PENDAHULUAN
Menurut Friedman (1998) dan Bomar (2004) ada 4 jenis dukungan keluarga,
diantaranya adalah : a. dukungan emosional, jenis dukungan ini dilakukan melibatkan
ekspresi rasa empati, peduli terhadap seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman,
membuat individu merasa lebih baik. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh social
support jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya. b. dukungan instrumental, jenis dukungan ini mengacu pada
penyediaan barang, atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
praktis. c. dukungan informasi, jenis dukungan ini mengacu pada pemberian nasehat, usulan,
saran, petunjuk dan pemberian informasi. d. dukungan penghargaan, jenis dukungan ini
terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu lain.
e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien
Tuberkulosis (TBC).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nisa (2007) menyatakan bahwa komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium
lanjut adalah sebagai berikut :
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
d. Pneumothorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan, kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
Tidak semua pasien TB Paru akan menularkan penyakitnya, pasien TB Paru yang
dapat menularkan penyakitnya ke orang lain adalah seseorang pasien yang pada pemeriksaan
dahak secara mikroskopik ditemukan BTA sekurang-kurangnya 2 kali dari 3 kali
pemeriksaan atau disebut BTA Positif. Seorang pasien TB yang pada pemeriksaan dahak
secara mikroskopik 3 kali tidak ditemukan BTA tetapi padapemeriksaan radiologi ditemukan
kelainan yang mengarah pada TB aktif maka disebut BTA Negatif, BTA Negatif yang telah
diobati selama 2 minggu kecil kemungkinannya menularkan penyakitnya ke orang lain. BTA
Negatif diperkirakan akan menjadi BTA Positif dalam jangka waktu 2 tahun bila tidak diobati
(Depkes RI, 2007).
2.5. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis (TBC)
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas tanpa garis-garis fibrotic, klasifikasi di hilus
atau sarang.
(b) Secara bronkogen ke paru sebelahnya, kuman tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus.
a. Gejala Tuberkulosis
Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Nisa, 2007).
b. Diagnosis Tuberkulosis
b. Cuci alat makan dengan desinfektan (misalnya : lysol, kreolin dan lain-lain yang dapat
diperoleh di apotik), atau jika tidak yakin pisahkan alat makan penderita).
d. Memberikan penjelasan pada penderita untuk menutup mulut dengan sapu tangan bila
batuk serta tidak meludah atau mengeluarkan dahak di sembarang tempat dan menyediakan
tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dan mengurangi aktivitas kerja
serta menenangkan pikiran.
Menurut Depkes RI (2006), penderita TBC harus diberikan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) yang terdiri dari kombinasi beberapa obat. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman 90% populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.Obat ini sangat efektif terhadap kuman
dalam keadaanmetabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.Dosis harian yang
dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kgBB.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak dapat
dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun
c. Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 kali
d. Streptomisin (S)
e. Etambutol (E)
b. Menanyakan adanya gejala efek samping pada waktu penderita mengambil obat.
Tabel 2.1 Efek Samping Ringan dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Tabel 2.2 Efek Samping Berat dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Menurut Cuneo dan Snider (2008) pengobatan yang memerlukan jangka waktu yang
panjang akan memberikan pengaruh-pengaruh pada penderita seperti :
a. Merupakan suatu tekanan psikologis bagi seorang penderita tanpa keluhan atau gejala
penyakit saat dinyatakan sakit dan harus menjalani pengobatan sekian lama.
b. Bagi penderita dengan keluhan atau gejala penyakit setelah menjalani pengobatan 1-2
bulan atau lebih, keluhan akan segera berkurang atau hilang sama sekali penderita akan
merasa sembuh
c. Datang ke tempat pengobatan selain waktu yang tersisa juga menurunkan motivasi yang
akan semakin menurun dengan lamanya waktu pengobatan.
d. Pengobatan yang lama merupakan beban dilihat dari segi biaya yang harus dikeluarkan.
e. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa tidak nyaman terhadap
penderita.
f. Sukar untuk menyadarkan penderita untuk terus minum obat selama jangka waktu yang
ditentukan.Karena jangka waktu yang ditetapkan lama maka terdapat beberapa kemungkinan
pola kepatuhan penderita yaitu penderita berobat teratur dan memakai obat secara teratur,
penderita tidak berobat secara teratur (defaulting) atau penderita sama sekali tidak patuh
dalam pengobatan yaitu putus berobat atau droup out (Depkes RI, 2006). Oleh karena itu
menurut Cramer (2001) kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi :
a. Kepatuhan penuh (Total compliance) Pada keadaan ini penderita tidak hanya
berobat secara teratur sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh
memakai obat secara teratur sesuai petunjuk.
b. Penderita yang sama sekali tidak patuh (Non compliance) Yaitu penderita yang
putus berobat atau tidak menggunakan obat sama sekali.
