Anda di halaman 1dari 16

FISTULA PREAURIKULAR

BAB I
PENDAHULUAN

Fistula preaurikular terjadi ketika pembentukan daun telinga pada masa embrio.
Kelainan ini berupa gangguan embrional pada arkus brakial 1 dan 2. Fistula preaurikular
sering ditemukan pada
,jzdcfgWFHKJVKSACO9DSeYWR4JASXFCSDGH456JSEBEsfijkhfupdfju57h04 mm dari
dinding anterior inferior. Bagian lateral liang telinga adalah tulang rawan meluas kira-kira
panjang liang telinga. Bagian tulangdthxtdhg rawan liang telinga luar sedikit mengarah keatas
dan kebelakang dan bagian tulang sedikit kebawah dan kedepan. Penarikan daun telinga
kearah belakang atas luar, akan membuat liang telinga cenderung lurus sehingga
memungkinkan terlihatnya membran timpani pada kebanyakan liang telinga. Dinding depan,
dasar dan sebagian dinding belakang dari liang telinga dibentuk oleh tulang rawan yang mana
terbentuk penyempitan depan bawguhkljug;jhbjjvjah, bila meluas kemedia. Ujung sebelah
dalam dari jalur ini melekat erat dengan permukaan luar yang kasar dari bagian tulang liang
telinga. Bagian superiorjgyffyf;itct87687toioy dan posterior dibentuk oleh jaringan ikat
padat yang berlanjut dengan prosteum dari bagian tulang liang telinga.4
Liang telinga bagian tulang rawan sangat lentur dan fleksibel sebagian akibat adanya
dua atau tiga celah tegak lurus dari santrorini pada dinding tulang rawan. Pada liang telinga
bagian tulang ada bagian daerah cembung yang bervariasi dari dinding anterior dan inferior
tepat dimedial persambungan antara bagian tulang dan disebut ishmus. Sesudah ishmus, dasar
liang telinga menurun tajam ke bawah dan kemudian menaik keatas kearah persambungan
pinggir inferior anulus timpanikus, membentuk lekukan yang disebut recensus tympanicus
inferior. Sudutyang dibentukdinding anterior dengan membran timpani juga memiliki
kepentingan klinis, dimana daerah ini dapat menjadi tempat penumpukan keratin atau
serumen yang nantinya dapat bertindak sebagai sumber infeksi. Hubungan antara liang
telinga dengan struktur sekelilingnnya juga mempunyai arti klinis yang penting. Dinding
anterior liang telinga kearah medial berdekatan dengan sendi temporomandibular dan ke
lateral dengan kelenjar parotis.4
Dinding inferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis.
Dehisensis pada liang telinga bagian tulang rawan (fissure of Santorini) memungkinkan

1
infeksi meluas dari liang telinga luar kedalam parotis dan sebaliknya pada ujung medial
dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang berbentuk baji
yang disebut tepi timpani dari tulang temporal, yang mana memisahkan lumen liang telinga
dari epitimpani. Dinding superior liang telinga bagian tulang, disebelah medial terpisah dari
epitimpani oleh lempengan tulang baji kearah lateral suatu lempengan tulang lebih tebal
memisahkan liang telinga dari fossa kranii medial. Dinding posterior liang telinga bagian
tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis. Bentuk dari daun telinga dan
liang telinga luar menyebabkan benda asing serangga dan air sulit memasuki liang telinga
bagian tulang dan mencapai membran timpani. Orifisiumdan liang telinga luar yang kecil dari
tumpang tindih antara tragus dan antitragus merupakan garis pertahanan pertama terhadap
kontaminasi dari liang telinga dan trauma membran timpani. Garis pertahanan kedua
dibentuk oleh tumpukan massa serumen yang menolak air, yang mengisi sebagian liang
telinga bagian tulang rawan tepat dimedial orifisium liang telinga. Garis pertahanan ketiga
yaitu bagian tulang rawan dan bagian tulang liang telinga, hal ini karena dinding liang telinga
yang cembung. Penyempitan ini membuatserumen menumpuk atau benda asing sulit
memasuki lumen liang telinga bagian tulang dan membran timpani.4

Kulit liang telinga


Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit
pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga merupakan
lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani.
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada pars cartilagineus daripada pars osseus. Pada
liang telinga pars cartilagineus tebalnya 0,5 1 mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan
papillanya, dermis dan subkutan yang melekat dengan perikondrium.4
Lapisan kulit liang telinga pars osseus lebih tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak
mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut
menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani dan
tulang. Kulit pada daerah ini tidak mengandung kelenjar dan rambut.4
Epidermis dari liang telinga pars cartilagineus biasanya terdri dari 4 lapisan yaitu sel
basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.4

Folikel-folikel Rambut

2
Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar liang telinga, pendek dan
tersebar secara tidak teratur,tetapi tidak begitu banyak pada 2/3 liang telinga pars
cartilagineus. Pada liang telinga pars osseus, rambut-rambutnya halus dan kadang-kadang
terdapat kelenjar pada dinding posterior dan superior. Dinding luar folikel rambut dibentuk
oleh invaginasi epidermis yang menipis ketika mencapai dasar folikel, dinding sebelah dalam
folikel adalah rambut sendiri. Ruang potensial yang terbentuk disebut kanalis folikularis.
Kelenjar sebasea atau kelenjar lemak banyak terdapat pada liang telinga dan hampir
semuanya bermuara ke folikel rambut.4

Kelenjar-kelenjar Sebasea dan Apokrin


Kelenjar sebasea pada telinga berkembang baik pada daerah konka, ukuran
diameternya 0,5 -2,2 mm. Kelenjar ini banyak terdapat pada liang telinga luar bagian tulang
rawan, dimana kelenjar ini berhubungan dengan rambut. Pada bagian luar liang telinga
bagian tulang rawan, kelenjar sebasea menjadi lebih kecil, berkurang jumlahnya dan lebih
jarang atau tidak ada sama sekali pada kulit liang telinga bagian tulang. Kelenjar sebasea
terletak secara berkelompok pada bagian superfisial kulit.4
Umumnya, beberapa alveoli yang berdekatan terbuka dalam saluran ekskresi yang
pendek. Saluran-saluran ini dilapisi dengan epitel yang berlanjut menjadi sarung akar rambut
luar dan dengan lapisan basal epidermis bagian sekresi kelenjar-kelenjar sebasea berupa
alveoli yang bundar berdiameter 0,5 2,0 mm kearah sentral alveoli, sebagian kecil sel-sel
mengalami keratinisasi tetapi ukuran bertambah besar, menjadi polihidral dan secara bertahap
dan terisi butir-butir lemak. Lambat laun intinya mengkerut dan menghilang, dan sel-sel
pecah menjadi serpihan-serpihan lemak bercampur dengan sisi bertanduk. Campuran ini
merupakan sekresi berminyak dari kelenjar, lalu dieksresikan dalam kanalis folikularis dan
keluar kepermukaan kulit. Kelenjar apokrin terutama terletak pada dinding liang telinga
superior dan inferior. Kelenjar-kelenjar ini terletak pada sepertiga tengah dan bawah dari
kulit dan ukurannya berkisar 0 ,5-2,0 mm. Seperti kelenjar sebasea ,kelenjar apokrin
terbentuk dari lokal dari pembungkus luar akar folikel rambut.Kelenjar kelenjarini dapat
dibagi kedalam 3 bagian , yaitu bagian sekresi, saluran sekresi didalam kulit dan saluran
terminal atau komponen saluran epidermal.4
Bagian saluran yang melingkar adalah struktur tubular dimana jarang bercabang dan
terdiri dari lapisan epitel di sebelah dalam, lapisan mioepitel di tengah dan membran propria
di sebelah luar. Disekeliling tubular adalah jaringan ikat padat. Epitelnya berupa lapisan

