Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO 1

Pada suatu kecelakaan kereta api, dua orang pasien, Tn. Mannerberumur 55 tahun dan Nn. Bonny berumur
22 tahun, ditemukan dalam kondisi tertusuk logam besi yang sama sehingga tubuh mereka saling merapat.
Kedua pasien dibawa ke IGD RS dengan kondisi sadar. Hasil pemeriksaan tim dokter menemukan bahwa
hanya aka nada satu pasien yang dapat diselamatkan sedang satu orang lainnya harus dikorbankan. Tim
dokter menghadapi dilemma etika dan hokum dalam menyelesaikan kasus kedua pasien tersebut. Untuk
itu tim dokter berdiskusi dengan menggunakan ethical method of reasoning yang terdiri dari tiga langkah
yaitu fact deliberation, value deliberation, dan dity deliberation dalam mengambil keputusan
penatalaksanaan yang tepat. Dengan memperhatikan aspek hokum ddan prinsip-prinsip bioetika (harm,
health benefit, autonomy, dan vulnerability), tim dokter akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan tn.
Manner yang memiliki peluang terbesar untuk sembuh dibandingkan Nn. Bonny yang mengalami
kerusakan organ tubuh yang sangat luas. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan resiko operasi,
keduanya bersedia menandatangani lembar informed consent. Pada akhirnya Tn. Manner berhasil
diselamatkan sedang Nn. Bonny meninggal dunia.

I KLARIFIKASI ISTILAH

IGD : tempat perawatan pasien gawat darurat di rumah sakit


Etika : ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, dan tentang hak dan
kewajiban moral.
Hukum : kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum
Ethical method of reasoning : metode yang digunakan dalam mengambil keputusan yang
paling tepat dari suatu masalah moral/etika.
Fact deliberation : pertimbangan fakta
Value deliberation : pertimbangan terhadap nilai
Duty deliberation : pertimbangan langkah yang akan diambil
Bioetika : studi interdisipliner mengenai masalah yang muncul akibat
perkembangan ilmu biologi dan kedokteran baik skala mikro
maupun makro, pada masa sekarang dan masa mendatang.
Harm : bahaya
Health benefit : manfaat dari pelanan kesehatan
Autonomy : hak seseorang untuk mengambil suatu keputusan atas dasar
kehendaknya sendiri
Vulnerability : kerapuhan, kerentanan
Informed consent : persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter setelah diberi
penjelasan.

II IDENTIFIKASI MASALAH

1. Tim dokter menghadapi dilema etika dan hukum dalam menyelesaikan kasus ditemukan 2 orang
dalam kondisi tertusuk logam besi dimana setelah dilakukan pemeriksaan tim dokter menemukan
hanya akan ada 1 pasien yang dapat diselamatkan dan yang lainnya harus dikorbankan.
2. Untuk itu, tim dokter berdiskusi dengan menggunakan ethical method of reasoning yang terdiri dari
tiga langkah, yaitu fact deliberation, value deliberation, dan duty deliberation dalam mengambil
keputusan penatalaksanaan yang tepat.
3. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip-prinsip bioetika (harm, health benefit, autonomy,
dan vulnerability), tim dokter akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Tn. Manner yang
memiliki peluang terbesar untuk sembuh dibandingkan Nn. Bonny yang mengalami kerusakan
organ tubuh luas.
4. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan resiko operasi, keduanya bersedia menandatangani
lembar informed consent.

III. ANALISIS MASALAH

1. Tim dokter menghadapi dilema etika dan hukum dalam menyelesaikan kasus ditemukan 2 orang
dalam kondisi tertusuk logam besi dimana setelah dilakukan pemeriksaan tim dokter menemukan
hanya akan ada 1 pasien yang dapat diselamatkan dan yang lainnya harus dikorbankan.
a. Apa pengertian etika dan hukum ?
Etika adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum yaitu kaidah-kaidah
tingkah laku (DR.Willa Chandrawilla, S.H)
Etika adalah sistem nilai atau consensus social tentang perilaku atau tindakan manusia
yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak. 4
Etika adalah bagian ilmu filsafat yang berbicara tentang tindakan manusia dan tidak
mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia
harus bertindak dan tindakan manusia ini ditentukan bermacam-macam norma, yaitu
norma hukum, norma moral, norma agama, dan norma sopan santun. (Martin, 1993 )
Hukum adalah keseluruhan peraturan yang memaksa dan berlaku dalam suatu Negara
(Rudolfh Von Jhering, 1877-1882)
Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib. (Simorangkir dan Woerjono Sastropronoto, 1925)

b. Apa persamaan etika dan hukum ?