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dari individu sendiri.Motivasi individu
ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.
2) Keyakinan
b. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan
tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat
perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan
menimbulkankepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya
dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh
keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya (Niven,2008).
c. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain
merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-program
medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu
dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan (Niven, 2008).
Keluarga adalah bentuk sosial yang utama yang merupakan tempat untuk peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit (Campbell, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
Sedangkan menurut Friedman (2007) keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan
oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga. Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri
seseorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem
keluarga, khususnya pada struktur perannya dan pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga.
Sebaliknya, efek menghancurkan, secara negatif bisa mempengaruhi hasil dari upaya-upaya
pemulihan atau rehabilitasi (Friedman,2007).
Menurut Friedman (2007), terdapat struktur kekuatan keluarga yaitu terdiri dari pola
dan proses komunikasi dalam keluarga, struktur peran, struktur kekuatan keluarga dan nilai-
nilai dalam keluarga. Keluarga yang mempunyai struktur kekuatan keluarga yang masing-
masing berjalan dengan baik maka sistem didalamnya akan berjalan dengan baik pula.
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima).
7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih).
b. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam suatu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola
perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.Budaya
adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah (Friedman, 2005).
Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan berinteraksi dengan
sistem yang lebih besar (suprasistem) dari masyarakat (misalnya : politik, agama, sekolah dan
pemberian pelayanan kesehatan). Sistem keluarga terdiri dari bagian yang saling
berhubungan (anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam pola interaksi
(subsistem). Seperti pada seluruh sistem, sistem keluarga mempunyai tujuan yang berbeda
berdasarkan tahapan dalam siklus hidup keluarga, nilai keluarga dan kepedulian individual
anggota keluarga (Friedman, 2005).
Menurut Friedman (2005), keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan
yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi seluruh sistem. Keluarga
juga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. Untuk itu, keluarga
mempunyai beberapa tugas kesehatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan anggota keluarga,yaitu :
Menurut Friedmanet.al (2007), terdapat lima fungsi dasar keluarga yaitu fungsi
afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan keluarga.
b. Fungsi sosialisasi : adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
sepanjang kehidupannya, sebagai responterhadap situasi yang terpola dari lingkungan
sosial. Fungsi ini dapat dicapai melalui interaksi dan hubungan yang harmonissesama
anggota keluarga.Sehingga masing-masing anggota keluarga mampu menerima suatu
tugas dan peran dalam keluarga.
Menurut Friedman et.al (2007), peran keluarga dibagi menjadi dua bagian peran yaitu,
peran formal dan informal :
a. Peran formal
Peran formal keluarga antara lain provider/penyedia, pengatur rumah tangga, perawatan
anak, sosialisasi anak, rekreasi, persaudaraan, terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif)
dan seksual.
b. Peran informal
Peran informal biasanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan menjaga
keseimbangan dalam keluarga. Peran tersebut berupa : pendorong, pengharmonis,
inisiator-konstributor,pendamai, penghalang, dominator, penyalah, pengikut, pencari
pengakuan, perawat keluarga, pioneer keluarga, koordinator keluarga, penghubung
keluarga dan saksi.Peran keluarga dilakukan secara bersama-sama dengan anggota dari
suatu kelompok/keluarga dan tidak dilakukan secara terpisah.
Akan tetapi pada kenyataannya, terkadang peran itu berubah seiring dengan terjadinya
perubahan kondisi dan situasi.Hal ini dapat diketahui apabila salah satu anggota keluarga
sakit.Maka dibutuhkan kemampuan keluarga dalam hal pengetahuan, pembuatan
keputusan tentang kesehatan, tindakan untuk mengatasi penyakit atau perawatan dan
penggunaan layanan kesehatan (Friedman et.al, 2003).
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain
berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan
merasa disayangi, dihargai, dan tentram (Taylor, 2006). Dukungan keluarga sangat
dibutuhkan dalam menentukan kepatuhan pengobatan, jika dukungan keluarga diberikan pada
pasien TB Paru maka akan memotivasi pasien tersebut untuk patuh dalam pengobatannya dan
meminum obat yang telah diberikan oleh petugas kesehatan. Sejumlah orang lain yang
potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai significant other, misalnya sebagai
seorang istri significant other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-
saudara.
