Anda di halaman 1dari 17
PEDOMAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA (Keputusan Menteri Kesehatan Republik indonesia Nomor 086/MENKES/SK/1 1/2006 tanggal 1 Pebruari 2006) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a hahwa kondisi geogratis dan clemografs indonesia jap bencana, valk vencana alam (natu maupun bencana Karena ulah manusia iiman made disaster b.bahwa untuk penanggulangan krisis akibat bencana secara optimal giperiukan kesiapsiagaan dari semua Unsur termasuk didalamnya kesiapsiagaan SOM Kesenatan © banwa berdasarkan pertimbangan aimaksud pada uf a, dan b perlu Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SOM) Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana yang ditelapkan dengan Keputusan Menteri Kesenatan; Mengingat: 1. “Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tanun 192 Nomor 100 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495) Undang-undang Nomar 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran {Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116 Tambahan Lemtaran Negara Nomor 4431) 3. Unaang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), raturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1896 fentang naga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637) 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Neqara Republik Indonesia, 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1419/MENKES -ERIK/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes! PER/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depkes: 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 448/Menkes/ SKIVI1993 tentang Pembentukan Tim Kesehatan Penanggulangan Korban Sercana oi setiap Rumah Saki Warta Perundang-undangan No.2589/Selasa, 08-08-2006 9. Kepulusan Menter’ Kesehatan Nomor 979\fenkes! SKIIX/2001 tentang Prosedur Tetap Pelayanan Kesenatan Penangguiangan Sencana dan Penanganan Pengungsi 10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1362/Menkes! SK(KIW/2001 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penanggulangan Masalah Kesehatan akibat Kedanualan den Bencana Tahun 2002-2005; 11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/Menkes/SK! 12004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, KabiKota serta Rumah Saki MEMUTUSKAN: Menetapkan Pertama KEPUTUSAN MENTER! KESEHATAN TENTANG PEDOMAN. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA, Kedua Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana sebagaimana terlampir dalam Lampiran Keputusan ini Ketiga Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SOM) Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana sebagaimana dimakeud dalam Diktum Kedua menjadi acuan bagi aparatur kesehaten di Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam Pengelolaan Surnber Daya Manusia Kesehatan dalam Penanggulangan ventana Keempat Kepulusan ini mulai beriaku sejak tanggal ditetspkan. Ditotapkan di :Jakarta Pada Tanggal: 1 Pebruari 2008 MENTERI KESEHATAN, td, Dr de, SITIFADILAH SUPARI, Sp.JP (K) vet Lampiran PEDOMAN MANAJEMEN SUMBER DAYAMANUSIA, (SDM) KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA | PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosiainya berpotensi rawan bencana, baik yang sdisebabkan kejadian alam seperti gempa bum, tsu- nami fanait tongsor, letusan gunung berapi, bani, Angin puting beliung dan kekeringan, maupun yang disebabkan oleh ulah manusia dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan (contohnya kebakaran hutan, pencemaran lingkungan, kecelakaan lransportasi, kecelakaan industri dan tindakan teror bom) serta konflik antar kelompok masyarakat. Kejadian bencana uimumnya berdampak merugikan, Rusaknya sarana dan prasarana fisik (perumahan Penduduk, bangunan perkantoran, sekolah, tempat ibadah, sarana jalan, jembatan daq tain-iain) Ranyalah sebagian kecil dampak terjadinya bencana disamping masalah kesehatan seperti korban luka penyakit menular tertentu, menurunnya status izi masyaraka}, siress pasca trauma dan masalah psikososial, bahkan korban ja, Bencania dapat pula mengakibatkan terjadinya arus pengungsian penduduk ke lokasi-lokasi yang dianggap aman. Hat ind tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan baru di wilayah yang menjedi tempat penampungan pengungsi, muiai dari munculnya kasus penyakit dan masalah gizi serta masala kesetatan reproduksi fhingga masalah penyediaan fasilitas pelayanan Kesehatan, penyediaan air bersin sanitasi serta menurunnya kualitas Kesehatan lingkungan Upaya perenggutangan krisis akibat bencana merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak waktu sebelum terjadinya bencana yang dilakukan meiaiui kegiatan pencegahan, mitigas’ (pelunakan/ genjinakan dampak) dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan tanagap arurat dan selanjutnya pada saat setelah terjadinya bencana berupa kegiatan pemulinan/rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk itu penanggulangan krisis akibat bencana harus mempunyai sualu pemaheman permasatahan dan penyelesaian secara komprenensif, serta terkoordinasi secara lintas pro- ‘gram maupun lintas sektor. Pelayanan kesehaton pade saat bencana merupakan faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit, karena bencana merupakan suatu kejadian yang tidak dlinginkan den biasanya terjadi secara mendadak serta disertai jatuhnya Korban. Keadaan ini bila tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat menghambat, Werte Perundang-undangan No, 2589/Selasa, 08-08-2006 mengganggu serta menimbulkan kerugian bagi kehidupan masyarakat, Salah satu kendala yang sering dijumpal dalam upaya Penanggulangan krisis di daerah bencana adalah kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) Kesehatan ‘yang dapat difungsikan dalam penanggulangan krisis, akibat bencana yang terjadi. Kekurangan tenaga fersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain keadaan tenaga sebelum bencana yang memang sudah terbatas baik dari segi jumlah dan jenisnya atau adanya tenaga kesehatar yang menjadi korban pada saat terjedi bencana, Pengalaman pada saat terjadi bencana gempa tsunami di NAD dan Sumatera Utara pada 26 Desember 2004 menunjukkae betapa banyak tenaga Kesehatan dan keluarganya menjadi korban sehingga upaya penanggulangan krisis menjadi terhambat karena kekurangan tenaga Kesehatan. Gambaren SOM Kesehatan yang ada di dacrah bencana (contoh: Simeuleu) Kabupaten Simeuieu NAO terdit dari 48 pulau kecl dan besar dengan jumlah penduduk 82.263 jiwa TTerbapi dalam 8 kecamatan dan 135 desa. Memilki 1 RSU tipe C, 8 puskesmas ravat