Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap instalasi pelayanan kesehatan memerlukan banyak tenaga

keperawatan dan tenaga kesehatan profesional lain untuk menghasilkan kualitas

pelayanan kesehatan yang kompeten, sehingga selama sepuluh tahun terakhir ini

tenaga kerja kesehatan secara internasional telah meningkat dengan berbagai

macam alasan (Santric et all, 2015). Indonesia memiliki sumber daya tenaga kerja

kesehatan yang banyak terutama di bidang keperawatan yaitu lebih dari 240 juta

populasi dengan 655 progam studi yang mana telah mencetak tenaga perawat

yang tinggi dalam suatu negara. Jumlah lulusan Diploma dan Sarjana

Keperawatan di tahun 2008 adalah 25.517 telah meningkat menjadi 27.909

perawat pada tahun 2009 (Efendi et all, 2013). Dilihat dari jumlah sumber daya

yang ada, Indonesia seharusnya sudah mampu mengirim tenaga keperawatan ke

luar negeri. Namun kenyataanya masih banyak perawat Indonesia yang tidak

berminat bekerja di luar negeri dikarenakan berbagai alasan. Salah satu alasan

penting yaitu kemampuan dalam berbahasa asing (Efendi et all, 2013)


Badan Pengembagan dan Pemberdayaaan Sumber Daya Kesehatan

(BPPSDMK) memprediksikan bahwa kebutuhan tenaga keperawatan pada tahun

2015 adalah 214.447 dibandingkan dengan tahun 2014 jumlah perawat yang

tersedia sekitar 295.508 (Depkes, 2015). Perkiraan ini sejalan dengan pernyataan

lain yaitu sekitar 15.000 perawat per tahun di Indonesia tidak mendapatkan

penempatan yang tepat (Efendi et all, 2015). Menurut data Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), permintaan

tenaga perawat untuk bekerja di luar negeri selama tahun 2010-2014 adalah

1
2

sebanyak 15.431 orang. Dari jumlah tersebut baru terpenuhi sebesar 36,5%.

Sementara itu, dari jumlah produksi perawat tahun 2014, diperkirakan sebesar

60% diantaranya bekerja di dalam negeri, 5% di luar negeri dan sisanya bekerja di

luar kompetensi. Dengan demikian, masih diperlukan kerja keras untuk

meningkatkan pendayagunaan tenaga perawat ke luar negeri dengan tetap

memperhatikan kebutuhan di dalam negeri (Depkes, 2015).


Data terbaru dari Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa ada 55 Progam

Studi Diploma Keperawatan dan 53 Progam Studi Sarjana Keperawatan yang

memproduksi tenaga keperawatan sekitar 12.000 perawat per tahun. Jumlah ini

akan menjadi potensi besar bagi Indonesia untuk mengirim perawat dalam negeri

agar bisa bersaing di dunia Internasional. Dalam bersaing di dunia internasional

diperlukan kemampuan berbahasa asing (Inggis). Sedangkan untuk bahasa Jepang

IJEPA (Indonesian Japan Economic Partnership Agreement) menyediakan

pembekalan bagi calon TKI perawat yang belum pernah mendapatkan bekal

bahasa Jepang. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil secara kualitatif bahwa

sebagian tenaga keperawatan dikembalikan ke Indonesia karena bahasa menjadi

tantangan besar bagi mereka. Mereka menyadari bahwa jika kontrak sudah

berakhir atau gagal lulus dalam ujian Kangoshi mereka harus kembali ke

Indonesia (Efendi et all, 2013).


Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di FIK UNIPDU Jombang

didapatkan bahwa dari 10 mahasiswa S1 Keperawatan tingkat 2 dan tingkat 3

yang berminat bekerja di Jepang dengan kemampuan berbahasa asing Inggris

pasif sebesar 60%. Sedangkan dari 10 mahasiswa D3 Keperawatan tingkat 1 dan 2

yang berminat bekerja di Jepang dengan kemampuan berbahasa asing Inggris aktif

sebesar 20%, sedangkan yang mempunyai kemampuan berbahasa asing Inggris


3

pasif sebesar 40%. Dari data diatas menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan

FIK UNIPDU Jombang 60% berminat bekerja di Jepang namun dengan

kemampuan berbahasa asing yang pasif.