Sama-sama membahas nilai-nilai perorangan dan nilai-nilai dalam masyarakat
Membahas keseimbangan dua kelompok nilai-nilai tersebut
Membahas asas-asas fundamental yang mendasari nilai-nilai tersebut.4
Alat untuk mengukur tertibnya hidup masyarakat
Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia
Mengandung hak dan kewajiban anggota masyakat agar tidak saling merugikan
Menggugah kesadaran manusia untuk bersikap manusia.
Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman anggotan senior.3
Keduanya berisi ukuran atau pedoman
Keduanya mempunyai sanksi
Mengatur tingkah laku manusia6

c. Apa perbedaan etika dan hukum ?


ETIKA HUKUM

Berlaku untuk lingkungan Berlaku untuk umum


profesi
Disusun berdasarkan Disusun oleh badan
kesepakatan anggota profesi pemerintah
Tidak seluruhnya tertulis Tercantum secara terinci
dalam kitab undang-undang
dan lembaran/ berita Negara
Sanksi berupa tuntunan Sanksi berupa tuntutan

Pelanggaran etik tidak selalu Pelanggaran hukum


disertai bukti fisik memerlukan bukti fisik3

d. Apa dasar etika dan hukum dari tindakan dokter tersebut?


- UU 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
- KODEKI pasal 7d, pasal 2,
- Pasal 48 KUHP
- Permenkes No 29 tahun 2008
- Standar profesi
- Permenkes No 585 tahun 2009 tentang Persetujuan Tindakan Medik

2. Untuk itu, tim dokter berdiskusi dengan menggunakan ethical method of reasoning yang terdiri dari
tiga langkah, yaitu fact deliberation, value deliberation, dan duty deliberation dalam mengambil
keputusan penatalaksanaan yang tepat.
a. Apa yang dimaksud ethical method of reasoning ?
- Metode yang digunakan untuk dapat mengambil keputusan yang paling tepat dalam
menyelesaikan suatu kasus etika ataupun konflik moral yang terjadi.

b. Apa sajakah langkah-langkah dalam ethical method of reasoning ?


- Fact deliberation
- Value deliberation
- Duty deliberation
- Test of consistence
- Final decision

c. Apa tujuan ethical method of reasoning ?


Tujuan nya adalah untuk dapat mengambil keputusan yang paling tepat ketika menghadapi
suatu masalah moral

3. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip-prinsip bioetika (harm, health benefit, autonomy,
dan vulnerability), tim dokter akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Tn. Manner yang
memiliki peluang terbesar untuk sembuh dibandingkan Nn. Bonny yang mengalami kerusakan
organ tubuh luas.
a. Apakah yang dimaksud dengan bioetika ?
Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang ditimbulkan oleh
perkembangan dibidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada skala mikro maupun pada skala
makro, lagi pula tentang dampaknya atas masyarakat luas serta sistim nilainya kini serta sistim
nilainya dimasa yang akan dating (Fransese Abel, 4 November 2008)

b. Bagaimana sejarah perkembangan bioetika ?


1. Telah terjadi revolusi biomedis dimulai di AS dan berkembang ke Negara-negara industry
lain sejak tahun 1960 an, dan perubahan social
2. Telah timbul dampak, isu, atau masalah etika, soosial, hukum, ekonomi, agama,
kependudukan, dan lain-lain sebagai akibat penerapan produk revolusi biomedis itu pada
kehidupan dan pelayanan kesehatan manusia.
3. Asas-asas etikak medis tradisional tidak memadai lagi untuk menangani dampak isu atau
masalah baru tersebut.
4. Oleh karena itu lahirlah ilmu baru untuk mengakji tentang hal-hal tersebut. Ilmu atau kajian
baru tersebut disebut Bioetika.4

c. Apa sajakah prinsip-prinsip bioetika ?


- Human dignity and human right
- Benefit and harm
- Autonomy and individual responsibility
- Consent
- Person without the capacity to consent
- Respect for human vulnerability and personal integrity
- Privacy and confidentiality
- Equality, justice, and equity
- Non discrimination and non stigmatization
- Respect for cultural diversity and pluralism
- Solidarity and cooperation
- Social responsibility and health
- Sharing of benefit
- Protecting future generation
- Protection of the environment, the biosphere, and biodiversity.

d. Sebutkan Kaidah Dasar Bioetika kesehatan ?


- Benefit
- Non-malefecence
- Autonomy
- Justice

e. Apakah tindakan tim dokter tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip bioetika (harm, health
benefit, autonomy, dan vulnerability)?
- Tindakan tim dokter tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip bioetika.

4. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan resiko operasi, keduanya bersedia menandatangani
lembar informed consent.
a. Apakah pengertian informed consent ?
Informed: artinya telah diberitahukan
Consent: persetujuan yang diberikan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu
dengan demikian informed consent adalahpersetujuan yang diberikan pasien atau keluarga
passien kepada dokter setelah diberi penjelasan.

b. Siapa sajakah yang berhak menandatangani informed consent ?


- Secara umum pasien itu sendiri
- Pasien dewasa (berdasarkan KUH Perdata, dewasa > 21 tahun atau yang sudah
menikah), berfikiran sehat dan tidak dibawah pengampuan (onder curatele)
- Orang tua/ wali bagi yang belum dewasa 2

c. Apa tujuan pembuatan informed consent ?


- Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya
tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan
tanpa sepengetahuan pasiennya.
- Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat
negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan
medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 ).10

d. Apa manfaat pembuatan informed consent ?


Melindungi pasien terhadap segala tindakan medic yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien.
Memberikan perlindungan hukum bagi dokter terhadap akibat yang tidak terduga dan
bersifat negative.9,10

e. Apa bentuk-bentuk informed consent


1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (implied consent)
- Keadaan normal
- Keadaan darurat
2. dinyatakan (expressed consent)
- lisan
- tulisan2

f. Apa saja komponen informed consent?


Informed consent mengandung 4 komponen:
1. Pasien harus mempunyai kemampuan, untuk mengambl keputusan
2. Dokter harus memberi informasi mengenai tindakan yang hendak dilakukan,
pengetesan atau prosedur, termasuk juga manfaat dan resikonya yang mungkin terjadi.
3. Pasien harus dapat memahami informasi yang diberikan
4. Pasien harus secara sukarela memberikan izinnya, tanpa ada paksaan atau tekanan.2

g. Apa sajakah landasan hukum tentang informed consent ?


- Permenkes No.585 tahun 1989 tentang PTM
- PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45 serta
- Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008.
- Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88
- KUH Pidana pasal 351

h. Apakah informasi yang harus disampaikan dokter sebelum memberikan informed consent ?
1. Diagnosa
2. tindakan medis yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensi dari tindakan tersebut.
4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan alternatif cara pengobatan lain
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.8

i. Bagaimanakah format informed consent 9?

Persetujuan tindakan medic

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur/jenis kelamin :
Alamat :
Bukti dari/KTP :
Menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN ATAU PENOLAKAN


Untuk dilakukan tindakan medik berupa:

Terhadp diri saya sendiri/anak/istri/suami/ayah/ibu saya dengan


Nama :
Umur/jenis kelamin :
Alamat :
Dirawat di :
No. rekam medik :

Yang tujuan, sifat dan perlunya tindakan medik tersebut diatas, serta resiko yangt ditimbulkan
dan uapaya mengatasinya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti
sepenuhnya.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesedaran dan tanpa paksaan.

Yogyakarta.
Tgl..bulan.tahun.
Dokter
Bertanda tangan
yang membuat pernyataan
Tanda tangan

Nama lengkap

Saksi dan kelurga pasien


Tanda tangan

nama lengkap
IV. KERANGKA KONSEP
V. HIPOTESIS

Keputusan tim dokter untuk memperioritaskan penyelamatan Tn. Manner dapat dibenarkan dari segi
hukum dan bioetik.

VI. LEARNING ISSUE

POKOK WHAT I KNOW WHAT I DONT KNOW WHAT I HAVE TO PROVE HOW WILL I
BAHASAN LEARN
Etika Defenisi Etika yang mengatur Pemahaman Buku
para medis mengenai KODEKI Kuliah
dosen
Hukum Beberapa Hukum kedokteran Pemahaman Buku
kedokteran macam yang mengatur mengenai hukum Kuliah
hukum tentang praktik kedokteran dosen
kedokteran kedokteran
Bioetika Pengertian Pngertin harm, Pemahaman Buku
Prinsip- health benefit, mengenai prinsip- Intern
prinsip autonomy, prinsip bioetika et
vulnerability Kuliah
Ethical method of dosen
reasoning
Informed Defenisi Syarat Pemahaman Buku
consent Tujuan penandatanganan tentang informed Kuliah
Bentuk Aturan hukum yang consent dosen
melandasi
Format

VII. SINTESIS

Pengertian Etika Kedokteran, Bioetika, dan Hukum Kedokteran, dan Informed Consent

A. Etika Kedokteran

Etik (ethics) berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti akhlak, adat kebiasaan, perasaan, sikap yang
baik, yang layak. Menurut KBBI dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1889), etika adalah ilmu
tentang apa yang baik, apa yang buruk, dak tentang akhlak dan kewajiban moral.

