Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

DINAS KESEHATAN
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT JABON
Jl. Majapahit no.2 Desa Dukuhsari Kecamatan Jabon, Sidoarjo
Telp : (0343) 855690, email : puskesmas_jabon@yahoo.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS JABON
NOMOR : 440/ 048 /404.3.2.15/2016

TENTANG
MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS

KEPALA PUSKESMAS JABON

Menimbang : a. bahwa obat yang tersedia dikelola secara efisien untuk memenuhi
kebutuhan obat;
b. bahwa manajemen penunjang layanan klinis Puskesmas perlu
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin penunjang layanan klinis dilaksanakan sesuai
kebutuhan pasien, bermutu dan memperhatikan keselamatan pasien, maka
perlu disusun kebijakan manajemen penunjang layanan klinis di
Puskesmas Jabon.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi
nasional (Standarisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4020);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alkes;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008
tentang Registrasi Obat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411 Tahun 2010 tentang
Laboratorium Klinik;
8.. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pemeriksaan
Laboratorium di Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 1118);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014,
tentang Puskesmas;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2015,
tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Keputusan Kepala Puskesmas Tentang Manajemen Penunjang Layanan Klinis
di Puskesmas Jabon.

KEDUA : Kebijakan manajemen penunjang layanan klinis di Puskesmas Tarik


sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan/perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : JABON
Pada tanggal :

KEPALA PUSKESMAS JABON

DJOKO SETIJONO
Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Jabon
Nomor : 440/ 048 / 404.3.2.12 /2016
Tanggal :
Tentang : Manajemen Penunjang Layanan
Klinis

PELAYANAN OBAT
1. Penilaian , pengendalian, penyediaan dan penggunaan obat dilaksanakan dengan metode
dan prosedur yang jelas
2. Penetapan penanggungjawab pelayanan obat
3. Penetapan penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat dilaksanakan dengan
prosedur yang jelas
4. Pelayanan obat selama 7 hari dalam seminggu dan 24 jam di Puskesmas
5. Formularium tersedia dan pelaksanaan evaluasi ketersediaan obat dan peresepan terhadap
formularium dilaksanakan dengan prosedur yang jelas
6. Penetapan petugas yang berhak memberikan resep
7. Penetapan petugas yang berhak menyediakan obat
8. Pelatihan bagi petugas yang diberi kewenangan menyediakan obat tetapi belum sesuai
persyaratan
9. Penetapan peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat dan dilaksanakan dengan
prosedur yang jelas
10. Pelaksanaan prosedur untuk menjaga tidak terjadinya pemberian obat kadaluwarsa,
pelaksanaan FIFO dan FEFO
11. Penetapan siapa yang berhak menuliskan resep psikotropika dan narkotika dan prosedur
peresepannnya, serta pengawasan dan pengendalian
12. Penggunaan obat-obatan pasien rawat inap yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga
dilaksanakan dengan prosedur yang jelas
13. Penyimpanan obat dipandu dengan prosedur yang jelas
14. Pemberian obat kepada pasien, pelabelan obat dan pemberian informasi penggunaan obat,
efek samping obat dan petunjuk penyimpanan obat di rumah dilaksanakan dengan
prosedur yang jelas
15. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak ditetapkan dan dilaksanakan dengan prosedur yang
jelas
16. Pelaporan efek samping obat dilaksanakan dengan prosedur yang jelas dan ditulis di
rekam medis
17. Pencatatan, pemantauan dan pelaporan bila terjadi efek samping penggunaan obat dan
KTD, termasuk kesalahan pemberian obat.
18. Pelaksanaan tindak lanjut, pencatatan kejadian efek samping obat, KTD dan tindak lanjut.
19. Pelaksanaan pelaporan kesalahan pemberian obat dengan prosedur untuk mengidentifikasi
dan melaporkan kesalahan pemberian obat dan KNC
20. Penanggung jawabmengambil tindak lanjut terhadap pelaporan di identifikasi.
21. Pemanfaatan pelaporan untuk perbaikan proses pengelolaandan pelayanan obat.
22. Penyediaan obat emergenci di unit pelayanan
23. Pelaksanaan penyimpanan obat emergensi di unit pelayanan