Kekurangan tenaga keperawatan secara global di negara-negara maju telah

menyebabkan perekrutan aktif perawat terutama dari negara-negara berkembang

salah satunya Indonesia. Bekerja di luar negeri juga merupakan salah satu peluang

bagi perawat Indonesia. Hal ini ditandai dengan tingginya permintaan tenaga

perawat untuk bekerja ke luar negeri (Efendi et all, 2015). Berdasarkan Undang-

undang nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, dijelaskan bahwa

pendayagunaan tenaga kesehatan di luar negeri dilakukan dengan

mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan tenaga kesehatan di

Indonesia dan peluang kerja bagi tenaga kesehatan warga negara Indonesia di luar

negeri. Sehingga, pendayagunaan perawat ke luar negeri ini merupakan kebijakan

alternatif dalam rangka optimalisasi pemanfaatan perawat yang menjunjung azas

saling menguntungkan, baik antara Indonesia dan negara lain yang menjadi mitra,

maupun antara perawat Indonesia dengan pihak yang mendayagunakannya. Salah

satu bentuk pendayagunaan perawat ke luar negeri adalah melalui Indonesian

Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). IJEPA merupakan bagian kerja

sama Indonesia dan Jepang dalam kegiatan penempatan perawat dan tenaga

kesehatan yang sudah dilaksanakan sejak 2008 sampai sekarang. Dalam kurun

waktu tersebut, sebanyak 547 perawat profesional dan 966 tenaga keperawatan

telah ditempatkan (Depkes, 2015).


Namun kenyataannya pada periode tahun 20082011 jumlah perawat

Indonesia yang kembali dari Jepang berjumlah 152 perawat dari total 363 perawat

(Efendi et all, 2013). Dalam penelitian ini perawat yang kembali ke Indonesia
4

memiliki berbagai macam alasan. Sekitar 11 dari 20 perawat memutuskan untuk

kembali ke Indonesia karena telah menyelesaikan kontrak, 7 perawat kembali

karena alasan keluarga dan sisanya karena meneruskan gelar ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. Laporan dari Departemen Kesehatan menunjukkan

bahwa saat ini hanya ada sebagian kecil calon tenaga keperawatan yang tertarik

untuk kembali pada IJEPA karena khawatir atas proses perekrutan yang panjang

dan risiko gagal ujian keperawatan di Jepang (Efendi et all, 2013).


Faktor yang mendorong minat bekerja di luar negeri yaitu : pertama,

karakteristik dan keinginan / minat perawat itu sendiri pergi ke luar negeri (bisa

dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, status perkawinan, kewarganegaraan,

pendapatan keluarga, kemampuan berbahasa asing, memiliki saudara/teman di

luar negeri, sudah pernah ke luar negeri sebelumnya sebagai mahasiswa/tenaga

kerja). Kedua, dasar pilihan dan persiapan responden yang ingin bekerja ke luar

negeri (sumber informasi, pilihan waktu yang diinginkan untuk meninggalkan

negaranya, pemilihan waktu untuk tinggal di luar negeri, jenis keputusan pergi ke

luar negeri). Ketiga, prediksi bagi Sarjana Keperawatan yang berkeinginan dan

memiliki rencana yang pasti untuk bekerja ke luar negeri (bisa dipengaruhi oleh

usia, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, pendapatan keluarga,

memiliki saudara/teman di luar negeri, kemampuan berbahasa asing, sudah ke luar

negeri sebelumnya). Keempat, prediksi bagi Diploma Keperawatan yang

berkeinginan dan memiliki rencana yang pasti untuk bekerja ke luar negeri (bisa

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan,

pendapatan keluarga, memiliki saudara/teman di luar negeri, kemampuan

berbahasa asing, sudah ke luar negeri sebelumnya) (Santric et all, 2015).


5

Migrasi perawat bisa jadi keinginan dari pribadi atau motif budaya sebagai

ungkapan kebebasan memilih dan Hak Asasi Manusia (HAM) atau mungkin

sebagai hasil dari kebutuhan keuangan, kebutuhan pekerjaan, dan tantangan untuk

menghadapi persaingan perawat dari negara lain (Santric et all, 2015).


Untuk pergi bekerja di luar negeri tentunya harus mampu berbahasa asing

dengan baik khususnya bahasa internasional (bahasa Inggris) dan bahasa yang

sesuai dengan negara tujuan sebagai tempat kerja (bahasa Jepang). Dalam hal ini

kemampuan berbahasa asing harus benar-benar dikuasai untuk mempermudah

komunikasi sekaligus menambah kualitas dari tenaga kerja asing itu sendiri. Oleh

sebab itu IJEPA telah memberikan pelatihan bahasa Jepang selama 6 bulan dan

juga hidup dalam masyarakat Jepang selama lebih dari 1 tahun. Meskipun

demikian ini bukan jaminan bagi mereka untuk lulus ujian Kangoshi (ujian

keperawatan) dalam bahasa Jepang (Efendi et all, 2013).


Kabupaten Jombang merupakan daerah bagian Jawa Timur yang memiliki

banyak SDM. Jumlah penduduk Kabupaten Jombang 1,236 juta jiwa pada tahun

2014. Sekitar 1.115 diantaranya adalah tenaga kesehatan termasuk 845 orang

bekerja sebagai tenaga keperawatan (Dinkes Kabupaten Jombang, 2014). Adapun

perguruan tinggi kesehatan di Kabupaten Jombang antara lain : Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang, Stikes Pemkab

Jombang, Stikes Insan Cendekia Medika, Stikes Husada Jombang, Stikes Bahrul

Ulum Jombang (Jombangkab, 2015). Dari beberapa perguruan tinggi yang ada di

Kabupaten Jombang khususnya di bidang keperawatan maka dapat membuka

peluang yang besar bagi calon tenaga keperawatan di Kabupaten Jombang untuk

bekerja di luar negeri.


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Jombang (FIK UNIPDU) adalah salah satu perguruan tinggi di bidang kesehatan
6

yang terletak di PP Darul Ulum Peterongan Jombang Jawa Timur. Dengan

letaknya yang strategis sehingga mudah dijangkau dari berbagai daerah. FIK

UNIPDU mempunyai visi pada tahun 2015 menjadi fakultas yang berdaya saing

tinggi/kompetitif dan menghasilkan tenaga kesehatan yang professional dan

berakhlaqul karimah. Dan salah satu tujuannya adalah menghasilkan lulusan yang

berkemampuan memberikan pelayanan kesehatan berbasis lintas budaya dan

terciptanya kerjasama dan kemitraaan dengan pihak-pihak pengguna di dalam dan

di luar negeri. Selain itu FIK UNIPDU juga mempunyai beberapa program studi

yaitu S-1 llmu Keperawatan (terakreditasi B oleh BAN-PT), D-III Keperawatan

(terakreditasi B oleh Dinkes dan BAN-PT), D-lll Kebidanan (terakreditasi B oleh

Dinkes dan BAN-PT), dan Pendidikan Profesi Ners (FIK UNIPDU, 2013).

Sehingga sesuai untuk dijadikan survey penelitian ini.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan berbahasa

asing (Inggris) dengan minat mahasiswa keperawatan untuk bekerja di Jepang.

Dari fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

Hubungan Kemampuan Berbahasa Asing dengan Minat Mahasiswa Keperawatan

untuk Bekerja ke Jepang di FIK UNIPDU Jombang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas sejauh ini belum ada penelitian yang

menganalisis tentang hubungan kemampuan berbahasa asing (Inggris) mahasiswa

keperawatan dengan minat untuk bekerja di Jepang. Meskipun program kerjasama

IJEPA sudah berlangsung selama 7 tahun.

1.3 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas terdapat kesenjangan antara

jumlah tenaga/lulusan mahasiswa keperawatan di Indonesia dan peluang yang


7

cukup besar untuk bekerja di Jepang. Di sisi lain pemerintah Indonesia dengan

pemerintah Jepang telah menjalin kerjasama untuk mengatasi masalah

ketenagakerjaan dalam perjanjian yang disebut IJEPA tetapi minat perawat

Indonesia kurang untuk bekerja di Jepang dikarenakan berbagai faktor salah

satunya adalah kemampuan dalam berbahasa asing.

1.4 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis menaliti hanya terbatas pada minat mahasiswa

keperawatan di FIK UNIPDU Jombang untuk bekerja ke Jepang. Dan batasan

masalah pada penelitian ini adalah kemampuan berbahasa asing yaitu bahasa

Inggris.

1.5 Tujuan Penelitian


1.5.1 Tujuan Umum
Menganalisis kemampuan berbahasa asing dengan minat mahasiswa

keperawatan FIK UNIPDU untuk bekerja di Jepang.

1.5.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi kemampuan berbahasa asing (Inggris) mahasiswa

keperawatan FIK UNIPDU Jombang


2. Mengidentifikasi minat mahasiswa keperawatan FIK UNIPDU

Jombang untuk bekerja di Jepang


3. Menganalisis kemampuan berbahasa asing dengan minat

mahasiswa keperawatan FIK UNIPDU untuk bekerja di Jepang

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
8

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana dan informasi tentang

pentingnya bahasa asing dengan minat bekerja di luar negeri.


1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Pendidikan dan Tempat Penelitian
Memberikan wacana dan informasi tentang pentingnya bahasa

asing dengan minat bekerja di luar negeri. Dan sebagai tambahan

kurikulum pembelajaran bahasa asing. Serta memberikan gambaran

untuk bekerja ke luar negeri terutama ke Jepang.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


Sebagai dasar pengembangan dan refrensi bagi peneliti selanjutnya

yang akan meneliti lebih lanjut tentang minat perawat untuk bekerja ke

luar negeri dan kemampuan apa saja yang harus dimiliki.


3. Bagi Organisasi Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan gambaran bahwa sudah tercapainya

kerjasama antara Indonesia dengan Jepang dalam program Goverment to

Goverment yaitu IJEPA untuk menindaklanjutinya kepada Pemerintah

Indonesia agar perawat Indonesia banyak termotivasi untuk bekerja di

Jepang.

Anda mungkin juga menyukai