Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan
rahmat,inayah,taufik dan hidayahnya sehinggah kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalh ini
dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan nurse.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Seperti kata pepatah: tiada
gading yang tak retak ,begitupun dengan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karna itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan yang
bersifat membangun serta kritik dan saran pembaca..
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan
kegiatan dan tidak pernah melalaikan tugas-nya adalah sistem kekebalan
tubuh atau biasa kita sebut dengan sistem imun. Sistem ini melindungi
tubuh sepanjang waktu dari semua jenis penyerang yang berpotensi
menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Ia bekerja bagi tubuh bagaikan
pasukan tempur yang mempunyai persenjataan lengkap. Setiap sistem,
organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam
suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan
menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat diperlukan bagi tubuh kita.
Oleh karena itu, untuk dapat lebih memahami tentang sistem imun ini
dan berbagai komponen penyusun yang ada di dalamnya, maka kami
membuat makalah ini, makalah yang akan menambah pengetahuan kita
tentang peranan sistem imun dalam tubuh manusia yang mempunyai
peranan penting dalam sistem mempertahankan kesehatan dan daya tahan
tubuh seseorang.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem
ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan
agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus
pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam
tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk
virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam
tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap
sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
4
2.3 Respon Imun
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons
imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel
makrofag, sel limfosit, komplemen, dansitokin yang saling berinteraksi secara
kompleks.
Dilihat dari beberapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua macam
respon imun yaitu:
5
2.4 Pembagian Pertahanan Tubuh
6
b. Pertahanan tubuh non spesifik
Dikatakan tidak spesifik karena berlaku untuk semua
organisme dan memberikan perlindungan umum terhadap
berbagai jenis agens. Secara umum pertahanan tubuh non
spesifik ini terbagi menjadi pertahanan fisik, mekanik dan
kimiawi.
1. Pertahanan fisik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan pertahanan fisik
dalam tubuh manusia antara lain adalah:
a) kulit, kulit yang utuh menjadi salah satu garis
pertahanan pertama karena sifatnya yang permeabel
terhadap infeksi berbagai organisme.
b) asam laktat, dalam keringat dan sekresi sebasea dalam
mempertahankan pH kulit tetap rendah, sehingga
sebagian besar mikro organisme tidak mampu
bertahan hidup dalam kondisi ini.
c) cilia, mikro organisme yang masuk saluran nafas
diangkut keluar oleh gerakan silia yang melekat pada
sel epitel.
d) mukus, membran mukosa mensekresi mukus untuk
menjebak mikroba dan partikel asing lainnya serta
menutup masuk jalurnya bakteri/virus.
e) granulosit, mengenali mikroba organisme sebagai
musuh dan menelan serta menghancurkan mereka.
f) proses inflamasi, invasi jaringan oleh mikro
organisme merangsang respon inflamasi pada tubuh
dengan tanda inflamasi yaitu kemerahan, panas,
pembengkakan, nyeri, hilangnya fungsi dan granulosit
dan mikro organismenosit keluar.
2. Pertahanan mekanik
7
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara pertahanan
mekanik antara lain adalah:
a) Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri,
virus, benda dan lain-lain yang masuk hidung) reaksi
tubuh untuk mengeluarkan dengan bersin.
b) Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata
berlebih untuk mengeluarkan benda tersebut.
c) Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva
berlebih untuk menetralkan
d) Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk
segera mengeluarkannya.
3. Pertahanan kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi antara
lain adalah:
a) Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi
sebagai pelindung bagi tubuh.
b) HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan
asam.
c) Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan
asam.
d) Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan
asam.
8
Antigen asing difagosit oleh suatu makrofag, dan bagian-bagian
dipresentasi pada membran sel makrofag. Pada membran makrofag juga
terdapat antigen self yang merupakan representasi semua antigen yang
terdapat di semua sel individu. Oleh karena itu, sel T helper yang bertemu
makrofag ini tersaji tidak hanya bersama antigen self sebagai
pembandingnya. Sel T helper sekarang menjadi tersensitisasi dan spesifik
bagi antigen asing. Satu hal yang tidak dimiliki tubuh.
1. Imunitas Selular
Mekanisme imunitas ini tidak menghasilkan antibodi, tetapi
tetap efektif melawan patogen intrasel (misalnya virus), fungi , sel-sel
ganas, dan tandur jaringan asing. Setelah pengenalan antigen asing
oleh makrofag dan sel T helper yang menjadi teraktivasi dan spesifik
kemudian membelah berkali-kali membentuk sel T memori dan sel T
sitotoksik (killer). Sel T memori akan mengingat antigen asing yang
spesifik dan menjadi aktif bila antigen tersebut masuk lagi ke dalam
tubuh. Sel T sitotoksik secar kimiawi mampu merusak antigen asing
dengan mengoyak membran sel.
Dengan cara ini, sel T sitotoksik merusak sel-sel yang
terinfeksi oleh virus, dan mencegah virus berepsroduksi. Sel T ini juga
memproduksi sitokinin, yang secara kimiawi menarik makrofag
menuju area tersebut dan mengaktifkan makrofag untuk memfagosit
antigen asing. Sel T teraktivitasi lainnya menjadi sel T supresor, yang
akan menghentikan respons imun ketika antigen asing telah dirusak.
2. Imunitas Humoral
9
Mekanisme imunitas ini tidak melibatkan produksi antibodi.
Tahap pertama yaitu pengenalan antigen asing, yang kali ini dilakukan
oleh sel B serta makrofag dan sel T helper. Sel T helper yang
tersensitisasi menyajikan antigen asing pada sel B, yang memberikan
stimulus kuat bagi aktivasi sel B yang spesifik untuk antigen ini. Sel B
teraktivasi mulai membelah berkali-kali dan membentuk dua jenis sel.
Beberapa sel B baru yang dihasilkan adalah sel-sel B memori, yang
akan mengingat antigen spesifik. Sel-sel B lain menjadi sel-sel plasma
yang menghasilkan antibodi spesifik bagi antigen asing yang satu ini.
Antibodi kemudian berikatan dengan antigen, membentuk kompleks
antigen-antibodi. Ikatan kompleks ini menyebabkan opsonisasi yang
berarti bahwa antigen sekarang dilabel untuk di fagosit oleh
makrofag atau neutrofil. Kompleks antigen antibodi juga menstimulasi
proses fiksasi komplemen.melakukan respons imun selular begitu
terjadi pajanan selanjutnya terhadap antigen.
10
makrofag untuk memangsa dan merusak antigen asing. Bila antigen
asing telah dirusak, sel T supresor tersensitisasi untuk menghentikan
respon imun. Hal ini penting dalam membatasi produksi antibodi
sampai jumlah yang diperlukan untuk mengeliminasi patogen tanpa
memicu respons tanpa memicu respons autoimun (Scanlon, 2006:
305-306).
11
tersebut yang oleh suatu sebab menderita sakit berat dan
membahayakan .
Imunitas aktif dimasukkan secara buatan
Pada akhir abad ke-18, saat penyakit cacar sedang melanda
dunia. Edward Jenner menemukan bahwa seseorang yang telah
ditulari dan telah menderita penyakit cacar lembu yang jinak dan
tidak berbahaya dapat menjadi kebal terhadap penyakit cacar
yang ganas. Dengan dasar ini, maka para ahli berlomba
membuat berbagai antigen yang aman untuk dimasukkan ke
dalam tubuh dengan tujuan agar tubuh dan membentuk antibody
(imunitas) tetapi tidak mengalami sakit yang berat. Antigen-
antigen tersebut dapat berupa:
Vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme atau bagian
mikroorganisme (virus, riketsia, bakteri) yang telah mati
ataudilemahkan.
Toksoid adalah toksin yang telah dilemahkan.