Pelaksanaan monitoring penyediaan obat emergenci di unit kerja


PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN OBAT
a. Menunjuk sdri. Yuyun Irawati, Amd farm sebagai pengelola dan penanggung jawab
pelayanan obat di UPTD Puskesmas Jabon.

b. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLA OBAT DI UPTD PUSKESMAS


JABON
1.Sebagai petugas penanggung jawab Gudang Obat di UPTD Puskesmas Jabon
bertugas:
a. Menerimaan obat dan perbekalan kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Sidoarjo
b. Memeriksaan kelengkapan obat dan perbekalan kesehatan.
c. Menyimpanan dan pengaturan obat dan perbekalan kesehatan.
d.Mendistribusikan obat dan perbekalan kesehatan untuk sub unit pelayanan
kesehatan.
e. Mengendalian penggunaan persediaan.
a. Melaksanakan pencatatan dan Pelaporan.
b. Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan.
c. Menyusun persediaan obat dan perbekalan kesehatan.
d. Membuat permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Sidoarjo.
e. Menyusun laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.

2. Sebagai petugas penanggung jawab Kamar Obat di UPTD Puskesmas Jabon bertugas:
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan kesehatan
yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh Kamar Obat UPTD Puskesmas
Jabon dalam bentuk buku catatan mutasi obat.
b. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat dan perbekalan kesehatan.
c. Menyerahkan kembali obat rusak/daluwarsa kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Sidoarjo.
d. Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien.
e. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada pasien.

2.PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT


Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan pengendalian
obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar, yang terdiri dari:

1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan seluruh


unit pelayanan.
2. Menentukan:
- Stok optimum
- Stok pengaman/penyangga (buffer stock)
3. Menentukan waktu tunggu.

Pengendalian obat terdiri dari:


1. Pengendalian Persediaan.
2. Pengendalian Penggunaan.
3. Penanganan Obat Hilang.

1. Pengendalian Persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja,
stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan perlu
diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau jika
dimungkinkan memesan, maka dapat dihitung jumlah obat yang dapat dipesan dengan
rumus:

Q = SK + SP (WT x D) SS

Keterangan:
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
WT = waktu tunggu
SS = sisa stok
D = pemakaian rata rata per minggu/ per bulan

Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.
2. Melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jabon apabila terdapat pemakaian
yang melebihi rencana.
3. Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala Puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih mempunyai persediaan
banyak.

Pemeriksaan Besar (pencacahan) dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara kartu


stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat. Pemeriksaan ini dilakukan
setiap bulan.

2. Pengendalian Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Prosentase penggunaan antibiotik.
b. Prosentase penggunaan injeksi.
c. Prosentase rata rata jumlah R/.
d. Prosentase Obat penggunaan obat generik.
e. Kesesuaian dengan Pedoman.

3. Penanganan Obat Hilang, Obat Rusak dan Kadaluwarsa


a. Penanganan Obat Hilang
Tujuan dilaksanakan penanganan obat hilang adalah sebagai bukti
pertanggungjawaban Kepala Puskesmas sehingga diketahui persediaan obat saat itu.
Obat juga dinyatakan hilang apabila jumlah obat dalam tempat penyimpanannya
ditemukan kurang dari catatan sisa stok pada kartu stok. Pengujian silang antara
jumlah obat dalam tempat penyimpanan dengan catatan sisa stok dilakukan secara
berkala satu tahun sekali oleh Kepala Puskesmas.
Dalam menangani obat hilang, maka langkah langkah yang harus dilakukan adalah:
1. Petugas pengelola obat menyusun daftar jenis dan jumlah obat yang hilang untuk
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
2. Kepala Puskesmas memeriksa dan memastikan kejadian tersebut kemudian
menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.
3. Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo disertai Berita Acara Obat Hilang.
4. Petugas pengelola obat mencatat jenis dan jumlah obat yang hilang pada Kartu
Stok.
5. Apabila jumlah obat yang tersisa tidak mencukupi kebutuhan pelayanan, maka
petugas pengelola obat segera mengajukan permintaan obat kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo dengan menggunakan LPLPO.
6. Apabila hilangnya obat karena pencurian, maka dilaporkan kepada Kepolisian.

b. Penanganan Obat Rusak/Kadaluwarsa


Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari
efek samping penggunaan obat rusak/kadaluwarsa.
Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah langkah yang harus
dilakukan adalah:
1. Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak dalam gudang obat.
2. Obat yang rusak/kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada Kartu Stok
oleh petugas pengelola obat.
3. Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala
Puskesmas.
Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.