3
tunggal bervariasi dari bentuk silinder hingga kuboidal sangat gepeng (pipih). Didalam
sitoplasma, biasanya terletak supranuklear terlihat sebagai granul lipoid dan pigmen dalam
ukuran yang bervariasi. Lapisan mioepitelium yang tebalnya satu lapis sel berbentuk pipih
dan mengandung otot polos membentuk pembungkus melingkari kelenjar, dan apabila
berkontraksi akan menekan lumen tubuli sehingga sekret akan keluar. Apabila sampai
dipermukaan epidermis, sekret ini sebagian masuk folikel rambut dan sebagian lagi
kepermukaan bebas liang telinga, secara perlahan-lahan akan mengering dan berbentuk
setengah padat dan berwarna menjadi lebih gelap. Saluran sekresi relatif panjang dan
berbelok-belok dan mempunyai diameter yang bervariasi, berbatas tegas dari bagian sekresi
kelenjar.4

Pendarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang arteri
temporalis superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksterna. Permukaan anterior
telinga dan bagian luar liang telinga diperdarahi oleh cabang arteri aurikular anterior dari
arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri aurikular posterior memperdarahi
permukaan posterior telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri
ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan luar membrana
timpani adalah oleh cabang aurikular dalam arteri maksilaris interna. Vena telinga bagian
anterior, posterior dan bagian dalam umumnya bermuara kevena jugularis eksterna dan vena
mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superfisial
dan vena aurikularis posterior.4

4
Gambar 3. Vascularisasi Auricula4

Beberapa cabang yang lebih kecil dari arteri-arteri dan vena-vena menembus jaringan
ikat padat yang menjembatani bagian yang kurang tulang rawannya. Sebagian cabang lainnya
melewati fissura Santorini pada dinding tulang rawan anterior dan jaringan ikat fibrosa yang
mempersatukan tulang rawan dengan bagian tulang liang telinga. Pembuluh-pembuluh ini
kemudian bercabang dan beranastomosis pada selaput membran liang telinga dan membentuk
jaringan vaskular kutaneus profunda, dibagian dalam perikondrium.4
Sejumlah besar cabang-cabang arteri menaik tegak lurus ke papilla dermis kedalam
daerah cabang-cabang arteri dari lekukan kapiler. Lekukan-lekukan ini mengalir kedalam
pleksus venous dan selanjutnya kedalam jaringan venosus diatas perikondrum. Satu arteriol
tunggal memperdarahi tubulus sekretorius dan kebanyakan saluran kelenjar apokrin,
selanjutnya memisahkan diri menjadi kapiler yang sangat banyak, yang bergabung kedalam
dua atau lebih kumpalan venula.4

Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa gabungan antara saraf-saraf kutaneus dan
kranial. Nervus aurikulotemporalis berasal dari nervus mandibularis yang merupawkan
cabang dari nervus trigeminus (N.V) mempersarafi permukaan anterolateral permukaan
telinga, dinding anterior dan superior liang telinga, dan segmen depan membran
timpani.Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafi oleh pleksus servikalis
nervus aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), glossofaringeus
(N.IX) dan vagus (N.X) menyebar kedaerah konka dan cabang-cabang saraf ini mempersarafi
dinding posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior membran
timpani. Batang saraf utama pada jaringan subkutan beralan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang didalam dermis naik secara vertikal dari batang saraf subkutaneus tadi. Disini
saraf-saraf masuk diantara lilitan kelenar-kelenjar dan menyelimuti masing-masing tubulus
dengan sejumlah besar anastomosis. Serabut-serabut saraf tadi membentuk suatu jaringan
diatas struktur membrana propria dan pada beberapa daerah dapat menembus kelenjar-
kelenjar ekrin kecil. Masing-masing serabut membentuk jaringan berbentuk keranjang di
sekeliling folikel rambut.4

