Sumatera Utara pada bulan Februari 2016. Sampel pada penelitian ini sebanyak 31 orang
di wilayah kerja Simpang Empat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Pengambilan data
bivariat yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan variabel
dependen.
Berikut ini hasil penelitian yang ditampilkan dalam bentuk tabel yang terdiri atas
beberapa distribusi data menurut karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin,
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
sebanyak 31 orangyang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat
Table 4.1.
Distribusi Frekuensi Usia Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.
Usia N Persentase %
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa usia pasien Tuberkulosis yang berobat di wilayah
kerja Puskesmas Simpang Empat pada bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak 31
orang dengan usia pasien yang tertinggi menderita Tuberkulosis adalah usia dewasa awal
(26-35) sebanyak 11 orang (35,5%) dan dewasa akhir (36-45) sebanyak 11 orang
(35,5%).Sedangkan usia remaja akhir (17-25) sebanyak 2 orang (6,5%), lansia awal (46-
55) sebanyak 2 orang (6,5%) dan lansia akhir (56-65) sebanyak 2 orang (6,5%).
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak
31 orangyang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat dilihat pada
Laki-laki 17 54,8%
Perempuan 14 46,2%
Total 31 100
Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa jenis kelamin pasien Tuberkulosis yang berobat di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak
31 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 17 orang (54,8%), dan perempuan sebanyak
14 bayi (46,2%).
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
sebanyak 31 orangyang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat
Table 4.3.
SD 15 48,4%
SMP 5 16,1%
SMK-SMA 11 35,5%
Total 31 100%
Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa pendidikan pasien Tuberkulosis yang berobat di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
sebanyak 31 orangyang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat
Table 4.4.
IRT 9 29%
Buruh 9 29%
Petani 5 16%
Supir 8 25%
Total 31 100%
Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa pekerjaan pasien Tuberkulosis yang berobat di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
sebanyak 31 dengan pekerjaan tertinggi yang diperoleh yaitu IRT dan Buruh dengan
persentase yang sama sebanyak 9 orang (29%), sedangkan Petani sebanyak 5 orang
Tabel 4.5.
Kepatuhan N Persentase %
Patuh 24 77,4%
Tidak patuh 7 22,6%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan pasien yang patuh meminum obat memiliki
persentase yang lebih tinggi yaitu sebanyak 24 orang (77,4%), dibandingan pasien yang
Tabel 4.6
Dukungan N Persentase %
tinggi yaitu sebanyak 23 orang (74,2%), dibandingan dukungan yang kurang baik
sebanyak 8 orang (25,8%) menunjukkan angka yang signifikan antara kedua dukungan.
1. Dukungan Emosional
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Tuberkulosis di Kecamatan Simpang
Empat Asahan Tahun 2017 Berdasarkan Pertanyaan Dukungan Emosional No.1
Berdasarkan tabel diatas, diketahui jumlah responden dengan keluarga yang selalu
yaitu 18 orang (58.06%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 2
orang (6.45%).
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Tuberkulosis di Kecamatan Simpang
Empat Asahan Tahun 2017 Berdasarkan Pertanyaan Dukungan Emosional No.2
jawaban Jarang yaitu 14 orang (45.16%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak
Tabel 4.3.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
3
n % n % n % n %
Keluarga selalu
menyiapkan obat saya. 22 70.96 8 25.8 3 9.67 0 0
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu yaitu 22
orang (70.96%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0 orang (0%).
Tabel 4.4.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
4
n % n % n % n %
Keluarga tidak pernah 0 0 0 0 10 32.25 21 67.74
mengetahui tentang
penyakit saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak Pernah
yaitu 21 orang (67.74%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering yaitu berjumlah
Tabel 4.5.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
5
N % n % n % n %
Keluarga selalu
menyediakan waktu 19 61.29 10 32.25 2 6.45 0 0
untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu yaitu 19
orang (61.29%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0 orang (0%).
