran kegiatan-kegiatan untuk mencapainya SPM
adalah sebagai berikut :
1. Menyelaraskan antara capaian SPM yang terdapat di RPJMD dengan program-program
urusan wajib pemerintah ke dalam kebijakan umum anggaran ( KUA) serta prioritas dan
plafon anggaran sementara (PPAS).
2. Menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing program dalam rangka pencapaian SPM
dengan mengacu pada indicator kinerja, dan batas waktu pencapaian SPM yang telah
ditetapka oleh pemerintah.
3. Menentukan urusan prioritas kegiatan-kegiatan untuk mencapai SPM. Salah satu metode
untuk menentukan prioritas kegiatan adalah dengan metode analytic hierarchy process
(AHP).
4. Menentukan besarnya plafon anggaran untuk masing-masing kegiatan dengan menggunakan
ASB.
Sebagaimana dijelaskan diatas, penganggaran memiliki peranan yang penting dalam
kesuksesan penerapan SPM. Tanpa anggaran yang memadai dan mencukupi, pemerintah
tidak dapat melaksanakan SPM sesuai dengan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, harus
memperhatikan prinsip-prinsip perhitungan anggaran pada SPM, meskipun menggunakan
pendekatan pembiayaan berbasis kegiatan sebagai berikut :
1. Pembiayaan mengacu kepada program atau langkah kegiatan.
2. Investasi fisik hanya untuk sarana/prasarana yang terkait langsung dengan penerapan SPM.
3. Tidak menghitung kebutuhan belanja secara keseluruhan dan menghitung seluruh langkah
kegiatan tanpa memandang sumber biaya.
4. Perhitungan kebutuhan biaya dengan memperhatikan capaian tahun sebelumnya.
5. Tidak menghitung kebutuhan belanja perunit kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2013. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan
Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai