Anda di halaman 1dari 7

RESUME PERTUSIS

Nama : Ifke Adriana Manuho

Kelas : B Semester Vi

Pertusis (batuk rejan) disebut juga whooping cough adalah penyakit infeksi akut pada saluran
pernafasan yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. Pertusis diakibatkan oleh
Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).

Pertusis sangat infesius pada orang yang tidak memiliki kekebalan. Penyakit ini mudah
menyebar ketika si penderita batuk. Sekali seseorang terinfeksi pertusis maka orang tersebut
kebal terhadap penyakit untuk beberapa tahun tetapi tidak seumur hidup, kadang kadang
kembali terinfeksi beberapa tahun kemudian. Pada saat ini vaksin pertusis tidak dianjurkan bagi
orang dewasa. Walaupun orang dewasa sering sebagai penyebab pertusis pada anak anak,
mungkin vaksin orang dewasa dianjurkan untuk masa depan.

Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah
penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat
makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang
menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah
batuk dimulai.

Bordetella pertussis dapat menyebabkan peradangan pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan
organisme hanya akan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa
berhubungan dengan epitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen,
toxin heat labile, dan kapsul antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk polimorfonuklir serta
penimbunan debrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia
limfoid penbronklas yang disusun dengan nekrosis yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapi
bronkopnemonia disertai nekrosis dan pengelupasan epitel permukaan bronkus.Obstruksi
bronkhiolus dan atelaktasis terjadi akibat dari penimbunan mucus.Akhirnya terjadi bronkiektasis
yang bersifat menetap. Sehingga memunculkan masalah suhu tubuh meningkat, bersihan jalan
napas tidak efektid karena adanya penumpukan secret yang disebabkan oleh peradangan paru
dan nyeri yang disebabkan tuberkal peah sehingga terjadi istemia jaringan paru dan merangsang
resptor nyeri.

Asuhan keperawatan dengan klien pertusis dimulai dari pengkajian identitas keluhan utama
didapati batuk disertai muntah, Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat
Penyakit Keluarga, Riwayat Tumbuh Kembang dan pemeriksaan fisik
Diagnosa keperawatan yang diangkat antara lain :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
2. Nyeri b/d mediator inflamasi
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN :

Dx 1

NOC : Setelah dilakukan keperawatan 3x8 jam di harapan masalah keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif klien dadat berkurang bahkan hilang dengan kriteria hasil:

- batuk efektif
- mengeluarkan sekret secara efektif
- mempunyai jalan nafas yang paten
- pada pemeriksaan auskultasi,memiliki suara nafas yang cerni
- mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal
- mempunyai fungsi paru dalam batas normal
- mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah

NIC :

1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, sebagaimana mestinya
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi kebutuhan actual/potensial pasien untuk memasukan alat membuka jalan
nafas
4. Masukan alat nasofaringeal air way (NPA) atau orofaringeal air way (OPA) sebagaimana
mestinya
5. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
6. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir
7. Motivasi pasien dalam berputar dan batuk
8. Gunakan teknik menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak
(misalnya: meniup gelembung, meniup kincir, peluit, harmonica, balon, meniup layaknya
pesta; buat lomba meniup dengan bola pingpong, meniup bulu)
9. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
10. Bantu dengan dorongan spirometer sebagaimana mestinya
11. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya
suara tambahan
12. Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana mestinya
13. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai resep sebagaimana mestinya
14. Kelola pengobatan aerosol sebagaimana mestinya
15. Kelola nebulizer ultrasonic sebagaimana mestinya
16. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya
17. Ambil benda asing dengan forsep McGill sebagaimana mestinya
18. Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
19. Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea sebagaimana mestinya
20. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
21. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya

Dx 2
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam diharapkan masalah keperawatan nyeri
klien dapat berkurang bahkan hilang dengan kriteria hasil:

- lihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai keyamanan
- pertahankan tingkat nyeri pada skala 2-3 atau berkurang (0-10)
- laporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
- kendali faktor penyebab dan mengunakan tindakan untuk memodisifikasi faktor tersebut
- laporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
- mengunakan tindakan merenakan nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik secara tepat
- tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernafasan,frekuensi jantung, atau tekanan
darah
- mempertahankan selera makan yang baik
- laporkan pola tidur yang baik
- laporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan
interpersonal

NIC :