5
Terdapat suatu pemikiran bahwa kelenjar apokrin dari aksila dan liang telinga luar
dapat dirangsang oleh adrenalin dan preparat yang menyerupainya yang diberi secara
sistemik atau melalui suntikan lokal. Sekresinya tidak diinduksi melalui penyuntikan
asetilkolin. Kolinesterase dijumpai disekeliling tubular kelenjar apokrin kulit liang telinga, ini
menunjukan bahwa saraf yang menginnervasinya tidak bersifat kolinergik. Temuan ini
menguatkan pemikiran bahwa inervasi kelenjar apokrin liang telinga adalah simpatomimetik.
Disini tidak ada bukti nyata akan pengaruh saraf terhadap sekresi kelenjar sebasea, walaupun
kenyataan bahwa serabut-serabut saraf tanpa myelin dapat terlihat disekeliling kelenjar.4

Gambar 4. Persarafan Auricula

1. Definisi
Fistula preaurikular adalah kelainan kongenital yakni suatu traktus yang di
dasari oleh epitel squamous yang bermula di depan daun telinga. Ini disebabkan oleh
kegagalan untuk bersatu dsri tuberkulum arkus pertama ke tuberkulum-tuberkulum
lainnya.1

2. Etiologi
Fistula preaurikular terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus
brakialis pertama dan kedua dari hillocks of His. Pada usia janin 4 minggu arkus
brakialis tampak di permukaan janin. Setelah minggu ke enam hyoid dan arkus
mandibular menyatu dan melintas di bawah kedudukan kanalis aurikularis eksterna,
lalu kemudian menutup. Daerah penyatuan terletak di leher pada region sub
mandibular. Gangguan penutupan celah tersebut menyebabkan fistula preaurikular
kongenital, sehingga pada umumnya muara fistula terletak pada crus helicis, sebagian
yang lain meluas dari pinggir bawah heliks ke sudut mulut. Fistula ini juga bisa

6
terbuka ke atas pada lantai meatus akustikus eksternus dan di bagian pinggir depan
bawah dari otot sternokleidomastoideus pada daerah belakang sudut rahang
bawah.1,3,5
Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan infeksi ini
adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Streptococcus viridians,
Peptococcus species, dan Proteus species.1

3. Epidemiologi
Dalam sebuah studi, insidensi fistula preaurikular di Amerika Serikat sekitar
0-0.9% dan insidensinya di kota New York sekitar 0.23%. Di Taiwan, insidensinya
sekitar1.6-2.5%; di Skotlandia sekitar 0.06% dan di Hungaria sekitar 0.47%. Di
beberapabagian Asia dan Afrika, insidensinya sekitar 4-10%.Insidensi fistula
preaurikular pada orang kulit putih adalah 0.0-0.6% andinsidensinya pada ras
Amerika, Afrika dan Asia adalah 1-10%. Baik laki-laki maupunperempuan memiliki
kemungkinan yang sama untuk menderita kelainan ini. Fistulapreaurikular muncul
pada masa antenatal dan terlihat pada saat lahir.3

4. Patofisiologi
Selama embriogenesis, daun teliga (aurikula) muncul dari arkus brakial 1dan 2
pada minggu keenam kehamilan. Arkus brakial adalah struktur mesoderm yang
dibungkus oleh ektoderm dan mengelilingi endoderm. Arkus-arkus ini terpisah satu
dengan lainnya oleh celah brakial ektoderm kearah luar dan oleh kantong faringeal
endoderm kearah dalam. Arkus brakial 1 dan 2 brakial masing-masing membetuk
3tonjolan (hillocks); struktur ini disebut hillocks of His. Tiga hillocks muncul dari tepi
bawah arkus brakial 1 dan 3 lagi dari batas atas arkus brakial kedua.Hillocks ini
seharusnya bergabung selama beberapa minggu kemudian pada masa
embriogenesis.Fistula preaurikular terjadi sebagai akibat dari kegagalan
penggabungan tonjolan-tonjolan ini.1,3,5

7
Gambar 6. Perubahan dalam perkembangan telinga pada masa embriogenik 11

Fistula preaurikular biasanya sempit, panjangnya bervariasi (biasanya pendek)


dan salurannya biasanya kecil. Fistula preaurikular biasanya ditemukan pada lateral,
superior dan posterior dari nervus fasialis dan kelenjar parotis. Pada hampir semua
kasus, salurannya terhubung ke perikondrium dari kartilago daun telinga.Salurannya
dapat mengarah ke kelenjar parotis.5,11

5. Manifestasi Klinik
Kelainan ini biasanya asimptomatik. Penderita dengan fistula preaurikular
kongenital pada umumnya datang ke dokter setelah terjadi obstruksi dan infeksi fistel
ini baik infeksi yang pertama ataupun infeksi yang berulang dengan keluhan-keluhan
rasa sakit dan bengkak di depan telinga serta demam. Penyebab infeksi tersering
adalah manipulasi penderita terhadap muara fistula karena timbulnya rasa gatal atau
keluarnya sekret. Sekret yang tidak dapat dikeluarkan juga merupakan media yang

8
baik untuk perkembangan bakteri sehingga akan timbul suatu infeksi dan selanjutnya
menjadi abses. Dapat pula terjadi pioderma atau selulitis fasial.1,2,3,5

Gambar 7. Fistula Preaurikular6

Gambar 8. Fistula Preaurikular5

6. Diagnosis
a. Anamnesis
Kebanyakan orang dengan kelainan ini biasanya asimptomatik. Hanya sepertiga
orang menyadari adanya kelainan ini. 3

9
Beberapa pasien fistula preaurikular datang dengan drainase kronik yang
intermitten berupa material purulen dari tempatnya yang terbuka. Drainase fistula ini
menjadi mudah mengalami infeksi. Sekali mengalami infeksi, fistula ini sering
berkembang menjadi eksaserbasi akut yang rekuren. Pasien mungkin datang dengan
selulitis fasial atau ulserasi yang berlokasi pada bagian depan telinga. Ulserasi ini
sering diobati tanpa mengetahui sumber primernya dan fistula preaurikular menjadi
tidak ketahuan. Perkembangan dari adanya infeksi, lesinya mungkin dapat
berkembang menjadi jaringan skar.1,3

b. Pemeriksaan Fisik
Fistula preaurikular biasanya muncul sebagai sebuah celah kecil dekat tepi
anterior heliks bagian ascending. Jika fistula ini mengalami infeksi yang aktif dapat
ditemukan adanya tanda-tanda radang yang biasanya disertai pengeluaran sekret, dan
dapat meninggalkan gejala sisa berupa jaringan parut (scarring). Pada pemeriksaan
fisik dapat pula ditemukan fistula branchiogenik dan atau penurunan pendengaran.3
Choi et al, pada tahun 2007, mencatat bahwa apa yang dikenal sebagai fistula
preaurikular dapat terjadi di area postaurikula. Fistula terjadi pada area postaurikula
memperlihatkan angka kekambuhan yang rendah setelah operasi (0%) daripada area
preaurikular (2.2%).3

c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah kultur pus yang berasal
dari fistula. Pemeriksaan kultur ini digunakan mengetahui jenis mikroorganisme
penyebab infeksi pada saluran fistula, sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang
sesuai.3

d. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat digunakan untuk mengetahui bentuk dari saluran
fistula. Fistulografi digunakan untuk melihat bentuk dan sejauh mana saluran fistula
ini. Sedangkan ultrasonograpi dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
saluran fistula dengan arteri temporal superfsial, krus anterior heliks, dan tragus.3

e. Gambaran Histologis
Pada pemeriksaan makroskopis, fistula preaurikular terdiri dari struktur tubular
yang sederhana atau gambaran melingkar memiliki dinding yang tipis dan berkilau,

10
atau putih dan menebal. Saluran fistula dapat melingkar atau dapat berliku-liku, dan
lumennya berisi debris. Fistula preaurikular sering penuh dengan keratin dan
dikelilingi oleh jaringan ikat longgar. Secara mikroskopis, duktus dari fistula
dikelilingi oleh epitel squamous berlapis dan mengandung banyak kista sepanjang
salurannya. Jaringan ikat yang mengelilingi duktus dapat mengandung folikel rambut;
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat; dan jaringan inflamasi, diantaranya limfosit,
sel plasma dan leukosit polimorfonuklear.1,3

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fistula preaurikular kongenital ini tidak diperlukan kecuali
pencegahan terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan membersihkan
muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin. Pada
kasus dengan infeksi biasanya dapat diberikan antibiotik dan kompres hangat.1,3,5
Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula dan
salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena sulitnya
mengeluarkan fistula secara lengkap. Kesukaran pembedahan disebabkan oleh adanya
percabangan fistula sehingga sulit untuk menentukan luas keseluruhan saluran
tersebut. Selama eksisi pembedahan, harus diingat bahwa salurannya dapat berkelok-
kelok dengan cabang-cabangnya di subkutaneus. Diseksi sampai ke periosteum dari
tulang temporal biasanya dibutuhkan, dan semua cabang-cabang dari salurannya harus
diangkat untuk mencegah infeksi yang berulang. Pengangkatan yang tidak lengkap
menimbulkan sinus yang mengeluarkan cairan sehingga membutuhkan pengangkatan
yang lebih sulit dan lebih radikal. Untuk membantu pembedahan dapat disuntikkan
larutan methylen blue ke dalam saluran sebelum operasi sehingga jaringan yang
berwarna bisa digunakan sebagai petunjuk panjang dan luasnya fistula. Harus
diketahui bahwa zat warna tersebut mungkin tidak memasuki seluruh cabang-cabang
yang lebih kecil sehingga diperlukan ketelitian selama diseksi untuk mencari saluran-
saluran kecil yang tidak berwarna.1,3,5,6,7

11
Gambar 9. Eksisi Fistula Preaurikular.5

Cara lain adalah dengan fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan zat
kontras ke dalam muara fistula, lalu dilakukan pemeriksaan radiologik. Pada
pemeriksaan fistulografi tidak dapat menggambarkan jalur traktus yang sebenarnya
karena infeksi yang berulang menimbulkan tersumbatnya traktus oleh jaringan
fibrosis. Pembedahan dilakukan apabila inflamasi sudah sembuh.1

Sewaktu pembedahan eksisi komplit harus diingat bahwa bahaya terkenanya


kelenjar parotis atau saraf fasialis. Keduanya harus benar-benar diidentifikasi. Pada
beberapa penderita kelainan ini, salurannya dapat berjalan di medial atau lateral dari
saraf fasialis, oleh karena itu saraf fasialis harus dikenali pada waktu diseksi. Atau
juga salurannya sering berjalan di antara cabang saraf fasialis dan harus di eksplorasi
dengan sangat hati-hati sewaktu pembedahan. Sebelum melakukan pembedahan,
sangat penting untuk mengetahui letak anatomi perjalanan saraf fasialis, terutama
setelah keluar dari foramen stilomastoideus.1,8

8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari fistula preaurikular adalah:3
a. Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel pluripotensial
pada lapisan basal dari epidermis atau folikel. Faktor resiko yang paling sering

12
menyebabkan basal sel karsinoma adalah paparan sinar matahari. Daerah Predileksi
pada daerah kepala dan leher. Gambaran lesi biasanya muncul sebagai papul berwarna
merah atau pinkyang perlahan membesar.9

Gambar 10. papul berwarna merah muda translusen disertai telangiektasis dan erosi krusta. 9

b. Kista inklusi epidermal


Kista inklusi epidermal adalah kista kutaneus yang paling sering terjadi. Kista
ini dapat terjadi di badan, dan paling sering terjadi di wajah, kepala, leher, dan
punggung. Kista inklusi epidermal berasal dari proliferasi dari sel epidermal.
Gambaran umum kista inklusi epidermal berupa benjolan berwarna kekuningan,
berbentuk nodul dengan berbagai ukuran. Dan memiliki pori di bagian sentralnya.10

Gambar 11. Kista epidermoid yang besar dengan punctum prominen. 10

9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada fistula preaurikular adalah :1,3
a. Pasien dapat mengalami infeksi pada salurannya dengan pembentukan abses.
b. Infeksi dan ulserasi dapat terjadi pada bagian yang jauh dari tempat yang terbuka.
c. Kekambuhan postoperasi merupakan komplikasi dari ekstirpasi saluran fistula.

