Anda di halaman 1dari 39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Simpang Empat, Kabupaten Asahan,

Sumatera Utara pada bulan Februari 2016. Sampel pada penelitian ini sebanyak 31 orang

di wilayah kerja Simpang Empat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Pengambilan data

penelitian dengan menggunakan kuesioner kepada pasien Tuberkulosis di wilayah kerja

Puskesmas Simpang Empat.

Data penelitian diolah dengan menggunakan analisis univariat untuk menjabarkan

tabel distribusi frekuensi sampel penelitian, kemudian dilanjutkan dengan analisis

bivariat yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan variabel

dependen.

Berikut ini hasil penelitian yang ditampilkan dalam bentuk tabel yang terdiri atas

beberapa distribusi data menurut karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, dan karakteristik dukungan keluarga meliputi dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan instrumental.

4.2. Disrtribusi Frekuensi Identitas Pasien Tuberkulosis di Kecamatan Simpang Empat

Asahan Tahun 2017

1. Gambaran Distribusi Frekuensi Usia Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah


Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Peneliti mendapatkan data usia pasiendengan Tuberkulosisyang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016
sebanyak 31 orangyang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.1.
Distribusi Frekuensi Usia Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Usia N Persentase %

Remaja akhir (17-25) 2 6,5 %


Dewasa awal (26-35) 11 35,5%
Dewasa akhir (36-45) 11 35,5%
Lansia awal (46-55) 5 16,1%
Lansia akhir (56-65) 2 6,5%
Total 31 100%

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa usia pasien Tuberkulosis yang berobat di wilayah

kerja Puskesmas Simpang Empat pada bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak 31

orang dengan usia pasien yang tertinggi menderita Tuberkulosis adalah usia dewasa awal

(26-35) sebanyak 11 orang (35,5%) dan dewasa akhir (36-45) sebanyak 11 orang

(35,5%).Sedangkan usia remaja akhir (17-25) sebanyak 2 orang (6,5%), lansia awal (46-

55) sebanyak 2 orang (6,5%) dan lansia akhir (56-65) sebanyak 2 orang (6,5%).

2. Gambaran Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja


Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Peneliti mendapatkan data Jenis Kelamin pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak

31 orangyang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut ini:


Table 4.2.
Frekuensi Jenis Kelamin Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.
Jenis Kelamin N Persentase (%)

Laki-laki 17 54,8%
Perempuan 14 46,2%
Total 31 100

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa jenis kelamin pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak

31 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 17 orang (54,8%), dan perempuan sebanyak

14 bayi (46,2%).

3. Gambaran Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Peneliti mendapatkan data Pendidikan pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016

sebanyak 31 orangyang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.3.

Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Pendidikan N Persentase (%)

SD 15 48,4%
SMP 5 16,1%
SMK-SMA 11 35,5%
Total 31 100%
Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa pendidikan pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016

sebanyak 31 dengan pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 15 orang (48,4%)

dan SMP sebanyak 5 orang (16,1%), SMK-SMA sebanyak 11 orang (35,5%).

4. Gambaran Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Peneliti mendapatkan data Pekerjaan pasien dengan Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016

sebanyak 31 orangyang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.4.

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas

Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Pekerjaan N Persentase (%)

IRT 9 29%
Buruh 9 29%
Petani 5 16%
Supir 8 25%
Total 31 100%

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa pekerjaan pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016

sebanyak 31 dengan pekerjaan tertinggi yang diperoleh yaitu IRT dan Buruh dengan

persentase yang sama sebanyak 9 orang (29%), sedangkan Petani sebanyak 5 orang

(16%), dan Supir sebanyak 8 orang (25%).


5. Gambaran Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis di

Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Tabel 4.5.

Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Kepatuhan N Persentase %

Patuh 24 77,4%
Tidak patuh 7 22,6%
Total 31 100%

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan pasien yang patuh meminum obat memiliki

persentase yang lebih tinggi yaitu sebanyak 24 orang (77,4%), dibandingan pasien yang

tidak patuh meminum obat sebanyak 7 orang (22,6%).

6. Gambaran Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Tuberkulosis di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Dukungan N Persentase %

Kurang baik 8 25,8 %


Baik 23 74,2%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan persentase dukungan keluarga baik lebih

tinggi yaitu sebanyak 23 orang (74,2%), dibandingan dukungan yang kurang baik

sebanyak 8 orang (25,8%) menunjukkan angka yang signifikan antara kedua dukungan.

4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Dukungan Keluarga meliputi Dukungan


Emosional, Dukungan Penghargaan, Dukungan Informasi, dan Dukungan
Instrumental pada Pasien Tuberkulosis di Kecamatan Simpang Empat Asahan
Tahun 2017

1. Dukungan Emosional
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Tuberkulosis di Kecamatan Simpang
Empat Asahan Tahun 2017 Berdasarkan Pertanyaan Dukungan Emosional No.1

No Pertanyaan n Persentase (%)


1 Keluarga mengingatkan saya
untuk beristirahat dengan cukup.
Selalu 18 58,06
Sering 7 22,58
Jarang 4 12,9
Tidak Pernah 2 6,45
Total 31 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui jumlah responden dengan keluarga yang selalu

mengingatkan untuk beristirahat didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 18 orang (58.06%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 2

orang (6.45%).
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Tuberkulosis di Kecamatan Simpang
Empat Asahan Tahun 2017 Berdasarkan Pertanyaan Dukungan Emosional No.2

No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


pernah
2
n % n % n % n %
Tidak satu pun anggota
keluarga yang 0 0 2 6.45 14 45.16 5 16.12
memperhatikan
kebutuhan saya.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui jumlah responden dengan anggota keluarga

yang tidak memperhatikan kebutuhan pasien didapatkan jumlah terbanyak dengan

jawaban Jarang yaitu 14 orang (45.16%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak

Pernah yaitu 0 orang (0%).

Tabel 4.3.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
3
n % n % n % n %
Keluarga selalu
menyiapkan obat saya. 22 70.96 8 25.8 3 9.67 0 0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu yaitu 22

orang (70.96%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0 orang (0%).

Tabel 4.4.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
4
n % n % n % n %
Keluarga tidak pernah 0 0 0 0 10 32.25 21 67.74
mengetahui tentang
penyakit saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak Pernah

yaitu 21 orang (67.74%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering yaitu berjumlah

sama 0 orang (0%).

Tabel 4.5.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
5
N % n % n % n %
Keluarga selalu
menyediakan waktu 19 61.29 10 32.25 2 6.45 0 0
untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu yaitu 19

orang (61.29%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0 orang (0%).

Tabel 4.6.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
6
n % n % n % n %
Keluarga selalu
mendiskusikan tentang 12 38.7 10 32.25 9 29.03 0 0
keadaan saya dengan
anggota keluarga lainnya
dan mencari pengobatan
yang terbaik untuk

Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 12 orang (38.7%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0 orang

(0%).
Tabel 4.7.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
7
n % n % n % n %
Keluarga saya
menanyakan bagaimana 14 45.16 16 51.61 1 3.22 0 0
perkembangan
pengobatan saya kepada
dokter/petugaskesehatan
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering

yaitu 16 orang (51.61%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0

orang (0%).

Tabel 4.8.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
8
n % n % n % n %
Keluarga saya 20 64,51 8 25,8 3 9,67 0 0
mendengarkan keluhan dan
keinginan saya selama sakit
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 20 orang (64.51%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0

orang (0%).

Tabel 4.9.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
9
n % n % n % n %
Keluarga tidak pernah 1 3,22 15 48,38 10 32,25 5 16,12
mengijinkan saya untuk
mengambil obat sendiri.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering

yaitu 15 orang (48.38%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu yaitu 1 orang

(3.22%).

Tabel 4.10.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
10
n % n % n % n %
Keluarga tidak
menginjinkan saya untuk 6 19,35 16 51,61 8 25,8 1 3,22
melakukan pekerjaan
apapun ketika saya sakit.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering

yaitu 16 orang (51.61%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 1

orang (3.22%).

Tabel 4.11.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
11
n % n % n % n %
Keluarga mempercayai
keputusan saya tentang 18 58,06 12 38,7 1 3,22 0 0
pengobatan yang saya
jalani.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 18 orang (58.06%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0

orang (0%).

Tabel 4.12.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
12
n % N % n % n %
Keluarga selalu melibatkan 19 61,3 12 38,7 0 0 0 0
saya mengenai pengobatan
yang saya jalani.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 19 orang (61.3%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.13.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
13
N % N % n % n %
Keluarga menganggap saya
sama dengan anggota 0 0 0 0 10 32,25 21 67,75
keluarga lain yang tidak
sakit TBC. Sehingga tidak
ada prioritas untuk saya
selama saya menjalankan
pengobatan.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak

Pernah yaitu 21 orang (67.75%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.14.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
14
n % N % n % n %
Keluarga memberikan 14 45,16 8 25,8 9 29,03 0 0
pujian kepada saya ketika
saya meminum obat secara
teratur.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 14 orang (45.16%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0

orang (0%).
Tabel 4.15.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
15
n % N % n % n %
Keluarga memberikan
kebebasan kepada saya 16 51,61 15 48,39 0 0 0 0
untuk memilih tempat
periksa kesehatan yang
berfasilitas lengkap.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 16 orang (51.61%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.16.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
16
n % n % n % n %
Saya merasa keluarga
saya menginginkan saya 22 9 29.03 0 0 0 0
70.96
cepat sembuh.

Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 22 orang (70.96%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.17.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
17
n % n % n % n %
Keluarga tidak 0 0 0 0 7 22.58 24 77.41
mengetahui tentang
perkembangan
pengobatan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak

Pernah yaitu 24 orang (77.41%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Tidak

Sering yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.18.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
18
n % n % n % n %
Keluarga memotivasi saya untuk rutin 21 67.74 9 29.03 0 0 0 0
meminum obat.

Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 21 orang (67.74%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.19.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
19
N % n % n % n %
Keluarga ikut serta dalam memantau
perkembangan pengobatan 16 51.61 15 48.38 0 0 0 0
yang saya jalani

Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 16 orang (51.61%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).


Tabel 4.20.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
20
n % n % n % n %
Keluarga memberitahu saya bahaya yang akan
terjadi jika saya tidak rutin meminum obat. 17 54.83 14 45.16 0 0 0 0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 17 orang (54.83%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.21.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
21
n % n % n % n %
Keluarga menganggap tidak perlu
mengingatkan saya meminum obat. 0 0 0 0 1 3.22 18 58.06

Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak

Pernah yaitu 18 orang (58.06%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.22.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
22
n % n % n % n %
Keluarga memberitahukan tentang
komplikasi yang dapat terjadi bila 14 45.16 17 54.83 0 0 0 0
saya tidak memeriksakan dan
mengobati penyakit saya
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering

yaitu 17 orang (54.83%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.23.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
23
n % n % n % n %
Keluarga selalu 14 45.16 14 45.16 3 9.67 0 0
mengingatkan saya untuk
selalu rutin minum obat.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu dan

Sering yaitu berjumlah sama 14 orang (45.16%) dan jumlah terendah dengan jawaban

Tidak Pernah yaitu 0 orang (0%).

Tabel 4.24.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
24
n % N % n % n %
Keluarga mencari
informasi mengenai 13 41.93 10 32.25 8 25.8 0 0
kesehatan saya selama
pengobatan lewat buku,
majalah, TV atau dari
tenaga kesehatan.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 13 orang (41.93%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu

0 orang (0%).
Tabel 4.25.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
25
n % N % n % n %
Keluarga berpendapat
tidak perlu mencaritahu 0 0 0 0 11 35.48 20 64.51
tentang penyakit
Tuberkulosis (TBC).
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak

Pernah yaitu 20 orang (64.51%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.26.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
26
n % N % n % n %
Keluarga menyarankan
untuk mengontrol
kesehatan saya secara 20 64.51 11 35.48 0 0 0 0
rutin kepelayanan
kesehatan.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 20 orang (64.51%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.27.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
27
n % N % n % n %
Keluarga berpendapat
jika saya terlalu lelah 13 41.93 15 48.38 3 9.67 0 0
maka daya tahan tubuh
saya akan menurun.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering

yaitu 15 orang (48.38%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0

orang (0%).

Tabel 4.28.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
28
n % N % n % n %
Keluarga selalu 8 25.8 8 25.8 8 25.8 7 22.58
menyediakan jus setiap
harinya.
Berdasarkan tabel diatas yang menjawab pertanyaan dengan jawaban Selalu,

Sering, dan Jarang memiliki jumlah yang sama yaitu 8 orang (25.8%) dan jumlah

terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 7 orang (22.58%).

Tabel 4.29.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
29
n % N % n % n %
Ketika saya sakit 12 38.7 11 35.48 8 25.8 0 0
keluarga selalu
menyediakan
susu untuk saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 12 orang (38.7%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0 orang

(0%).
Tabel 4.30.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
30 n % n % n % n %

Selama pengobatan, 17 54.83 10 32.25 0 0 0 0


keluarga menyediakan
makanan seadanya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 17 orang (54.83%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 orang (0%).

Tabel 4.31.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % n %
31 Keluarga selalu 10 32.25 10 3.22 11 3.54 0 0
menyediakan makanan yang
disarankan oleh
dokter/petugas kesehatan.
Berdasarkan tabel diatas yang menjawab pertanyaan dengan jawaban Selalu dan

Sering memiliki jumlah yang sama yaitu 10 orang (32.25%) dan jumlah terendah dengan

jawaban Tidak Pernah yaitu 0 orang (0%).

Tabel 4.32.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % n %
32 Tidak ada dana khusus 0 0 0 0 13 41.93 18 58.06
untuk memeriksakan
kesehatan dan untuk biaya
pengobatan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak

Pernah yaitu 18 orang (58.06%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering

yaitu berjumlah sama 0 (0%).

Tabel 4.33.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % n %
33 Walaupun tidak mampu, 20 64.51 11 35.48 0 0 0 0
keluarga selalu berusaha
untuk mencari biaya
pengobatan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Selalu

yaitu 20 orang (64.51%) dan jumlah terendah dengan jawaban Jarang dan Tidak Pernah

yaitu berjumlah sama 0 (0%).

Tabel 4.34.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % n %
34 Keluarga/anggota keluarga 0 0 0 0 9 29.03 22 70.96
menyatakan tidak sanggup
untuk membiayai
pengobatan saya.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak

Pernah yaitu 22 orang (70.96%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering

yaitu berjumlah sama 0 (0%).


Tabel 4.35.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % n %
35 Keluarga menganggap tidak 0 0 0 0 17 54.83 14 45.16
perlu mengantarkan saya
periksa kesehatan jika
keadaan saya masih baik.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak

Pernah yaitu 17 orang (54.83%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering

yaitu berjumlah sama 0 (0%).

Tabel 4.36.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % N %
36 Keluarga selalu 11 35.48 12 38.71 8 25.81 0 0
menyediakan waktu untuk
mengantarkan saya berobat.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Sering

yaitu 12 orang (38.71%) dan jumlah terendah dengan jawaban Tidak Pernah yaitu 0

(0%).

Tabel 4.37.
No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
n % n % n % N %
37 Keluarga tidak pernah 0 0 0 0 7 22.58 24 77.42
menciptakan lingkungan
yang tenang untuk saya
beristirahat.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah terbanyak dengan jawaban Tidak

Pernah yaitu 24 orang (77.42%) dan jumlah terendah dengan jawaban Selalu dan Sering

yaitu berjumlah sama 0 (0%).

4.1.2. Pengelompokkan dukungan keluarga meliputi dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan instrumental.

1. Dukungan Emosional

Dukungan emosional yaitu mengkomunikasikan cinta, peduli, percaya pada anggota

keluarganya (pasien TBC). Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

4.1.2.1. Analisis Univariat

7. Gambaran Distribusi Frekuensi Usia Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah


Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Peneliti mendapatkan data usia pasien dengan Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016

sebanyak 31 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.38.
Distribusi Frekuensi Usia Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Usia N Persentase %

Remaja akhir (17-25) 2 6,5


Dewasa awal (26-35) 11 35,5
Dewasa akhir (36-45) 11 35,5
Lansia awal (46-55) 5 16,1
Lansia akhir (56-65) 2 6,5
Total 31 100

Dari Tabel 4.38 diketahui bahwa usia pasien Tuberkulosis yang berobat di wilayah

kerja Puskesmas Simpang Empat pada bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak 31

orang dengan usia pasien yang tertinggi menderita Tuberkulosis adalah usia dewasa awal

(26-35) dan dewasa akhir (36-45) dengan persentase sama yaitu sebanyak 11 orang

(35,5%). Sedangkan yang terendah yaitu usia remaja akhir (17-25) dan lansia akhir (56-65)

dengan persentase yang sama sebanyak 2 orang (6,5%).

Mayoritas umur penderita tuberkulosis paru pada penelitian ini berada pada

kelompok umur dewasa awal dan dewasa akhir. Menurut CDC (2009), penyakit TB Paru

merupakan penyakit kronis yang dapat menyerang semua lapisan usia; selain menyebabkan

morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi, juga dapat merugikan secara ekonomi karena

hilangnya jam kerja.

Berdasarkan penelitian Panjaitan (2012), insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya

mengenai usia dewasa. Penyakit TB paru sebagian besar terjadi pada orang dewasa yang

telah mendapatkan infeksi primer pada waktu kecil dan tidak ditangani dengan baik. Usia

dewasa dan diikuti usia tua merupakan kelompok yang paling sering terkena TB di

Amerika Serikat pada tahun 2008.

8. Gambaran Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis di Wilayah


Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Peneliti mendapatkan data Jenis Kelamin pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak

31 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut ini:


Table 4.39.
Frekuensi Jenis Kelamin Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Jenis Kelamin N Persentase (%)

Laki-laki 17 54,8
Perempuan 14 46,2

Total 31 100

Dari Tabel 4.39 diketahui bahwa jenis kelamin pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak

31 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah tertinggi adalah laki-

laki sebanyak 17 orang (54,8%), dan perempuan lebih rendah sebanyak 14 orrang (46,2%).

Penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sapta A., dkk.,

Mayoritas penderita TB Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad berjenis

kelamin laki-laki. Laki-laki lebih banyak menderita tuberkulosis paru dibandingkan

perempuan di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad.

Menurut penelitian yang dilakukan Watkins dan Plant (2006), hal ini dikarenakan

kebiasaan merokok pada laki-laki. Merokok diprediksikan sebagai faktor yang signifikan

menyebabkan terjadinya perbedaan proporsi jenis kelamin terhadap kejadian TB paru di

dunia. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa merokok adalah faktor resiko penting yang

dapat diubah (modified) dan memiliki dampak yang signifikan terhadap epidemiologi TB

paru secara global. Menurut penelitian yang telah dilaksanakan Hiswani (2009), penderita TB

Paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Pada karakteristik jenis

kelamin ini laki-laki lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat
menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab

TB-paru.

9. Gambaran Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Peneliti mendapatkan data Pendidikan pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016

sebanyak 31 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.40.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien dengan Tuberkulosis di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Pendidikan N Persentase (%)

SD 15 48,4
SMP 5 16,1
SMK-SMA 11 35,5

Total 31 100

Dari Tabel 4.40 diketahui bahwa pendidikan pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016

sebanyak 31 dengan pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 15 orang (48,4%)

dan yang terendah adalah SMP sebanyak 5 orang (16,1%).

Mayoritas penderita TB Paru pada penelitian ini berpendidikan rendah. Menurut

penelitian Panjaitan (2012), pendidikan menjadi salah satu faktor resiko penularan

penyakit tuberkulosis. Rendahnya tingkat pendidikan responden, akan berpengaruh pada


pemahaman tentang penyakit tuberkulosis. Masyarakat yang merasakan pendidikan

tinggi, tujuh kali lebih waspada terhadap TB paru (gejala, cara penularan, pengobatan)

bila dibandingkan dengan masyarakat yang hanya menempuh pendidikan dasar atau lebih

rendah. Pendidikan yang rendah dihubungkan dengan rendahnya tingkat kewaspadaan

terhadap penularan TB paru.

Menurut Hiswani (2009) dalam penelitiannya menyebutkan pendidikan seseorang

juga akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah

dan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga dengan pengetahuan yang

cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat.

Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.

10. Gambaran Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Peneliti mendapatkan data Pekerjaan pasien dengan Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016

sebanyak 31 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.41.
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Pekerjaan N Persentase (%)

IRT 9 29
Buruh 9 29
Petani 5 16
Supir 8 25
Total 31 100

Dari Tabel 4.42 diketahui bahwa pekerjaan pasien Tuberkulosis yang berobat di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember Tahun 2016

sebanyak 31 dengan pekerjaan tertinggi yang diperoleh yaitu IRT dan Buruh dengan

persentase yang sama sebanyak 9 orang (29%), sedangkan yang terendah Petani sebanyak

5 orang (16%).

Pada penelitian ini pekerjaan penderita Tuberkulosis di dominasi IRT dan Buruh

yang diketahui penghasilan yang didapatkan pasien rendah. Menurut Illu, dkk. (2012),

semakin memburuknya keadaan ekonomi seseorang, kelompok penduduk miskin bertambah

banyak, daya beli makin menurun, kemampuan memenuhi kebutuhan pokok makin

berkurang dan dikhawatirkan keadaan ini akan memperburuk kondisi kesehatan masyarakat

khususnya penderita TB paru.

Menurut Hiswani (2009), penghasilan rendah dapat meningkatkan resiko seseorang

terkena tuberkulosis. Keadaan ini mengarah pada perumahan yang buruk (suhu ruangan,

ventilasi, pencahayaan, kelembaban, sanitasi yang tidak adekuat) dan terlampau padat,

asupan gizi makanan yang kurang serta kondisi kerja yang buruk. Kelembaban dalam rumah

memudahkan berkembangbiaknya kuman TB Paru, demikian juga keadaan ventilasi udara

dalam kamar yang kecil (kurang dari 15% dari luas lantai) erat kaitannya dengan kejadian

penyakit TB paru. Ventilasi berperan besar dalam sirkulasi udara terutama mengeluarkan

CO2 dan bahan-bahan berbahaya seperti kuman TB Paru.

11. Gambaran Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis di

Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.


Tabel 4.43.
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis di Wilayah
Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.

Kepatuhan N Persentase %

Patuh 24 77,4
Tidak patuh 7 22,6

Total 31 100

Berdasarkan tabel 4.43 menunjukkan pasien yang patuh meminum obat memiliki

persentase yang lebih tinggi yaitu sebanyak 24 orang (77,4%), dibandingan pasien yang

tidak patuh meminum obat sebanyak 7 orang (22,6%).

Kepatuhan adalah suatu sikap yang merupakan respon yang hanya muncul apabila

individu tersebut dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi

individual. Jika individu tidak mematuhi apa yang telah menjadi ketetapan dapat

dikatakan tidak patuh. Kepatuhan minum obat di pengaruhi oleh beberapa variabel yaitu

variabel umur, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan peran PMO (Budiman,

Mauliku & Anggreini, 2010). Tingkat kepatuhan juga berpengaruh dalam keberhasilan

pengobatan TB.

Dalam penelitian yang didapatkan oleh Made N.I dkk., didapatkan dari 75

penderita TB, 65 diantaranya cenderung patuh menjalani pengobatan karena pasien

memiliki motivasi yang besar untuk mematuhi aturan dalam pengobatan. Motivasi

terbesar berasal dari dukungan keluarga pasien.

12. Gambaran Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Tuberkulosis di

Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.


Tabel 4.44
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Empat bulan Januari Desember 2016.
Dukungan N Persentase %

Kurang baik 8 25,8


Baik 23 74,2

Total 31 100

Berdasarkan tabel 4.44 menunjukkan persentase dukungan keluarga baik lebih

tinggi yaitu sebanyak 23 orang (74,2%), dibandingan dukungan yang kurang baik

sebanyak 8 orang (25,8%) menunjukkan angka yang signifikan antara kedua dukungan.

Dukungan yang didapatkan dari keluarga dalam penelitian ini berupa dorongan

untuk sembuh dalam pengobatan, menginformasikan tentang manfaat dan risiko tidak

patuh minum obat, dan mengingatkan minum obat jika penderita lupa. Selain itu juga

memberikan dorongan berupa mengantarkan keluarga yang sakit untuk berobat. Penderita

yang mendapat dukungan baik, menunjukkan bahwa keluarga menyadari penderita sangat

membutuhkan keluarga.

Dalam penelitian Made N.I dkk juga didapatkan bahwa terdapat pasien dengan

dukungan keluarga yang kurang yaitu sebesar 17%. Pasien tersebut lebih sulit menjalani

perawatan. Kepatuhan pasien sangat dituntut dalam menjalani pengobatan jangka

panjang.

Menurut Dhewi dkk (2011), mengatakan bahwa dukungan keluarga memilki

hubungan dengan kepatuhan minum obat pasien TB dimana dia menyatakan PMO
sebaiknya adalah anggota keluarga sendiri yaitu anak atau pasanganya dengan alasan

lebih bisa dipercaya.

13. Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi, dan

Instrumental Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat

bulan Januari Desember 2016.

Table 4.45
Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi, dan
Instrumental Pasien Tuberkulosis di Kecamatan Simpang Empat, Asahan Tahun
2017.

NO Dukungan Kelurga N Persentase Kurang Baik


(%)
1 Dukungan Emosional

Kurang 5 16.1

Baik 26 83.9

2 Dukungan Penghargaan

Kurang 12 38.7

Baik 19 61.3

3 Dukungan Informasi

Kurang 12 38.7

Baik 19 61.3

4 Dukungan Instrumental

Kurang 11 35.5
Baik 20 64.5

Berdasarkan tabel 4.45 menunjukkan persentase dukungan emosional kurang baik

sebanyak 5 orang (16,1%) sedangkan dukungan emosional baik sebanyak 26 orang

(83,9%), menunjukkan angka yang signifikan yaitu dukungan emosional yang baik lebih

tinggi dibandingkan dukungan emosional kurang baik. Dukungan penghargaan tidak

menunjukkan angka yang signifikan yaitu dukungan penghargaan kurang baik sebanyak

12 orang (38,7%) dan dukungan penghargaan baik sebanyak 19 orang (62,3%).

Dukungan informasi menunjukkan informasi kurang sebanyak 12 orang (38,7%) dan

dukungan informasi baik sebanyak 19 orang (38,7%). Sedangkan dukungan instrumental

menunjukkan angka yang cukup signifikan yaitu dukungan instrumental yang baik

sebanyak 20 orang (64,5%) dan kurang baik sebanyak 11 orang (35,5%).

4.1.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah

Chi-Square. Pada analisis jika didapatkan P-value < 0,05 maka variabel tersebut

dinyatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik, sedangkan bila P-value > 0,05

maka variabel tersebut dinyatakan tidak ada hubungan (Hastono, 2007). Variabel

independen yaitu dukungan keluarga dan 4 aspek dukungan keluarga yaitu : dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental.

Sedangkan variabel dependen yaitu kepatuhan minum obat. Dalam penelitian ini, peneliti

akan menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat tanpa memperhitungkan

adanya pengaruh dari variabel lain. Jika dinyatakan ada hubungan maka penentuan arah
dan besarnya hubungan variabel bebas dalam memperkirakan terjadinya variabel terikat

diperhitungkan dengan Odds Ratio (OR), sedangkan untuk mengetahui tingkat kemaknaan

(signifikan) dilakukan perhitungan P-value pada = 5%.

1. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien

Tuberkulosis

Analisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat bulan Januari -

Desember Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.46
Analisis Bivariat Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien
Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat

No Kepatuhan Minum
Obat
Dukungan Tidak Patuh Total OR P-Value
Keluarga Patuh
95%
N % n % n %

1 Dukungan 0.463
Emosional
Kurang 0 0 5 100 5 100

Baik 7 26.9 19 73.1 26 100

2 Dukungan 0.014
Penghargaan
Kurang 6 50.0 6 50.0 12 100

Baik 1 5.3 18 94.7 19 100

3 Dukungan 0.853
Informasi
Kurang 2 16.7 10 83.3 12 100
Baik 5 26.3 14 73.7 19 100

Dukungan 1.000
Instrumental
4

Kurang 2 18.2 9 81.8 11 100

Baik 5 25.0 15 75.0 20 100

4.1 Pembahasan

Berdasarkan pengambilan data penelitian dengan menggunakan kuesioner yang

disebarkan kepada responden di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Simpang Empat

bulan Januari Desember Tahun 2016 sebanyak 31 orang yang sesuai dengan kriteria

inklusi penelitian.

4.1.1 Analisis Univariat dan Bivariat

1. Kepatuhan minum obat

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi 4.43 dapat dilihat bahwa, sebagian besar pasien

Tuberkulosis patuh minum obat (77,4%). Pasien yang dikatakan patuh minum obat yaitu

pasien yang menghabiskan obatnya sesuai dengan anjuran petugas kesehatan dan datang

kembali ke Puskesmas untuk mengambil obat berikutnya sesuai dengan jadwal yang

ditentukan oleh petugas kesehatan.

Brunner & Suddart (2007) menyatakan bahwa kepatuhan yang buruk atau terapi yang

tidak lengkap adalah faktor yang berperan terhadap resistensi individu. Pasien yang tidak

patuh membutuhkan penjelasan tentang pentingnya kepatuhan minum obat karena jika
pasien tidak patuh dalam menjalani pengobatan pasien akan resisten terhadap obat yang

sebelumnya.

Penyuluhan secara intensif yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung

dapat meningkatkan pengetahuan yang akhirnya akan mendorong dan meningkatkan

keteraturan berobat maupun minum obat.

2. Dukungan keluarga dan Hubungannya dengan kepatuhan minum obat

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi 4.44 dapat dilihat bahwa proporsi dukungan

keluarga kurang baik 25,8 % dan baik 74,2%, persentasenya keduanya cukup jauh

berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa bantuan yang dapat diberikan anggota

keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat. Friedman (2006), berpendapat

orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih baik

daripada mereka yang tidak memiliki lingkungan suportif.

Secara teoritis, peneliti membagi dukungan keluarga dalam beberapa


indikator yaitu :
a. Dukungan Emosional dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat

Berdasarkan tabel 4.45 tentang dukungan emosional dapat dilihat bahwa jumlah

responden mendapatkan dukungan emosional yang baik yaitu 83,9%. Walaupun

beberapa responden mendapatkan dukungan emosional kurang sebanyak 16,1%.

Keadaan ini sudah cukup baik akan tetapi perlu ditingkatkan agar semua pasien

mempunyai dukungan emosional yang baik.

Jika melihat hasil ini, kemungkinan disebabkan oleh masih kurangnya

pengetahuan dan informasi yang didapat anggota keluarga lain mengenai

Tuberkulosis yang di derita oleh pasien. Komunikasi antar keluargapun menjadi


kurang maksimal karena keterbatasan pengetahuan dan informasi. Jika komunikasi

dalam keluarga efektif dengan pengetahuan dan informasi yang memadai maka

keluarga akan lebih mudah untuk mengenali kebutuhan-kebutuhan emosional pada

pasien Tuberkulosis sehingga pasien Tuberkulosis merasa terpenuhi kebutuhan

emosionalnya.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Satir (2007) dalam Friedman (2006), yang

menyatakan bahwa mustahil bagi sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhan

emosional anggota keluarganya tanpa adanya pola komunikasi dalam keluarga yang

jelas dan bermakna. Oleh karena itu, komunikasi dapat menjadi wahana untuk

mengenali dan berespons terhadap kebutuhan psikologis anggota keluarga. Dukungan

emosional merupakan wujud kasih sayang yang diberikan keluarga kepada salah satu

anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Dukungan emosional yang

diberikan keluarga ini sangat mempengaruhi penyembuhan pasien.

Dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada pasien akan mendorong

pasien untuk dapat menjalani pengobatan secara teratur, hal ini dikarenakan

dukungan yang diberikan tersebut dijadikan sebagai energi penggerak bagi pasien

dalam menjalankan suatu program terapi (Sardiman, 2009). Berdasarkan tabel

distribusi frekuensi 4.46 tentang dukungan emosional dan hubungannya dengan

kepatuhan minum obat dapat dilihat bahwa pasien yang tidak patuh mendapatkan

dukungan emosional yang kurang (16,1%). Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan

uji statistik Chi-Square tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara dukungan

emosional dengan kepatuhan minum obat dengan P-value = 0,463 (>0,05). Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Afriani (2009) bahwa peran dukungan
emosional berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat. Berdasarkan hasil penelitian

yang dikumpulkan melalui kuesioner, dapat dilihat keluarga sudah berusaha untuk

memberikan dukungan kepada penderita. Dukungan yang diberikan keluarga adalah

dengan cara keluarga mengingatkan pasien untuk beristirahat dengan cukup. Akan

tetapi masih banyak pula keluarga yang kurang mendukung secara emosional, hal ini

kemungkinan juga dapat diakibatkan oleh adanya faktor lain yang lebih

mempengaruhi kepatuhan seperti kurangnya pengetahuan yang dimiliki keluarga

tentang pengobatan yang dijalani oleh pasien Tuberkulosis.

b. Dukungan Penghargaan dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat


Berdasarkan tabel 4.46, tentang dukungan penghargaan dapat dilihat bahwa

sebagian besar dukungan penghargaan sudah baik (73,1%). Walaupun sebagian besar

responden sudah mendapatkan dukungan penghargaan yang baik, akan tetapi masih

banyak juga responden yang mendapatkan dukungan kurang (26,9%). Keadaan ini

sudah cukup baik akan tetapi perlu ditingkatkan agar semua pasien mempunyai

dukungan penghargaan yang baik. Dukungan penghargaan yang masih kurang ini

salah satunya dapat dipengaruhi oleh masih kurangnya penghargaan pada pasien

Tuberkulosis. Selain itu, dapat juga dikarenakan kurangnya hak otonomi pasien dalam

mengambil keputusan terkait pengobatannya karena pengambilan keputusan masih

didominasi oleh keluarga. Terpenuhinya dukungan ini berarti keluarga sudah

menghargai usaha yang telah dilakukan pasien dalam menjaga kesehatannya. Selain

itu bentuk dukungan penghargaan lain yaitu keluarga sudah memberikan contoh yang

baik untuk pasien dan memberikan kritik yang bersifat membangun sehingga pasien

dapat termotivasi untuk lebih meningkatkan kesehatannya. Seperti yang di ungkapkan


oleh Siagian dalam Koizer (2009) ketika tindakan seseorang mendapatkan pujian atau

dorongan positif dari orang lain, maka orang tersebut cenderung akan mengulangi

tindakan yang sama.

