Anda di halaman 1dari 6

Analisa 1

Penulis Dwi Astri Purnaningtyas, Dewantiningrum


Jurnal Jurnal Media Medika Indonesia Volume 45, Nomor 3, Tahun
2011
Judul Persalinan Pervaginam dan menyusui sebagai faktor resiko
kejadian HIV pada bayi.
Halaman Jurnal 139-143
Teori Pada ibu yang terinfeksi HIV ditemukan virus pada cairan vagina
dan cairan aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan. Selama
persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan vagina yang
mengandung HIV melalui paparan virus yang tertelan pada jalan
lahir. Demikian pula pada cairan ASI yang diketahui banyak
mengandung HIV dalam julah cukup banyak, faktor yang
mempengaruhi resiko transmisi HIV melalui ASI antara lain
mastitis (luka pada putting), luka pada mulut bayi, preaturitas dan
fungsi kekebalan tubuh bayi.
Metode Tempat: Klinik VCT RSUP Dr. Kariadi Semarang sejak 2002
dampai dengan 2011
Subyek Penelitian: wanita yang diketahui mengidap HIV baik
sebelum, selama hamil, atau telah melahirkan, bayi cukup bulan
dan bayi telah dilakukan pemeriksaan VCT maupun PCR DNA/
RNA. Subyek dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok HIV bila
bayi terinfeksi HIV dan kelompok non-HIV bila bayi tidak
terinfeksi HIV. Dari jumlah 42 wanita yang telah diagnosis HIV
sebelum, selama hamil hingga melahirkan yang dapat dijadikan
subyek penelitian adalah 28 subyek. 16 subyek dalam kelompok
HIV dan 12 subyek dalam kelompok non HIV.
Cara kerja: Peneliti melakukan wawancara langsung maupu
telepon berdasarkan kuesioner (alat penelitian) terbuka yang
disusun sendiri olrh peneliti dan telah divalidasi dengan metode
experts juddgements: variabel yang dinilai (pertanyaan) dalam
kuesioner meliputi subyek rutin minum AVR selaa hamil , cara
persalinan (pervaginam atau bedah sesar), bayi yang dilahirkan
sehat dan cukup bulan atau tidak, rutin minum AVR setelah
melahirkan, menyusui minimal 1 bulan dan pemberian AVR pada
bayi. Bila jawaban subyek adalah tidak dalam hal pemberian AVR
selama kehamilan dan meilih meberikan ASI pada bayi maka
ditanyakan alasannya. Bila hasil CD4 <400 sel/mm3, maka akan
ditanyakan mengenai rutinitas control dan konsumsi AVR selama
kehamilan. Selain itu akan dinilai hasil pemeriksaan CD4 serum
subyek menjelang persalinan dan CD4 bayi yang didapatkan
melalui data rekam medis, bila hasil CD4 <400 sel/mm3, maka
akan ditanyakan megenai rutinitas control dan konsumsi AVR
selama kehamilan.
Analisa Data: analisa data dengan Chi Square dan menghitung
nilai odds ratio.
Hasil Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa menyusui dan cara
persalinan merupakan faktor resiko yang paling banyak.
Berdasarkan hasil analisa data menyusi dan persalinan
pervaginam merupakan faktor resiko kejadian HIV pada bayi
yang paling beresiko daripada pemberian ARV profilaksis pada
bayi dan konsumsi ARV selana kehamilan yang tidak merupakan
faktor determinan pada penularan HIV ke bayi. Sehingga salah
satu pencegahan terjadinya MTCT adalah dengan memberikan
susu formula/ pengganti asi terhadap bayi dengan ibu terinfeksi
HIV

Analisa 2

Penulis Olumide Abiodun, dkk


Jurnal Jurnal of AIDS and Clinical Research Volume 6. Issue 7. Tahun
2015
Judul Elimination of Mother-To-Child Transmission of HIV in Nigeria:
The Roles, Preparedness and Determinants of Successful
Involvement of Traditional Birth Attendants
Halaman Jurnal
Teori Transmisi ibu ke anak (MTCT), atau transmisi vertical Infeksi
HIV adalah penularan virus dari ibu yang terinfeksi ke anaknya
selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Pada Negara-
negara maju tingkat MTCT sudah semakin berkurang
dikarenakan adanya penyedia layanan konsuling dan pemeriksaan
HIC, aksesibilitas terhadap profilaksis antiretroviral (ARV),
kelahiran oleh petugas medis professional serta makanan
pengganti ASI. Namun pada Negara-negar rendah seperti Nigeria
kejadian MTCT masih sangat tinggi yaitu 32% dan sekitar 75.000
infeksi HIV bayi baru setiap tahun. Nigeria merupakan Negara
bagian yang tingkat pemanfaatan tenaga medis professional masih
terbilang rendah, di Nigeria, hanya 39% kelahiran yang lakukan
dengan bantuan petugas medis professional, sedangkan sebagian
besar persalinan dilakukan di ruah bersalin traisional. Oleh karena
itu penting untuk menilai pengetahuan dan praktik pembantu
persalinan tradisional oleh paraji berkaitan dengan MTCT untuk
membantu Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan PMTCT
sehingga dapat terlaksananya program PMTCT
Metode Tempat dan waktu: Penelitian ini dilakukan di Ogun State
(Negara bagian di Nigeria) antara bula Januari-Maret 2014
Sampel: pengambilan sampel mengguakan two-staged
probability sampling, didapatkan 142 sampel yang diambil secara
acak dari jumlah seluruh TBA yang terdaftar di Nigeria
Cara kerja: Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data
dilakukan menggunakan questioner pre-test terstruktur kepada
sampel penelitian.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan software SPSS
untuk Windows (versi 18). Dilakukan analisis anil-varian, bi-
variate dan multivariate.
Hasil Penelitian Hasil pembahasan diketahui bahwa TBA memiliki peran untuk
dimainkan dalam program MTCT HIV di Nigeria Rata-rata TBA
sudah memiliki pengetahuan dan praktik yang baik berkaitan
dengan MTCT dan PMTCT HIV. Namun masih terdapat
beberapa kesalahan terutama berkaitan dengan praktik pemberian
makanan bayi. Sehingga perlu diberikan pelatihan/ pendidikan
yang merata kepada para TBA.