EVALUASI KETERSEDIAAN OBAT TERHADAP FORMULARIUM


Tesedianya daftar formularium obat Puskesmas

3. PELAYANAN OBAT 24 JAM

A. PENGERTIAN
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu, diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara
berkesinambungan. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan
perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan
pelaporan serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat.
Pelayanan obat 24 jam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pasien pada
Instalasi gawat darurat 24 Jam terbatas dan Instalasi rawat Inap.

A. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya pelayanan obat 24 jam di UPTD Puskesmas Jabon adalah
agar:
1. Kebutuhan masyarakat dalam hal ini pasien IGD 24 jam terbatas dan pasien Rawat
Inap dapat terlayani secara optimal selama 24 jam.
2. Terdapat mekanisme pelayanan yang jelas dan teratur dalam melaksanakan pelayanan
obat 24 jam.

B. SISTEM PELAYANAN OBAT 24 JAM


Pelayanan obat 24 jam di UPTD Puskesmas Jabon dilaksanakan oleh perawat atau
bidan yang pada saat pelayanan sedang melaksanakan tugas piket jaga. Dalam
pelaksanaannya perawat atau bidan piket jaga harus:
1. Menulis obat yang dikeluarkan dari kamar obat pada resep pasien.
2. Memberi etiket pada obat yang diresepkan.
3. Menuliskan perintah pemakaian obat pada etiket atau plastik resep.
4. Memberikan obat kepada pasien dengan disertai penjelasan cara penggunaan
dan efek samping obat.
5. Memastikan pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan.
6. Ikut menjaga dan memastikan keamanan obat di kamar obat.

C. ANALISIS DAN EVALUASI


Analisis dan evaluasi dilakukan oleh petugas pengelola obat untuk menentukan
obat obat yang harus disediakan pada pelayanan obat 24 jam dan memastikan keamanan
obat di kamar obat.

4.PETUGAS YANG BERHAK MEMBERI RESEP


a. Dokter/dokter gigi sesuai kompetensinya dengan persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki Surat Tanda Registrasi;
2) Memiliki surat lulus kompentensi.yang masih berlaku;
3) Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter/Dokter gigi di Puskesmas Jabon yang masih
berlaku;
b. Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di bidang pengobatan
maka pemberian resep bisa dilakukan oleh petugas yang telah mendapat
pendelegasian wewenang.

5.PETUGAS YANG BERHAK MENYEDIAKAN OBAT


Penyediaan obat dan Pengelolaan Obat di UPTD Puskesmas Jabon dilaksanakan oleh:

1. Asisten Apoteker sesuai kompetensinya dan yang telah mendapat pelimpahan wewenang
apabila tenaga Apoteker tidak ada.
2. Petugas kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki pengetahuan dan pengalaman
di bidang farmasi, yaitu: Perawat/Perawat gigi/Bidan.
Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyedian obat tidak dapat
dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten SIDOARJO untuk melaksanakan tugas manajemen kefarmasian UPTD

6.PELATIHAN BAGI PETUGAS YANG DIBERI KEWENANGAN MENYEDIAKAN


OBAT TETAPI BELUM SESUAI PERSYARATAN
Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyedian obat tidak
dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan
oleh penanggung jawab pengelola obat Puskesmas untuk melaksanakan tugas penyediaan
obat.
Pelatihan yang diberikan meliputi:
1. Jenis obat dan penggolongannya
2. Cara membaca resep
3. Cara pemakaian dan aturan pakai obat
4. Efek samping obat
7.PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT
A. PERESEPAN
a.Penulisan Resep
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter, dokter gigi,
dan praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola obat di UPTD Puskesmas Jabon untuk
menyediakan atau membuatkan obat dan menyerahkannya kepada pasien. Resep
merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter, penyedia obat dan pasien
(pengguna obat). Isi resep merupakan refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu, agar
obat berhasil, resep harus rasional.

Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu:


1. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya.
2. Tepat indikasi penyakit.
3. Tepat pemilihan obat.
4. Tepat dosis.
5. Tepat cara pemberian obat.
6. Tepat pasien.

Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah digunakan sebagai
bahasa ilmu kesehatan karena bahasa latin tidak mengalami perubahan (statis), sehingga
resep obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk pasien rawat jalan
dan rawat inap di UPTD Puskesmas jabon harus tercantum:
1. Tanggal penulisan resep.
2. Nama pasien.
3. Umur pasien.
4. Alamat pasien.
5. Diagnosis penyakit.
6. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
7. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral.
8. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral pada kolom
suntikan.
9. Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep.
10. Tanda seru dan paraf penulis resep untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum.
11. Kode pasien Umum, Askes dan Askes PNS.

b.Penyiapan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
praktisi lain yang berizin harus memahami isi resep dan memperhatikan:
1. Nama obat
2. Jenis dan bentuk sediaan obat
3. Nama dan umur pasien
4. Dosis
5. Cara pemakaian dan aturan pemberian
6. Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas
7. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang
dimaksud tidak tersedia
8. Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari
tempatnya
9. Pemasangan etiket / label obat pada kemasan obat

c. Penyerahan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
praktisi lain yang berizin harus memperhatikan:
1. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep
2. Pemberian obat melalui loket
3. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien
4. Pemberian informasi tentang cara pemakaian, aturan pakai dan efek
samping obat kepada pasien atau keluarga pasien.

B. PEMESANAN OBAT
Sumber penyediaan obat di Puskesmas Watumalang berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Sidoarjo. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas Jabon
adalah obat obat yang tercantum dalam DOEN yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di UPTD Puskesmas Jabon diajukan
oleh Kepala UPTD Puskesmas Jabon kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Sidoarjo dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke
Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di UPTD Puskesmas
Jabon sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah Kecamatan Jabon.
Kegiatan kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain:
1. Menentukan jenis permintaan obat
a. Permintaan Rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
untuk Puskesmas Jabon.
b. Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila:
kebutuhan meningkat
terjadi kekosongan
ada KLB atau Bencana
2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain:
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.
b. Jumlah kunjungan resep.
c. Jadwal distribusi obat dari UPTD Gudang Farmasi Kabupaten
Sidoarjo.
d. Sisa Stok.
3. Menghitung kebutuhan obat dengan cara:
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada
periode sebelumnya.

SO = SK + SWK + SWT + SP

Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan


menggunakan rumus:

Permintaan = SO - SS

Keterangan:
SO = Stok Optimum
SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time)
SP = Stok Penyangga
SS = Sisa Stok

Stok Kerja Pemakaian rata rata periode distribusi.


Waktu Lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari.
Kekosongan
Waktu Dihitung mulai dari permintaan obat oleh Puskesmas Jabon
Tunggu sampai dengan penerimaan obat di Puskesmas jabon.
Stok Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan
Penyangga kunjungan, keterlambatan kedatangan obat. Besarnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan UPTD Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.
Sisa Stok Sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas Jabon pada akhir
periode distribusi.
Stok Stok ideal yang harus tersedia dalam waktu periode tertentu agar
Optimum tidak terjadi kekosongan.

8.PERESEPAN PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA


Tujuan :
(1) Menjamin ketersediaan obat psikotropika dan narkotika yang terjangkau segala
lapisan masyarakat
(2) Menghindari penyalahgunaan obat psikotropika dan narkotika
(3) Melindungi masyarakat dari pelayanan kefarmasian yang tidak profesional
Fungsi :
(1) Menggunakan obat psikotropika dan narkotika sesuai dengan kebutuhan pelayanan
puskesmas
(2) Mengendalikan pemakaian obat psikotropika dan narkotika
(3) Mengadakan/meminta obat psikotropika dan narkotika
(1) Peresepan obat psikotropika dan narkotika Puskesmas Sukorame Kota Kediri dilakukan oleh
dokter.
(2) Bilamana kebutuhan mendesak tidak ada dokter, perawat menuliskan permintaan atas dasar
konsultasi dokter, tetapi resep untuk selanjutnya dimintakan ganti kepada dokter yang
dikonsuli.
Penanggung jawab peresepan psikotropika dan narkotika adalah Apoteker yang mendapat
tugas dan wewenang yang ditetapkan dengan Kepala Puskesmas.
9.PENGGUNAAN OBAT YANG DIBAWA SENDIRI OLEH PASIEN/KELUARGA
10. PENANGANAN OBAT KEDALUARSA / RUSAK Tujuan dilaksanakannya
penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari efek samping penggunaan
obat rusak/kadaluwarsa.
Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah langkah yang harus dilakukan
adalah:

1. Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak dalam gudang obat.