inap dan 138 posyandy. Jumiah SDM kesehatan dengan jenjang pendicikan Diploma ll ke alas di Kabupaten Simeuleu yang bekerja di instansi pemerintah adsian 106 orang Mengingat sampai saat ini Simeuleu sudah tiga Kal mengalami bencana, sudah sepatutnya perly dilakukan antisipasi terhadap terjadinya bencana selasjutaya yang amat sult diprediksi kapan terjadinya, SDM Kesehatan sangat berperan penting dalam melakukan pelayanan Kesehatan akibat bencana. Sampai saat ini Simeuteu_masih mengalami kekurangan dalam segi kualitas dan kuantitas SOM Kesehatan. Hal ini perlu dipikirkan pemecahannya, apakah dengan melakukan rektuitmen bary untek mengisi Kebutuhan yang ada atau dengan distribusi/pemerataan SDM Kesehatan. Permasalahan SDM Kesehatan di RSU: 1. Hanya terdapat 5 dokter spesiais (1/4 N) 2. Tidak ada dokter dan dokter gigi defintit Permasalahan SDM Keseltatan ci Puskesmas: 1. Dokier umum tidak tetap di Puskesmas ‘Simeuleu Timur 2 Kepata puskesmas masih belum permanent 3. Tenaga feknis lapangan belum permanen 4, Belum ada standard petugas lapangan dalam pendidikan dan pelatihan ‘Mengingat beragamnya bencana yang terjadi serta dampak yang ditimbulkannya di Indonesia, maka dipandang perlu untuk menyusun Pedoman Manajemen SDM Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana, v2 Tujuan Tujuan unum Meningkatnya pengelotaan SDM kesehatan calam penanggulangan beneana Tujuan khusus 1, Tersususnya padoman perencanaan SDM Kesehatan ualam nenanggulangan bencana. 2. Tersedianya SOM Kesehatan yang menpunyal kemampuan dalam penanggulangan bencana, 3. Meningkatnya kualitas SDM Kesehatan dalam penanggulangan bencana, Saseran Sasaran cari Pedoman Merejemien SDM Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana adalah: 1. Pemerintsh pusat dan daerah 2. Institusi pelayanen Kesehatan (sarana kesehatan) 3, LSM Nasional dan Internasional 4, Organisasi profesi 5, Sektor-sektorterkall, eaperti Satkorlak, TN, Poli 6 Partai pete 7. Lembaga adat, Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan Pedoman Mansjemon SDM Keseharan dalam Penanggulangan Bencana adalah sebagai berikut 1, TAP MPR Nomor IV tahun 1996 tentang Gavis- Garis Besar Haluan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehaian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2495), 3. Undarg-Undang Nomor32 Tahun 2004 tentang Pemetinten Oaerah (Lombaran Negara Tahun 2004 Nomar 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437). 4 _Undsng-Ungang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan Daerah. 5. Peraturen Pemerinieh Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provins! sebagai Deerah Ctonomi (Lembaran Negata Tahun 2000 Nomar 54), Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952). 6 Peraturan Pemerinian Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 7, Keputusan Presiden Nomar 3 Tahun 2001 tentang Sadan Koordinasi_ Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi 8 Xeputusan Sekretaris Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Penguresi Nomor 2 Tahun 200% tentang Pedeman Umum Penanggulangan Beneana dan Penanganan Pengungsi 98. Keputusan Mentari Kesehatan Nomor 9797 Warte Perundang-undangan No.2589/Selasa, 08-08-2006 in 12, Pes 1 Meni Pela 2°01 tentang Prosedur Tetap 2 foaghate= Penanggulangan Sencane dan Fenanga-'an Pengungsi Kaputusan Menteri Kesehatan Republik Indo- nesia Noor 1277/Menkes/SK/KUZ001 tentang Organisasi dan Tata Ker Departamen Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indo ‘nesia Nomor 1362/Menkes/SRIXW/2001 tentang Kebijakan dan Strategi_—_Nasional Penanggulengan Masalah Kesehatan akival Kedaruratan dan Sencana Tahun 2002-2005, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indo- resia Nomar 81/Menkes!SKiU/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDV Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabiota sera Rumah Sakit gertian Bencana adalah peristiwa atau rangkaien peristiva yang terjadi secera mendadaknicak (erencanalsecara perlahan tetapi berianju: yang menimbukan dampak terhadap pola kehidh pai normal atau kerusakan ekosistem, sehingge diperiukan tindakan darurat dar luar biasa untulc menolong dan menyelamatkan korban baik ‘manusia maupun lingkungannye. Daerah rawan bencana adalah daerah yang memilki risiko sncaman terjadinya cencena, Pengungsi adalah orang siau eekelompok or- ang yang meninggalkan tempat tinggelnys akibat iekanan berupa Kekeresan fisik dan ate mental akibat bencana gue mencari perlindungan maupun kehidupan.yang lebih baik, Penanggulengan krisis akibat bencana adalh sorangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk mencegah, menjinakkan (mitigasi} ancaman! bahaya yang berdampak pada aspex kesehatan masyarakat, menyiapsiagakan sumber dayz kesehatan, monanggapi kedaruratan kesehatan dan memulihkan (rehabilitaasi) seria imembangun Kembali (rekontruks!) kerusaican infrastruktur kesehatan akibat bencana secara lintas program dan kntas sekior, ‘SDM (Sumber Daya Marusia) kesahatan adalah seseorang yang bekerja secaia akif Ji bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan mauoun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan unaya kesehatan Manajemen SOM Kesehatan adaish serangkaian kegiatan perencanaan dan pendayagunaan tenaga yang bekerja secara akiif di bidang kesehatan dalam melakukan upaya kesenatan Tim Reaksi Cepat adalah tim yang sesecsra mungkin bergerak ke lokasi bencana setcish ada. informasi kejadian bencana untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi koroen. v3 8. Tin Penilaian Cepat KesehataniRapid Heaith Assessment (RHA) adalan tim yang dapat iiberongkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Capat atau menyusul untuk meniiai kaneis! dan kebutuhan pelayanan kesehatan, Tim Bantuan Kesehatan adalah tim yang giberangketkan untuk menangani masalah Kesehatan dardasarkit lozeran Tim RHA, {G Public safety center (PSC) adalah pusat pelayansn yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hat yang becubungan dengan Kegawatdaruratan, termasuk pelayanari medis yang dapat dihubung! dalam waktu singkat dimanapun barada. Merupakan ajung tombak pelayanan, yang dertujyan untuk ‘mendpatkan respon cepat (quick response) terulama pelayanan pia rumat sat tt, Tenaga Disaster Victim Identification (DVI) adalah tenaga yang bertugas melakukan pengenalan kambalijati dint Kerban yang tenbul akibat bencana, N. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA Dalam upaya peningkatan penanggulangan krisis, akibat bencana, Departemen Kesehatan telah mongeluarkan kebijakan dan strategi berupa Surat Kepuiusan Wienteri Kesehatan Nomor 1362/Menkest SK/XI\/2001 tanggal 13 Oesemiver2002 tentang Kebijakan can Sirategi Nasional Penanggulangan, Masalah Kesehatan Akibat Kedaruratan dan Bencana Daiam manajemen S01 Kesehatan juga telah dikeluarkan Kebijakan dan strategi berupa Surat Keputusan Menteti Kesehatan Nomor 850/Menkes! SKIV/2000 tentang Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2000-2010 dan Surat Keputusan Menten Kesehatan Nomar 81 /Menkes/SK/ 12004 tentang Pedorar Serencanaan Tenaga Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit yang isinya sebagal berikut : A Kebijakan: 2 Penangguisngan krisis kedaruratan dan bencana ditakukan dengan koordinasi dan kemitraan (partnership) serta memperkuat Jgjaring Secare lintas program, fntas sektor dar ketjasama baik nasional maypun lemasional. b. Selap korsan bencana mendapatkan pelayanan kesehatan sesegea mungkin secars manusiaw! dan optimal © Penanagulangan krisis kedaruraten dan bencana dilaksanakan sebefum terjadinya vencana, saat texjadinya bencana, sorta sesudah tefjadinya bencana, 4 Pengorganisasian Penanggulangan Krisis ai tingkat Provinsi_ dan Kabupaten/Keta, dilaksanakan dengan semangat desentralisasi ddan otonomi & Pemberdayaan potensi daetah rawan bencana dengan peningkatan kuantitas dan kualitas sumoer daya, Werta Perundang-undangan No 2589/Selasa, 08-08-2006 & Mengura krisis kedaruratan dan SDM Kesehatan yang mencakup perencanaan, pengadaan serta pendayagunaan SDM perks dimantapkan secara ierus-menerus agar dapat lebih berdaya guna dan berhasit guna, Balam raneangan SKN knususnya dalam sub sistem SDI Kesshalan parencanaan SOM ‘Kesehatan merupakan ealan satu unsur utara dari sub sistem tersebut yang menekankan pentingnya usaya penstapan jens, jumiah dan kualifikasi SOM Kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunen Kesehatan, Strategi a Merubah pola gikie (mind set) penanggutangan bencana dengan iebin menekankan upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dibanding lupaya tanggap carurst dan rehabilitasi b, Memperkuat arganisast penanggulangan krisis kedaruratan dan bencana di tingkat Pusat, Provinsi dan Kacupaten/Xota, Memperkuat jejaring kerjacama fintas program dan lintas sektor ser'a dengan organisasi non- pemerintah, masyarekat dan mitra keria internagionel melalui pengerbangan sistem informas! penanggulangan krisis Kedaruratan ddan boncana, 4, Pemberdayaan semua potensi di daerab meialul peningkatan kapacitas sumber daya melalui pelatinan petuyas dan mensosialisasi kan gerekan masyarakat yang sader bencana mencegan kedanuratan kesehatan (safe con- ‘munily) Peningkatan mutu/tualitas SOM Kesehatan, Peningkatan pengabdian SDM Kesehatan dalam qewujudkan pomerstaan pembangunan kesehatan, g Mengatas) kelomahan _ pembengunan kesehatan dari sudut SOM Kesehatan yang menyangkut penyebaran yang belum merata, mutu pendidikan yang belum memadal, kompasisi tenaga Kesenaten yang timoang Karena masih sanget didominasi oleh tenaga ‘medis setta kinetjas dan produktivitas yang rendah, JENIS DAN SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA denis Bencana Secara gatis besar bencana dapat dikjasitkarikan menjadi bencana alam (natural disaster), bencana akioal vlah manusia {mar made disaster) atau gabungan kedvanya. Bencana alam merupakan fenomena atau gejata alam yang disebabkan oleh keadaan geologis, biologis, seismis, hidroiagis dan meteorologis atau disebabkan olen Suatu proses dalam tingkungan afam yang mengancam kehidupan, steuktur dan perekonomian masyarakat serta menimbulkan, Ma rmalapetaka. Bencana alam tei dari gempa bum tsunami, letusan qurung api, banjir, nah longsor, keketingan, dan Isinlan. Bencana karena lah menusia yailu periswa yang losjadi karena proses teknologi, inleraksi manusia dengan tingkungannya atau interaksi manusia di dalam dan diantara masyaraket itu senditi yang menimbulkan dampak negatit terhadap kehiaupan dan penghidupan masyarakat. Sencana akibat ulah manusia terdici dari kecelakaan Iransporiasi, pencemaran lingkungan, kegagalan teknologi xonflkt sosial, ferar bom, hama penyakit tanaman, epidemi, dan lair-tai, Bencana juga dapat diakivatkan oleh gabungan kedua jenis bencana tersebut, sepesti henjir Suatu daerah mungkin menjadi daerah “langganan” banje sejak duu, frekuensi dan besarnya baniie dapat meningkat kerens lan manusia yang diakibatkan olen Kebiasaan masyerake! siembuang sampah ke sungai, peningkatan erosi karena penggunduan hhutan yang menimuikan pendangkalan sungai dan bberubahnya tata guna latian di daerah resapan cir nuyjar. Ketiga hal fers2bu makin diperburuk dengan semakin padainya pemukiman di daerah sekilar bantaran sungal. Absbalnya banjir lebih sering leriadi, semakin besar dan Korban ja serla harta semakin banyak. Selain ily ada kejadian beneana yang dapat disebabkan oleh fakior alam maupun ‘akibat ulah manusia, seperti kejadian bencana kebaakaran hutan engingat damoak yang ditimbulkan dari berbagai Jenis bencana yang telah divraikan di alas maka siperlekan adanya Upaya penangguiangan bencana yang sistematis, 8. Sistem Penanggulangan Beneana Upaya penangguiangan bencana merupakan kegiatan yang mempunyai_ fungsi-fungsi manajemen ——sepetti. —_perencanaan, pengorganisasian, pelaksa:.ac.» dart pengendalian daiam lingkup "Siklus Penanggelangan Bencana’ (disaster management cycle) sepeni gambar sitawah in SikiusPenanqquiangaa Beneana Kesiapsiagasn es ZED witgest { vassc os) Taeggen tarurat CC / Peeceganan Warta Peruindang-undangan No, 2585/Selasa, 08-08-2006 penanggulangan bencana dilakukan melalui tiga tahao, yailt tahap sebelum terjadi (fo bencana), saat dan pasca bencana. Kegiatan sebelum terjadi bencana ‘meliputi pancegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan kesiapsiagaan. Pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan langgap darurat dan selanjutnya pada saat setelah levjadinya (pesca) bencana berupa kegiatan pemulihan dan rekonstrvksi Pencegahan dilakukan sebagai unaya mencegah timbuinya krisis akibat bencana sedangkan untuk mengurangi dampak yang gilimbulkan sebelum bencana lefjaci diakukan kegistan mtigasi. Kegiaten mitigasi perlu dievaluasi untuk persaikan secaraa berkala dengan melibatkan program dan sektor terkalt, agar sesuai dengan situasi dan kondist yang berkembang di wilayah setempat Kesiapsiagaan merupakan upaya-upaya yang difokuskan kepada pengembangan rencana-rencana uniuk menghadapi bencana, Ini penting artinya untuk memastikan bahwa lindakan-tindakan yang akan diam segera setelah Bencana lerjaci merupakan tindakan yang cepat, tepat dan etext Tujuan dari usaha kesiapsiagaan dalam bidang Kesehatan