Analisa 3
Penulis Budi Punjastuti
Jurnal Media Ilmu Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 1, April 2012
Judul Dukungan Sosial Dalam Pelaksanaan Preventing of Mother-To-
Child Transmission (PMTCT) of HIV
Halaman Jurnal 39-44
Teori Prevention of mother to child transmission (PMTCT) of HIV/
Pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
merupakan bagian dari pelayanan perawatan, bentuk pelayanan
berupa dukungan dan pengobatan bagi pasien dengan HIV/AIDS.
Dukungan dalam pelaksanaan program PMTCT untuk dapat
terlaksananya program PMTCT tersebut. Hal itu mengingat asih
banyaknya stigma social yang negatif dan diskriminasi social
pada penderita HIV, sehingga penderita HIV cenderung menutup
diri dan keberadaanya yang akhirnya akan mempersulit untuk
pencegahan dan pengendalian terhadap infeksi HIV itu sendiri,
termasuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.
Metode Tempat: RSUP DR Sarjito Yogyakarta
Subyek Penelitian: ibu yang melaksanakan dan mengikuti
program PMTCT dengan julah sebanyak 7 orang ibu dan 2
petugas PMTCT yang dipilih secara purposive sampling..
Cara kerja: dilakukan wawancara terhadap sampel
penelitianyang dilakukan secara mendalam, juga dilakukan
observasi selama wawancara dan studi dokumentasi sebagai
triangulasi terhadap hasil wawancara.
Analisa Data: analisa data dilakukan secara kualitatif.
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara,
observasi dan studi dokumentasi terhadap sampel penelitian juga
petugas PMCTC diketahui bahwa dukungan sikologis yang
didapatkan terhadap ibu penderita HIV baik dari keluarga,
terlebih lagi dari lingkungan masyarakat dan petugas kesehatan
belum cukup sehingga ibu terinfeksi HIV cenderung menutup dan
menyembunyikan tentang penyakitnya. Ibu terinfeksi HIV
cenderung tidak melakukan PMTCT karena merasa takut oleh
diskriinasi social. Sebagian besar sampel penelitian (ibu terinfeksi
HIV yang melakukan PMTCT di RSUP DR Sarjito Yogyakara)
mengatakan sudah mendapat dukungan dari anggota keluarga,
namun mereka masih takut untuk membuka diri terhadap
penyakitnya ke halaak umum karena adanya perasaan malu dan
takut akan stigma negative yang muncul di masyarakat, sehingga
cenderung merasa terasing dan mengisolasi diri dari kehidupan
social. Sehingga menghambat terlaksananya program PMTCT.

Analisa 4

Penulis Didier K. Ekouevi, dkk


Jurnal Plos One, Volume 7, Issue 1, January 2012
Judul Health Facility Characteristics and Their Relationship to
Coverage of PMTCT of HIV Services across Four African
Countries: The PEARL Study
Halaman Jurnal
Teori Dalam pelaksanaan program pencegahan penuranan HIV dari ibu
ke janin (PMTCT) saat ini sudah berpindah dari dosis tunggal
nevirapine ke multi obat ARV,dalam pelaksanaan program
tersebut diperlukan pedoman yang lebih menyeluruh, dan
dibutuhkan pemahaman yang baik di tingkat fasilitas kesehatan.
Namun pelaksanaan program pencegahan penuranan HIV dari ibu
ke janin (PMTCT) saat ini sudah berpindah dari dosis tunggal
nevirapine ke multi obat ARV di Negara dengan tingkat ekonomi
rendah sub-sahara belum menyeluruh hal tersebut dapat berkaitan
dengan karakteristik fasilitas kesehatan terkait dengan
pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi secara efektif masih
kurang dipahami.
Metode Sampel dan tempat: penelitian di lakukan pada 32 fasilitas
kesehatan yang melaksanakan program PMTCT di 4 negara di
Afrika yaitu Kamerun, Cote Gading, Afrika Selatan, dan Zambia

Cara kerja: Data dikumpulkan melalui observasi langsung dan


wawancara. Komponen yang dinilai dalam penelitian ini adalah
kualitas antenatal, kualitas PMTCT, persediaan ARV yang
tersedia, ketersediaan layanan tes HIV, CD4 dan pengujian PCR
bayi, Kepuasan pasien, pemahaman pasien tentang pengobatan,
tenaga medis dan kualitas infrastruktur
Analisa data Analisa data menggunakan korelasi pearson..
Hasil Dari i 32 Fasilitas kesehatan (8 fasilitas di Kamerun, 9 fasilitas di
Pantai Gading, 6 Afrika Selatan, dan 9 di Zambia). Sebagian
besar adalah pusat kesehatan Dikelola oleh pemerintah masing-
masing. Penyediaan layanan berbasis PMTCT sudah diterapkan
sebanyak 100% di Zambia dan 63% di kamerun. Sedangkan di
afrika selatan dan pantai gading belum ada fasilitas kesehatan
yang memenuhi kriteira PMTCT. Dari hasil uji korelasi terdapat
hubungan antara fasilitas kesehatan terkait dengan program
PMTCT dan kualitas antennal.

Anda mungkin juga menyukai