2. Obat yang rusak/kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada Kartu Stok
oleh petugas pengelola obat.
3. Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala
Puskesmas.
4. Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluwarsa
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.

11. PENANGGUNG JAWAB TINDAK LANJUT PELAPORAN


12. PENYEDIAAN OBAT EMERGENCI DI UNIT KERJA DAFTAR OBAT
EMERGENSI DI UNIT PELAYANAN
(STOK 1 MINGGU)

1. EPINEPRIN INJEKSI 10AMPUL


2. AMINOPHILIN INJEKSI 10AMPUL
3. DEXAMETASON INJEKSI 10 AMPUL
4. RANITIDIN INJEKSI 10 AMPUL
5. STESOLID REKTAL SUPP 3 PCS
6. ATRPOIN SULFAT INJEKS 10 AMPUL
7. DIAZEPAM INJEKSI 10 AMPUL
8. FITOMENADION INJEKSI 10 AMPUL
9. METOCHLOPAMIDE INJEKSI 10
AMPUL
10. LIDOKAIN INJEKSI 20
AMPUL
11. CAIRAN RL 5 BOTOL
12. CAIRAN D5 5 BOTOL
13. CAIRAN NACL 5
BOTOL
14. BISMICON SALEP 2
TUBE
15. PHENOL GLISEROL (TETES TELINGA) 1
BOTOL
16. BETADINE 30 ML 2
BOTOL
17. RIVANOL 60 ML 1
BOTOL
18. GENTAMICIN SALEP 2
TUBE
19. GLISEROL 1 BOTOL
20. ALKOHOL 70% 1 LITER 1
BOTOL
21. HIDROGEN PEROXIDUM 50% 800 ML 1
BOTOL

A. MANAJEMEN INFORMASI REKAM MEDIS


1. Terdapat satu orang penanggung jawab ruang rekam medis yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Pendidikan minimal SMA;
b. Bisa mengoperasikan komputer;
c. Pernah mengikuti pelatihan Rekam Medis;
2. Terdapat pedoman pembakuan kode klasifikasi diagnosis, kode prosedur, simbol dan
istilah yang digunakan dalam rekam medis;
3. Terdapat prosedur yang baku untuk mengakses rekam medis pasien dengan
mempertimbangkan tingkat kerahasiaan dan keamanan informasi;
4. Terdapat penilaian dan tindak lanjut terhadap kelengkapan isi rekam medis;

B. MANAJEMEN BAHAN BERBAHAYA DAN LIMBAH


1. Terdapat prosedur inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan
berbahaya;
2. Limbah padat, terdiri dari limbah / sampah umum dan limbah khusus seperti benda
tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah toksik, limbah kimia, limbah B3 dan
limbah plastic.
Fasilitas Pembuangan limbah padat:
a. Tempat Pengumpulan Sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan halus pada bagian dalamnya.
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup, minimal satu buah untuk satu
kegiatan.
Kantong plastik yang melapisi bagian dalamnya diangkat setiap hari atau apabila
2/3 bagian telah terisi sampah.
Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai pembungkus
sampah dengan warna dan label seperti pada tebel berikut:

Warna tempat /
NO KATEGORI kantong plastik LAMBANG
pengumpulan
sampah

1 Radio Aktif Merah

2 Infeksius/Toksik/Kimia Kuning

3 Sitotoksik Ungu

4 Umum Hitam DOMESTIK warna putih

b. Tersedia Penampungan Sampah Sementara


Tempat penampungan sampah sementara dibersihkan dan dikosongkan dalam waktu
sekurang kuranya satu kali dalam 24 jam;
c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir
Sampah infeksius, sampah toksik dan sitotoksik dikelola sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku;
Sampah umum dibuang ke tempat pembuangan akhir sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3. Limbah Cair, terdiri dari limbah cair umum / domestik, limbah cair infeksius dan limbah
cair kimia.
Cara menangani limbah cair:
a. Limbah cair umum / domestik dialirkan masuk ke dalam septic tank;
b. Limbah cair infeksius dan kimia dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku
mealui IPAL;
4. Terdapat prosedur pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
penanganan limbah berbahaya;

