Pedoman ini hanya menguraikan masalah pembentukan akhir dari tanah dasar, lapis
pondasi bawah, bahan pilihan, atau lapis pondasi bawah dari bahan stabilisasi yang
berkaitan dengan penghamparan beton.
Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari segi
jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Bila digunakan metoda
acuan gelincir, dianjurkan agar lapis pondasi bawah dibuat paling sedikit 60 cm lebih
lebar pada masing-masing sisi memanjang hamparan, sebagai landasan roda rantai
mesin penghampar.
Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka alat
tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk.
Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah dengan stabilisasi semen harus
diselesaikan sebelum bahan mengeras (yang biasanya berlangsung antara 2 sampai 6
jam).
6-1
Lembar kedap air tersebut harus dipasang di atas permukaan yang telah siap. Lembar-
lembar yang Berdampingan dipasang tumpang-tindih dengan lebar tumpangan tidak
kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arab memanjang.Pemasangan
lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya lembar-
lembar tersebut. Juga harus diperhatikan kemungkinan rusaknya lembaran akibat angin.
Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/2inch) an m 8 mm (5/16 inch).
Bila aduan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak
boleh kurang dari 8 mm (5/16inch). Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi yang
sama dengan tebal rencana pelat beton, dan lebar dasar acuan sama dengan 0,75 kali
tebal pelat beton tapi kurang dari 200 m (8 inch).
Acuan harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga setelah terpasang cukup kokoh, tidak
melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat.
Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan
tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Acuan jadi yang berukuran kecil, tidak dianjurkan
untuk pekerjaan-pekerjaan dengan luas perkerasan lebih besar dari 1670 m2. Dalam hal
digunakan acuan jadi, penambahan ketinggian acuan tidak boleh lebih dari 25%
ketinggian semula.
Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan bidang atas acuan
tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8inch) untuk setiap 3 m panjang dan kerataan bidang
dalam acuan tidak boleh lebih dari 0,64 cm (1/2inch) untuk setiap 3 meter panjang.
Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian untuk
6-2
menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut. Pada lengkungart dengan jari
jari 30 meter atau kurang, dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat
dibengkokkan (flexcible form) atau acuan melengkung.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif mempunyai skala kecil, yang sifatnya padat
karya maka acuan hanya dapat digunakan, sedangkan untuk alat perata dapat
menggunakan vibrator perata biasa (besi profil yang dilengkapi mesin penggetar dan
ditarik tenaga manusia). Kayu untuk keperluan ini dibuat dari kayu yang cukup kuat,
dengan baja siku dipasang di atasnya,dengan angkur pemegang setiap 0,5 meter.
2. Pemasangan Acuan.
Pemasangan acuan baja maupun kayu pada prinsipnya sama yaitu mengikuti ketnetuan-
ketentuan di bawah ini. Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan
alipyemen dan ketinggian jalan yang bersangkutan, sehingga acuan pada waktu
dipasang, dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada
elevasi yang benar. Pembuatan galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yang
tepat, sebaikuya dilakukan dengan cara mengupas/mengeruk. Bekas galian di kiri dan
kanan pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan kembali tiap lapis dengan tebal setiap
lapis tidak boleli lebih besar dari 1,25 cm. Alinyemen dan elevasi acuan harus diperiksa
dan bila perlu diperbaiki menjelang penghamparan beton.
Bila terdapat acuan yang rusak atau sesudah pondasi yang tidak stabil diperbaiki, acuan
harus disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh didepan tempat penghamparan
beton sehingga kemungkinan pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa mengganggu
kelancaran penghamparan. Setelah acuan dipasang pada posisi yang benar, tanah dasar
atau lapis pondasi bawah pada kedua sisi luar dan dalam dasar acuan harus dipadatkan
dengan balk, menggunakan alat pemadat mesin atau manual. Acuan harus disangga
pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak pada setiap 3 meter panjang.
Setiap bagian acuan harus benar-benar terikat kuat sehingga tidak dapat bergerak.
Pada setiap titik acuan tidak boleh menyimpang lebih dari 0,64 cm (V4inch) dari
garisnya. Tidak diizinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan
akibat peralatan pelaksanaan. Sebelum penghamparan dilakukan sisi dalam acuan harus
diminyaki. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya padat karya (Lebour intensif) maka
acuan dapat dibuat dari kayu seperti tersebut diatas.
3. Pembongkaran Acuan.
Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah penghamparan beton.
Setelah acuan dibongkar, tepi-tepi beton yang terbuka harus segera dirawat.
6-3
Gambar 6.2 Acuan Tetap Untuk Pengecoran Lantai Beton
6-4
S a m b u n g a n d ib u a t s a a t p e la k s a n a a n
T u la n g a n p e n g ik a t b e r u lir
T u la n g a n p e n g ik a t b e r u lir
P e n g e c o r a n s e le b a r ja lu r
6-5
6.3.2. Sambungan Pelaksanaan (Construction Joints).
Sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur biasanya digunakan pada sambungan arah
memanjang (diantara jalur jalur penghamparan yang terpisah) dapat dibentuk baik
dengan cara acuan gelinier atau dengan baja cetakan standar. Apabila digunakan lapis
pondasi bawah dengan stabilisasi, maka sambungan lidah-alur dapat ditiadakan. Pada
sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur perlu disediakan tempat untuk pemasangan
batang pengikat. Apabila diperlukan atau diizinkan oleh spesifikasi maka batang
pengikat dapat menggunakan batang berulir atau batang pengikat jadi. Apabila
digunakan batang pengikat yang dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali, maka
batang tersebut barus mengikuti spesifikasi ASTM untuk menjamin bahwa tulangan
dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan/pecah.
Dengan demikian, apabila metoda tersebut disyaratkan, maka harus dilakukan langkah-
langkah pencegahan untuk menjamin hasil yang baik. Salah satu cara untuk mencegah
kerusakan btang pengikat akibat pembengkokkan dan pelurusan kembali adalah sebagai
berikut (lihat gambar 6.5).
a. batang pengikat dipasang miring membentuk sudut 30 o dengan bidang
sambungan.
b. batang pengikat dibengkokkan 3053 sehingga rata dengan permukaan bidang
sambungan.
Mesin penghampar acuan gelincir harus dilengkapi dengan peralatan (device) yang
cocok untuk pemasangan batang pengikat atau pengikat jenis lain yang dapat
memegang jalur-jalur berdampingan tetap pada posisinya. Sambungan pelaksanaan
melintang harus dibuat pada akhir pelaksanaan tiap hari atau pada tempat akhir
pekerjaan yang disebabkan oleh adanya gangguan pelaksanaan. Letak sambungan
pelaksanaan melintang harus diusahakan sama dengan letak sambungan susut.
Keadaan cuaca akan mempengaruhi lamanya batas keterlambatan yang diizinkan dalam
penghentian hamparan. Keterlambatan selama 30 menit dipandang sebagai atas yang
bisa diterima untuk cuaca panas, kering, dan berangin, sedangkan keterlambatan
sampai 1 jam masih bisa diterima pada cuaca yang tidak membahayakan.
6-6
Gambar 6.5. Metoda untuk mengurangi kerusakan, bila digunakan baja keras
sebagai batang pengikat yang dibengkokkan ke dalam alur dan diluruskan
kembali.
6-7
maka untuk sambungan muai melintang harus dibuat tegak lurus sumbu perkerasan,
dan harus dibuat selebar perkerasan.
Bahan
penutup Pelindung muai
20
Bahan pengisi 50
d/2
12 mm
Ruji polos jarak Dilapisi pelumas
30 cm sumbu ke sumbu
12 mm
Jari-jari 3 mm
1,2 d
d
1500
Bahan
penutup
Bahan pengisi
Bangunan saluran,
manhole
d
C) SAMBUNGAN ISOLASITANPARUJI
6-8
6.3.4. Sambungan Susut.
Sambungan susut dengan takikan palsu atau penampang ,diperlemah, harus dibuat
dengan cara manapun yang diterapkan pelaksanaan tetap harus dilakukan secara hati-
hati untuk menjamin agar dalamnya celah pemisah cukup untuk mencegah terjadinya
retak acak. Disarankan dalamnya celah pemisah minimum adalah sebesar 1/4 tebal
pelat.
Dalam segala hal penutupan celah harus diselesaikan sebelum lalu lintas diizinkan lewat,
termasuk lalu lintas selama pelaksanaan untuk keperluan sambungan melintang tanpa
perlemahan seperti tersebut di atas. Apabila diperlukan penyalur beban untuk melayani
lalu lintas dengan volume yang tinggi dan beban yang berat. Dalam hal apapun, sebagai
penyalur beban harus digunakan ruji. Bila pada perkerasan untuk lalu lintas berat
digunakan lapis pondasi mutu tinggi, misalnya stabilisasi semen atau aspal, maka
sambungan tanpa ruji-pun bisa melayani lalu litnas secara memuaskan. Namun
demikian secara umum, sambungan jenis ini, tetap dianjurkan menggunakan penyalur
beban.
Ruji harus dipegangkuat pada posisinya dengan cara mengelasnya pada dudukan dan
pengatur jarak atau dengan cara penempatan dengan mesin.Penempatan ruji secara
tepat harus dijamin, agar ruji dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sistem pemberian
tanda secara tepat dapat diterapkan untuk menjamin agar penggergajian atau
pembuatan takikan tepat berada ditengah ruji. Takikan tidak boleh kurang dari 1/4 tebal
plat.
Jika dalam gambar perencanaan tidak ditentukan lain, maka diameter ruji / dowel
disesuaikan dengan tebal pelat beton struktur dengan acuan sebagai berikut :
S a m b u n g a n y a n g d ib u a t d e n g a n m e n g g e r g a ji
a t a u d ib e n t u k s a a t p e n g g e r g a jia n
d /4
6-9
S a m b u n g a n y a n g d ib u a t d e n g a n m e n g g e r g a ji
a t a u d ib e n t u k s a a t p e n g g e r g a jia n
d /4 S e la p u t p e m is a h a n t a r a
d o w e l d a n b e to n
180 180
d
25
T u la n g a n p o lo s 1 8 p a n ja n g 3 6 0 c m
6-10
6.3.6. Penutup Sambungan (Joint Sealing).
1. Bagian atas Sambungan muai dan sambungan yang digergaji harus ditutup dengan
bahan penutup yang disyaratkan, sebelum lalu lintas diizinkan melewati kekerasan.
Celah sambungan harus dibersihkan dari bahan-bahan asing sebelum bahan penutup
dipasang. Semua bidang celah sambungan harus bersih dari bahan-bahan lepas dan bila
digunakan bahan penutup yang dituang panas, permukaannya harus kering.
2. Bahan penutup harus dipasang dalam celah sambungan sesuai detail yang
ditunjukkan pada gambar rencana. Pemasangan harus dilakukan sedemikian, sehingga
bahan penutup tidak melimpah atau mencuat diatas permukaan pelat. Setiap kelebihan
bahan penutup pada permukaan pelat harus segera disingkirkan dari permukaan pelat
dan dibersihkan.
3. Bahan penutup sambungan yang dibuang tidak boleh dituangkan pada suhu yang
dapat menimbulkan ketidak sempurnaan pemasangan. Petunjuk dari pabrik pembuat
bahan penutup dapat digunakan dalam mempersiapkan spesifikasi
4. Jika digunakan penutup sambungan siap pakai, seperti neoprene (penutup jadi yang
ditekan), maka bahan penutup harus dapat menyesuaikan lebarnya dengan lebar celah
sambungan yang diperkirakan akan terjadi. Peralatan pemasangan harus menjamin
bahwa bahan penutup tidak akan mulur lebih dari 5% karena pemuluran yang lebih
besar akan memperpendek umur bahan tersebut. Bahan penutup dan pemberian
pelumas diantaranya diatur dengan spesifikasi sebagai berikut :
5. Penutup untuk tepi pelat dan bagian bawah sambungan kadang-kadang diperlukan
untuk mencegah. peresapan air, dan penggunaannya harus didasarkan atas
pengalaman.
6. Beberapa bahan sambungan yang berbeda tidak selalu cocok dan tidak boleh
digunakan bersamaan dalam keadaan bersentuhan atau harus digunakan dengan sekat
peredam (inert divider). Sebagai contoh, beberapa jenis aspal tidak boleh bersentuhan
dengan bahan penutup sambungan yang terdiri dari dua komponen jenis polysulfida.
Bahan-bahan tersebut harus dipisah dengan pita acoprene, atau bahan peredam
lainnya.
6-11
Gambar 6.11. Contoh Pemasangan Penutup Sambungan
(kiri : dengan Aspal, kanan : dengan Sealant)
3. Apabila anyaman batang baja dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap
persilangan batang-batang tersebut, maka bagian ujung-ujung batang memanjang
harus berimpit sepanjang minimum 30 kali diameternya. Apabila pola anyaman
sedemikian rupa sehingga batang-batang memanjang tepi atau yang ujung batang-
batang melintangnya tumpang tindih tersebut maka, batang-batang baja harus
mempunyai jarak tidak kurang dari 5 cm (2 inch) agar campuran beton dapat
dipadatkan dengan baik.
5. Apabila pelat dibuat dengan dua kali mengecor, maka tebal makaimum lapis pertama
adalab 10 cm untuk tebal pelat 15 cm dan tebal maksimum lapis pertama 2/3 dari tebal
pelat apabila tebal pelat, 15 cm. Permukaan lapis pertama merupakan tempat untuk
meletakkan tulangan. Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar
dengan panjang yang cukup untuk memungkinkan agar anyaman dengan panjang
penuh dapat digelar pada kedudukan akhir tanpat erjadi penyimpangan lebih jauh.
Untuk mencegah pergeseran, anyaman yang berdampingan harus diikat dengan kawat
beton. Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituang di, atas tulangan. Untuk
jangka waktu tertentu permukaan beton lapis pertama tidak boleh dibiarkan erbuka,
terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin. Biasanya 30 menit merupikan
6-12
jangka waktu maksimum yang masih diizinkan. Posisi tulangan selama penghamparan
harus selalu diperiksa dan apabila dipandang perlu harus dilakukan perbaikan.
6. Apabila beton dibuat dengan penghamparan satu lapis maka lembar anyaman kawat
atau anyaman batang baja dapat diletakkan di atas permukaan hamparan, kemudian
anyaman tersebut dimasukkan (dengan mesin) dengan cara menggetarkan atau
menekannya sampai elevasi yang dikehendaki. Pada pemasangan tersebut harus
diperhatikan agar beton diatas kawat/batang baja tidak pecah/retak atau
mengakibatkan perubahan kedudukan anyaman dari yang semestinya. Pada setiap
sambungan melintang harus selalu diperiksa untuk memastikan tersedianya jarak antara
sambungan dengan tepi anyaman.
6.3.8. Penggergajian
Penggergajian harus dilakukan sedemikian sehingga tidak terjadi penggumpalan pada
beton muda dan pada saat belum terjadi retak acak, waktu penggergajian terbaik yaitu
antara 8-20 jam setelah pengecoran. Dengan cara penggergajian baik dengan
menggunakan amta gergaji intan (diamond blades), bilah pengikis bawah (wet abrasive
blades) maupun bila pengikis kering (dry abrasive blades), harus dilakukan secara
perlahan-lahan, untuk mencegah terjadinya sambungan yang kasar. Kecenderungan
retak acak akibat keterlambatan penggergajian pada sambungan memanjang lebih kecil
dibanding pada sambungan melintang.
6-13
6.4. Pengadukan Beton
Seiring dengan kemajuan teknologi beton dan semakin meningkatnya kebutuhan akan
beton, maka dewasa ini banyak sekali perusahaan perusahaan swasta menyediakan
material Beton Siap Hampar Komersial (Readymix Concrete) dengan kualitas yang
terjamin. Oleh karena itu sekarang ini sudah jarang ditemukan proyek proyek
pembangunan jalan dan jembatan khususnya yang membuat campuran beton sendiri,
kecuali untuk daerah terpencil.
Di Provinsi Banten sendiri ketersediaan batching plant Readymix beton sudah sangat
banyak. Readymix ini tersebar mulai dari wilayah Cilegon, Serang, Pandeglang dan
Tangerang. Beberapa perusahaan yang sudah cukup mempunyai nama yaitu
diantaranya Holcim, Jayamix, Dewa Beton, dll.
Beton siap hampar harus tetap diaduk, ditangani dan diangkut ke lapangan sesuai
dengan spesifikasi beton siap hampar (ASTM C-94). Truk pengaduk harus memenuhi
persyaratan yang berlaku. Untuk menyalurkan beton dari kendaraan pengangkut dan
untuk menuangkannya secara seragam ke permukaan yang telah dibentuk tanpa
mengalami pemisahan butir, harus disediakan peralatan yang cocok
6-14
Tabel 6.3. Ketentuan Sifat Campuran
6.5.2. Penghamparan
1. Peralatan
Pada pekerjaan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar jenis dayung
(paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir
(auger), kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar
acuan gelincir, yang peralatan penghampar (speader) merupakan bagian yang sudah
melekat (built-in). Untuk mengurangi pemisahan butir, semua peralatan harus
dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan peralatan manual. Dalam
6-15
hal,apapun, beton harus dihampar dengan ketebalan yang cukup untuk pemadatan dan
penyelesaian akhir.
2. Penghamparan Dua Lapis
Apabila tulangan terdiri dari anyaman dan harus diletakkan secara manual, maka beton
di bawah anyanian harus dihainpar terlebih dahulu tersendiri (struck-off), kemudian
anyaman diletakkan dan selanjutnya lapisan berikutnya dihampar. Pada pekerjaan
besar, kadang-kadang digunakan dua buah mesin penghampar. Apabila tulangan yang
berbentuk anyaman akan dimasukkan pada kedudukan yang dikehendaki dengan cara
menggetarkan atau menekannya dengan mesin, maka beton dapat dihampar langsung
untuk seluruh tebal.
6.5.3. Pemadatan
1. Metoda
Petunjuk pemadatan beton dapat dilihat pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Beton.
Pemadatan pada sambungan dan tepi-tepi, penekanan, pemadatan secara tumbuk, dan
pemadatan secara getar, sampai tingkat tertentu cukup efektif, tapi tidak secara
otomatis menjamin kepadatan beton. Mesin getar, baik jenis internal maupun jenis
permukaan dapat memberikan hasil yang baik.
2. Prosedur
Seluruh perkerasan harus dipadatkan seefektif mungkin. Perhatian khusus harus
diberikan terhadap tepi-tepi sepanjang sumbu, dan pada sambungan-sambungan
lainnya. Mesin pemasang anyaman dapat memberikan sebagian kepadatan. Penggetar
internal dioperasikan di dalam beton untuk mengeluarkan udara sewaktu mesin
penghampar bergerak. Mesin penggetar harus diberhentikan apabila mesin penghampar
berhenti.
3. Keadaan Khusus
Sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut atau sekitar pembuangan air
(drains), dan pada pelat-pelat tidak beraturan pada jalan masuk/ramps dan
persimpangan, diperlukan ketelitian khusus untuk menjamin kepadatan yang baik.
6-16
6.5.4. Penyelesaian Akhir
1. Mesin penghampar acuan gelincir.
Mesin penghampar acuan gelincir dirancang untuk sekali lintasan dapat menghampar,
memadatkan, membentuk permukaan dan meratakan beton yang masih plastis,
sehingga dapat memberikan beton yang padat, seragam, dan untuk mendapatkan
permukaan yang disyaratkan, hanya memerlukan penyelesaian akhir (dengan tangan)
yang minimum. Mesin penghampar harus menggetarkan beton pada seluruh lebar dan
ketebalan. Penggetaran biasanya dilakukan degnan jenis penggetar internal. Mesin
penghampar acuan gelincir sedapat mungkin harus dioperasikan dengan gerakan yang
menerus, dan seluruh operasi pengadukan, pengangkutan, dan penghamparan harus
terkoordinasi agar supaya dapat dicapai kecepatan yang seragam dan penghentian
mesin penghampar yang minimum. Apabila mesin penghampar perlu dihentikan, maka
elemen getarnyapun.harus dihentikan. Mesin penghampar acuan gelincir mampu
mengatasi kesalahan bentuk permukaan lapis pondasi bawah atau tanah dasar secara
teliti, dengan menggunakan peralatan otomatis
2. Peralatan
Persyaratan uneralatan penyelesaian akhir harus tidak terlalu agar supaya tidak
menutup kemungkinan penggunaan peralatan baru yang lebih baik. Apabila digunakan
secara tepat, alat penyelesaian akhir yang berbentuk pipa (tube) bisa cukup efektif.
3. Prosedur
Terlepas dari jenis alat yang digunakan, hasil yang balk dapat dicapai bila semua
peralatan dikoordinasikan, distel secara tepat, dan dioperasikan oleh petugas yang
berpengalaman. Pada setiap operasi senantiasa disediakan sedikit cadangan beton di
depan peralatan penyelesaian akhir.
Bentuk tekstur dapat dipilih melintang atau memanjang lajur lalu lintas dengan
pertimbangan teknis tertentu. Pemberian tekstur melintang biasanya diberikan pada
beton yang dipergunakan untuk jalan utama antar kota dimana kendaraan yang lewat
umumnya dengan kecepatan tinggi. Dengan demikian tekstur melintang dapat
6-17
memberikan kekesatan (skid resistance) yang lebih tinggi pada roda ban yang
memberikan keamanan yang lebih tinggi terhadap pengguna jalan. Namun dari sisi
kenyamanan dan bising, tekstur permukaan beton yang melintang terasa kurang
nyaman dan lebih bising dibandingkan bentuk tekstur permukaan yang memanjang.
Pada saat hujan, bentuk tesktur melintang juga dapat membantu mempercepat
pengaliran air dari permukaan perkerasan menuju saluran drainase samping.
Bentuk tekstur permukaan beton dapat dipilih juga memanjang arah lajur lalu lintas.
Pertimbangan penggunaan tekstur memanjang ini adalah untuk mengurangi kebisingan
yang ditimbulkan oleh gesekan roda kendaraan. Bentuk seperti ini cocok digunakan
pada jalan beton di daerah padat penduduk (jalan perkotaan) dengan kecepatan
kendaraan tidak terlalu tinggi.
6-18
Gambar 6.14. Contoh Proses Pembentukan Tekstur
Dalam semua hal, dimana perawatan memerlukan penggunaan air, maka operasi
perawatan harus dititikberatkan pada penyediaan air. Biasanya masa perawatan
dilakukan selama 7 hari, tapi waktu tersebut dapat diperpendek bila 70 persen kekuatan
tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih awal.
6-19
menjelang dipindahkan ke dalam penyemprot dan selama penyemprotan harus tetap
diaduk. Pada bagian-bagian perkerasan di mana penggunaan mesin penyemprot tidak
praktis, sebaiknya digunakan alat penyemprot manual yang telah teruji. Bidang-bidang
tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar.
Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan
perawat tersebut harus segera diperbaiki.
6-20
6.6.3. Perlindungan Terhadap Hujan
Untuk melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh hujan, maka setiap
saat harus tersedia bahan untuk melindungi beton tersebut, seperti lembar goni, terpal,
kertas perawat, atau lembar plastik. Disamping itu, apabila digunakan metoda acuan
gelincir, maka harus direncanakan penanggulangan darurat untuk melindungi
permukaan dan tepi. Apabila diperkirakan akan segera turun hujan, maka semua
petugas harus mengambil tindakan yang perlu guna memberikan perlindungan
menyeluruh kepada beton yang belum mengeras.