Tabel 4.6.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
6
n % n % n % n %
Keluarga selalu
mendiskusikan tentang 12 38.7 10 32.25 9 29.03 0 0
keadaan saya dengan
anggota keluarga lainnya
dan mencari pengobatan
yang terbaik untuk
yaitu 12 orang (38.7%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0 orang
(0%).
Tabel 4.7.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
7
n % n % n % n %
Keluarga saya
menanyakan bagaimana 14 45.16 16 51.61 1 3.22 0 0
perkembangan
pengobatan saya kepada
dokter/petugaskesehatan
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering
yaitu 16 orang (51.61%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0
orang (0%).
Tabel 4.8.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
8
n % n % n % n %
Keluarga saya 20 64,51 8 25,8 3 9,67 0 0
mendengarkan keluhan dan
keinginan saya selama sakit
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu
yaitu 20 orang (64.51%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0
orang (0%).
Tabel 4.9.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
9
n % n % n % n %
Keluarga tidak pernah 1 3,22 15 48,38 10 32,25 5 16,12
mengijinkan saya untuk
mengambil obat sendiri.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering
yaitu 15 orang (48.38%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu yaitu 1 orang
(3.22%).
Tabel 4.10.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
10
n % n % n % n %
Keluarga tidak
menginjinkan saya untuk 6 19,35 16 51,61 8 25,8 1 3,22
melakukan pekerjaan
apapun ketika saya sakit.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering
yaitu 16 orang (51.61%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 1
orang (3.22%).
Tabel 4.11.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
11
n % n % n % n %
Keluarga mempercayai
keputusan saya tentang 18 58,06 12 38,7 1 3,22 0 0
pengobatan yang saya
jalani.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu
yaitu 18 orang (58.06%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0
orang (0%).
Tabel 4.12.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
12
n % N % n % n %
Keluarga selalu melibatkan 19 61,3 12 38,7 0 0 0 0
saya mengenai pengobatan
yang saya jalani.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu
yaitu 19 orang (61.3%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
Tabel 4.13.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
13
N % N % n % n %
Keluarga menganggap saya
sama dengan anggota 0 0 0 0 10 32,25 21 67,75
keluarga lain yang tidak
sakit TBC. Sehingga tidak
ada prioritas untuk saya
selama saya menjalankan
pengobatan.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak
Pernah yaitu 21 orang (67.75%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering
Tabel 4.14.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
14
n % N % n % n %
Keluarga memberikan 14 45,16 8 25,8 9 29,03 0 0
pujian kepada saya ketika
saya meminum obat secara
teratur.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu
yaitu 14 orang (45.16%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0
orang (0%).
Tabel 4.15.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
15
n % N % n % n %
Keluarga memberikan
kebebasan kepada saya 16 51,61 15 48,39 0 0 0 0
untuk memilih tempat
periksa kesehatan yang
berfasilitas lengkap.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu
yaitu 16 orang (51.61%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
Tabel 4.16.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
16
n % n % n % n %
Saya merasa keluarga
saya menginginkan saya 22 9 29.03 0 0 0 0
70.96
cepat sembuh.
yaitu 22 orang (70.96%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
Tabel 4.17.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
17
n % n % n % n %
Keluarga tidak 0 0 0 0 7 22.58 24 77.41
mengetahui tentang
perkembangan
pengobatan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak
Pernah yaitu 24 orang (77.41%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Tidak
Tabel 4.18.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
18
n % n % n % n %
Keluarga memotivasi saya untuk rutin 21 67.74 9 29.03 0 0 0 0
meminum obat.