1. Lakukan pengkajian nyeri komperesif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset atau
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan factor pencetus.
2. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan terutama kepada
mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
3. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat
4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
5. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien terhadap nyeri
6. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (mis : tidur, nafsu
makan, pengertian, perasaan, hubungan, performa kerja dan tanggung jawab peran
8. Gali bersama pasien factor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
9. Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu atau
keluarga, nyeri yang menyebabkan disability/ketidakmampuan/kecacatan dengan tepat
10. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya, mengenai efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri yang perna digunakan sebelumnya
11. Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
12. Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan akan dapat membantu
mengidentifikasi factor pencetus actual dan potensial (mis: catatan perkembangan,
catatan harian)
13. Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidaknyamanan pasien dan
mengimplementasikan secara monitor
14. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
15. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (mis: suhu, ruangan, pencahayaan, suara bising)
16. Kurangi atau eliminasi factor-faktor yang dapat mencetus atau meningkatkan nyeri (mis:
ketakutan, kelelahan, keadaan monoton dan kurang pengetahuan)
17. Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi,
kecenderungan, dukungan dari orang-orang terdekat terhap metode dan kontra indikasi
ketika memilih strategi penurunan nyeri
18. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam misalnya
(farmakologi,nonfarmakologi,interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri,sesuai
dengan penurunan)`
19. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
20. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurunan nyeri
21. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan cepat
22. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi( seperti biofeedback, TENS, hypnosis,
relaksasi bimbingan antisipativ, terapi music, terapi bermain, terapi beraktivitas,
acupressure,aplikasikan ketika melakukan aktivitas yang menimbulkan nyeri, sebelum
nyeri terjadi atau meningkat dan bersamaan dengan tindakan penurunan ras anyeri
lainnya
23. Gali penggunaan metode yang dipakai pasien saat ini untuk menurunkan nyeri
24. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
25. Dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurun nyeri yang adekuat
26. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehartan lainnya untuk memilih dan
mengimpelementasikan tindakan penurunan nyeri non farmakologi sesuai dengan
kebutuhan
27. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesic
28. Implementasikan penggunaan pasien-terkontrol analgesic(PCA) jika sesuai
29. Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat
30. Berikan obat sebelum melakukan aktivitas untuk meningkatkan pastisipasi, namun
(lakukan) evaluasi (mengenai) bahaya dari sedasi
31. Pastikan pemberian analgesic dan atau strategi non farmakologi sebelum dilakukan
prosedur yang menimbulkan nyeri
32. Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat perubahan dalam catatan medis
pasien, informasikan petugas kesehatan lain yang merawat pasien
33. Evaluasi keefektivan dari tindakan pengontrol nyeri yang dipakai selama pengkajian
nyeri dilakukan
34. Mulai dan modifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
35. Dukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
36. Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya sesuai dengan kebutuhan
37. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya
38. Informasikan tim kesehatan lain atau anggota keluarga mengenai strategi non
farmakologi yang sedang digunakan untuk mendorng pendekatan preventif terkait dengan
menejemen nyeri
39. Gunakan pendekatan multidisiplin untuk menejemen nyeri jika sesuai
40. Pertimbangkan untuk merujuk pasien, keluaarga dan orang terdekat pada kelompok
pendukung dan sumber-sumber lainnya sesuai dengan kebutuhan
41. Berikan nformasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon keluarga
terhadap pengalaman nyeri
42. Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri, jika memungkinkan
43. Monitor kepuasan pasien terhadap menejemen nyeri dalam interval yang spesifik

Dx 3
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam di harapkan masalah keperawatan
hipertemia klien dapat berkurang bahkan hilang dengan kriteria hasil:

- tunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu


- menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh
- laporkan tanda dan gejala dini
- tidak mengalami gawat napas,gelisah,atau letargi
- gunakan sikap tubuh yang dapat mengurangi napas

NIC :
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor IWL
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi

5. Monitor penurunan kesadaran


6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
7. Monitor intake dan output
8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian cairan intravena
13. Kompes pasien pada lipat paha dan axila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap penderita
pertusis dan diftei. Karena seringkali pada penderita pertusis dan difteri disertai dengan
komplikasi. Keadaan ini akan menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan. Oleh karena itu,
penyakit batuk rejan dan difteri perlu dicegah. Cara yang paling mudah adalah dengan pemberian
imunisasi bersama vaksin lain yang biasa disebut DPT dan polio. Perawat juga harus mampu
berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai pentingnya
imunisasi dan imunisasi akan berdaya guna jika dilakukan sesuai dengan program. Selain itu
perawat harus memberikan pengetahuan pada orang tua mengenai penyakit pertusis secara jelas
dan lengkap.Terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.

Anda mungkin juga menyukai