6.7. Toleransi
Toleransi-toleransi untuk perkerasan jalan beton harus dimonitor oleh Penyedia Jasa
dibawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Pada umumnya hal ini harus dilakukan dengan
pengukuran ketinggian (levelling) dan penggunaan Crown template dan straight edge
berukuran panjang 3 meter. Pemeriksaan ketinggian untuk menetapkan ketebalan plat
(slab) harus diadakan dengan jarak antara maksimum 10 meter dari poros
6-21
Tabel 6.4. Variasi yang diperkenankan dalam Pelat Perkerasan Jalan Beton
Pelat Perkerasan
Pelat Perkerasan
Pemeriksaan Jalan sebagai
sebagai Base Course
Wearing Course
Ketebalan + 6 mm + 10 mm
- 0 mm - 0 mm
Dari ketinggian rencana + 10 mm + 15 mm
- 5 mm - 5 mm
Diukur dengan Straight +/- 4 mm +/- 6 mm
Edge panjang 3 m
Camber 2% 2%
% Kelandaian dalam 30 m 0,1 0,1
6.8. Bahan
a) Semen
- Semen harus merupakan semen portland Jenis I, II atau III sesuai dengan SNI
15-2049-1994.
- Kecuali diperkenankan lain oleh Direksi Pekerjaan maka hanya produk dari
pabrik untuk satu jenis merek semen portland tertentu harus digunakan di
proyek.
6-22
Tabel 6.6. Persyaratan Semen Portland
6-23
Tabel 6.7. Komposisi dan Kehalusan Semen
b) Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula
atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam
AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian.
Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air
seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian
kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat
tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat
tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama.
Ukuran maksimum agregat harus lebih kecil atau sama dengan 1/3 tebal pelat dan
lebih kecil atau sama dengan 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan.
6-24
Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang
diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI
03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel
dibawah bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI/ AASHTO
yang berhubungan.
d) Bahan Tambahan
Penggunaan Plastisator, bahan-bahan tambahan untuk mengurangi air atau bahan
tambahan lainnya tidak akan diijinkan kecuali dengan izin tertulis dari Direksi
Pekerjaan. Jika digunakan, bahan yang bersangkutan harus memenuhi AASHTO M
154 atau M 194. Bahan tambahan yang bersifat mempercepat dan yang
mengandung Calsium Chlorida tidak boleh digunakan.
6-25
Tabel 6.10. Bahan Tambah untuk Beton
f) Tulangan Baja
6-26
- Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja
berprofil/berulir sebagaimana diperlihatkan dalam gambar.
- Tulangan anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan
AASHTO M
- 55. Tulangan ini harus disediakan dalam bentuk lembaran-lembaran datar dan
merupakan jenis yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
- Jaringan batang baja harus memenuhi persyaratan AASHTO M 54. Bagian-
bagiannya
- harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar.
- Batang baja untuk Dowel harus berupa batang bulat biasa sesuai dengan
AASHTO M 31.
- Batang-batang Dowel berlapis plastik yang memenuhi ASSHTO M 254 dapat
digunakan untuk bagian yang dapat bergerak.
- Batang pengikat (Tie-Bar) harus berupa batang-batang baja berulir sesuai
dengan AASHTO M 31.
6-27
Sambungan
pengunci
T
T
3T
1500
600
6-28
c. Ketebalan perkerasan akan ditentukan dengan metoda "average
caliper measurement of cores" diuji menurut AASHTO T 148. Untuk menentukan
penyesuaian harga satuan perkerasan, bagian perkerasan yang dianggap
sebagai satu kesatuan yang terpisah adalah perkerasan sepanjang 300 m pada
setiap lajur lalu lintas diukur dari ujung perkerasan dimulai dari station kecil
(sesuai stationing jalannya). Bagian yang terakhir dalam setiap lajur adalah
sepanjang 300 m ditambah sisanya yang kurang dari 300 m. Dari setiap bagian
ini, akan diambil contoh berupa core drill secara random sebagaimana
ditetapkan Direksi Pekerjaan.
d. Ketebalan perkerasan jalan beton yang diukur untuk pembayaran
dalam segala hal harus merupakan ketebalan nominal rencana sebagaimana
diperlihatkan dalam Gambar. Dalam hal Direksi Pekerjaan menyetujui atau
menerima suatu lapisan yang lebih tipis (kekurangan ketebalan lebih kecil dari
25 mm) yang cukup menurut alasan-alasan teknis, maka pembayaran untuk
perkerasan jalan beton tersebut diadakan dengan menggunakan suatu harga
satuan yang diubah sama dengan :
Tidak ada penyesuaian harga satuan semacam itu dapat diadakan untuk
perkerasan yang diterima dengan ketebalan-ketebalan melebihi ketebalan
nominal rencana yang diperlihatkan dalam Gambar, kecuali jika penambahan
ketebalan tersebut telah diperintahkan secara khusus atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan secara tertulis sebelum perkerasan jalan beton yang bersangkutan
dihampar.
maka perkerasan beton yang demikian itu akan dibayar dengan pengurangan
sebesar 2% dari Harga Satuan Penawaran.
2. Tulangan
6-29
a. Tulangan baja akan diukur untuk pembayaran sebagai jumlah kilogram
yang dipasang ditempat yang bersangkutan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Jumlah kilogram tersebut harus dihitung dari panjang batang yang sebenarnya
dipasang, atau luas sebenarnya dari anyaman baja tulangan yang dipasang, dan
berat satuan dalam kilogram per meter panjang untuk batang atau kilogram per
meter persegi untuk luas anyaman yang disetujui. Berat satuan yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan harus berdasarkan berat nominal yang diberikan oleh
pabrik baja yang bersangkutan atau, jika Direksi Pekerjaan memerintahkan
demikian, berdasarkan pengujian-pengujian penimbangan sebenarnya yang
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa terhadap contoh-contoh yang dipilih oleh
Direksi Pekerjaan. Bila batang-batang berukuran lebih besar dipakai sebagai
pengganti atas permintaan Penyedia Jasa, maka batang-batang tersebut harus
diukur seakan-akan batang tersebut sama dengan yang diperlihatkan dalam
Gambar. Sambungan-sambungan yang ditambahkan oleh Penyedia Jasa demi
kepentingannya tidak akan diukur.
b. Jepitan, ikatan dudukan, penunjang, batang dowel, batang pengikat (tie-
bar), pemisah atau bahan lainnya yang digunakan untuk menempatkan atau
mengikat baja tulangan supaya tetap ditempat, tidak boleh termasuk dalam
berat untuk pembayaran.
c. Panjang lewatan dan sambungan-sambungan kecuali secara khusus
diperlihatkan dalam Gambar, tidak akan diukur untuk pembayaran.
3. Sambungan
Sambungan-sambungan pada perkerasan jalan beton termasuk batang dowel dan
batang pengikat (tie-bar), tidak boleh diukur untuk pembayaran, biayanya dianggap
telah termasuk dalam harga Penawaran untuk Beton.
6.10.2. Pembayaran
Harga-harga dan pembayaran pekerjaan jalan beton harus dianggap merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan semua beton mutu dengan kuat tarik lentur 45
kg/cm2 ( 4,5 Mpa), besi tulangan sambungan melintang dan memanjang, membran
kedap air, agregat dan semen, untuk pencampuran, penempatan, perataan,
penyelesaian, perawatan dan perlindungan beton, untuk menyediakan, menempatkan,
dan membongkar acuan-acuan serta perisai-perisai batang pengikat, untuk melengkapi
dan menempatkan semua bahan-bahan untuk pembuatan sambungan, untuk
menggergaji dan mengisi sambungan-sambungan dan sebagainya, dan semua tenaga
kerja, peralatan serta pengeluaran tambahan lainnya.
6-30