yaitu 21 orang (67.74%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
Tabel 4.19.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
19
N % n % n % n %
Keluarga ikut serta dalam memantau
perkembangan pengobatan 16 51.61 15 48.38 0 0 0 0
yang saya jalani
yaitu 16 orang (51.61%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
yaitu 17 orang (54.83%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
Tabel 4.21.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
21
n % n % n % n %
Keluarga menganggap tidak perlu
mengingatkan saya meminum obat. 0 0 0 0 1 3.22 18 58.06
Pernah yaitu 18 orang (58.06%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering
Tabel 4.22.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
22
n % n % n % n %
Keluarga memberitahukan tentang
komplikasi yang dapat terjadi bila 14 45.16 17 54.83 0 0 0 0
saya tidak memeriksakan dan
mengobati penyakit saya
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering
yaitu 17 orang (54.83%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
Tabel 4.23.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
23
n % n % n % n %
Keluarga selalu 14 45.16 14 45.16 3 9.67 0 0
mengingatkan saya untuk
selalu rutin minum obat.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu dan
Sering yaitu berjumlah sama 14 orang (45.16%) dan jumlah terendah dengan jawaban
Tabel 4.24.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
24
n % N % n % n %
Keluarga mencari
informasi mengenai 13 41.93 10 32.25 8 25.8 0 0
kesehatan saya selama
pengobatan lewat buku,
majalah, TV atau dari
tenaga kesehatan.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu
yaitu 13 orang (41.93%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu
0 orang (0%).
Tabel 4.25.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
25
n % N % n % n %
Keluarga berpendapat
tidak perlu mencaritahu 0 0 0 0 11 35.48 20 64.51
tentang penyakit
Tuberkulosis (TBC).
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak
Pernah yaitu 20 orang (64.51%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering
Tabel 4.26.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
26
n % N % n % n %
Keluarga menyarankan
untuk mengontrol
kesehatan saya secara 20 64.51 11 35.48 0 0 0 0
rutin kepelayanan
kesehatan.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu
yaitu 20 orang (64.51%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
Tabel 4.27.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
27
n % N % n % n %
Keluarga berpendapat
jika saya terlalu lelah 13 41.93 15 48.38 3 9.67 0 0
maka daya tahan tubuh
saya akan menurun.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering
yaitu 15 orang (48.38%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0
orang (0%).
Tabel 4.28.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
28
n % N % n % n %
Keluarga selalu 8 25.8 8 25.8 8 25.8 7 22.58
menyediakan jus setiap
harinya.
Berdasarkan tabel diatas yang menjawab pertanyaan dengan jawaban Selalu,
Sering, dan Jarang memiliki jumlah yang sama yaitu 8 orang (25.8%) dan jumlah
Tabel 4.29.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
29
n % N % n % n %
Ketika saya sakit 12 38.7 11 35.48 8 25.8 0 0
keluarga selalu
menyediakan
susu untuk saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu
yaitu 12 orang (38.7%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0 orang
(0%).
Tabel 4.30.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
30 n % n % n % n %
yaitu 17 orang (54.83%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
Tabel 4.31.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % n %
31 Keluarga selalu 10 32.25 10 3.22 11 3.54 0 0
menyediakan makanan yang
disarankan oleh
dokter/petugas kesehatan.
Berdasarkan tabel diatas yang menjawab pertanyaan dengan jawaban Selalu dan
Sering memiliki jumlah yang sama yaitu 10 orang (32.25%) dan jumlah terendah dengan
Tabel 4.32.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % n %
32 Tidak ada dana khusus 0 0 0 0 13 41.93 18 58.06
untuk memeriksakan
kesehatan dan untuk biaya
pengobatan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak
Pernah yaitu 18 orang (58.06%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering
Tabel 4.33.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % n %
33 Walaupun tidak mampu, 20 64.51 11 35.48 0 0 0 0
keluarga selalu berusaha
untuk mencari biaya
pengobatan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu
yaitu 20 orang (64.51%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah
Tabel 4.34.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % n %
34 Keluarga/anggota keluarga 0 0 0 0 9 29.03 22 70.96
menyatakan tidak sanggup
untuk membiayai
pengobatan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak
Pernah yaitu 22 orang (70.96%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering
Pernah yaitu 17 orang (54.83%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering
Tabel 4.36.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % N %
36 Keluarga selalu 11 35.48 12 38.71 8 25.81 0 0
menyediakan waktu untuk
mengantarkan saya berobat.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering
yaitu 12 orang (38.71%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0
(0%).
