NEUROPATI DIABETIKUM
Oleh:
Pembimbing:
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
Neuropati perifer merupakan salah satu gejala yang banyak ditemuka pada orang tua, hal
ini dianggap sebagai proses penuaan.1 Namun tanpa kita sadari neuropati perifer merupakan
salah satu gejala akibat penyakit diabetes mellitus yang tidak diketahui. Didapatka sekitar 60%-
70% pasien dengan diabetes memiliki komplikasi neuropati. Pada beberapa pasien kerusakan
yang disebabkan oleh diabetes ini awalnya tidak menunjukan adanya gejala.2
Menurut Estimasi terakhir dari International Diabetes Federation (IDF), terdapat 382 juta
orang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Diperkirakan dari 382 juta orang
tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif
Neuropati perifer dapat dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang bermakna,
dan berdampak pada gangguan keseimbangan dan jatuh. Hal ini mengakibatkan gangguan dari
aktivitas seseorang sehingga orang tersebut akan lebih banyak dirumah dan menjadi beban
keluarga.1
Pada beberapa kasus neuropati, memang tidak ada tatalaksana yang tersedia untuk
menyembuhkan penyakit. Tapi pada neuropati diabetika, dengan pengontroan gula darah akan
menghindari atau dapat memperlambat dari terjadinya kerusakan pada saraf dan dilakukannya
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
degenerasi saraf perifer atau autonom sebagai akibat dari diabetes mellitus.4 Berdasarkan
neuropati diabetika merupakan gejala dan atau tanda-tanda disfungsi saraf perifer pada penderita
Neuropati ini ditandai dengan mati rasa, rasa kesemutan dan kelemahan hingga
menimbulkan rasa sakit. Diabetes mellitus merupakan penyebab terpenting untuk terjadinya
neuropati perifer karena hampir dari setengah neuropti disebabkan oleh diabetes mellitus.6
2.2 Epidemiologi
Estimasi terakhir dari International Diabetes Federation (IDF), terdapat 382 juta orang
hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175
Akibat terjadinya peningkatan gula dalam darah yang terus menerus akan menyebabkan
banyak terjadinya komplikasi. Diantara sekian banyak komplikasi, neuropati perifer murupakan
komplikasi terbanyak dimana didapatkan hampir dari 50% penderita5. Dari penelitian yang
dilakukan di RSCM pada tahun 2011 didapatkan neuropati perifer merupakan komplikasi
Neuropati perifer merupakan gambaran klinis yang sering dijumpai pada sebagian besar
penyakit sistemik. Etiologi neuropati tersering di negara maju adalah diabetes dan alkoholisme,
sedangkan di negara berkembang adalah lepra. Etiologi lain yang bisa ditemukan pada usia lanjut
antara lain trauma, toksik, metabolik, infeksi, iskemik dan paraneoplastik. Selain itu, insiden
neuropati pada HIV juga meningkat seiring meningkatnya kasus infeksi HIV. 1
2.4 Klasifikasi
1. Neuropati perifer.
Neuropati perifer atau yang disebut juga dengan distal symmetric neurophaty atau
terjadi. Kerusakan terjadi dijari kaki, tungkai, tangan dan lengan. Kerusakan didahuli
terjadi di kaki dan tungkai lalu tangan dan lengan. Gejalan dan tanda dari neuropati
perifer adalah2 :
Gejala-gejala di atas biasanya akan terasa lebih memburuk saat malam hari.
Neuropati perifer juga dapat menyebabkan kelemahan pada otot dan hilangnya reflex,
terutama dipergelangan kaki, hal ini menyebabkan perubahan terdahap cara berjalan seseorang.
Lecet dan luka mungkin muncul didaerah yang mati rasa akibat tekanan atau karena cedera yang
tidak disadari. Jika infeksi terjadi dan tidak segera di obati, nfeksi dapat menyebar hingga ke
Gambar 2.1 Neuropati perifer mempengaruhi saraf-saraf dijari kaki, tungkai, tangan
dan lengan2
2. Neuropati autonom
pencernaan, buang air besar, buang air kecil, fungsi sexual, dan pengeluaran keringat.2
Gangguan fungsi daluran pencernaan yang paling sering terjadi adalah konstipasi.
Selain itu ganggua pencernaanyang dapat terjadi adalah pengosongan lambung yang
terlalu lambat yang disebut dengan gastroparesis. Gastroparesis yang parah akan
menyebabkan mual, muntah, kembung dan kehilangan nafsu makan. Gastroparesis jga
dapat peningkatan kadar glukosa darah yang berfluktuasi karena makanan dicerna
menelan, dan kerusakan saraf pada usus dapat menyebabkan diare yang tidak
terkendali terutama pada malam hari. Masalah pada pencernaan ini dapat penyebabkan
Gangguan yang didapatkan pada neuroati autonom pada kandung kemih yaitu
bersifat statis dan merupakan tempat kumbuh kuman yang baik yang dapat
menyebaban terinfeksi. Saat saraf pada kandung kemih rusak hal ini juga dapat
menyebabkan seseorang tidak merasakan lagi saat kandung kemihnya penuh atau
seksual yang dapat terjadi yaitu seorang pria tidak dapat mengalami ereksi atau tidak
dapat mencapai klimaks seksual dengan ejakulasi normal, pada wanita mengalami
tekanan darah. Sistem tubuh terganggu untuk menyesuaikan tekanan darah akibatnya
tekanan darah dapat turun tajam setelah duduk atau menyebabkan seseorang merasa
pusing atau bahkan sampai pingsan. Kerusakan saraf tersebut juga dapat mengganggu
dari heart rate dimana denyut jantung tetap tinggi, bukann naik atau turun dalam
saat terjadinya hipoglikemia, dimana dalam keadaan normal jika gula darah seserang
berada dibawah 70 mg/dL maka akan ada pertanda dari tubuh seperti keringat dingin
menyebabkan orang tidak mengetahui bahwa terjadi penurunan kadar gula darah.2
seseorang berkeringat banyak pada malam hari atau pada saat makan.2
Perubahan fungsi yang terjadi pada mata akibat neuropati autonom yaitu
seseorang tidak dapat melihat dengan baik cahaya ketika di ruangan gelap atau
3. Neuropati Proximal
dengan nyeri dipaha, pinggul, bokong, atau kaki biasanya pada satu sisi tubuh. Jenis
neuropati ini biasanya lebih sering terjadi pada orang dengan diabetes tipe 2 dan pada
Gangguan yang terjadi hanya pada satu kelompok saraf saja sehingga
menyebabkan kelemahan otot atau rasa sakit. Setiap saraf dalam tubuh dapat terkena.2
2.5 Patogenesis
Saraf perifer (spinalis dan kranialis) yang didistribusikan untuk memelihara otot, kulit
dan pembuluh darah terdiri dari sejumlah saraf campuran yaitu saraf motorik, sensorik dan
vegetatif. Dari segi fungisnya, ketiga jenis saraf tersebut dibedakan berdasarkan ukuran
penampangnya, yaitu saraf tipe A (5-12 mikron), tipe B (3-4 mikron), dan tipe C (1-2 mikron).
Saraf tipe A aksonnya bermielin tebal, tipe B bermielin tipis dan tipe C aksonnya tidak
bermielin. Akson bermielin tebal adalah akson saraf motorik pada umumnya dan sebagian saraf
sensorik untuk jenis protopatik. Akson bermielin tipis adalah sebagian akson saraf motorik dan
sebagian saraf sensorik. Akson yang tidak bermielin adalah akson sensorik dan autonom.4
Neuropati diabetika tidak terjadi oleh karena faktor tunggal, melainkan karena interaksi
beberapa factor seperti, faktor metabolic, vascular dan factor mekanik. Factor kausatif utama
a. Faktor Metabolik
Pada diabetes mellitus peranan insulin memobilisasi glukosa sangat minimal. Dalam
kondisi hiperglikemik glukosa diubah oleh aldose reduktase menjadi sorbitol. Akumulasi
sorbitol dapat terjadi 24-48 jam setelah hiperglikemia, terutama pada neuron, lensa,
pembuluh darah, dan eritrosit. Sorbitol ini bersifat higroskopik sehingga akan
membrane sel. Pada diabetes mellitus mio-inositol banyak di ekskresikan lewat urin, dan
sebaliknya, akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel mempengaruhi pengambilan mio-
inositol. Rendahnya kadar mio-inositol ini menyebabkan gangguan fungsi ATP-ase,
Penimbunan sorbitol dan penurunan mio-inositol ini menyebabkan gangguan pada sel
scwan dan akson. Proses ini menyebabkan terjadinya demielinisasi dan degenerasi
akson.4
b. Faktor Vaskuler
Kadar peningkatan glukosa dalam darah memiliki hubungan dengan adanya kerusakan
mikrovaskuler. Tingginya kadar gula dalam darah yang persisten akan meransang
didproduksinya radikal bebas oksidatif (Reactive Oxygen Species/ROS). Radikal bebas ini
akan merusak dari endotel pembuluh darah dan menetralisir NO yang berefek
darah yang terkena. Hal ini dapat menyebabkan iskemia akut. Proses iskemia ini akan
c. Faktor Mekanik
2.6 Diagnosis
Anamnesis8
Sensorik: sesuai dengan deskripsi dimana pasien merasakan rasa yang berbeda pada
tubuh pasien.