Berdasarkan Tabel 4.46 tentang dukungan penghargaan dan hubungannya dengan

kepatuhan minum obat dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien yang tidak patuh

sudah mendapatkan dukungan penghargaan baik 5,3%. Berdasarkan hasil analisis

bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan hubungan yang bermakna antara

dukungan penghargaan dengan kepatuhan minum obat dengan P-value = 0,014

(<0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Afriani (2009) bahwa

peran dukungan penghargaan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat.

c. Dukungan Informasi dan Hubungannya dengan Kepatuhan

Minum Obat Berdasarkan tabel 4.45, tentang dukungan informasi dapat dilihat

bahwa dukungan informasi kurang dan baik mempunyai persentase perbedaan yang

cukup signifikan yaitu dukungan informasi baik (61,3%) dan kurang (38,7%). Hal ini

dapat dipengaruhi oleh kurangnya penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan dan

intensitas keterpaparan keluarga dengan sumber-sumber dimana informasi itu dapat

diperoleh seperti : koran, TV, Majalah, Radio, Internet, dan pengalaman tetangga. Jika

keluarga jarang terpapar dengan sumber informasi diatas maka, keluarga hanya

memperoleh sedikit informasi tentang kesehatan pasien. Penerimaan atau penangkapan

informasi yang diterima keluarga juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

keluarga. Caplan dalam Friedman (2009), menyatakan bahwa keluarga berfungsi

sebagai sebuah kolektor dan diseminator, yaitu penyebar informasi tentang dunia

kepada anggota keluarganya yang lain. Pernyataan ini memperkuat bukti bahwa selain
dari petugas kesehatan keluarga juga mempunyai andil dalam memberikan dukungan

berupa informasi.

Dari tabel 4.46, tentang dukungan informasi dan hubungannya dengan kepatuhan

minum obat dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien Tuberkulosis yang tidak

patuh memiliki dukungan informasi yang kurang (16,7%), dan pasien yang patuh yang

mendapat informasi yang baik (73,7%) dari keluarganya. Berdasarkan hasil analisis

bivariat dengan uji statistik Chi-Square tidak didapatkan hubungan yang bermakna

antara dukungan informasi dengan kepatuhan minum obat dengan P-value = 0,853

(>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afriani (2009) bahwa peran

Dukungan informasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat. Hal tersebut

dapat dipengaruhi oleh karena keluarga pasien belum mengetahui dari petugas

kesehatan bahwa anggota keluarganya harus menjalani pengobatan dalam jangka

waktu yang panjang, dan penyakitnya dapat menular sehingga keluarga berusaha lebih

banyak mencari informasi yang dapat mencegah terjadinya penularan serta mencari

informasi tentang lamanya pengobatan Tuberkulosis.

d. Dukungan Instrumental dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat

Berdasarkan tabel 4.45, tentang dukungan instrumental dapat dilihat bahwa

sebagian besar dukungan instrumental sudah baik (64,5%). Walaupun sebagian besar

responden sudah mendapatkan dukungan instrumental yang baik, akan tetapi masih

banyak juga responden yang mendapatkan dukungan kurang (35,5%). Kemungkinan

hal ini terjadi karena angka kemiskinan di Indonesia cukup tinggi pada tahun 2010

hingga mencapai 31,02 juta sehingga memungkinkan dukungan instrumental sulit

untuk dipenuhi atau diberikan secara maksimal pada pasien. Sarafino (2011),
berpendapat bahwa dukungan instrumental sangat di perlukan oleh pasien

Tuberkulosis, dukungan ini meliputi pemberian bantuan langsung, seperti memberikan

atau meminjamkan uang, mengantarkan pasien periksa kesehatan. Dukungan

instrumental diperlukan pasien untuk mendapatkan sarana dalam memenuhi

kebutuhannya. Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit bagi

anggota keluarganya yang lain (Caplan dalam Friedman, 2006). Jika angka

kemiskinannya tinggi maka kemungkinan semakin kecil kemungkinan untuk

memberikan atau mendapatkan dukungan instrumental.

Pada tabel 4.46, tentang dukungan instrumental dan hubungannya dengan

kepatuhan minum obat dapat dilihat bahwa pasien yang tidak patuh lebih banyak yang

memiliki dukungan kurang 18,2%. Walaupun beberapa pasien yang tidak patuh

mendapatkan dukungan instrumental kurang, akan tetapi sebanyak 25,5% pasien yang

tidak patuh juga sudah mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Berdasarkan hasil

analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square tidak didapatkan hubungan yang

bermakna antara dukungan instrumental dengan kepatuhan minum obat dengan P-

value = 1,000 (>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afriani (2009)

bahwa peran dukungan instrumental tidak berpengaruh terhadap kepatuhan minum

obat dan hasil penelitian ini tidak sama dengan teori yang dikemukakan oleh Taylor

(2006) bahwa dukungan instrumental sangat di perlukan untuk pasien Tuberkulosis

khususnya pasien yang tidak patuh minum obat, dukungan ini dapat membantu

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan pasien. Hal ini dapat dipengaruhi

oleh faktor lain yang lebih berpengaruh seperti faktor penghasilan atau status ekonomi

keluarga, jika penghasilan yang didapatkan keluarga rendah maka sulit bagi keluarga
untuk memberikan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh pasien untuk

pengobatannya secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai