Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu dari macam-macam tanaman palawija yang sering

dikonsumsi masyarakat di Indonesia. Jagung adalah bahan pangan alternatif yang paling baik

menggantikan beras karena rata-rata masyarakat di Indonesia mengonsumsi menggunakan

bahan beras yang dijadikan nasi. Jagung juga merupakan sumber penghasil karbohidrat

setelah beras. Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai

peranan penting dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas

jagung mempunyai fungsi banyak, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung

untuk pakan mencapai 50% dari total kebutuhan yang ada.

Banyak kegunaan yang dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman jagung selain

sebagai makanan tetapi juga dapat dijadikan bahan seperti tepung, jagung rebus, jagung bakar

dan lain-lain. Keunggulan lain yang penting dari tanaman jagung juga dapat diolah dalam

bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan baku pakan ternak. Hampir

seluruh bagian yang ada pada tanaman jagung dapat olah untuk keperluan manusia baik

langsung maupun tidak langsung. Dalam beberapa tahun ini industri pengolah jagung

mengalami perkembangan yang tinggi sehingga berdampak pada permintaan bahan jagung

yang terus meningkat.

Dalam waktu lima tahun terakhir yaitu (2000-2004), kebutuhan akan jagung seperti

bahan baku industri pakan, makanan dan minuman terus meningkat hingga mencapai 10-15

pertahun. Oleh sebab itu, ketersediaan bahan baku jagung sangat penting terhadap industri

yang ada untuk meningkatkan kebutuhan manusia di Indonesia. Untuk meningkatkan

1|KERAGAMAN HAYATI
produksi jagung tingkat nasional, baik dengan perluasan areal tanam maupun perluasan

penggunaan benih unggul, mampu meningkatkan produksi jagung dari 6,26 juta ton pada

tahun 1991 menjadi 10,91 juta ton pada tahun 2003. Namun dengan jumlah produksi jaugn

yang besar tersebut masih belum mampu mencukupi kebutuhan yang ada, sehingga Indonesia

masih melakukan impor. Produksi jagung nasional diperkirakan naik 4,24% per tahun,

sehingga pada tahun 2009 perkirakan mencapai 13,98 juta ton dan tahun 2015 mencapai

17,93 juta ton. Dengan begitu bisa menutupi kebutuhan yang terus lama meningkat.

Untuk hasil tanaman jagung pada umumnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

penting yaitu masih belum optimalnya penyebaran dan penggunaan varietas unggul

dimasyarakat yang melakukan budidaya, pemakaian pupuk yang belum tepat, penggunaan

teknologi dan cara bercocok tanam yang masih belum baik dan lainnya. Salah satu solusi

dalam usaha peningkatan produksi tanaman jagung di Indonesia dengan cara yaitu

peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi permintaan pasar sehingga perlu peningkatan

produksi jagung dengan cara memenuhi standard baik pada kualitas dan kuantitas tiap

varietas yang dihasilkan. Akan tetapi semua ini harus perlu dilakukan dengan mengetahui

atau memahami karakteristik tanaman jagung yang dibudidaya sehingga akan berdampak

pada tingkat produksi yang meningkat.

1.2 Tujuan

1. Untuk mrmahami dan menerapkan prinsip teknik produksi jagung.

2. Untuk mengetahui pengertian pupuk hayati.

3. Fungsi pupuk hayati dan kualitas pupuk hayati jenis-jenis pupuk hayati yang telah di kenal

di Indonesia.

2|KERAGAMAN HAYATI
1.3 Manfaat

Manfaat secara umum dalam makalah pupuk hayati ini adalah dapat memberikan

pemahaman kepada para pembaca tentang pupuk hayati.

3|KERAGAMAN HAYATI
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diskripsi Tanaman Jagung

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman terpenting di Indonesia setelah beras

karena jagung saat ini berperan sebagai bahan konsumsi dan pakan. Oleh sebab itu

permintaan akan jagung selalu meningkat,Sehingga Indonesia melakukan impor yang

jumlahnya cenderung selalu meningkat untuk menutupi permintaan yang tinggi

(Suwignyo,2010).

Produksi ekonomi jagung adalah berupa biji jagung yang merupakan sumber

karbohidrat potensial untuk memenuhi bagi manusia. Pada perbedaan kandungan gizi jagung

dapat dilihat warna biji kuning dan warna biji putih yaitu dengan nutrisi vitamin A

(Polnaya.2012). Tanaman jagung memiliki potensi produksi tinggi terutama pada kondisi

irigasi jika dibandingkan dengan tanaman lainnya. Produktivitas sebagian besar jagung

tergantung pada kebutuhan dan manajemen gizinya terutama yang dari nitrogen, fosfor dan

kalium (Quaye,2009).

Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman dengan berumah satu Monocious

karena letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Tanaman jagung

termasuk dalam tanaman C4 yaitu mampu beradaptasi dengan baik pada faktor-faktor

pembatas pertumbuhan dan hasil. Keunggulan sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan

anatomis yang sangat mempengaruhi dalam hasil produksi. Klasifikasi tanaman jagung

adalah sebagai berikut:

4|KERAGAMAN HAYATI
Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledonae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

2.2 Morfologi Tanaman Jagung

2.2.1 Daun

Daun pada jagung dengan ciri yaitu berbuku-buku di batang, sedangkan pelepah

daun jagung menyelubungi ruas batang. Panjang daun jagung bermacam sekitar 30-150 cm

dan lebar 4-15 dengan tulang daun jagung yang sangat keras. Tepi helaian daun yaitu halus

dan bentuk yang berombak. Jumlah daun jagung tiap tanaman bermacam sekitar 12-18 helai.

2.2.2 Bunga

Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monocious) karena bunga jantan

terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina terletak pada pertengahan batang.

Diaman pada bunga jantan dan betina berada pada satu tanaman. Tanaman jagung bersifat

protrandy, maka jagung mempunyai sifat penyerbukan silang.

5|KERAGAMAN HAYATI
2.2.3 Batang

Untuk batang jagung beruas-ruas yang jumlah sekitar 10-40 ruas, umumnya jagung

tidak bercabang kecuali ketika muncul dari pangkal batang, yang terjadi pada jagung manis.

Panjang batang sekitar 60-300 cm tergantung dari tipe jagung dan umur tanaman.

2.2.4 Perakaran

Sistem perakaran jagung bermcam-macam yaitu dari akar seminal yang tumbuh

kebawah pada saat biji berkecambah, kemudian akar koronal yang tumbuh ke atas dari

jaringan batang setelah plumula muncul, dan akar udara yang tumbuh dari buku-buku di atas

permukaan tanah.

2.2.5 Tongkol dan Biji

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol

jagung diselimuti oleh daun kelobot. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang

jumlahnya selalu genap. Biji jagung terletak pada tongkol yang tersusun memanjang,

Padatongkol tersimpan biji jagung yang menempel erat sedangkan pada buah jagung terdapat

rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus (Aak,1997).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Posisi negara Indonesia yang berada di daerah tropis dan sebagai negara kepulauan

sangat rawan terhadap adanya perubahan iklim. Dampak dari terjadinya pemanasan global

akan menyebabkan terjadinya peningkatan muka air laut sehingga akan memberikan

pengaruh yang sangat besar terdapat sekitar (Suwignyo,2010). Dengan adanya permaslahan

tersebut tidak masalah bagi tanaman jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah

bahkan pada kondisi tanah yang kering. Tanaman jagung dapat beradaptasi terhadap tanah

6|KERAGAMAN HAYATI
dengan jenis tanah lempung berpasir atau tanah lempung dengan pH sekitar 6-8. Temperatur

pertumbuhan optimal yaitu 24-30 C. Kemudian curah hujan yang baik yaitu 85-200

mm/bulan. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan

cukup air akan tetapi tidak berlebihan. Tanaman jagung terkadang juga dapat tumbuh

pada curah hujan cukup tinggi dan kasar topografi. Montane hutan / padang rumput ini sangat

cocok untuk jagung, sayuran eksotis (wortel, kubis, mentimun dan selada antara

lain)( Sowunmi,2010). Kemiringan tanah ideal kurang dari 8 %. Ketinggian yang

baik antara 1000 m -1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

2.4 Budidaya Tanaman Jagung

Tanaman jagung adalah tanaman yang mampu tumbuh dengan segala macam keadaan

baik kering pun tanaman jagung dapat tumbuh hingga panen. Jagung tidak membutuhkan

persyaratan tanah yang berlebihan sehingga tanaman jagung sangat sesuai di tanam di

Indonesia. Berikut tahapan budidaya jagung:

2.4.1 Penyiapan Lahan

Tujuan kegiatan penyiapan lahan untuk mempersiapkan tanah yang nantinya akan

ditanami oleh benih jagung. Mekanisme penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah

seperti tekstur tanah. Tanah dengan bertekstur berat perlu pengolahan yang intensif.