Tabel 4.37.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % N %
37 Keluarga tidak pernah 0 0 0 0 7 22.58 24 77.42
menciptakan lingkungan
yang tenang untuk saya
beristirahat.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak
Pernah yaitu 24 orang (77.42%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering
1. Dukungan Emosional
keluarganya (pasien TBC). Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
sebanyak 31 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat
Table 4.38.
Distribusi Frekuensi Usia Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.
Usia N Persentase %
Dari Tabel 4.38 diketahui bahwa usia pasien Tuberkulosis yang berobat di wilayah
kerja Puskesmas Simpang Empat pada bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak 31
orang dengan usia pasien yang tertinggi menderita Tuberkulosis adalah usia dewasa awal
(26-35) dan dewasa akhir (36-45) dengan persentase sama yaitu sebanyak 11 orang
(35,5%). Sedangkan yang terendah yaitu usia remaja akhir (17-25) dan lansia akhir (56-65)
Mayoritas umur penderita tuberkulosis paru pada penelitian ini berada pada
kelompok umur dewasa awal dan dewasa akhir. Menurut CDC (2009), penyakit TB Paru
merupakan penyakit kronis yang dapat menyerang semua lapisan usia; selain menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi, juga dapat merugikan secara ekonomi karena
mengenai usia dewasa. Penyakit TB paru sebagian besar terjadi pada orang dewasa yang
telah mendapatkan infeksi primer pada waktu kecil dan tidak ditangani dengan baik. Usia
dewasa dan diikuti usia tua merupakan kelompok yang paling sering terkena TB di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak
31 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat dilihat pada
Laki-laki 17 54,8
Perempuan 14 46,2
Total 31 100
Dari Tabel 4.39 diketahui bahwa jenis kelamin pasien Tuberkulosis yang berobat di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak
31 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah tertinggi adalah laki-
laki sebanyak 17 orang (54,8%), dan perempuan lebih rendah sebanyak 14 orrang (46,2%).
Penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sapta A., dkk.,
Mayoritas penderita TB Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad berjenis
Menurut penelitian yang dilakukan Watkins dan Plant (2006), hal ini dikarenakan
kebiasaan merokok pada laki-laki. Merokok diprediksikan sebagai faktor yang signifikan
dunia. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa merokok adalah faktor resiko penting yang
dapat diubah (modified) dan memiliki dampak yang signifikan terhadap epidemiologi TB
paru secara global. Menurut penelitian yang telah dilaksanakan Hiswani (2009), penderita TB
Paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Pada karakteristik jenis
kelamin ini laki-laki lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat
menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab
TB-paru.
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
sebanyak 31 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat
Table 4.40.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.
SD 15 48,4
SMP 5 16,1
SMK-SMA 11 35,5
Total 31 100
Dari Tabel 4.40 diketahui bahwa pendidikan pasien Tuberkulosis yang berobat di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
penelitian Panjaitan (2012), pendidikan menjadi salah satu faktor resiko penularan
tinggi, tujuh kali lebih waspada terhadap TB paru (gejala, cara penularan, pengobatan)
bila dibandingkan dengan masyarakat yang hanya menempuh pendidikan dasar atau lebih
dan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga dengan pengetahuan yang
cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat.
Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
sebanyak 31 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat
Table 4.41.
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.
IRT 9 29
Buruh 9 29
Petani 5 16
Supir 8 25
Total 31 100
Dari Tabel 4.42 diketahui bahwa pekerjaan pasien Tuberkulosis yang berobat di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
sebanyak 31 dengan pekerjaan tertinggi yang diperoleh yaitu IRT dan Buruh dengan
persentase yang sama sebanyak 9 orang (29%), sedangkan yang terendah Petani sebanyak
5 orang (16%).
Pada penelitian ini pekerjaan penderita Tuberkulosis di dominasi IRT dan Buruh
yang diketahui penghasilan yang didapatkan pasien rendah. Menurut Illu, dkk. (2012),
banyak, daya beli makin menurun, kemampuan memenuhi kebutuhan pokok makin
berkurang dan dikhawatirkan keadaan ini akan memperburuk kondisi kesehatan masyarakat
terkena tuberkulosis. Keadaan ini mengarah pada perumahan yang buruk (suhu ruangan,
ventilasi, pencahayaan, kelembaban, sanitasi yang tidak adekuat) dan terlampau padat,
asupan gizi makanan yang kurang serta kondisi kerja yang buruk. Kelembaban dalam rumah
dalam kamar yang kecil (kurang dari 15% dari luas lantai) erat kaitannya dengan kejadian
penyakit TB paru. Ventilasi berperan besar dalam sirkulasi udara terutama mengeluarkan
Kepatuhan N Persentase %
Patuh 24 77,4
Tidak patuh 7 22,6
Total 31 100
Berdasarkan tabel 4.43 menunjukkan pasien yang patuh meminum obat memiliki
persentase yang lebih tinggi yaitu sebanyak 24 orang (77,4%), dibandingan pasien yang
Kepatuhan adalah suatu sikap yang merupakan respon yang hanya muncul apabila
individu tersebut dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Jika individu tidak mematuhi apa yang telah menjadi ketetapan dapat
dikatakan tidak patuh. Kepatuhan minum obat di pengaruhi oleh beberapa variabel yaitu
variabel umur, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan peran PMO (Budiman,
Mauliku & Anggreini, 2010). Tingkat kepatuhan juga berpengaruh dalam keberhasilan
pengobatan TB.
Dalam penelitian yang didapatkan oleh Made N.I dkk., didapatkan dari 75
memiliki motivasi yang besar untuk mematuhi aturan dalam pengobatan. Motivasi
Total 31 100
tinggi yaitu sebanyak 23 orang (74,2%), dibandingan dukungan yang kurang baik
sebanyak 8 orang (25,8%) menunjukkan angka yang signifikan antara kedua dukungan.
Dukungan yang didapatkan dari keluarga dalam penelitian ini berupa dorongan
untuk sembuh dalam pengobatan, menginformasikan tentang manfaat dan risiko tidak
patuh minum obat, dan mengingatkan minum obat jika penderita lupa. Selain itu juga
memberikan dorongan berupa mengantarkan keluarga yang sakit untuk berobat. Penderita
yang mendapat dukungan baik, menunjukkan bahwa keluarga menyadari penderita sangat
membutuhkan keluarga.
Dalam penelitian Made N.I dkk juga didapatkan bahwa terdapat pasien dengan
dukungan keluarga yang kurang yaitu sebesar 17%. Pasien tersebut lebih sulit menjalani
panjang.
hubungan dengan kepatuhan minum obat pasien TB dimana dia menyatakan PMO
sebaiknya adalah anggota keluarga sendiri yaitu anak atau pasanganya dengan alasan
Table 4.45
Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi, dan
Instrumental Pasien Tuberkulosis di Kecamatan Simpang Empat, Asahan Tahun
2017.
Kurang 5 16.1
Baik 26 83.9
2 Dukungan Penghargaan
Kurang 12 38.7
Baik 19 61.3
3 Dukungan Informasi
Kurang 12 38.7
Baik 19 61.3
4 Dukungan Instrumental
Kurang 11 35.5
Baik 20 64.5
(83,9%), menunjukkan angka yang signifikan yaitu dukungan emosional yang baik lebih
menunjukkan angka yang signifikan yaitu dukungan penghargaan kurang baik sebanyak
menunjukkan angka yang cukup signifikan yaitu dukungan instrumental yang baik
antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah
Chi-Square. Pada analisis jika didapatkan P-value < 0,05 maka variabel tersebut
dinyatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik, sedangkan bila P-value > 0,05
maka variabel tersebut dinyatakan tidak ada hubungan (Hastono, 2007). Variabel
independen yaitu dukungan keluarga dan 4 aspek dukungan keluarga yaitu : dukungan
Sedangkan variabel dependen yaitu kepatuhan minum obat. Dalam penelitian ini, peneliti
akan menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat tanpa memperhitungkan
adanya pengaruh dari variabel lain. Jika dinyatakan ada hubungan maka penentuan arah
dan besarnya hubungan variabel bebas dalam memperkirakan terjadinya variabel terikat
diperhitungkan dengan Odds Ratio (OR), sedangkan untuk mengetahui tingkat kemaknaan
Tuberkulosis
Analisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada
pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari -
Desember Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.46
Analisis Bivariat Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien
Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat
No Kepatuhan Minum
Obat
Dukungan Tidak Patuh Total OR P-Value
Keluarga Patuh
95%
N % n % n %
1 Dukungan 0.463
Emosional
Kurang 0 0 5 100 5 100
2 Dukungan 0.014
Penghargaan
Kurang 6 50.0 6 50.0 12 100
3 Dukungan 0.853
Informasi
Kurang 2 16.7 10 83.3 12 100
Baik 5 26.3 14 73.7 19 100
Dukungan 1.000
Instrumental
4
4.1 Pembahasan
bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak 31 orang yang sesuai dengan kriteria
inklusi penelitian.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi 4.43 dapat dilihat bahwa, sebagian besar pasien
Tuberkulosis patuh minum obat (77,4%). Pasien yang dikatakan patuh minum obat yaitu
pasien yang menghabiskan obatnya sesuai dengan anjuran petugas kesehatan dan datang
kembali ke Puskesmas untuk mengambil obat berikutnya sesuai dengan jadwal yang
Brunner & Suddart (2007) menyatakan bahwa kepatuhan yang buruk atau terapi yang
tidak lengkap adalah faktor yang berperan terhadap resistensi individu. Pasien yang tidak
patuh membutuhkan penjelasan tentang pentingnya kepatuhan minum obat karena jika
pasien tidak patuh dalam menjalani pengobatan pasien akan resisten terhadap obat yang
sebelumnya.
Penyuluhan secara intensif yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi 4.44 dapat dilihat bahwa proporsi dukungan
keluarga kurang baik 25,8 % dan baik 74,2%, persentasenya keduanya cukup jauh
berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa bantuan yang dapat diberikan anggota
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat. Friedman (2006), berpendapat
orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih baik
Berdasarkan tabel 4.45 tentang dukungan emosional dapat dilihat bahwa jumlah
Keadaan ini sudah cukup baik akan tetapi perlu ditingkatkan agar semua pasien
dalam keluarga efektif dengan pengetahuan dan informasi yang memadai maka
emosionalnya.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Satir (2007) dalam Friedman (2006), yang
emosional anggota keluarganya tanpa adanya pola komunikasi dalam keluarga yang
jelas dan bermakna. Oleh karena itu, komunikasi dapat menjadi wahana untuk
emosional merupakan wujud kasih sayang yang diberikan keluarga kepada salah satu
pasien untuk dapat menjalani pengobatan secara teratur, hal ini dikarenakan
dukungan yang diberikan tersebut dijadikan sebagai energi penggerak bagi pasien
kepatuhan minum obat dapat dilihat bahwa pasien yang tidak patuh mendapatkan
dukungan emosional yang kurang (16,1%). Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan
uji statistik Chi-Square tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara dukungan
emosional dengan kepatuhan minum obat dengan P-value = 0,463 (>0,05). Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Afriani (2009) bahwa peran dukungan
emosional berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat. Berdasarkan hasil penelitian
yang dikumpulkan melalui kuesioner, dapat dilihat keluarga sudah berusaha untuk
dengan cara keluarga mengingatkan pasien untuk beristirahat dengan cukup. Akan
tetapi masih banyak pula keluarga yang kurang mendukung secara emosional, hal ini
kemungkinan juga dapat diakibatkan oleh adanya faktor lain yang lebih
sebagian besar dukungan penghargaan sudah baik (73,1%). Walaupun sebagian besar
responden sudah mendapatkan dukungan penghargaan yang baik, akan tetapi masih
banyak juga responden yang mendapatkan dukungan kurang (26,9%). Keadaan ini
sudah cukup baik akan tetapi perlu ditingkatkan agar semua pasien mempunyai
dukungan penghargaan yang baik. Dukungan penghargaan yang masih kurang ini
salah satunya dapat dipengaruhi oleh masih kurangnya penghargaan pada pasien
Tuberkulosis. Selain itu, dapat juga dikarenakan kurangnya hak otonomi pasien dalam
menghargai usaha yang telah dilakukan pasien dalam menjaga kesehatannya. Selain
itu bentuk dukungan penghargaan lain yaitu keluarga sudah memberikan contoh yang
baik untuk pasien dan memberikan kritik yang bersifat membangun sehingga pasien
dorongan positif dari orang lain, maka orang tersebut cenderung akan mengulangi
kepatuhan minum obat dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien yang tidak patuh
bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan hubungan yang bermakna antara
(<0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Afriani (2009) bahwa
Minum Obat Berdasarkan tabel 4.45, tentang dukungan informasi dapat dilihat
bahwa dukungan informasi kurang dan baik mempunyai persentase perbedaan yang
cukup signifikan yaitu dukungan informasi baik (61,3%) dan kurang (38,7%). Hal ini
dapat dipengaruhi oleh kurangnya penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan dan
diperoleh seperti : koran, TV, Majalah, Radio, Internet, dan pengalaman tetangga. Jika
keluarga jarang terpapar dengan sumber informasi diatas maka, keluarga hanya
informasi yang diterima keluarga juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
sebagai sebuah kolektor dan diseminator, yaitu penyebar informasi tentang dunia
kepada anggota keluarganya yang lain. Pernyataan ini memperkuat bukti bahwa selain
dari petugas kesehatan keluarga juga mempunyai andil dalam memberikan dukungan
berupa informasi.
Dari tabel 4.46, tentang dukungan informasi dan hubungannya dengan kepatuhan
minum obat dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien Tuberkulosis yang tidak
patuh memiliki dukungan informasi yang kurang (16,7%), dan pasien yang patuh yang
mendapat informasi yang baik (73,7%) dari keluarganya. Berdasarkan hasil analisis
bivariat dengan uji statistik Chi-Square tidak didapatkan hubungan yang bermakna
antara dukungan informasi dengan kepatuhan minum obat dengan P-value = 0,853
(>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afriani (2009) bahwa peran
Dukungan informasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat. Hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh karena keluarga pasien belum mengetahui dari petugas
waktu yang panjang, dan penyakitnya dapat menular sehingga keluarga berusaha lebih
banyak mencari informasi yang dapat mencegah terjadinya penularan serta mencari
sebagian besar dukungan instrumental sudah baik (64,5%). Walaupun sebagian besar
responden sudah mendapatkan dukungan instrumental yang baik, akan tetapi masih
hal ini terjadi karena angka kemiskinan di Indonesia cukup tinggi pada tahun 2010
untuk dipenuhi atau diberikan secara maksimal pada pasien. Sarafino (2011),
berpendapat bahwa dukungan instrumental sangat di perlukan oleh pasien
anggota keluarganya yang lain (Caplan dalam Friedman, 2006). Jika angka
kepatuhan minum obat dapat dilihat bahwa pasien yang tidak patuh lebih banyak yang
memiliki dukungan kurang 18,2%. Walaupun beberapa pasien yang tidak patuh
mendapatkan dukungan instrumental kurang, akan tetapi sebanyak 25,5% pasien yang
tidak patuh juga sudah mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Berdasarkan hasil
analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square tidak didapatkan hubungan yang
value = 1,000 (>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afriani (2009)
obat dan hasil penelitian ini tidak sama dengan teori yang dikemukakan oleh Taylor
khususnya pasien yang tidak patuh minum obat, dukungan ini dapat membantu
oleh faktor lain yang lebih berpengaruh seperti faktor penghasilan atau status ekonomi
keluarga, jika penghasilan yang didapatkan keluarga rendah maka sulit bagi keluarga
untuk memberikan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh pasien untuk