adalah a. Menninimalkan jumlah korban. bb Mengurang’ penderiaan karban. © Mencegah munculnya masalah kesehatan pasca beneana, d Memudankan upaya tanggap daruret dan emulihan yang cepat Tanggan darurat merupakan upaya-upaya yang diiakukan segera sesudah terjadinya suaiu bencana, Tindakan yang dilakukan urnumaya ditujukan untuk menyelamatkan jiwa korban dan melindungi harta benda serta menangani Kerusakan dan pengacuh terliadap bencana lainnya (kejadian lanjutan) Penanganan darurat pada kejadian bencana pada dasarnya dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, yailu sekiar 2-3 minggu sesudah bencana terjadi Upeye pemuihan merupakan kegiatan yang cilakukan segera selclah bencana mereda atau masa tanggep darurat telah terlampaul agar masyaraka! xembalt mampu meiaksanakan fungsinya dengan sebalk- baiknya, Sedangkan upaya rekonstruksi adalan kogistarr untuk enembangun Kembali berbagal sarana, prasarana dan pelayanan umum yang rusak akibat bencana agar lebih balk dari seaelumnya, Kegiatan rekonsiruks! merupakan_komponen penanggulanga bencana yang menghubung kan semua kegiatan penanggalangan bencana dengan pembangunan kesehalan keseluruhan. Kegiatan rekonstruksi akan menjadi bagian yang tidak tespisankan dari kebijakan pembangunan Kesehatan yang ada. Pelaksenaan kegiatan rekonstruksi harus direntcanakan dengan tell dan seksaina dengan mengikutsertakan beroagal disipln ima, instansi dan swasta secara terpadu dan terintegrasi IV PERMASALAHAN KESEHATAN BERKAITAN DENGAN ENCANA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA A 1 Werta Perundang-undangan No,2589/Selasa, 08-08-2008 Pormasalahan Kesehatan Akibat Bencana Masaish pada korban bencana -Mesalait kesehatan pada korban bencana dapat aikelompokkan menjadi dua bagian, yaity sebagal akibat langsung dan tidak langsung, Akibat langsung merupakan dampak primer yeag vialami Koroan ui dwerah bencana pada Saat iencana terjadi. Kasus-kasus yang sering terjadi antara lain, a Trauma Trauma tetjadi akibat terkena langsung benda-bends kerasitajam atau tumpul diantaranya Iuka robek, Juka tusuk, tuka sayet, dan fraktur Pata umumnya kasus trauma periu penanganan baik ringan maupun berat (lanjut). Kasus-kasus lrauma banyek terjadi pada koran bencana seperti ‘gempa bumi, tsunami, tanah lengsor, bani. angin puyul, kerusuhan kecelakaan wansportasi, kecelakean industri, kerusuhan, tindakan teror bom, dan lait lain, b. Gangguan pernapasan Gangguan pernapasan terjadi akibat trauma pada jslan napas, misalnya masuknya partikel debu, cairan dan gas bberacun pada saluran pemapasan, Kasus- kasus gargguan pernapasan banyak terjadi pada Korban bencana seperti: t6u- nami, gunung meletus, kebakaran, kecelakaan industri, dan lain-ain Luka bakar Luka bakar terjadi akibat terkena langsung benda panas/api/oahan kimia. Kasus kasus (uka bakar banyak terjadi pada korban bencana seperti : Kebakaran, gunung meletus, kecelakaan induste kerusuhan, tindakan terer bom, dan lain- vai 4, Keluhan psikologik dan gangguan psikiatak (tree pasca trauma) Sires pasca trauma adalah keluhan yang bethubungan dengan pengalarmen selama bencana teriadi, cats ini sering ditemwi hampir di setiap kejadian bencana, ®. Koran meninggal Disaster Vietim Identification (OVD) semakin dirasakan perlu untuk mengidentiikasi korban meninggal pasca bencana baik untuk kepentingan kesehatan maupun Untuk kepentingan penyelidikan Untuk Kecepatan dan ketepatan periolongaan snaka geliap korban bencana petlu wiktasifikasi sovagai berikut a Kasus gawat darirat b. asus gawat tidak darurat cc Kasus tidak gawat tidak darurat (non gawat arurat) 8. Kasus mat Akibat tak langsung merupekan dampak sekunder yang dialami korban bencana pada seat terjadinya pengungsian. Masalah kesehataan yang sesing terjadi antara lain 1’. Kuentitas dan kualitas air bersih yang tidak memadai Kurangnya sarana pembuangan kotoran, kebersihan lingkungan yang buruk (sampah dan limban cai) sehingga kepadatan vektor (lalat) menjadi tinggi, sanitasi makanan di dapur umum yang lidak higienis, kepenunsesakan (over- crowded). Penyakit menular yang sering limbul di pengungsian akibat fakior risike diatas antara lain: diare, typhoid, ISPAlpneu- monia, cainpak, maiaria, OBD dan penyakit kul cc Kasus penyakit sebagai akibat kurangnya sumber ait gersin dan kesehatan Jngkungan yang buruk. Kasus-kasus yang ssering terjadi antara lain; diare, ISPA, ma- {aria campak, penyakit kul, tetanus, TAC. cacar, hepatitis, cacingan, typhoid Gan lain- ‘ain 1d. Kasus giz kurang sebagai akibat kurangnya konsumsi makanan. Kasus-kasus yang sering terjadi antara lain: KER, anemia can xerophthalmia, ©. Masalah kesehatan reproduicsi ,ang sering lerjadi seperti gangguan seiama kehamian dan persalinan, terjadinys kehamilon yang tidak diharapkan,menyebarnya infeksi menular seksual (IMS), kekerasan terhadap, pperempuan dan anak, dso. f. Berbagai bentuk keluhan psikologik dan gangguan psikiatrik yang bernubungan dengan pengaleman yang dialami selama bencana terjadi seperti: stres pasca trauma, depresi, enxietas dan lain-iain, Masalah pada SDM kesehatan Masalah SDM Kesehatan yang dinadapi dalam penanggulangan krisis akibat bencana di Indo- nesia, anlara lain a, Kurangnya informasi mengenai peta kekuatan SOM Kesehatan oi daerah yang terkait dengan bencana. ©, Bolum semua tenaga setempat termasuk puskesmas mampu laksana dalam penanggulangan bencana ©. Masih sediklinya peraturan yang mengatur ve penempatan SOM Kesehatan di daerah fawan benoana, 4. Distribusi SDM Kesehatan masin belum mengacu pada Kerawanan suat wilayan tethadap bencana. © Kurangnya minat SOA Kesehatan untuk hertugas di daerah bencana atau konflik karena tidak adanya jaminan keselamatan an keamanan f Belum semus dgerah mempunyai Tim Reaksi Cepat penanggulangan krisis akibat bencana, g. Masin adanya daerah yang belum gemah menyelenggarakan peiatitan-pelatinan dalam penanggulangan krisis akibat bencana fh. Masih adanya daerah yang belum pernan menyelenggarakan glagi pecangguiengan krisis akibat bencana i. Pelayanan kesehatan pada saat kejadian bbencsnaseringkali terhambat oleh karene masalah kekurangan SDM Kesenatan j. Oibutunkan mas> pemulinan yang cukup lama bagi SOM Kesehatan yang menjadi korban bencana sehingga mengganggu kelancaran pelaksanaan pelayanan Kesehatan di deerah bencana Upaya Penanggulangan Bencana Upaya yang dilskukan dalam manajemen SOM Kesehatan yang terkait’ dengan penanggulangan krisis akibat bencana dibagi dalam tiga tahap sesuai dengan siklus penanggulangan bencana Pra bencana (pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan) a. Penjusunan peta rawan bencana Penyusunan peta rawan bencana dan peta geomecik sangat penting artinya untuk memperkirakan kemungkinan bencana yang akan terjadi serta kebutuhan fasiltas Pelayanan keseiatz.1 dan kelersediaan SOM Kesehatan berikut kompetensinya Seberapa nal yang harus diperhatikan dalam penyusunan peta rawan bencana adalah bo: 1) Ancaman (hazard), jenis bahaya bencana apa yang mungkin terjadi \oformasi ini dapat diperoleh dengan melihat keadaan geografis wilayah setempat 2) Kerentanan (vulnerability), seiauh mana akbat dari bencana initerhedap kehigupan masyarakat (khususnya kesehatan). Informasi yang dioutuhkan dalam menilai kerentanan yang dikaitkan dengan SOM Kesehatan Warta Perundang-undangan No, 2569/Selasa, 08-08-2006 menyangkut data tentang inventarisasi kelenagaan yang dimilik, contonnya dokler abi, dokter umum, perawat, boidang, Sanitarian, ahi giz dt Daiam penyusunan peta rawan bencana sebaiknye dilakukan secara lintas program (melibatkan unit-unit program yang ada di Ginas Kesehatan) dan lintas sektor (melibatkan instansi terkait seperti Pemda RSU, TNI, POLRI, Dinas Kessos, PMI Ormas, LSM, dif). Peta rawan bencana secara berkala dievaluasi Kembali disesuaikan dengan keadaan dan Kondisi setempat. b. Penyusunan peraturan dan pedoman daiam penanggulangan krisis akibat ‘bencana yang salah salunya terkait dengan penempatan dan mobilisasi SDM Kesehatan © Pemberdayaan tenaga kesenatan di sarana_kesehatan khususnya Puskesmas dan RS, lerutama di daeran rawan bencana, d. Penyusunan standard ketenagaan, sarana dan pembiayaan, ®. Penempatan tenaga __kesehatan disesuaikan dengan wilayah setempat (kerawanan tethagap bencans) { Pembentukan Tim Reakst Cepat (@S8 / Brigade Siaga Bencana). 9 Sosialisas) SDM Kesehatan tentang penangguiangan krisis akibat bencana, h. Pelatinan.pelatihan dan gladi 1. Pembentukan Pusat Pelayanan Kesehatan Terpadu atau PSC di KabupateniKota. Saat bencana (tanggap darurat) a. Mobilisasi SDM Kesehatan sesuai dengan keputuhan pelayanan kesehatan 6. Pengorganisasian SDM Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, Pasca bencana (pemulibanirehabilitasi dan rekonstruksi} 2 Mobiisasi SDM Kesehatan sesuai dengan kebuluhan pelayanan kesehatan. b. Pengorgénisasian SDM Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan keschatan © Upaya pemuithan SDM Kesehatan yang menjadi korban agar dapat menjalankan fungsinya kembali 4. Rekruitmen SDM Kesehatan untuk peningkatan upaya penanggulangan krisis akibat bencana pada masa yang akan datang. & Program pendampingan bagi petugas kesehatan di daeran bencana va VL MANAJEMEN SOM KESEHATAN A. Perencanaan Kebutuhan SOM Kesehatan Parencanaan kebutunan SOM Kesenatan dalam ponanggulangan krisis akibat bencana mengikut siklus penanggulangan bencana yal mulai dari pra, saat dam pasce hencana, 1. Pra bencana Perencanaan kebutunan SOM Kesehatan pada masa pia bencana menyangkut penempatan SOM Kesenatan dan pembentukan Tim Penanggulangan isis akibat Bencana, Dalam perencanaan penemprian SOM Kesehatan untuk pelayanan Kesehatan pada kejacian bencana, peily memperhatian beberapa ha) berikul a. Analisis resiko pada wllayah rawan bencana 8 Kanais! penduduk di daeran bencana (geogral Populasi, ekonomi, sosiat tudaya dan sebagainya) c Keterseciaan fasiltas Kesehatan d. Kemampuan SOM Kesenatan setempet e.° Kebutuhan minimat pelayanam Kesehatan di wilayah setempat. Sementara untuk membentvk Tim Penanggulangan Krsis akibat Sencana periv mempethatixan fal-hal sebagai Derikut a. Waku Untuk bareaksi yang singkat dalam memberikan pertolangan b, Kacepatan dan ketepatan dalam bertingak untuk mengupayakan pertolongan teriadag korvan bencana, sehingga jumah korben dapat diminimaikan iampuamt SOM Ke*zhctan selempat (jumlah dan jemis serts kompetensi SOM kesehatan setempa!) d Kebuivhan minimal pelayanan Kesehatan pada seat bencana. Disamping upaya pelayanan kesehatan (hegiatan teknis medis) diperiukan pula ketersediaan SDM Kesenalan yang mentiiki kemampuan manzjerial dalam upaya nentanggulangan Krisis akibat bencana: Untuk meadukueg kebutuhan tersebut, maka tim fersebut harus menyusun rencana: 2 Kebulunan anggaran (contingency budget) > Kepulunan satana dan prasarana pendukung, Jonis Tenag: | kom, | eeter Uinurs | PECOIGELSIATLSIAGLS Apotoker dan Pengeiniaan Obst dan ‘Asistan Apsteker Aes Peranst (O WSarane Emergency nursiigiPPGD | Keperawatan | IBTLSPONEDONEKIC | \,t \ [4 | Perawat marie | angestesvemergency | pursing [E] BemibaKesaaran—paPearaneo | 6} Santanan(O3Kestingy | Penanganantualtas at | oS) Siemitsemas Soa | | +) missioners | peargnen cit Sarjana Kesmas) \ | \ ; | \ | 8 | mgs Surctae Q2.D4 | Suneians Penat | tesetnan Seana Rea | { | | Enionnoiog (O3D4 Kesehatan} Péngendalian Vakiar Sajna xesmssiSayana Boost | \ \ | | | { | { ® \ | | Xebutuhan tenaga bantuan kesehatan selaiit yang tercantum di atas perlu disesuaikan pula dengan jens ‘eencana dan kasus yang ada, sebagat berikut fio} nis wencana| dere Tenaga Trompe ee] ah | 7 \ecatun | Bone sponte (aeonusuve lec | 1 | | | | errsoes J rebatinan | | Penant xar—resonen| | | Ine (tere | { \ \obsovn lena | \ | | avast | | | { \ou | | \ |e | | i \ [Besensanic | | ferere \ \ | | \ Deri fora [DePenanan [avast con (Sena! {persat mag! tebtnen| | Saroattemergeey | komen \ asin) snr dan {son tm Venn sate Rta Vnecowst momen, || owteu aioaaier 2 | fon [Cote Seosas | aocar mum [Senn |” | sonora | |omea coun) eo Jena am Hetsmer foo Wan | \ Stay ai i ! \eeaanpianw | | | |feaenees \ love ' \ | Prumcross) | | | Forensic { | Jena Fer | | [Keschatenine | | | | | iy | \ | \ | | | peo nan grat tsa] | dere eneceray mame |e avs aan. [nn | | | fanutsesera IRA | | Berson mat a | |e 1cu | t———__-} ‘ rasegrer | Rongen ‘Seam sesaisn| | | (netomen | | [astm | | | ca Warta Perundang-undangan No,2569/Seiasa, 08-08-2006 “6 3 Jermaneets[bone Spestt et unom [own Sire iximaote Sea enya exam jreotnan Kinorink [hag ethan) Jaaestes can ant [recom Unga eo | lesan paste. ann fie Foren Dera ornei =| fevanon dou Sposa [Beran omen [oma | een fo tess cmanes Febathan Fenyent clon |batomer | "operetta arawteican [seni seat Jessi {crews beset sin) * Oonasn ie [sa omersenr|estare Bows: Nngenessay (doe un ov ‘sown sera ata ie felon ane, Seton pln f & we Dental forensik | acogater —_[Rorgen asi * sean ‘bs Peewee] Anaestes Gon | Inetomer formset nn ga este \ Ser ienererr fe fnrsia)aneo'can lesen | : Gon etn fa | + [Tausam | ooverSpesais [becenumum® [sea Sonata mee lecedl fcsstnsn Sxnct env asm fretorar \ | lank lest Tasogarer [Ronen Seca | ‘obsoyn ana |ebutunan | \Anestest |sekorsn | | ow ii rear 7 | xecetataan [Dower Spesiais [Beda umuma | Seeuss | ain tavernas stones oun) ; | ss Penyakit dalam nekornen: | D3 Perawat Manir | si dan |Sesual Anak ast ten || |pwrea rat onsen O>eayn (ha | anc emery atone fries i [| paver (are a owt sere eh ne loa a econ last feence | © Peningkaten —kemampuan dalam | adouater |rorgen Sea penangguiangan keisis akibat Dencana | esa 4. Rapat koordinas! secara berkala. conn fe. Giadi penanggulangan krisis. | ie Toon tom Toowe apetans Tees 2, Saat dan pasca bencana i [esta Doki Spesais [Bean unum |Sesua | Pada saat terjadi bencana perlu adanya moblisasi [rs rerern exten lretome| SDM Kesefatan yang tergabung dalam sus Tim | nak sen Penanggulangan Krisis yang meliputl Tim Gerak [oesare, RHA Cepat, Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Tim RHA) ee dan Tim Benivan Kesehaten. Sebagei koorcinator Sw Tim adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi | son poste Kabupetenikota (mengacu Surat Keputusan (enter ee ak Kesehatan Nomor 679 Tahun 2001) Keoutunan minimal tenaga untok masing-masing tim oe Peewatven erewisidan Seu perawat rai gaat eenutann dara emergency. |nexoren: Inrsing) dasa’ dan das | lantan sera | RHA | eral mile, loKiicu aadegrater — |Romgen ‘ses Ireutonan isos um RHA Warta Perundang-undangan No.2589/Selasa, 08-08-2006 {ersebut adalah sebagai berkut a. Tim Gerak Cepat, yakni tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi kejadian bencana. Tim Gerak Cepat ini terdi dari 1) Pelayanan Medi a). Dokter umum/BS8 tog ). Dokter Spesialis Bedah tog ©). Dokter Spesiais Anaestesi 1 019 4). Perawat mahir (perawat bedah, ‘sawat darurat) Zorg vo ©). Tenaga DVI tog 5), Apoleker/Asisten Apotek 101g Sopir ambutans 100g Surveilans Epidemiolog/Sanitarian tog 3) Petugas Komunikasi tog Tenaga-tenaga diatas harus dibekali minimal pengelahuan umum mengenai bencana yang dikaitkan dengan bidang pekerjaannya masing- masing Tim RHA. yakni tim yang bisa diberangkatkan versamaan dengaa Tim Gerak Cepat atau menyusui dalam waktu kurang dari 24 jam. Tim ini minimal terdici dar: 1). Dokter unum torg 2). Epidemiolog 101g 3). Sanitarian tog Tim Bantuan Kesehatan, yakni tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka oi lapangan. Tim Bantuan Kesehatan tersebut terdiri dani Ss a ed Josreotnat|acaeseican [Sen |peanatmane coat Knanan [Scart emery |retome acing) crsaoe’ [aan on ‘su oweu |p edoyoter [rong seuss bana rene | |r rekaan —oane Speaaie [pdroniog) —_|sens | fetaer Es rio [Ranga Seca) |éssrtee Et 3. Kebutuhan jumiah minimal SOM kesehatan Warta Perundang-undangan No, 2589/Selasa, 08-08-2006 Adapun perhitungan kebutuhan jumlah minimal sumberdaya manusia kesehatan untuk penangenan korban bencana adalah sebagai berkut Jumlan kebutunan SDM Kesehatan di lapangan untuk jumlah pendudukipengungsi antara 10.000 - 20.000 orang Kebutunan dokter umum adalah 4 orang Kebutuhan perawat adalan 10-20 orang Kebutuhan bidan adalah 8-16 orang Kebutunan Agoteker adalah 2 orang Kebutunan asisten apoteker adalah 4 orang Kebutuhan pranata laboratorium adalah 2 org ~ Kebutuhan epidemiolog adalah 2 orang = Kebutuhan entomolag adalah 2 orang ~ Kebuluban sanitarian adalah 4-8 orang Untuk petayanan kesehatan bagi pengungsi dengan jumlah sampai 8000 orang 1) Pelayanan 24 jam, kebutunan tenaga yang lusuikan sebagai berikut : dokter 2 orang, perawat 6 orang, bidan 2 orang, sanitarian ‘orang, gizi 1 orang, Asisien Apoteker 2 orang dan administrasi 1 orang 2) Pelayanan @ jam, kebutuhan tenaga yang diusulkan sebagai berikut : coker 7 or ‘ang, perawat 2 orang, bidan 1 orang, sani- tarian 1 orang, dan gizl t orang, Formulasi untuk —menghitung jumiah kebuluhan SOM Kesehatan fasilitas rujukan’ Rumah Sakit 5) Kebutuhan dokter umum = (imi pasien/40)- ji dokter umum yang ada itempat Contoh perhitungan: Andaikan jumlah pasien yang perlu men- dapatkan penangan dokter umum adaiah 80 orangihari, sementara jumlah dokter uumum yang ada di rumah sakit tersebut adalah 1 orang, maka jumlah dokter umum yang masih dibutuhkan adalah (Goo) = 12-4 = torang 2) Kebutuhan dokter bedah = {Girl pasien dokter bedahy5)}- jm! dokter 3 bedah yang ‘ada di tempat Diasumsikan lama Dokter Bedan yang bertugas adalah selama 5 hari baru vverganti shift dengan penggantinya cata- rata jumlah pasien bedah selama 5 hari adalah 75 pasien, dan jumiah dokter bedah yang berada di daerah tersebut berjumiah ‘orang, Maka jumiah dokter eden yang mmasin dibutunkan adalah : 7SI15- 1 = 3-1 *2 orang dokter bedan, 5 3) Kebuluhan dokter anestesi = {inl pasien bedabvt8)}- ji dokter anestesi di tempat Diasumsikan lama Dokter Anestesi yang berlugas adalah selama 5 hari baru berganti shift dengan penggantinya, rata rata jumlah pasien bedah selama 5 hari ‘adalah 75 pasien, dan tidak terdapat dokter anestesi di daerah tersebut. Maka jumlah dokter anestesi yang dibutunkan adaian 75115 - 0 = 1 orang dokter anestesi 5 v-40 Kebutuhan perawat di UGD = Rasio kebutunan tenaga perawat mahir di UGD pada saat bencana adalah 1:1 (1 perawat menangani 1 pasien) 5) Kedutuhan perawat : sumber tenaga keperawatan di RS (Depkes 2005) 8) Kebutuhan perawat di ruang rawat inap: jumlah jam perawatan total untuk semua Jenis pasienijumiah jam efektf per hari per shitt (7 jam) 7) Kebutuhan tenaga fsioterapi = Rasio kebutunan te1iaga fisioterapi untuk penanganan korban selamat adalah 1:30 (1 fsioterapis menangani 30 pasien) 8) Kebutunan Apoteker 1 orang dan Asisten Apoteker 2 orang 9) Kebutuhan tenaga gizi adalah 2 orang 10) Kedutuhan pembantu umum adalah 5-10 orang, Jumiah jam perawatan dapat ¢ihitung 1) berdasarkan klasifikesi pasien dalam satu fuangan ( Penyakit Dalam: 3.5 jaminr; Bedah: 4 jannihr: Gawat: 10 jamin: Anak: 4,5 jamvhe: Kebidanan’ 2) berdasarkan tingkat ketergantungan keperawatan minimal ; 2 jaminf; sedang 3,08 jaminr; agak berat » 4,15 janvir dan ‘maksimal : 6,16 jamin) Pendayagunaan Tenaya Distribusi Distribusi dalam rangka penempatan SDM Kesehatan ditujukan untuk antisigasi pemenuhan kebutuhan minimal tenaga pada pelayenan Kesehatan akibat bencana Penanggungiawab dalam pendistribusian SOM kesehatan untuk tingkat Provinsi_dan Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Kesehatan. Mobilisasi Mobilisasi SOM Kesehatan dilakukan dalam rangka pemenunan kebutuhan SDM Kesehatan pada saat dan oasca bencana bila @. Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana tidak dapat diselesaikan oleh daerah tersebut sehingga memeriukan bantuan dari daerah lainiregional b. Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana seltiultya tidak dapat diselesaikan oleh daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan dari regional dan nasional Langkan-Langkan mobilisasi yang cilakukan: 8 Menylagakan SDM Kesehatan untuk di lugaskan ke wilayah yang terkena bencana, Warta Perundang-undangan No. 2589/Selasa, 08-08-2006 b. Menginformasikan kejadian bencana dan meminta Lantuan qvolalut 1) Jalur adminisivasiDepdagti (puskesmas - camat - bupati - gubernur - mendagti) 2) Jalur administrasiiDeokes (puskesmas - Dinkes Kab/Kota - Dinkes Prov - Depkes) 3) Jalur rujukan mesik (puskesmas - RS Kab/Kota - RS Prov RS rujukan wilayah -Ditjen Bina YanmediDepkes) Setiap Provinsi dan Kabupaten/Kola dinarapkan telah memilikt Public Safety Center (PSC) dan ‘im Penanggulangan Krisis Akibat Bencana yang terdi dari Tim RHA, Tim Gerak Capa dan Tim Bantuan Kesehatan, hal ini untuk memudahkan pelaksanaan mobilisasi SDM Kesehatan pada saat keladian bencana. Keyala Dinas Kesehatan setempat bertindak sebagai penanggung jaweb pelaksanaan mobilisasi SDM Kesehatan di wilayan kerjanya. Untuk mabilisasi SOM Kesehatan di tingkat regional {lintas provinsi) dilakukan sesuai kelentuan yang berlaku (sesuai jejaring rujukan medik) dan berkoordinasi dengan Depkes. Peningkatan dan pengembangan Peningkatan dan pengembangan SOM Kesehatan disesualken dengan kabutuhan untuk penanggulangan bencene. SDM Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dalam melakeanaken tugasnya secara professional. Melalui pembinaan yang dilaksanakan secarateratur dan berkesinamoungan, ciharapkan kinerja SDM Kesehatan dapat meningkat lebin balk. Pembinean dllaksanaken dengan cara sebagai berikut a, Supervisi dan bimbingan teknis secara lerpadu untok menyelesaixan masala b, Pendidikan formal dalam bidang penangguiangan bencana 6. Pelatinan/kursus mengenal teknis medis, dan penanggulangan Dencana. 4. Melakukan gladi posko secara terstruktur, terprogram, terarah dan terkendali serta berkala, e.Pertemuan ilmiah (seminar, xorkshop. dan lain-ain), [ Pembahasan masalah pada rapat intern dalam lingkup kesehatan ataupun secara terpadu lintas sektor di berbagai tingkat administrati Dalam upaya meningkatkan kompentensi SDM Kesehatan dalam penanggulangan krisis akibat bencana dibutunkan pelatinan- pelatihan soo vent Pelatihan untuk Perewat Lapangan (Puskesmas) di -ok3i pengungsian dan daerah potensial teijadi bencana 2) 3) 4) 5) ‘eperawatan Kesmas (CHN) Khusus untuk masalah kesehatan pengungsi Keperawatan Gawat Darurat Dasar (emergency nursing) PONED (Pelayanan Obstetri dan Neo. natal Emergency Oaser) Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Manajemen Penanggulangan Krisis akibat Bencana (PK-AB) Pelalihan untuk perawat di fasilitas rujukan! RS 1) 2) Keperawatan gawat darurat dasar dan lanjutan (PPGD dan BTLS) Keperawatan ICU Keperawatan jiwa Keperawatan OK Manajemen kercrawatan di RS Standar Pre Caution Mahir Anaestesi PONEK Kesehatan Reproduksi ) 2) Gizi 1) 2) 3) 4) PONED untuk Dokter, Bidan dan Perawat Pelatinan Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan dan Ansk untuk Dokter, Perawat dan Biden Penanggulangan Masalah Gizi dalam Keadaan Darurat untuk petugas Gizi Surveilans Gizi untuk petuges Gizi Konselor Gizi untuk petugas Gizi Tala Laksana Gizi Buruk Pelayanan Medik y 2) 3) 4) 5} ®) 7 2) 9) GELS (General Emergency Lite Support) unt vakter PTC untuk dokter APRC untuk dokter Dental Forensik untuk dokter gigi DVI untuk dokter dan dokter gigi PONEK (Pelayanan Obstetri dan Neo- rratal Emergency Kemprehensif) untuk dokter spesialis obsgyn rumah sakil) ATLS untuk dokter ‘ACLS untuk dokter BLS unluk SDM Kesehatan Pelayanan Penunjang Medik 2) 3) Warta Perundang-undangan No. Pelatihan Fisioterapi Pelatinan teknis Labkes untuk Pranata Labkes Pelatinan untuk radiografer 189/Selasa, 08-08-2006 Pelayanan Kefarmasian 1) Perencanaan dan Pengelolaan Obst Terpadu 2) Pengelolaan Obat KabupateniKota 3) Pengelolaan Obat Puskesmas 4) Pemanfaatan Data _ Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan bat (LPLPO) 5) Pelatinan Sistem Informasi dan Inventarisast Obat Bantuan Manajemen Penanggulangan Krisis: 1) Pelatinan Manajemen Penanggulang an Krisis akibat Bencana 2) Pelatihan Manajemen Penang- gulangan Krisis pada Kedaruratan Kompleks 3) Public Health in Complex Emergency Course 4) Health Emergencies Large Population (HELP) Course 5) Pelalihan Radio Komunikasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan: 1) Pelatinan/kursus dalam dan luar neges (public health on disaster man- agement) 2) Pelatinan surveilans epidemiotogi dalam keacaan bencana 3) Pelatihan kesiapsiagaan penanggulangan bencana di regional center 4) Pelatihan RHA dan capid respons sanitasi darurat 5) Pelatihan asisten dan ko-asisten entomologi 6) Pelalinan Ahli Epidemiolog! Lapangan (PAEL) VI. KOORDINASI PELAKSANAAN A. Organisasi 1. Tingkat Pusat Penanggung jawab pelayanan kesehatan penanggulangan bencana seria penanganan pengungsi di tingkat Pusat adalah Menteri Kesehatan dibantu oleh seluruh Pejabat Eselon 1 dan Kepala Badan POM seria berkoordinasi dengan instansi terkait dan selalu mempedomani pelunjuk Ketua Bakornas PEP yang diketual oleh Wakil Presiden. Pelaksanaan tugas penanggulangan krisis akibat bencana di lingkungan Departemen Kesehatan dikoordinir oleh Sekrelaris venderal melalui Pusat Penanggulangan Kelsie (PPK). v2 “Tingkat Pcovins! a Penanggung jawab pslayanan kesehatan penanggulangan bencana__serta penanganan pengungsi di Frovinsi adaiah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Bila iperiukon dapat meminta bantuan kepada Departemen Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas dibawah Salkorlak BP yang diketual oleh Gubernur, fe Pelaksanaan luges penanggulangan krisis akibat pencana i fingkungan Dinas Kesehatan Provinsi dikoordinir alah pejabat yang ditunjuk o'eh Kepala Dinas Kesehatan Tingkat Kebupatenfkota a, Penanggung jawab pelayanan kesehatan penanggulangan bencana serta penangan pengungsi di Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupatenikota Bila diperlukan dapat meminta bantuan kepada Provinsi. Dalam melaksanakan lugas dibanan Satiek PRP yang diketual ‘oleh BupatiWalkota b Pelaksanaan tugas penanggulangan krisis akibat bencana di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dikoordinir oleh pelabat yang ditunjuk olen Kepala Dinas Kesehatan, Di fokasi kejadian Pelayanan kesehatan penanggulangan bencana seita penanganan pengungsi di lokas\ kejadian di eawah tans.gu°3 jawab Kepala Dinas Kesehatan sedangkan Kepala Puskesmas sebauai pelaksana lugas Dinas Kesehatan. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Bencana Serta Penanganan Fengungsi Pra bencana Kegiatan yang diiaksanaken a. Tingkat pusal 1} Memovat, menyebarivaskan dan memutakhirkan_pedoman pelayanan kesehalan pada _penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi. 2) Memouat—. standard-standard penanggulangan bencane Jan penanganan dengungsi 3) Membuat pete geamedik serta mengadakan pelatinan setiap unit dan petugas yang lerlibat dalam penanggulanuan bencana, dilanjutkan dengan gladi posko dan glad iapang. 4) Inventarisasi sumber daya kesenatan vyemerintah dan swasta termasuk LSM, Warte Perunttang-undangan No.2589/Selasa, 08-08-2006 5) Membuat standar dan mekanisme penerimaan Sealuan dari dalam dan luar negeri 6| Inventarisasi jenis dan lokasi Kemungkinan terjadinya bencana di wilayahnya dengan mengupayakan informasi “early warning" atau peringatan din. 7) Membentuk tim reaksi cepat Penaaggulangan bencana 8) Mengembangkan mitigasi_dan kesiapsiagaan penanggviangan beneana (sarana dan prasarena) 8) Mengadakan monitoring dan eveluasi tethadap pelaksanaan_penang- quiangan bencana 10) Mengembangkan sisters Komurikasi an informasi 1) Koordinasi intas program: das lintas sektor melipuli sinkronisasi kegiatan penanggulangen bencena dari cusat sampai daeran 12) Kegiatan bimbingan teknis. Tingkat Provinsi Kepale Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kegiatan 1) Membuat peta geomedix daeran rawan bencana, 2) Membuat rencana kontinjens! (‘contin gency pian’) 3) Menyusun dan menyebarluaskan Pedoman Penanggulangan fencana dan Penanganan Pengungsi 4) Mengadakan pelatiban Penang- guiangan Bencana. 5) Menibentuk dan mengembangkan tim ceaksi cepat 6) Menyelenggarakan pelatihan gladi posko dan gladi lapang dengan melloatkan semua unit teks 7) Membentuk Pusdalop penang- ‘gulangan bencana dan penanganan pengungsi 8) Melengkapi sarana/fasilites yang diperiukan termasuk mengemoang kan sistem komunikasi dan informas' ci daeran tersebut 9) Mengadakan koordinasi lintas pro- gram dan intas sektor metiputi Sinkronisasi kegiatan penang- gulangan beneana dengan pusat dan kabupatenkota, 10) Melakuken evaluasi dan memutakhir kan Pratap yang ada sestai kebutunan 11) Kegiatan bimbingan teknis Tingkat Kabupatenskota Kepala Dinas Kesehatan KabupateniKota metakukan kegiatan’ 1) Membuat peta geomedik daerah ravan bencana 2) embuatrencane kontinjensi"contin- gency pan’) 3) Mengadak= relatihan penang- guiangan bencana 4) Membentuk dan mengembangkan tim reaksi cepat 5) Mengadakan pelatihan glaci posko dan gladi lapang 8) Membentuk Pusdalop penang- Gulangan bencana dan _penanganan engungsi 7) Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin teach a) Jumiah dan lokasi puskesmas ») Jumlan ambulans ©) Sumigh tenage kesehatan 2) Jumlah RS termasuk fasilitas Kesehatan lainaya 2) Obat dan perbekalan Kesehatan 4) Unit transtusi darah 8) Mengadakan knordinasi lintas pro- gram dan iiniss sektor meliputi sinkronisasi kegiatan penang- gulangan bencana dengan provinsi dan kecamatan, 9) Kegiatan bimbingan teknis Tingkat Kecamatan Kepala Puskesmas melakukan Kegiatan 1) Membuat jalur evakuasi_ dan mengadakan pelatinan. 2). Mengadakan pelatinan tiase 3) Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi 4) Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini feauly wanr- ing system) untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan, 5) Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam Satgas. 6) Mengadakan icurdinasi lias sektor. Saat bencana Tingkat Pusat Koordinator pada saat bencana adalah Sekretaris Jenderal Depkes, Sedangkan Direktorat-direktorat Jenderal mempunyai tugas sebagal berikut 1) Dirjen Bina Pelayanan Medik mengkoordinasikan daerah darurat medik di lapangan dan pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit serta, mobilisasi SOM Kesehatan paca fase langgap darurat Warta Perundang-undangan No.2589/Selasa, 08-08-2008 2) 3) 4) 5) 8) 7 8 Dirien Pengendalian Penyakit dan Penyetatan Lingkungan (P2 dan PL) berkoordinas: dengan Dinas, Kesehatan Provinsi untuk menggerakkan kinerja surveitans epidemiolag! kesehataa lingkuagan ddan pemberaniasan ponyakit, logit dan peralatan Kesehatan lapangan dalam rangks pencegahan LB penyakit’ menular di tempat penampungan pengungsi dan lokasi sekitarnya Dirjen Bina Kefarmagien dan Alat Kesehatan mangkoordinasikan bantuan obat, bahan habis pakai dan perbekaian Kesehatan yang iperlukan, Sedangkan Kerala Badan POR mengawasi kualitas obat dan makanan pantuan untuk korban Dirjen Bina Kesehatan’ Masyarakat berkoordinasi dengan Dinas, Kesehatan Provinsi untuk membenkan dokungan pelayanan Kesehatan dan gizi, kesenatan reproduksi, promosi Kesehatan dan penanggulangan penyakitakibat ker, Kepala Badan Penelitien dan Pengembengan (Litbang) membantu Dijen terkait dan PPMK Setjan Depkes sesuai tugas dan fungsinya agar pelayanan medik gada penang- gulangan bencana lebih efektif dan elisien Inspektur Jenderal_melakukan pengawasan pelaksangan Kegiatan yang terkait dalam penanggulangan bencana Kepala Pusat Penanggulangan Kisis, (PPK) Setjen Depkes sebagai pelaksana koordinasi mempunyai {ugas sebagel bericut 2) Mengaktifean — Pusdalops penanggulangan bencana by Mengadakan koorcinasi lintas sektor untuk angkutan persoril poralaten, banan bantuan dan lain-ain ©) Mengkoorginasikan bantuan swasta dan sekior Iain 6) Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi untuk mempersiapkan bantuan bila diperlukan @) Berkoordinasi dengan Tim Identifikasi Nasional untuk igentifikasi korban meninggal massa Dalam kedaan darurat, Separtemen Kesehatan dapat memanfastkan polensi dan fasiltas Kesehatan yang vetd berada ci wiiayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (isainya Pertamina, PTP, BUMN, Swasta dll) Tingkat Provinsi Kepala Oinas Kesehatan Provinsi melakukan kegiatan 1) Melapor: kepada Gubemnur dan menginformasikan kepada PPK Setjen Depkes tentang lerjadinya bencana atau adanya pengungsi 2) Mengaktifxan Pusdalops Penang- gulangan Bencana tingkat Provinsi 3) Berkoordinasi dengan Depkes cq PPK, bile ada kebutuhan bantuan obat dan’ perbekelan Kesehatan, Pengelolaan unat dan perbekalan kesehatan menggunakan bukti pedoman pengelolaan obat dan perbekalan Kesehatan, 4) Berkoordinasi dengan Rumah Sakit Provinsi- unluk mempersiaokan menesima rujukan dari lokas! bencana atau tempat penampungan pengungsi, Bila _diperlukan menugaskan Rumah Sakit Provinsi uuntuk mengirimnkan tenaga ahi ke lokasi bencane atau tempat penampungart pengungsi 5) Berkoordinas! dengan Rumah Sakit rujukan (RS Pendidikan) di tuar Provinsi untuk meminta baniuan dan menerima rujukan pasien. 6) Berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupatent

Anda mungkin juga menyukai