Dua hal yang perlu diingat bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari tentang akhlak manusia sedangkan
etik adalah seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak tersebut. 3

Untuk pekerjaan-pekerjaan profesi (kedokteran, hukum), sangat diperlukan etik profesi. Untuk dunia
kedokteran, etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dan dokter gigi dalam
hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, dan mitra kerja. Secara nyata
pedoman etik kedokteran di Indonesia tergambar pada Kode Etika Kedokteran Indonesia (KODEKI). Selain
itu penyelenggaraan etika kedokteran juga didasarkan atas lafal sumpah dan berbagai deklarasi dunia.
B. Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) adalah
semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan
penerapan hak dan kewajiban baik bagi perseorangan maupun sebagai pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam segala aspek, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medis, ilmu pengetahuan
kesehatan dan hukum, serta sumber-sumber hukum lain.

Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan itu sendiri.

Perbedaan dan persamaan etika dan hukum adalah sbb:

1. Persamaan
- Sama-sama membahas nilai-nilai perorangan dan nilai-nilai dalam masyarakat
- Membahas keseimbangan dua kelompok nilai-nilai tersebut
- Membahas asas-asas fundamental yang mendasari nilai-nilai tersebut.6
- Alat untuk mengukur tertibnya hidup masyarakat
- Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia
- Mengandung hak dan kewajiban anggota masyakat agar tidak saling merugikan
- Menggugah kesadaran manusia untuk bersikap manusia.
- Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman anggotan senior.3
- Keduanya berisi ukuran atau pedoman
- Keduanya mempunyai sanksi
- Mengatur tingkah laku manusia 6

2. Perbedaan3

ETIKA HUKUM

Berlaku untuk lingkungan profesi Berlaku untuk umum

Disusun berdasarkan kesepakatan Disusun oleh badan pemerintah


anggota profesi
Tidak seluruhnya tertulis Tercantum secara terinci dalam kitab
undang-undang dan lembaran/ berita
Negara
Sanksi berupa tuntunan Sanksi berupa tuntutan

Pelanggaran etik tidak selalu disertai Pelanggaran hukum memerlukan


bukti fisik bukti fisik

Beberapa dasar hukum dalam dunia kedokteran antara lain


- UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
- UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
- Permenkes No 585 tahun 2009 tentang Persetujuan Tindakan Medik
C. Informed consent

Kata informed consent berasal dari akar kata informed, telah diberitahukan dan consent, persetujuan
yang diberikan seseorang untuk berbuat sesuatu. Jadi dapat diartikan bahwa informed consent adalah
persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter untuk melakukan sesuatu.

Di Indonesia sendiri konteks informed consent yang digunakan adalah (PTM) Persetujuan Tindakan Medik
(berdasarkan Permenkes 585 tahun 1989).

Pandangan lain mengenai informed consent disampaikan oleh Appelbaum, et.al. yaitu .. consent as a
process, not an event. Dari pendapat tersebut jelas lah bahwa selainsebagai suatu perjanjian, informed
consent juga merupakan suatu proses untuk mencapai suatu kesepakatan bersama. Maka proses sampai
terjadinya penandatanganan informed consent dapat dibagi ekdalam 3 fase yaitu:

1. Fase pertama. Dimulai saat pasien datang dengan sukarela ke tempat praktek dokter. Ini telah
menunjukan suatu bentuk persetujuan pasien untuk dilakukannya berbagai pemeriksaan yang biasa
dan umum dilakukan oleh dokter.
2. Fase kedua. Saat pasien mulai menceritakan keluhannya dalam proses anamnesis. Terjadi
persetujuan bahwa dokter boleh mengetahui rahasia kesehatannya.
3. Fase ketiga. Saat dokter mulai melakukan pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasien. 2

Tujuan pembuatan informed consent menurut Permenkes No 29 tahun 2008 pasal 3, yaitu:
- Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak
diperlukan dan secara medic tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien.
- Memberikan perlindungan kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negative, karena
prosedur medic modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medic ada melekat suatu
resiko.

Perlu diingat bahwa dasar pembuatan informed consent yang dapat berupa perjanjian tertulis harus
memenuhi syarat yaitu:
- Diberikan secara bebas
- Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
- Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat memahami tindakan
tersebut perlu dilakukan
- Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama 7

PTM/informed consent memiliki beberapa bentuk yaitu:

Implied consent
Merupakan persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat
persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien. Biasanya menyangkut tindakan-
tindaakan dokter yang telah diketahui secara umum (mengukur tensi, menyuntik, mengambil
darah,dll) dan tanpa penjelasan awal. Implied consent lainnya adalah bila pasien dalam keadaan
gawat darurat. Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medic berada dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan
tindakan medic segera, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun (pasal 11 bab IV) 7. Pada keadaan
seperti ini berlaku presumed consent, artinya bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan
menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter.2,3
Expressed consent
Pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan, bila yang dilakukan lebih dari sekedar
prosedur pemeriksaan dan tindakan biasa. Khusus persetujuan tertulis adalah untuk tindakan-
tindakan yang mengandung resiko tinggi (pasal 3), seperti tindakan pembedahan, tindakan invasive
(dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh) lain, tindakan-tindakan non-invasif yang
mengandung resiko-resiko tertentu.7

Siapa yang berhak menandatangani informed consent ?

Yang berhak memberikan persetujuan dalam informed consent adalah pasien yang sudah dewasa (diatas
21 tahun atau sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental. Untuk pasien dibawah 21 tahun dan
pasien gangguan jiwa yang menandatanginya adlaah orang tua/wali/keluarga/induk semang. Untuk pasien
dalam keadaan tidak sadar dan gawat darurat yang memerlukan tindakan medic segera, tidak diperlukan
PTM dari siapapun.3

Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh seorang dokter sebelum melakukan persetujuan dengan
pasien ataupun keluarganya adalah:

- Diagnosis dan tata cara tindakan medis


- Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan
- Alternative tindakan lain dan risikonya
- Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
- Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan8

D. Bioetika

Kata bioetika berasal dari kata bios ( kehidupan) dan ethos (nilai moral/akhlak).

Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di
bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang
(Bertens, 2001)

Perbincangan mengenai bioetika mulai muncul setelah terjadinya berbagai dampak negative akibat
perubahan-perubahan besar di banyak bagian dunia sejak tahun 1950an. Perubahan-perubahan tersebut
mencakup perubahan dalam lingkungan umum dan lingkungan khusus kesehatan.

a. Perubahan dalam lingkungan umum global


- Prombakan tatanan dunia yang berakibat menguatnya tuntutan akan hak-hak social,
ekonomi, dan politik.
- Pemaduan ilmu, teknologi, dan bisnis global. Hal ini lambat laun menyebapkan
kecendrungan ilmu dan teknologi juga dipakai sebagai alat dan kekuatan bisnis global
- Perkembangan komunikasi, informasi, dan transportasi
- Revolusi demografi. Makin banyak penduduk dunia sehingga masalah-maslah menyangkut
masyarakat juga makin bertambah
- Dominasi budaya tertentu akibat penguasaan media masa oleh kelompok-kelompok
tertentu.
- Krisis moral
- Situasi konflik
- Degenerasi lingkungan hidup yang banyak menimbulkan masalah global. 4
b. Perubahan dalam lingkungan kesehatan
- Perkembangan biologi baru
- Perkembangan ilmu kedokteran baru. Hal ini berdampak negative yaitu terjadi pergeseran
system nilai oleh dokter tentang penyakit yang mulai mereduksi konsep manusia seutuhnya
menjadi hanya sekumpulan sel dan molekull semata
- Perkembangan teknologi dan alat-alat medis. Hal ini ditakutkan dapat menggeser peran
dokter sebagai profesional yang peduli dan merawat pasien menjadi hanya sekedar ahli
teknik yang mengoperasikan mesin-mesin kesehatan.
- Perkembangan bioteknologi modern. Menyangkut rekayasa genetika, bayi tabung, dll. 4

Untuk mengatasi permasalah diatas maka dilahirkanlah Universal Declaration on Bioethics and Human
Rights pada tanggal 19 Oktober 2005 yang ditandatangani oleh 191 anggota UNESCO pada waktu itu.

Ada 15 prinsip dasar yang menjadi patokan dasar untuk memutuskan apakah suatu tindakan dapat
dilaksanakn atau tidak berdasarkan deklarasi ini. Kelima belas prinsip tersebut yaitu:

1. Human dignity and human right


2. Benefit and harm
3. Autonomy and human responsibelity
4. Consent
5. Person without the capacity to consent
6. Respect for human vulnerability and personal integrity
7. Privacy and confidentially
8. Equality, justice, and equity
9. Non-discrimination and non-stigmatiitation
10. Respect for cultural diversity and pluralism
11. Solidarity and cooperation
12. Social responsibility and health
13. Sharing of benefit
14. Protecting future generation
15. Protection of the environment, the biosphere, and biodiversity

Tiga dari ke 15 prinsip-prinsip bioetika tersebut yaitu:

- Harm and health benefit


Health benefit merupakan manfaat yang bisa didapat oleh pasien dari tindakan medis
tenaga kesehatan. Menurut WHO, sehat memiliki arti tidak hanya sehat fisik dan mental
namun juga sehat secara social. Health benefit bisa mencakup pemberian pengobatan
sebagai upaya perawatan dan penghilangan ataupun pengurangan penderitaan pasien,
perlindungan atupun pencegahan dari suatu penyakit, pengobatan luka-luka non-infection,
penanggulangi disability (kecacatan), menyelesaikan masalah kejiawaan atau mental
pasien.
Harm merupakan dampak negative/ bahaya yang bisa diperoleh pasien dari suatu tindakan
medis tenaga kesehatan. Bahaya tersebut dapat berupa bahaya fisik, mental, moral, dan
bahaya social/ekonomi.
Dalam menjalankan praktik kedokteran, seorang dokter diharuskan untuk memaksimalkan
benefit dan meminimalkan harm yang bisa diperoleh pasien dari tindakan medic yang akan
dilakukannya.

- Autonomy
Autonomi merupakan hak setiap manusia untuk memutuskan hal terbaik bagi dirinya
sendiri. Pelaksanaan autonomy sebenarnya amat sejalan dengan tanggung jawab
(responsibility). Ketika seseorang telah memutuskan hal yang dianggap terbaik bagi dirinya
sendiri, pada saat yang bersamaan iapun harus mulai untuk bertanggung jawab terhadap
keputusannya tersebut. Dalam deklarasi bioetik internasional dikatakan bahwa the
autonomy of person to make decision, while taking responsibility for those decisions and
respecting the autonomy of others, is to be respected. For person who are not capable of
exercising autonomy, special measures are to be taken to protect their right and interests.
Jadi jelas bahwa setiap orang harus menghormati autonomi orang lain serta memberikan
perlindungan pada mereka yang belum dan/ tidak dapat menggunakan autonomi nya
karena sebab-sebab tertentu.

- Vurnerability
Vulnerability diartikan sebagai sifat mudah serang atau luka 3. Secara harafiah vulnerability
berarti kerentanan tubuh sesorang karena berbagai sebab terhadap gangguan-gangguan
yang bisa berdampak negative bagi diri orang tersebut.
Berdasarkan penyebab kerentanan tubuh sesorang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
Biological or corporeal vulnerability
Berupa ancaman dari tubuh kita sendiri seperti proses penuaan, penyakit
bawaan, dan kematian
Social vulnerability
Berupa ancaman yang datangnya dari ketidak mampuan seseorang untuk
membendung perang dan kriminalitas, prasangka buruk dan diskrimisasi,
kekerasan dan perbedaan
Cultural vulnerability
Kerentanan seseorang akibat budaya yang melekat pada lingkungan dimana ia
tinggal.

E. Ethical Method of Reasoning

Dalam menangani kasus-kasus atau isu-isu terkait bioetika dapat digunakan metode Ethical Method of
Reasoning. Metode ini digunakan untuk dapat mengambil keputusan yang paling tepat dalam
menyelesaikan suatu kasus etik yang dilihat dari berbagai disiplin ilmu.
Tahap-tahat metode ini adalah sbb:
2. Fact deliberation
Pertama tentukan masalah utama (konflik moral) dalam suatu kasus lalu indentifikasi
semua facta-facta yang ada terkait masalah tersebut.
3. Value deliberation
Setelah semua facta-facta terkait masalah moral tersebut diidentifikasi, hal selanjutnya
yang dilakukan adalah menentukan fakta utama dari kasus tersebut dan identifikasi semua
nilai-nilai (moral, agama, hukum, kesopanan, susila) yang terkait kasus tersebut.
4. Duty deliberation
Langkah selanjutnya adalah identifikasi semua langkah yang bisa diambil untuk
menyelesaikan permaslahan moral tersebut dengan selalu berusaha untuk tidak
mengorbankan salah satu nilai manapun.
5. Test of consistence
Pada tahap ini, langkah-langkah yang sudah kita identifikasi akan di test apakah benar-
benar sesuai dengan hati nurani dan juga hukum yang berlaku.
6. Final decision
Menetapkan langkah terbaik yang akan diambil dalam menghadapi masalah moral
tersebut.