Sebaliknya, tanah bertekstur ringan dapat dilakukan dengan teknik olah tanah konservasi

seperti olah tanah minimum (OTM) atau tanpa olah tanah (TOT). Untuk lokasi tanaman

jagung yang baik tidak tergenang air namun memiliki kadar air yang cukup. Selain itu

pemilihan lokasi untuk tanaman jagung disesuaikan dengan syarat tumbuh (Rochani, 2007).

2.4.2 Penanaman

7|KERAGAMAN HAYATI
Kegiatan penanaman adalah proses transplantasi benih jagung ke dalam media

tanamnya (tanah). Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi pada jagung dihaapakan

disesuaikan jumlah populasi benih jagung dengan luas tanam. Secara umum, kepadatan

tanam anjuran adalah 66.667 tanaman/ha. Dapat dicapai dengan jarak tanam baris 75 cm, dan

20 cm dalam barisan dengan satu tanaman per lubang, atau jarak antarbaris 40 cm dengan dua

tanaman per lubang.

2.4.3. Pemupukan

Rendahnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah berdampak rendahnya tingkat

kesuburan tanah,yang sangat berpengaruh dari hasil tanaman jagung. Dilakukan penambahan

unsur hara sangat diperlukan, karena unsur hara yang terdapat dalam tanah yang tidak

tersedia akan di tambah dengan dilakukan pemupukan (Tania,2012). Pemupukan adalah

proses pemberian nutrisi dalam tanah yang ditanami tanaman untuk diserap tanaman

sehingga mempengaruhi hasil produksi. Pemupukan yang baik pada umumnya yaitu dengan

pemupukan secara berimbang untuk meningkatkan produksi jagung. Untuk tumbuh dengan

baik pada tanaman memerlukan unsur hara pada proses pemupukan yaitu unsur hara esensial

yaitu; unsur hara makro, hara mikro serta unsur lainya yang fungsinya untuk meningkatkan

populasi mikroorganisme (Tania,2012).

Peningkatan pemakaian pupuk buatan pada tanaman maka berdampak makin kurang

efektif dan efisien, serta mengakibatkan dampak yang kurang menguntungkan terhadap

kondisi dalam tanah.Oleh sebab itu makin harus dilakukan pemanfaatan bahan organik dan

pupuk hayati dalam pengelolaan hara tanah (Moelyohadi,2012). Di dalam tanah

biasanya terdapat unsur P berbentuk organik dan anorganik. P organik dan P anorganik

merupakan sumber utama P bagi partumbuhan tanama salah satunya untuk tanaman jagung

(Soplanit,2012).

8|KERAGAMAN HAYATI
2.4.4 Pengairan

Untuk irigasi yang baik pada tanaman jagung tidak terlalu di permaslahakan asalkan

tanaman mendapatkan air dari irigasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi jika

terlalu berlebihan dalam pemberian maka akan berpengauh produksi jagung bahkan tanaman

jagung menjadi mati karena akarnya mengalami pembusukan.

2.4.5 Pemanenan

Kegiatan panen dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis yang ditandai oleh

adanya lapisan hitam pada biji padatanaman jagung. Tanda-tanda jagung siap panen yang

benar yaitu:

(a) Umur tanaman mencapai maksimum, yakni setelah pengisian biji optimal.

(b) Daun menguning dan sebagian besar mulai mengering.

(c) Klobot sudah kering atau kuning.

(d) Bila klobot dibuka, biji terlihat mengkilap dan keras, bila ditekan dengan kuku tidak

membekas pada biji.

(e) kadar air biji 25-35%.

2.5 Teknologi Pada Tanaman Jagung

Mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan bagi populasi yang berkembang

hanya dapat dicapai melalui intensifikasi produksi pangan pada lahan tanaman yang ada

dengan menggunakan (Fabunmi,2012). Salah satu teknologi untuk meningkatkan

produktivitas suatu tanaman adalah menggunakan varietas unggul. Varietas unggul

merupakan salah satu teknologi inovatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung,

baik melalui peningkatan potensi daya hasil tanaman, maupun melalui peningkatan toleransi

9|KERAGAMAN HAYATI
dan ketahanannya terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Dengan adanya

varietas unggul bukan hanya berpengaruh pada tanaman jagung saja tetapi untuk

meningkatkan pendapatan petani. Pada dasarnya varietas jagung digolongkan kedalam dua

golongan varietas antara lain:

- Varietas bersari bebas

Varietas bersari bebas adalah varietas yang benihnya dapat dipakai terus-menerus dari

setiap pertanaman. Benih yang digunakan tentunya berasal dari tanaman atau tongkol yang

mempunyai cirri-ciri dari varietas tersebut.