Friedman (1998), berpendapat orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat
suportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki lingkungan
suportif. Dalam hal ini, penting sekali bagi pasien TB Paru untuk berada dalam lingkungan
keluarga yangmendukung kesehatannya, sehingga pasien TB Paru akan selalu terpantau
kesehatannya. Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang
oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan
bisa digunakan atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan).
b. Dukungan keluarga eksternal : yaitu dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti
(dalam jaringan kerja sosial keluarga).
d. Dukungan penghargaan : jenis dukungan ini terjadi lewat ungkapan penghargaan yang
positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu lain. Dalam hal ini keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi perpecahan masalah dan sebagai sumber dan validator
identitas keluarga. Membantu orang belajar tentang dirinya sendiri dan menjadi seseorang
pada situasi yang sama atau pengalaman yang serupa, mirip dalam berbagai cara penting
atau membuat perasaan dirinya didukung oleh karena berbagai gagasan dan perasaan.
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus
kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga
membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.Sebagai
akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).Wills
(1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan
sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama
(dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun
ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap
kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.Secara lebih spesifik,
keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya
mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit (Ryan dan Austin dalam Friedman, 2007).
Seseorang tidak akan menerima dukungan dari orang lain jika tidak suka
bersosialisasi, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang lain tahu bahwa
dia membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak cukup asertif untuk
memahami bahwa diasebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain, atau
merasabahwa dia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang lain, atau merasa
tidak nyaman saat orang lain menolongnya, dan tidak tahu kepada siapa dia harus
meminta pertolongan.
Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk
melakukan penelitian.
Adapun kerangka teori yang berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Kerangka Teori
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Internal
Penghasilan
Pengetahuan
Sikap
Kepatuhan minum
Kepercayaan obat penderita TBC :
- Patuh
Dukungan Keluarga : - Tidak patuh
- Dukungan Emosional
- Dukungan Penghargaan
- Dukungan Informasi
- Dukungan Instrumental
Eksternal
Peran petugas kesehatan
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam penelitian ini, variabel yang diletiti
adalah :
1. Variablel bebas (independen) : dukungan keluarga dan empat aspek dukungan keluarga yaitu
: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan
instrumental.
2. Variabel terikat (dependen) : kepatuhan minum obat pada pasien
Dukungan Keluarga :
Kepatuhan minum obat pada
- Dukungan Emosional
pasien Tuberkulosis (TBC)
- Dukungan penghargaan
- Dukungan informasi
- Dukungan Instrumental
Gambar 2.
Kerangka konsep
6.3. Hipotesis
H0 : Tidak ada Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat
pada Pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat pada
Tahun 2016
Ha : Ada Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat pada Tahun
2016
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah pasien TBC yang sudah
menjalani pengobatan TBC.
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien TBC
yang berobat di Puskesmas Simpang Empat, dengan kriteria :
a. Semua pasien TBC yang telah menjalani pengobatan TBC selama 4-6 bulan di
Puskesmas Simpang Empat.
b. Bersedia dijadikan responden.
c. Dapat berkomunikasi dengan baik.
d. Dapat membaca, menulis dan berbahasa Indonesia
e. Tidak terganggu pendengaran dan penglihatannya
Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitan dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan
populasi yang ada.
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik Total Sampling
yaitu pengambilan secara kesuluruhanpasien TBC yang berobat di Puskesmas Simpang
Empat, kemudian mengisi kuesioner.
Untuk menentukan besar sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
n = N n = 45
N. d2 + 1 45x(0,1)2+1
= 31
n = ukuran ssampel
N = ukuran populasi
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau dimiliki atau
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan minum obat pada
pasien Tuberkulosis (TBC)
Dukungan Emosional
Dukungan penghargaan
Dukungan informasi
Dukungan Instrumental
No Variabel Sub Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala
operasional Ukur Ukur
1 Kepatuhan Ketaatan dalam Kartu Observasi 0: tidak patuh : Ordinal
minum obat menjalankan berobat jika pasien tidak
pengobatan secara disiplin minum
teratur dan lengkap obat sesuai
tanpa terputus anjuran tenaga
selama masa kesehatan
pengobatan yang 1: patuh : pasien
telah ditentukan disiplin minum
oleh petugas obat sesuai
kesehatan. anjuran tenaga
kesehatan
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner
tentang dukungan keluarga yang akan dijawab oleh pasien Tuberkulosis (TBC), lembar
observasi untuk mengukur kepatuhan minum obat. Tabel observasi yang terdiri dari : tanggal,
tahap pengobatan, jumlah obat yang diberikan, tanggal harus kembali dan sisa obat.
Sedangkan data sekunder didapatkan dari puskesmas melalui buku register pasien
Tuberkulosis (TBC) sebagai data dasar dalam menentukan sasaran pasien yang akan
diberikan kuesioner.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar memperkuat hasil
penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang telah dibuat oleh peneliti dan mengacu pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa
pertanyaan di mana responden mengisi kuesioner sendiri atau dengan dibantu. Koesioner ini
di lakukan dengan cara mengedarkan daftarpertanyaan berupa formulir yang di tunjukkan
secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan jawaban (Notoatmodjo, 2007).
1. Editing
Proses pemeriksaan kembali data di lapangan untuk mengetahui apakah data
itu cukup baik atau akurat untuk keperluan proses berikutnya. Kegiatan yang
dilakukan adalah memeriksa isian jawaban responden apakah sudah lengkap, jelas
dan relevan.
2. Coding
Setelah tahap editing selesai, penulis akan memberikan kode pada data,
sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.
3. Processing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati
pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisa.
Pemrosesan data dilakukan dengan cara pengentrian data dari angket ke dalam tabel
program kumputase SPSS versi 16.0.
4. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang dientri ke dalam
komputer.
Tekhnik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat
dan analisa bivariat.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan pada tiap variabel dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap 2 variabel atau lebih
yang diduga berhubungan/berkorelasi. Dalam analisis ini dilakukan pengujian
statistik chi square.
Jika p value nilai alpha (0,05) maka ada hubungan antara variabel independen
dengan dependen.
Jika p value> nilai alpha (0,05) maka tidak ada hubungan antara variabel independen
dengan dependen.
Nomor
Responden
A. DATA RESPONDEN
1. Nomor Responden :
2. Inisial Responden :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Usia :
6. Tanggal / hari terakhir berobat :
7. Status Kesehatan :
B. PERNYATAAN TENTANG DUKUNGAN KELUARGA
DUKUNGAN EMOSIONAL
1 Keluarga mengingatkan saya untuk beristirahat
dengan cukup.
DUKUNGAN PENGHARGAAN
13 Keluarga menganggap saya sama dengan
anggota keluarga lain yang tidak sakit TBC.
Sehingga tidak ada prioritas untuk saya selama
saya menjalankan pengobatan.
14 Keluarga memberikan pujian kepada saya
ketika saya meminum obat secara teratur.
15 Keluarga memberikan kebebasan kepada saya
untuk memilih tempat periksa kesehatan yang
berfasilitas lengkap.
16 Saya merasa keluarga saya menginginkan saya
cepat sembuh.
17 Keluarga tidak mengetahui tentang
perkembangan pengobatan saya.
18 Keluarga memotivasi saya untuk rutin
meminum obat.
19 Keluarga ikut serta dalam memantau
perkembangan pengobatan yang saya jalani.
DUKUNGAN INFORMASI
20 Keluarga memberitahu saya bahaya yang akan
terjadi jika saya tidak rutin meminum obat.
21 Keluarga menganggap tidak perlu
mengingatkan saya meminum obat.
22 Keluarga memberitahukan tentang komplikasi
yang dapat terjadi bila saya tidak
memeriksakan dan mengobati penyakit saya.
23 Keluarga selalu mengingatkan saya untuk
selalu rutin minum obat.
24 Keluarga mencari informasi mengenai
kesehatan saya selama pengobatan lewat buku,
majalah, TV atau dari tenaga kesehatan.
25 Keluarga berpendapat tidak perlu mencari tahu
tentang penyakit Tuberkulosis (TBC).
26 Keluarga menyarankan untuk mengontrol
kesehatan saya secara rutin ke pelayanan
kesehatan.
27 Keluarga berpendapat jika saya terlalu lelah
maka daya tahan tubuh saya akan menurun.
DUKUNGAN INSTRUMENTAL
28 Keluarga selalu menyediakan jus setiap
harinya.
29 Ketika saya sakit keluarga selalu menyediakan
susu untuk saya.
30 Selama pengobatan, keluarga menyediakan
makanan seadanya.
31 Keluarga selalu menyediakan makanan yang
disarankan oleh dokter/petugas kesehatan.
32 Tidak ada dana khusus untuk memeriksakan
kesehatan dan untuk biaya pengobatan saya.
33 Walaupun tidak mampu, keluarga selalu
berusaha untuk mencari biaya pengobatan saya.
34 Keluarga/anggota keluarga menyatakan tidak
sanggup untuk membiayai pengobatan saya.
35 Keluarga menganggap tidak perlu
mengantarkan saya periksa kesehatan jika
keadaan saya masih baik.
36 Keluarga selalu menyediakan waktu untuk
mengantarkan saya berobat.
37 Keluarga tidak pernah menciptakan lingkungan
yang tenang untuk saya beristirahat.
C. LEMBAR OBSERVASI (KARTU BEROBAT)
1. No Responden :
2. No Kartu Berobat :
3. Nama Responden :
4. Usia :
5. Jenis Kelamin :
6. Hari / tanggal berobat ke puskesmas :
7. Hari / tanggal kunjungan responden :
Tujuan :
Kuisioner ini dirancang untuk mengetahui : Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis (TBC) .