F. Isu Etik

Pada suatu kecelakaan kereta api, dua orang pasien, Tn. Manner berumur 55 tahun dan Nn. Bonny
berumur 22 tahun, ditemukan dalam kondisi tertusuk logam besi yang sama sehingga tubuh mereka saling
merapat. Kedua pasien dibawa ke IGD RS dengan kondisi sadar. Hasil pemeriksaan tim dokter menemukan
bahwa hanya akan ada satu pasien yang dapat diselamatkan sedang satu orang lainnya harus dikorbankan.
Tim dokter akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Tn. Manner yang memiliki peluang terbesar untuk
sembuh dibandingkan Nn. Bonny yang mengalami kerusakan organ tubuh yang sangat luas. Setelah
diterangkan mengenai prosedur dan resiko operasi, keduanya bersedia menandatangani lembar informed
consent. Pada akhirnya Tn. Manner berhasil diselamatkan sedang Nn. Bonny meninggal dunia.

Apakah tindakan tim dokter tersebut tidak melanggar etika dan hukum?, bagaimana dengan prinsip-prinsip
bioetika (harm and benefit, autonomy, dan vulnerability), apakah sudah sesuai?

Pertanyaan tersebutlah yang akan muncul pertama kali untuk menyikapi masalah tersebut.

Dari sisi etika, tim dokter tentunya akan berpegang teguh pada sumpah kedokterannya dan kode etik yang
mendasari perilaku mereka dalam mengambil keputusan tersebut. Jika dilihat dari KODEKI adalah sbb:

Pasal 2, seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi.

Menurut Leenan, SPM minimal meliputi hal-hal sbb:

- Bekerja secara teliti dan cermat


- Sesuai ukuran medis
- Sesuai kemampuan rata-rata dibandingkan dokter darii katergori keahlian medis yang sama
- Dalam situasi yang sebanding
- sarana dan upaya yang memenuhi perbandingan wajar dibandingkan dengan tujuan konkrit
tindakan medik itu.

Pasal 7d, setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.
Dunia praktik kedokteran penuh dengan hal-hal yang tidak terduga dan tidak dapat dihindari. Ketika
seorang dokter ditempatkan pada pilhan yang sulit antara mengorbankan seseorang untuk menyelamatkan
yang lainnya ataukah mengambil resiko menyelamatkan keduanya namun disisi lain juga meningkatkan
resiko kehilangan nyawa kedua pasien, maka pertentangan etika, batin dan hukum akan terjadi. Tidak
jarang dokter terpaksa harus melakukan operasi/ cara pengobatan tertentu yang membahayakan karena
desakan situasi bahwa tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan jiwa pasien. Selama tindakan berbahaya
yang dilakukan dokter sudah sesuai dengan SPM, telah memenuhi informed consent, dan dengan tujuan
yang luhur untuk menyelamatkan jiwa pasien maka tindakan tersebut tidak dapat dipersalahkan.

Jika dilihat dari segi hukum. Tidak ada satu tuntutan atau pelanggaran hukum yang dapat dikenakan
menyangkut masalah Tn. Manner dan Nn.Bonni tersebut. Ada beberapa dasar peniadaan hukuman atau
kesalah khusus bidang medic menurut Guwandi, yaitu:
1. Risiko pengobatan (risk of treatment)
o Risiko yang inheren atau melekat
o Reaksi alergik
o Komplikasi dalam tubuh pasien
2. Kecelakaan medic
3. Kekeliruan penilaian klinis
4. Volenti non fit iniura
5. Contributory negligence

Selain itu ada pasal-pasal KUHP yang juga dapat meniadakan kukuman dalam praktik kedokteran yaitu :

- Pasal 48 (adanya unsure daya paksa / overmacht)


- Pasal 49 (pembelaan diri terpaksa)
- Pasal 50 (melaksanakan ketentuan undang-undang)
- Pasal 51 (melaksanakan perintah jabatan yang sah)

Jika diperhatikan secara seksama, tindakan tim dokter untuk mengorbankan Nn. Bonny adalah berkaitan
dengan adanya daya paksa/ overmacht. Daya paksa tersebut berupa ketiadaan jalan lain yang lebih efektif
untuk menyelamatkan hidup kedua pasien tersebut, luka yang dapat menimbulkan infeksi jika tidak segera
dioperasi, dan fakta bahwa Tn. Bonny memiliki peluang survive yang lebih besar dari Nn. Bonny. Ditambah
lagi bahwa Nn. Bonny (22 tahun) pun menyetujui tindakan yang akan dilakukan tim dokter dalam informed
consent sehingga berdasarkan doktrin Volenti Non fit Iniura yang menyatakan bahwa bila seseorang telah
mengetahui adanya suatu risiko dan secara sukarela bersedia menanggung risiko tersebut (dalam suatu
persetujuan), jika risiko itu benar-benar terjadi maka ia tidak lagi dapat menuntut9.