13
Beberapa faktor yang berkontribusi untuk terjadinya kekambuhan setelah operasi
adalah usaha pengangkatan sebelumnya pada saat dioperasi, operasi dengan
menggunakan anestesi lokal, pengangkatan yang tidak sempurna dari saluran fistula,
infeksi yang aktif pada saat operasi, drainase abses sebelum operasi, kurangnya
gambaran yang jelas dari traktus ketika dilakukan operasi, kegagalan mengangkat
kartilago aurikula pada dasar fistula, kegagalan untuk mengidentifikasi nervus fasialis
karena letaknya yangdekat dengan fistula.3

10. Prognosis
Fistula preaurikular umumnya memilikiprognosis yang baik. Jika fistula
preaurikular ini ditangani dengan tepat maka hasilnya akan memuaskan dan kecil
kemungkinan untuk residif.3

BAB III
KESIMPULAN

Fistula preaurikular merupakan kelainan herediter yang dominan. Fistula dapat


ditemukan di depan tragus. Berbentuk bulat atau lonjong, dengan ukuran seujung pensil.
Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan infeksi ini adalah
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Streptococcus viridians, Peptococcus
species, dan Proteus species.
Kelainan ini biasanya asimptomatik. Penderita dengan fistula preaurikularpada
umumnya datang ke dokter setelah terjadi obstruksi dan infeksi fistel ini baik infeksi yang
pertama ataupun infeksi yang berulang dengan keluhan-keluhan rasa sakit dan bengkak di
depan telinga, demamdisertai pengeluaran sekret, dan dapat meninggalkan gejala sisa berupa
jaringan parut (scarring).

14
Penatalaksanaan fistula preaurikulartidak diperlukan kecuali pencegahan terjadinya
infeksi yaitu menghindari manipulasi dan membersihkan muara dari sumbatan dengan
alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin. Pada kasus dengan infeksi biasanya dapat
diberikan antibiotik dan kompres hangat.
Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula dan
salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena sulitnya mengeluarkan
fistula secara lengkap. Fistula preaurikular umumnya memiliki prognosis yang baik

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardhiah A. Fistula Preaurikular Kongenital. Majalah kedokteran nusantara (serial


online).2005. Desember.( cited 2014 April 30th): volume 38/hal.328-332. Available
from URL:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15598/1/mkn-des2005-
%20%2810%29.pdf
2. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam Soepardi EA, Iskandarb N,
Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta : Balai penerbit FK UI; 2007.hal.57.
3. ScheinfeldNS. Preauricular Sinuses. 2010 (cited 2014 April 30th); Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1118768-overview

15
4. R. Pasha, Dennis I. Otology and neurotology. Otolaryngology head and neck surgery:
singular publishing group; 2008.p.281-5.
5. R. Thomas, S. hinrich. Embryology of the outer, middle and inner ear. In: R. Thomas, S.
hinrich. Otolaryngology basic science and clinical review : Thieme publishing group;
2007.p.251-5.
6. Ostrower ST. Preauricular Cysts, Pits, and Fissures. 2010 (cited 2014 April 30th);
Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/845288-overview
7. Bluestone CD, RosenfeldRM. Preauricular Pit or Fistula. In: Bluestone CD,
RosenfeldRM.Surgical Atlas of Pediatric Otolaryngology. Ontario : BC decker inc;
2002.p.502-3
8. Y. Fred, M. Zara. Capt 1 embryology and capt 13 otologic and neurotology disorder. In:
Y. Fred, M. Zar. ENT board prep. Springer science; p: 3-4, 161.
9. Ramsey ML. Basal Cell Carcinoma. 2010 (cited 2014April30th); Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1100003-overview
10. Hanson LJ. Epidermal Inclusion Cyst. 2010 (cited 2014April30th); Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1061582-overview
11. D. Brian, G. Marthathe histologic relationship of preauricular sinuses to auricular
cartilage. American medical associatio.2009. Desember; page: 1262-65

16

Anda mungkin juga menyukai