- Varietas hibrida

Jagung varietas hibrida adalah keturunan pertama (F1) dari persilangan antara:

varietas x varietas, varietas x galur, atau galur x galur. arietas hibrida yang akan diuraikan

dibawah ini adalah keturunan pertama dari persilanggan yang melibatkan suatu galur.

Untuk ketersediaan varietas tahan beruntun yang tinggi maka menghasilkan varietas hibrida,

peningkatan jagung ditambah dengan permintaan pemerintah federal dikenakan untuk

mengurangi impor beras, jagung dan gandum (Oyewo,2008).

Salah satu jenis jagung hibrida adalah varietas jagung nasional (hibrida BISI-2)

mempunyai keunggulan yaitu potensi hasil tinggi, umur panen 103 hari, tahan terhadap

penyakit bulai dan busuk buah, sedangkan varieas jagung lokal dibandingkan varietas ini

yaitu kekurangan yaitu mempunyai umur panen lebih cepat sekitar 85 hari

(Polnaya,2012). Tanaman hibrida pada umumnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

bila semua syarat-syarat terpenuhi(Warisno,1998).

10 | K E R A G A M A N H A Y A T I
BAB III

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk mikoriza merupakan jenis pupuk hayati

yang tepat untuk mendukung ketersediaan unsur hara yang optimum untuk mendukung

produksi tanaman jagung pada lahan kering marginal. Hal ini didukung data bahwa peranan

mikoriza bagi tanaman inangnya adalah memperbesar areal serapan bulu-bulu akar melalui

pembentukan miselium di sekeliling akar. Akibat perluasan area jelajah akar melalui bantuan

miselium mikoriza sehingga lebih banyak unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman inang

dibandingkan dengan tanaman lain yang tidak bersimbiosis dengan mikoriza. Banyak

penelitian membuktikan bahwa CMA mampu meningkatkan serapan hara, baik hara makro

maupun hara mikro. De La Cruz (1981 dalam Octavitani 2009) membuktikan bahwa CMA

mampu menggantikan 50% penggunaan fosfat, 40% nitrogen dan 25% kalium.

Meningkatnya serapan hara tersebut terjadi karena CMA dapat menyebabkan perubahan pada

sistem perakaran tanaman, yaitu antara lain: meningkatkan jumlah percabangan akar,

pemanjangan akar sekunder dan menginduksi pembentukan akar kuartier serta meningkatkan

jumlah akar lateral pada tanaman jagung (Kaldorf & Ludwig-Muller 2000). Menurut

Widiastuti (2003) Beberapa efek positif yang diperoleh tanaman inang akibat bersimbiosis

dengan mikoriza, yaitu antara lain terjadinya 1) Peningkatan daya serap air dan hara,

terutama unsur hara N, P,K, Cu, S dan Zn, serta Mo., 2). Peningkatan ketahanan tanaman

terhadap infeksi patogen akar, kondisi tanah salin, kelembaban tanah yang rendah, temperatur

tanah yang tinggi serta faktorfaktor merugikan lainnya, 3). Peningkatan toleransi tanaman

terhadap defisiensi hara pada tanah tidak subur dan terhadap kemasaman serta toksisitas Al,

Fe, Mn dan Zn pada tanah masam, 4). Peningkatan laju fotosintesis dan toleransi fotosintat ke

11 | K E R A G A M A N H A Y A T I
akar, produksi hormon seperti IAA, sitokinin, auksin dan giberelin, dan eksudasi asam-asam

organik dari akar serta permeabilitas membran terhadap lintasan hara., dan 5). Mempercepat

fase fisiologis definitif, sehingga waktu berbunga dan panen dipercepat sertameningkatkan

daya survival tanaman pada awal pertanaman. Dilihat dari berbagai genotip yang digunakan,

galur B-41 memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung pada lahan kering marginal. Hal ini dikarenakan galur B-41 merupakan genotip yang

didapatkan dari hasil seleksi yang berulang ulang terhadap berbagai galur yang memiliki

sifat efisien hara dan merupakan genotip tanaman jagung yang mempunyai sifat genetik

pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dan mampu beradaptasi dengan baik di lahan

kering marginal. Dimana menurut Presterl et al.(2003), kemampuan untuk menggunakan hara

yang efisien dikontrol secara genetik dan menurut Marschner (1986) penyerapan hara oleh

akar memegang peranan penting dalam efisiensi hara. Penyerapan hara sangat dipengaruhi

oleh pertumbuhan dan morfologi perakaran tanaman. Pada kondisi suplai hara yang rendah

(defisien hara), tanaman berdaptasi dengan cara mengoptimalkan pertumbuhan akarnya.

Adaptasi morfologi perakaran terhadap defisien hara diantaranya adalah: 1). Pemanjangan

akar, 2). Peningkatan kerapatan perakaran yang berhubungan dengan peningkatan jumlah

akar berdiameter kecil (<2 mm) dan 3). Peningkatan jumlah dan panjang rambut akar serta 4).

Peningkatan percabangan sistem perakaran (Jones et al. 1989). Modifikasi morfologi

perakaran tersebut dapat meningkatkan luas permukaan. akar yang bersentuhan dengan tanah

sehingga luas permukaan penyerapan hara dapat meningkat. Varietas BISI 816 memberikan

hasil terendah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Rendahnya tingkat

produksi yang dihasilkan dari varietas BISI 816 pada penelitian ini, dikarenakan varietas

BISI 816 merupakan genotip hibrida yang dirakit dengan sifat unggul yaitu berproduksi

tinggi dan sangat respon terhadap pemupukan serta memerlukan input produksi yang tinggi

agar dapat menghasilkan produksi yang maksimum. Akan tetapi jika ditanam pada lahan

12 | K E R A G A M A N H A Y A T I
kering marginal tanpa didukung dengan pemupukan yang tepat, maka varietas hibirida ini

akan menampilkan hasil yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan varietas lokal. Sebagai

contoh varietas jagung hibrida C7 yang diberi pupuk kadang 5 ton ha-1, kapur 2 ton ha-1,

Urea, SP36 dan pupuk KCl masing-masing 400. 100 dan 50 kg ha-1 hanya menghasilkan 5

ton biji pipilan kering ha-1. Hal ini jauh dibawah potensi hasilnya, yaitu 12 ton ha-1.

Kondisi ini disebabkan varietas unggul nasional dan hibrida merupakan varietas yang dirakit

dengan sifat adaptasi luas dan memerlukan input produksi yang tinggi (ATP 2003). Hasil

penelitian menunjukkan interaksi perlakuan pemberian pupuk mikoriza dan penggunaan

galur B-41 memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung

pada lahan kering marginal. Tingginya tingkat pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan

dari interaksi perlakuan ini, dikarenakan interaksi tersebut merupakan kombinasi perlakuan

yang tepat, dimana pemberian pupuk mikoriza mampu menyuplai ketersediaan unsur hara

dalam jumlah yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan tanaman jagung pada lahan kering

marginal dan disamping itu juga pemberian pupuk -mikoriza memberi efek positif yang dapat

mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman pada lahan kering marginal, melalui

peranannya dalam hal: meningkatkan daya serap air dan unsur hara, peningkatan toleransi

tanaman terhadap defisiensi hara pada tanah tidak subur, dan. serta meningkatkan daya

survival tanaman pada awal pertanaman. Di sisi lain penggunaan galur B-41 yang memiliki

sifat genetik pertumbuhan yang lebih baik dan mampu beradaptasi dengan baik pada lahan

kering marginal serta mampu tumbuh dan berproduksi tinggi pada lahan-lahan yang kurang

subur, sehingga interaksi dari kombinasi perlakuan ini memberikan pengaruh terbaik

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung pada lahan kering marginal. Hal ini

sejalan dengan pendapat Djafar et al. (1990), bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman

merupakan fungsi dari faktor genetik dan faktor lingkungan, dimana salah satu faktor

lingkungan yang sangat berperan penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

13 | K E R A G A M A N H A Y A T I
adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah cukup dan seimbang di dalam tanah dan

disamping itu juga penggunaan genotip tanaman yang memiliki sifat unggul seperti, sifat

produksi tinggi, memiliki daya adaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan dan efisien

dalam penyerapan dan penggunaan hara akan sangat mendukung keberhasilan dalam system

budidaya tanaman pada lahan kering marginal. Interaksi perlakuan tanpa pemberian pupuk

hayati dan penggunaaan varietas BISI-816 memberikan tingkat pertumbuhan dan produksi

tanaman terendah. Hal ini disebabkan kombinasi perlakuan tersebut kurang tepat untuk

mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman jagung pada lahan kering marginal yang

memiliki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang kurang baik, dimana tanpa pemberian

pupuk hayati menyebabkan tanaman kurang mendapat suplai hara dari media tanam dalam

jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Hal ini sejalan

dengan pendapat Agustina (1990), bahwa ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup

dan seimbang merupakan faktor utama yang sangat menentukan tingkat keberhasilan

pertumbuhan dan produksi tanaman yang maksimum dan ditambahkan pula oleh

Dwijoseputro (1992) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh subur apabila unsur hara

yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang di dalam media

tanam. Di sisi lain penggunaan varietas hibrida BISI-816 yang memiliki sifat genetik yang

kurang mampu beradaptasi dan tumbuh pada lahan lahan yang kurang subur serta

memerlukan input produksi yang tinggi menyebabkan kombinasi perlakuan ini menghasilkan

tingkat produksi tanaman yang rendah pada lahan kering marginal.

14 | K E R A G A M A N H A Y A T I
BAB IV

KESIMPULAN

Perlakuan pupuk hayati mikoriza memberikan pengaruh terbaik terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung di lahan kering marginal. Dari beberapa

genotipe tanaman jagung yang digunakan, genotipe jagung B-41 menunjukkan pertumbuhan

dan produksi terbaik sebagai tanaman jagung yang lebih adaptif di lahan kering marginal.

Genotipe tanaman jagung B-41 yang dipupuk dengan pupuk hayati mikoriza memberikan

pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung di lahan kering

marginal, dengan hasil panen ratarata 8,57 ton pipilan kering/hektar.

15 | K E R A G A M A N H A Y A T I
DAFTAR PUSTAKA

1. Aak.1993.Teknik Bercocok Tanam Jagung.Kanisius: Yogyakarta.

2. Fabunmi.Agbonlahor.2012. The Economics Of Maize Production Under Different

Cowpea-Based Green Manure Practices In The Derived Savanna Zone Of

Nigeria. Journal Of Organic Systems 7(2):5-13.

3. Moelyohadi,Yopie.Dkk.2012. Pemanfaatan Berbagai Jenis Pupuk Hayati Pada

Budidaya Tanaman Jagung(Zea Mays. L) Efisien Hara Di Lahan Kering

Marginal. Jurnal Lahan Suboptimal 1(1):31-39.

4. Oyewu,IO.Fabiyi,Y L.2008. Productivity of Maize Farmers in Surulere Local

Government Area of Oyo State. International Journal of Agricultural Economics &

Rural Development 1(2):25-34

5. Polnaya,F.Patty,JE.2012. Kajian Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Jagung Lokal

Dan Kacang Hijau Dalam Sistem Tumpangsari. J Agrologia 1(1): 42-50

6. Quaye,Amos Kojo.2009. Soil Water and Nitrogen Interaction Effects on Maize (Zea

mays L.) Grown on a Vertisol. Journal Forestry,Horticulture and Soil Science 3(1):

1-11

7. Rochani,Siti.2007.Bercocok Tanam Jagung/AZP.Azka Press:Jakarta

8. Sowunmi,F.A.Akintola.2009. Effect of Climatic Variability on Maize Production in

Nigeria. Research Journal of Environmental and Earth Sciences 2(1):19-30.

9. Soplanit,Mch.Soplanit,R.2012. Pengaruh Bokashi Ela Sagu Pada Berbagai Tingkat

Kematangan Dan Pupuk Sp-36 Terhadap Serapan P Dan Pertumbuhan Jagung (Zea

Mays L.) Pada Tanah Ultisol.J Agrologia 1(1):60-68.

16 | K E R A G A M A N H A Y A T I
10. Sumalini,K.Manjulatha,G.2012. Heritability, correlation and path coefficient analysis

in maize. Maize Journal 1(2): 97 - 101

11. Suwignyo,Rujito Agus.Hayati,Renih.Mardiyanto.2010. Toleransi Tanaman Jagung

Terhadap Salinitas Dengan Perlakuan Stres Awal Rendah. J. Agrivigor 10(1): 73-83.

12. Tania,Newar.Astina,Budi,Setia.2012. Penegaruh Pemberian Pupuk Hayati Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Semi Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurnal

Sains Mahasiswa Pertanian1(1):10-15.

17 | K E R A G A M A N H A Y A T I

Anda mungkin juga menyukai