Menurut prinsip-prinsip bioetika.

Harm and benefit


Dalam Universal Declaration of Bioethic and Human Right disebutkan bahwa in applyingand
advancing scientific knowledge, medical practice and associated technologis, direct and indirect
benefit to the patients and other affected individuals should be maximized and any possible
harm to such individual should be minimized. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa ketika
benefit yang diperoleh lebih besar dari pada harm (bahaya) maka suatu tindakan medis dapat
dilakukan. Tindakan operasi dengan memprioritaskan keselamatan Tn. Manner tersebut memiliki
benefit yang lebih besar dari pada harm yaitu kemungkinan salah satu dapat bertahan hidup
(Tn.Manner) lebih besar dari pada jika tindakan operasi yang dilakukan tanpa mengorbankan Nn.
Bonny maka kemungkinan salah satunya dapat survive akan sangat kecil.

Tindakan medis Catatan Prognosis

Operasi dengan fokus pada Tidak mengorbankan salah satu Tingkat survive kedua pasien
pengeluaran besi dari kedua pasien akan sangat kecil dan resiko
tubuh pasien pendarahan hebat akibat
kontak besi dan organ tubuh
dapat terjadi
Operasi dengan focus pada Nn. Bonny dikorbankan karena Tingkat survive Tn. Manner
pengeluaran salah satu pasien tingkat survive yang lebih kecil menjadi lebih besar. Artinya
dari batang besi (akibat kerusakan organ tubuh kemungkinan salah satu pasien
yang lebih parah) dari Tn. selamat menjadi lebih tinggi.
Manner

Autonomi
Hak-hak pasien untuk dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya sudah dijalankan tim
dokter sebagaimana seharusnya. Penjelasan mengenai diagnosis, tindakan medic yang akan
dilakukan dan prognosis telah membuahkan suatu persetujuan dalam bentuk informed consent.

Vulnerability
Dalam Universal Declaration on Bioethic and Human Right dikatakan bahwa . Individuals and
group of special vulnerability should be protected and the personal integrity of such individuals
respected. Kerentanan seorang pasien teerhadap bahaya bisa datang dari berbagai sumber.
Dalam kasus Tn. Manner dan Nn. Bonny, kedua pasien tersebut dalam posisi vulnerable akibat
factor biologi. Mereka rentan oleh infeksi yang akan terjadi dan kerusakan organ yang lebih
parah sebagai akibat perlawanan tubuh akan luka yang mereka derita. Jika hal dibiarkan maka
mereka bisa mengalami kematian.

Mempertimbangkan aspek vulnerability dari factor biologis itulah maka tim dokter pun akhirnya
segera melakukan operasi agar infeksi dan kerusakan oragan tubuh tersebut tidak semakin
besar.

Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut, tindakan tim dokter tidak dapat dipersalahkan dari segi etika dan
hukum. Dari segi etika tindakan tim dokter tersebut adalah atas dasar kewajiban dokter untuk
menyelamatkan pasien dari kondisi buruk kesehatannya dan tidka menyalahi KODEKI. Dari segi
hukum, selama suatu tindakan tidak melenceng dari SPM dan sudah mendapatkan persetujuan
pihak-pihak terkait maka tindakan tersebut tidak dapat dituntut. Dari bidang bioetik,
pertimbangan bahwa benefit akan lebih besar dari pada harm yang akan muncul, selain itu
penghormatan terhadap autonomi pasien dan mempertimbangkan vulnerability pasien yang
akan semakin besar maka tindakan tim dokter tersebut pun dapat dibenarkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Achadiat, Chrisdiono M. 2007. Dinamika Etika dan Hukum kedokteran dalam Tantangan
Zaman. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Guwandi, Johanes. 2008. Informed Consent. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
3. Hanafiah, M Jusuf dan Amri Amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Jacobalis, Samsi. 2005. Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika Medis, dan Bioetika. Jakarta:
CV. Jagung Seto
5. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 1998
6. Supriadi, Wila Chandrawila. 2001. Hukum Kedokteran. Bandung : Mandar Maju
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 554/menkes/Per/XII/1982 tentang Panitia Pertimbangan
dan Pembinaan Etika Kedokteran
8. Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
9. www.ilunikfk83.com/t143-informed-consent
10. www.scrib.com

Anda mungkin juga menyukai