Reaksi dari sistem imunitas tubuh terhadap vaksin dan
toksin biasanya lemah dan lambat karena antigen yang
dimasukkan sedikit-sedikit dan telah dilemahkan. Agar
kekebalan yang cukup dapat diperoleh maka diperlukan
ulangan-ulangan dengan maksud mendapatkan respon sekunder
(amamnestik) yang kuat.
b) Imunitas pasif
Imunitas pasif dibedakan juga menjadi didapat secara
alamiah dan dimasukkan secara buatan (Irianto, 2004: 310-
311).
12
2.7 Interaksi Antibody-Antigen
13
a. Imunoelektroforesis adalah suatu metode untuk menganalisis
campuran antigen (protein) dan antibodinya.protein digerakkan
pada bidang listrik (elektroforesis) untuk dipisahkan dan kemudian
dibiarkan berdifusi dalam jeli agar tempat setiap protein
membentuk garis presipitin dengan antibodinya.
b. Radioimunoassai (RIA) didasarkan pada pengikatan kompetitif
secara radioaktif antara antigen berlabel dan antigen tanpa label
untuk sejumlah kecil antibodi. Metode ini memungkinkan
dilakukannya anlisis terhadap antigen, antibodi, atau kompleks
dalam jumlah yang sangat kecil melalui pengukuran
radioaktivitasnya bukan melalui cara kimia (Sloane, 2003: 257)
14
1. Neutrofil
Hampir 90% dari granulosit dalam sirkulasi terdiri atas neutrofil.
Masa hidupnya dalam aliran darah adalah sekitar 4-8 jam .tetapi dalam
jaringan sel itu dapat hidup lebih lama. Neutrofil bereaksi cepat
terhadap rangsangan, dapat bergerak menuju daerah inflamasi karena
dirangsang oleh faktor kemotaktikyang antara lain di lepaskan oleh
komplemen atau limfosit teraktivasi. Seperti halnya makrofag, fungsi
neutrofil yang utama adalah memberikan respons imun nonspesifik
dengan melakukan fagositosis serta membunuh atau menyingkirkan
mikroorganisme yang masuk.
2. Eosinofil
15
T, yaitu IL-5, dan aktivasi sel T menyebabkan akumulasi eosinifil di
tempat-tempat infestasi parasit dan reaksi alergi.
16
bakal yang berbeda. Kedua jenis sel ini meiliki reseptor untuk
fragmen Fc IgG IgE, tetapi disamping itu mastosit juga mempunyai
reseptor untuk C3b. Atas rangsangan alergen yang bereaksi dengan
IgE yang melekat pada sel melalui reseptor untuk Fc, sel-sel itu dapat
melepaskan berbagai mediator dan mengakibatkan reaksi anafilaktik
(Kresno, 2003).
17
Antimikroba akan berpengaruh terhadap interaksi antara neutrofil dan
monosit/makrofag dengan mikroba/kuman. Berdasarkan latar belakang
tersebut di atas, nampaknya sebelum memutuskan untuk memberikan
antimikroba untuk menangani penyakit infeksi terutama pada pasien yang
sudah mengalami gangguan pada sistem imun, perlu diketahui golongan
antimikroba mana yang dapat meningkatkan dan yang dapat menurunkan
kemampuan fagosit dari neutrofil, sehingga efek terapi yang diharapkan
menjadi lebih baik.Dalam tulisan berikut akan diuraikan berbagai aspek dari
interaksi antara antimikroba dengan netrofil dan monosit/makrofag.
Mekanisme dari Neutrofil dan Monosit/Makrofag Memfagosit serta
Menghancurkan Kuman.
18
DAFTAR PUSTAKA
DuriJati,Wijaya. 2007. Aktif Biologi SMA Kelas XI. Jakarta: Ganesa Exact
http://www.tsani-oke.com
http://tonangardyanto.blogspot.com/2006/04/1-virus-sistem-imun-dan-
antibiotika.html
http://rhamnosa.wordpress.com/2006/03/11/stimuno-si-penguat-sistem-imun/
19