Motorik: gangguan koordinasi, serta paresis distal dan atau proximnal antara lain sulit
naik tangga, sulit bankit dari kursi, atau lantai, terjatuh, sulit bekerja atau mengangkat
lengan atas, geraka halus tangan terganggu, sulit memutar kunci, sulit membuka toples,
Otonom : gangguan berkeringat, sensasi melayang pada posisi tegak, sinkop, saat BAK,
atau kegiatan fisik, disfungsi ereksi, sulit orgasme, sulit menahan BAK dan BAB,
polakisuri, muntah, mencret, nocturnal, konstipasi, gangguan pupil yang sulit berubah
Neurpoati diabetic dicurigai pada pasien dengan DM tipe I yang lebih dari 5 tahun dan
Pemeriksaan Fisik8,9
2. Pemeriksaan Umum
Inspeksi: kaki diabetic, neuroartropati (Charcot joint), dan deformitas claw toe.
3. Pemeriksaan neurologic
- Pemeriksaan motorik
Hubungan manusia dengan dunia luar terjadi melalui reseptor sensorik berupa:
keluhan mengenai sensibilitas. Bila ada minta pasien untuk menunjuk lokasiya.
Dari bentuk daerah yang terganggu tentukan apakah kelainan bersifat sentral,
a. Pemeriksaan rasa raba : gunakan sepotong kapas, kertas, atau kain dan
bagian yang simetris. Thigmestesia berari rasa raba halus bila rasa raba ini
b. Pemeriksaan rasa nyeri. Pemeriksaan nyeri dapat dibagi atas rasa nyeri tusuk
dan rasa nyeri tumpul atau rasa nyeri cepat an rasa nyeri lamban.
pasien benar-benar merasakan nyeri bukan hanya rasa disentuh atau diraba.
Periksa pada seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian yang simetris. Pada
bagian yang simetris kualitas tusukan yang diberikan harus sama kuat.
Ada dua macam rasa suhu yaitu rasa panas dan rasa dingin. Rasa suhu
diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es dengan
suhu sekita 10-20C untuk rasa dingin dan air panas dengan suhu 40-50C untuk
rasa panas. Penderita diminta untuk mengatakan dingin atau panas bila
dirangsang. Suhu yang kurang dari 5C dan lebih dari 50C dapat menimbulkan
rasa nyeri.
Rasa gerak disebut juga rasa kinetik. Rasa gerk dirasakan saat tubuh atau
bagian tubh digerakkan secara aktif atau pasif. Jadi rasa gerak merupakan rasa
e. Rasa getar
sedang bergetar pada ibu jari kaki, maleolus lateral dan medial kaki, tibia, spina
Rasa raba kasar atau rasa tekan diperiksa dengan menekan dengan jari
atau benda tumpul pada kulit atau dengan memencet otot tendon, dan serabut
saraf.
Diperiksa dengan jalan memencet otot dan tendon, menekan serabut saraf
yang terletak dekat permukaan atau memencet testes atau biji mata.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Periksa laboratorium untuk mengetahui apakah gula darah dan HbA1c pada diabetes
b. Pemeriksaan Imaging
- CT mielogram adalah suatu pemeriksaan alternative untuk menyingkirkan lesi
c. Elektromiografi (EMG)
KHS motorik dimonitor dengan amplitude dari CMAP (Componed Muscle Action
Potensials) atau diukur kecepatan hantar saraf motoriknya. Kelainan hantar saraf
menggambarkan kehilangan serabut saraf yang bermielin yang berdiameter besar dan
biasanya tungkai lebih sering terkena dibandingkan lengan. Hal ini mencerminkan
degenerasi serabut saraf berdiameter besar, yang tergantung dari panjangnya saraf.2
KHS motorik tak boleh menurun lebih dari 50% dibandingkan dengan nilai rata-
rata normal. Kelainan pada kecepatan hantar sensorimotorik dapat ditemukan pada
pasien diabetes, walaupun secara klinis belum ada gejala polineuropati distal simetris.
ditransmisi oleh saraf dan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan KHS.
Pemeriksaan EMG pada otot-otot distal pada ekstremitas bawah menunjukkan adanya
denervasi dalam bentuk PSW (positive sharp waves) dan fibrilasi (spontaneous
tinggi, duration yang panjang mencerminkan adanya suatu gangguan yang kronis.
poliradikulopati.2
2.8 Terapi
Jalan terbaik untuk menghindari dari terjadinya komplikasi neuropati diabetika yaitu
dengan menjaga gula darah hingga mendekati range normal. Menjaga kadar gula darah
merupakan cara yang efektif untuk menjaga saraf pada tubuh sehingga diperlukan monitoring
gula darah, pengaturan diet dan exercise.2 Kontrol gula darah yang ketat bisa menurunkan resiko
o Nyeri kaki: rendam kaki dalam air panas dan dingn secara bergantian
selama 10menit.
Terapi kausatif :
sorbitol dan fruktosa, dengan cara memblok pemecahan glukosa yang spesifik
Merupakan zat antioksidan yang sangat kuat. Dapat meningkatkan fungsi endotel
vaskuler. ALA merupakan antioksidan enzimatik yang penting yaitu glutation yang
50% bila diberikan dalam dosis 1200 mg iv per hari. ALA juga dapat menurunkan
Imunoglobulin (IVIg)
penyakit autoimun. IVIg merupakan immunoglobulin yang berasal dari darah donor
dengan titer antibodi yang tinggi terhadap antigen tertentu seperti virus dan toksin.
Diharapkan kumpulan berbagai antibodi ini memiliki efek netralisasi terhadap system
imun pasien. IVIg dosis besar (2g/kgBB) terbukti efektif untuk berbagai keadaan
dan neutralisasi sitokin. Tersedia dalam larutan 5 dan 10% dan bubuk 2,5 g, 5 g, 10 g
dan 12 g untuk injeksi. Efek samping yang dapat timbul adalah mialgia, takikardi,
NSAID
ibuprofen 600 mg 4x/hari, sulindac 200 mg 2x/hari. Efek samping yang sering adalah
endogen.
transmisi dari serotonin dan norepinefrin (NE). Anti depresan trisiklik menghambat
Disamping itu, anti depresan trisiklik juga menurunkan jumlah reseptor 5-HT
efektif untuk menurukan nyeri tetapi dapat menimbulkan efek samping berupa dose-
dependent. Salah satu efek samping TCA yaitu bersifat toksik. Ditandai dengan
gangguan konduksi jantung dan aritmia. Pada dosis yang rendah dapat digunakan
untuk neuropati, keracunan jarang untuk dosis rendah. Yang lebih sering digunakan
adalah amitriptilin. Amitriptilin tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 25 mg, dan
norepinefrin, obat ini dapat mengobati nyeri yang timbul karena neuropati diabetik
untuk meningkatkan aktivitas norepinephrin dan 5-HT pada sistem saraf pusat,
duloxetine umumnya dapat ditoleransi dengan baik, dosis yang dianjurkan yaitu
duloxetine diberikan sekali sehari dengan dosis 60 mg, walaupun pada dosis 120
Aktivasi dari reseptor NMDA menyebabkan neuron pada medulla spinalis menjadi
mengakibatkan sel merespon terhadap nyeri. Maka dari itu, anti epilepsy dapat
digunakan untuk menghilangkan nyeri pada neuropati karena salah satu kerja
AED, khususnya gabapentin dan pregabalin adalah first line pengobatan pada
neuropati. Gabapentin dibandingkan amitriptilin dari segi efek dan efek samping
lebih minimal. Efek samping yang dapat muncul adalah sedasi.10,11 Gabapentin
Dosis gabapentin (dewasa dan anak > 12 tahun) adalah 900-1800 mg/hari. Efek
juga PHN. Mekanisme kerja dari pregabalin diyakini sama dengan gabapentin.
Pregabalin, memblok Ca2+ masuk pada ujung saraf dan mengurangi pelepasan
direkomendasikan dari pregabalin adalah 100 mg tiga kali sehari (300mg/hari). Pada
tiga kali sehari (150mg/hari) dan dapat ditingkatkan hingga 300mg/hari dalam 1
membran dan menekan terjadinya impuls saraf abnormal pada neuron. Hal ini
terutama berperan menekan proses yang terjadi pada sensitisasi, sehingga sering
Metilkobalamin
efek merangsang proteosintesis sel-sel Schwann dan dengan jalan transmetilasi dapat
menstimulasi regenerasi akson saraf dan memperbaiki transmisi pada saraf. Dosis
3x250 ug metilkobalamin.10,11
BAB 3
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 56 tahun datang ke poli saraf RSUP Dr. M. Djamil
Nama : Tn F
Usia : 56 tahun
Pekerjaan : PNS
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
- Pasien merasakan nyeri pada ujung-ujung jari kaki dan tangan sejak 1 tahun yang lalu
yang semakin meningkat sejak 3 hari yang lalu. Awalnya terasa dari kesemutan lalu
menjadi kebas yang semakin berat hingga sekarang. Nyeri terasa sama kanan dan kiri.
- Nyeri dirasakan seperti terbakar dan ditusuk-tusuk meningkat terutama pada malam hari.
- Pasien mengeluh sering haus walaupun telah banyak minum dan merasa lapar walaupun
- Pasien juga sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil.
- Pasien sering mengeluhkan kesulitan saat akan berdiri dari posisi duduk, sering
- Pasien juga mengeluhkan kesulitan jika mengendarai mobil pada malam hari
- Pasien sudah dikenal menderita DM sejak 5 tahun yang lalu tetapi tidak kontrol dengan
- Pasien tidak memiliki riwayat menderita hipertensi, penyakit jantung atau stroke.
Pasien seorang pegawai yang bekerja dikantor dengan aktifitas ringan sedang. Jarang
berolahraga dan memiliki kebiasaan merokok. Pasien biasanya menghabiskan rokok 1bungkus
per harinya.
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit dan kuku : tidak ada rambut pada 2/3 kulit kaki bawah
Paru
Perkusi : sonor
Jantung
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial linea mid clavicula sinistra RIC VI
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Abdomen
Perkusi : timpani
STATUS NEUROLOGIS
Brudzinski I : (-)
Brudzinki II : (-)
Pupil isokor, mata kanan dan kiri diameter 3mm/3mm, Rc (+/+),gerak bola mata bebas ke
segala arah
N.I (Olfaktorius)
Subjektif + +
N.II (Optikus)
Tajam Penglihatan +2 +2
Lapangan Pandang + +
Melihat warna + +
N.III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Ptosis - -
Strabismus - -
Nistagmus -
Ekso/Endopthalmus - -
Pupil
N. IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Diplopia - -
N. VI (Abdusens)
Kanan Kiri
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut + +
Menggerakan + +
rahang
Menggigit + +
Mengunyah + +
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea + +
Sensibilitas + +
-Divisi Maksila
Refleks Masseter + +
Sensibilitas + +
-Divisi Mandibula
Sensibilitas + +
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah + +
Fisura palpebra + +
Menggerakan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Hiperakusis - -
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik + +
Detik Arloji + +
Nistagmus - -
N.IX (Glosofaringeus)
Kanan Kiri
N.X (Vagus)
Kanan Kiri
Uvula Di tengah
Menelan + +
Artikulasi Jelas
Suara +
N. XI (Asesorius)
Menoleh kekanan +
Menoleh kekiri +
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atropi - -
Pemeriksaan Koordinasi
Ataksia - Supinasi-pronasi -
Duduk +
Atetosis - -
Mioklonik - -
Khorea - -
Kanan Kiri
Berkurang Berkurang
Sistem Refleks
Kornea + + Biseps ++ ++
Berbangkis - - Triseps ++ ++
Laring KPR ++ ++
Masseter APR + +
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Fungsi Otonom
Defekasi : baik
Fungsi Luhur
Refleks Memegang -
Refleks palmomental -
Pemeriksaan Laboratorium :
Working Diagnosis :
Neuropati diabetika
Diagnosis Banding :
Pemeriksaan Penunjang :
b. EMG
Penatalaksanaan :
a. Manajemen umum:
- Foot hygiene
- Fisioterapi
b. Manajemen Khusus:
- Duloxetine 60-120mg/hari
- Gabapentin 1200mg/hari
- Metformin 3x500 mg
- Metilkobalamin 3x250 ug
Prognosis
DISKUSI
Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang pasien laki-laki usia 56 tahun di poli saraf RS
Dr. Djamil Padang pada tanggal 16 september 2015 dengan diagnosis neuropati diabetika.
Diagnosis neuropati diabetika ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan adanya rasa nyeri yang dirasakan pada
ujung-ujung jari kaki dan tangan. Nyeri dirasakan seperti terbakar dan ditusuk-tusuk. Nyeri ini
diawali dengan rasa kesemutan sejak 1 tahun yang lalu, semakin lama semakin berat. Selain
kesemutan pasien juga merasakan kebas lalu semakin berat menjadi nyeri. Hal ini dirasakan
sama pada tangan bagian kanan dan kiri. Nyeri tersebut dirasakan semakin meningkat pada
malam hari. Hal ini menandakan adanya kelainan pada saraf perifer. Pasien sudah dikenal
menderita diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Pasien tidak mengontrol kadar gula darah
dengan teratur. Selain kerusakan dari saraf perifer, pada pasien ini juga didapatkan kelainan pada
saraf otonom berupa perut yang kembung etelah makan, suka buang air kecil pada malam hari
dan kesulitan pasien untuk bangkit setelah duduk. Selain itu pasien juga merasakan kesulitan saat
Dari pemeriksaan fisik didapatkan rambut pada kaki 2/3 distal tidak tumbuh lagi dan
kurangnya sensibilitaspada kaki dan tangan, reflek APR yang menurun pada kedua kaki yang
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kadar gula darah mencapai 286gr/dL. Kadar
gula darah yang tinggi dan tidak terkontrol akan semakin merusak saraf-saraf pada tubuh. Saraf
manapun di dalam tubuh dapat mengalami kerusakan. Kerusakan ini telah dijelaskan dapat
pemeriksaan HbA1c unuk menilai bagaimana kontrol gula darah pasien dalam 3 bulan terakhir,
dan untuk menentukan pengobatan yang lebih tepat. Selain itu direncanakan untuk dilakukannya
Pengobatan pada pasien ini diberikan duloxetine sebagai antikovulsan, pregabalin sebagai
anti depresan, metformin dan metilkobalamin sebagai vitamin untuk memperbaiki saraf.
BAB 5
KESIMPULAN
diakibatkan oleh penigkatan kadar gula darah yang tinggi sehingga merusak dari saraf pada
tubuh. Neuropati diabetika dapat dibagi menjadi neuropati perifer, neuropati autonom, neuropati
Keluhan yang dialami oleh pasien dengan neuropati diabetika tidak selalu berat tetapi
rasa yang tidak nyaman yang dirasakan pasien setiap hari dapat menurunkan kualitas hidup
pasien dan pasien dapat menjadi beban bagi keluarga. Neuropati diabetika ini memang tidak
dapat disembuhkan tetapi dengan mengontrol kadar gula darah kerusakan terhadap saraf dapat
ditunda, oleh karena itu dibutuhkan managemen yang baik dalam menangani neuropati diabetika.
DAFTAR PUSTAKA