PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen
kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal
tersebut tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran secara langsung merefleksikan
arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Sejak pertengahan tahun 1980-an
telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang cukup signifikan dari sistem
manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarki menjadi model
manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik juga telah mengalami banyak
perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan
dinamika perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Anggaran sektor publik di buat
untuk menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti air bersih, kualitas kesehatan,
pendidikan , dan sebagainya agar terjamin secara layak. Anggaran juga merupakan alat bagi
pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan,
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa
pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. dalam hal ini anggaran publik
merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang
ada. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang Penganggaran Sektor Publik yang
ada di Indonesia. Apa saja fungsi anggaran sektor publik, tujuan, karakteristik, serta
bagaimana penyusunannya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik ?
2. Menjelaskan apakah konsep penganggaran sektor publik ?
3. Menjelaskan apa sajakah fungsi, jenis, karakteristik, tujuan serta siklus penganggaran sektor
publik ?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik ?
2. Mengetahui konsep yang terdapat dalam penganggaran sektor publik ?
3. Mengetahui tentang fungsi, tujuan, jenis, karakteristik, tujuan serta siklus penganggaran
sektor publik ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anggaran kinerja
Anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan
dan sasaran pelayanan publik.
2. Program bugedting
Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran. Anggaran disusun
berdasarkan pekerjaan atau tugas yang akan di jalankan. Metedo penganggaran ini
menekankan bahwa keputusan penganggaran harus didasarkan pada tujuan-tujuan atau dari
output-output dari aktivitas pemerintahan dari pada input untuk menghasilkan barang dan
jasa pemerintah. Teknologi penganggaran ini tergantung pada metodologi-metodologi dari
program peramalan dan analisis sistem.
3. Zero Based Budgeting (ZBB)
Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan zero based budgeting (ZBB)
dapat mengatasi kelemahan pendekatan incrementalism dan line-item karena anggaran
diasumsikan mulai dari nol (zero-based). Line item budget membagi pengeluaran (belanja)
kedalam item-item yang rinci dari belanja pemerintah dan tampak lebih mengutamakan
pengendalian biaya dan meningkatkan efisiensi sehingga menghasilkan disiplin fiskal. Line
item budget tidak menyediakan informasi tentang tujuan program atau pencapaiannya,
sehingga tidak memadai untuk menghubungkan pengeluaran (pemerintah) dengan kinerja
public atau untuk pembuatan pilihan antara lokasi sumber daya alternstif. Dalam penyusunan
zero based budgeting tahun ini, tidak berdasarkan pada tahun lalu, tetapi berdasarkan
kebutuhan saat ini. Keunggulan penggunaan ZBB ini adalah dapat menghasilkan alokasi
sumber daya secara efesien, fokus pada value for money, dan memudahkan untuk
mengidentifikasi terjadinya enefisiensi dan ketidakefektifan biaya. Namun, seperti
pendekatan yang lainnya, ZBB juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu proses penyusunan
anggaran memakan waktu yang lama, terlalu teoritis dan tidak praktis, membutuhkan biaya
yang besar dan menekankan manfaat jangka pendek. Dalam mengimplementasikan ZBB
kadang menimbulkan masalah keprilakuan di dalam organisasi.
4. Planning, programming, and the budgeting system (PPBS)
Planing, programming, and the budgeting system merupakan suatu anggaran dimana
pengeluaran secara primer dikelompokkan dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada
program kerja dan secara skunder didasarkan pada jenis atau karakter objek dan kinerja.
Konsep PPBS merupakan konsep yang memandang bahwa penyusunan anggaran merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan dan perumusan program kegiatan
suatu organisasi PPBS merupakan upaya sistematis yang memperhatikan integrasi dari
perencanaan, pembuatan program, dan penganggaran. Pada PPBS, sasaran, manfaat, dan
tujuan harus diterjemahkan secara eksplisit sehingga program strategis yang berorientasi pada
hasil dapat diidentifikasi, sehingga akan menghasilkan informasi yang membantu dalam
pengalokasian sumber daya secara efektif. Untuk pengimplementasian PPBS, suatu
organisasi harus mengembangkan kemampuan analisisnya untuk memahami secara
mendalam tujuan organisasi, termasuk kemampuan mengembangkan program beserta
indikator hasil untuk mencapai tujuan. Kelebihan dari PPBS adalah memudahkan dalam
pendelegasian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan, dalam jangka panjang dapat
mengurangi beban kerja, dapat memperbaiki kualitas pelayan melalui pendekatan standart
biaya dalam perncanaan program, dan menghilangkan program yang over lapping.
Sedangkan kelemahan PPBS adalah dalam pengimplementasiannya membutuhkan biaya
yang besar, karena sistem anggaran ini membutuhkan sistem informasi yang canggih,
ketersediaan data yang lengkap, adanya sistem pengukuran dan staf yang memiliki
kapabilitas tinggi, sehingga ini mengakibatkan sulitnya sistem untuk diimplementasikan.
Penetapan tujuan dan sasaran yang tidak jelas baik dalam organisasi atau unit organisasi
menambah kompleksitas masalah. Indicator kinerja sering kali salah merepresentasikan
capaian kinerja yang seharusnya. Atau, indicator kinerja terlalu menyederhanakan ukuran-
ukuran kinerja pelayanan sektor public yang umumnya bersifat multidimensi. Tidak adanya
kepastian konsekuensi yang jelas atas penerapan anggaran berbasis kinerja baik penghargaan
bagi pihak yang telah menunjukkan peningkatan kinerja atau sebaliknya dapat menciderai
keseriusan usaha reformasi anggaran ini. Anggaran berbasis kinerja (ABK) memerlukan
ukuran yang pasti dalam mengukur efesiensi anggaran yaitu analisis standart belanja (ASB)
dan standart pelayanan minimal (SPM). Realitas yang ada bahwa pemerintah provinsi/
kkabupaten/kota di Indonesia, setelah memasuki ke tahun 9 penerapan ABK, masih belum
atau baru menyusun dan menerapkan ASB dan SPM, sehingga pengukuran efesiensi
anggaran belum dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2013. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan
Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.