C. MANAJEMEN PERALATAN MEDIS


1. Beberapa tahapan kegiatan yang perlu di perhatikan dan dilakukan dalam
operasionalisasi peralatan kesehatan yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan pengoperasian
dalam pelayanan dan penyimpanan peralatan apabila telah selesai digunakan;
2. Aspek yang harus dipenuhi dan disiapkan agar peralatan siap dioperasikan adalah :
Peralatan harus dikondisikan dalam keadaan laik pakai lengkap dengan aksesori
yang diperlukan;
Terpelihara dengan baik, sertifikat kalibrasi yang masih berlaku, ijin operasional
yang masih berlaku bagi peralatan yang memerlukan ijin;
Prasarana yang diperlukan oleh masing-masing alat (misal listrik, air, gas, uap)
tersedia dengan kapasitas dan kualitas yang memenuhi kebutuhan;
Bahan operasional tersedia dan cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan;
SDM siap, baik dokter, operator maupun paramedik, dll, sesuai dengan tindakan
pelayanan yang dilaksanakan;
3. Pelaksanaan pengoperasian peralatan dalam pelayanan medik kepada pasien, secara
teknis agar mengikuti urutan yang baku untuk setiap alat, mulai dari : alat dihidupkan
sampai alat dimatikan setelah selesai melakukan suatu kegiatan pelayanan medik. Dalam
hal ini perlu diperhatikan bahwa tombol atau saklar mana saja yang dioperasikan (ON)
lebih dulu dan tombol/saklar mana yang dioperasikan kemudian sacara berurutan sampai
pengoprasian alat sesuai pelayanan medik selesai. Demikian halnya pada waktu
mematikan alat, maka tombol/saklar yang terakhir dioperasikan (ON) harus lebih awal
dimatikan (OFF) dan seterusnya secara berurutan, sehingga tombol yang pertama
dihidupkan adalah merupakan yang terakhir dimatikan (OFF) pada waktu mematikan
alat;
4. Setelah peralatan selesai dipergunakan untuk pelayanan medik kepada pasien, maka
peralatan agar disimpan dalam kondisi yang baik. Selesai dioperasikan setiap aksesori
alat harus dilepaskan, kemudian alat dan aksesorinya dibersihkan sebagai kegiatan
perawatan yang merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan peralatan. Pada waktu
disimpan (dalam keadaan tidak operasional), setiap alat agar ditutup dengan penutup
debu, agar terhindar dari debu sehingga peralatan terlihat selalu dalam keadaan bersih.
Peralatan yang mobile sebaiknya di letakkan di bagian ruangan tertentu yang terhindar
dari jalan keluar masuk personil. Sedangkan peralatan yang bersifat portable beserta
aksesorinya sebaiknya diletakan dalam lemari atau rak;
5. Pemantauan operasional peralatan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi alat untuk
melaksanakan pelayanan dan seberapa jauh beban kerja setiap alat yang operasional.
Dalam pemantauan didatakan kondisi alat dan beban kerjanya selama satu bulan atau
periode tertentu. Pemantauan dilakukan oleh teknisi secara periodik pada selang waktu
pemeliharaan preventif untuk setiap alat. Operator atau pengguna alat
mendatakan/mencatat beban kerja setiap alat operasional. Apabila kondisi alat tidak
memungkinkan untuk difungsikan, segera lakukan tindakan perawatan/pemeliharaan;
6. Dalam pemeliharaan peralatan kesehatan terdapat dua kriteria pemeliharaan, yaitu :
a. Pemeliharaan terencana yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
disusun;
b. Pengujian dan kalibrasi karena akurasi dapat diperoleh hanya dari kegiatan
kalibrasi yang benar, sedangkan stabilitas dan keandalan dapat diketahui dari
pengujian, atas dasar inilah perlunya dilakukan pengujian dan kalibrasi terhadap
instrumen secara teratur;
c. Pemeliharaan tidak terencana yang bersifat darurat berupa perbaikan terhadap
kerusakan alat yang mendadak/tidak terduga dan harus segera dilaksanakan
mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan;
KEPALA PUSKESMAS TARIK

HINU TRI SULISTIJORINI, RIRIN

Anda mungkin juga menyukai