Anda di halaman 1dari 8

TANTANGAN DAN PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN

PROFESIONALISME GURU

DISUSUN OLEH

1. Fivy Sofiyanti 158620600086


2. Rosiyah Hanna 158620600024
3. Septi Andina Asmodiwati 158620600054
4. Riya Diana 158620600209

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat waktunya. Makalah ini diharapkan dapat membantu
mahasiswa khususnya untuk mengetahui sejauh mana mereka mengetahui problematika
pengembangan profesionalisasi guru. Dalam penyusunan makalah ini kami telah dibantu oleh
berbagai pihak melalui saran dan kritiknya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih memiliki banyak
kelemahan dan kekurangan. Maka kami senantiasa menerima kritik serta saran yang sifatnya
membangun dan dapat memperbaiki serta melengkapi makalah ini. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
.
Sidoarjo, September 2016

Penyusun,

Kelompok XII
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun
bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya
pendidikan bangsa itu. Mengingat sangat pentingnya kehidupan, maka pendidikan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk
melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidikan sampai pada
usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan. Kemampuan guru sebagai tenaga
kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun profesional, harus benar-benar dipikirkan
karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang
langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.
Untuk itu, ilmu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan merupakan ilmu
yang mempersiapkan tenaga kependidikan yang profesinal, sebab kemampuan professional
bagi guru dalam melaksanakn proses belajar mengajar merupakan syarat utama.
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan di sekolah sekaligus
memegang tugas dan fungsi ganda, yaitu sebagai pengajar dan sebagai pendidik. Sebagai
pengajar guru hendaknya mampu menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak
didik, sedangkan sebagai pendidik guru diharapkan dapat membimbing dan membina anak
didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri (Deden, 2011).
Namun demikian, untuk mengetahui keterlaksanaan tugas guru tersebut, diperlukan penilaian
kinerja dengan kriteria-kriteria penilaian yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Problematika Pengembangan Profesinalisasi Guru


1. Kurangnya minat guru untuk meneliti.
Banyak guru yang malas untuk meneliti di kelasnya sendiri. Banyak guru yang
terjebak dalam rutinitas kerja sehingga potensi banyak guru yang tidak melakukan
evaluasi/meneliti di dalam kelas. Biasanya para guru akan sibuk meneliti bila mereka mau
naik pangkat saja. Karenanya guru harus diberikan bekal agar dapat melakukan sendiri
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan memperbaiki kualitas pembelajarannya di
sekolah.

2. Masalah kesejahteraan.
Guru sekarang masih banyak yang belum sejahtera. Banyak guru yang tak bertambah
pengetahuannya karena tak sanggup membeli buku. Untuk biaya hidupnya saja mereka sudah
kembang kempis apalagi memiliki buku. Banyak pula guru yang tak sanggup menyekolahkan
anaknya hingga ke perguruan tinggi, karena kecilnya penghasilan yang didapatnya setiap
bulan. Dengan adanya sertifikasi guru dalam jabatan, semoga kesejahteraan guru ini dapat
terwujud.

3. Kurang kreatifnya guru dalam membuat alat peraga dan media pembelajaran.
Profesionalitas guru dalam menciptakan proses pendidikan persekolahan yang
bermutu merupakan prasyarat terwujudnya sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif
dan mandiri di masa datang. Oleh karena itu diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan
kontinyu bagi peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional guru.

4. Kepribadian dan dedikasi


Setiap guru memilki kepribadian masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka
miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian
sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, yang hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan,
ucapan, cara berpakaian dalam menghadapi setiap persoalan.
5. Kemampuan mengajar
Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan kemampuan
merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran,
memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan siswa,
mengamati kelas, dan mengevaluasi hasil belajar. Kompetensi guru adalah kemampuan atau
kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Titik tekannya adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran bukanlah apa yang harus dipelajari, guru dituntut mampu
menciptakan dan menggunakan keadaan positif untuk membawa mereka ke dalam
pembelajaran agar anak dapat mengembangkan kompetensinya.

6. Antar hubungan dan komunikasi


Pentingnya komunikasi bagi organisasi tidak dapat dipungkiri, adanya komunikasi
yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula
sebaliknya. Misalnya kepala sekolah tidak menginformasikan kepada guru-guru mengenai
kapan sekolah dimulai sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak datang mengajar.

7. Hubungan dengan masyarakat


Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab
keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi mandat
untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya dimasa depan,
sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Manfaat hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru
melalui peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi dan proses saling memberi dan
saling menerima serta membuat instropeksi sekolah dan guru menjadi giat. Setiap aktivitas
guru dapat diketahui oleh masyarakat sehingga guru akan berupaya menampilkan kinerja
yang lebih baik.
8. Kedisiplinan
Kedisiplinan yang baik ditunjukkan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
akan memperlancar pekerjaan guru dan memberikan perubahan dalam kinerja guru ke arah
yang lebih baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Kondisi bukan saja berpengaruh pada
pribadi guru itu sendiri dan tuganya akan tetapi akan berimbas pada komponen lain sebagai
suatu cerminan dan acuan dalam menjalankan tugas dengan baik dan menghasilkan hasil
yang memuaskan.

B. Faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru


1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh
banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada.
2. Belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju.
4. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri.

C. Bentuk-Bentuk Peningkatan Profesional Guru


Pekerjaan profesional membutuhkan pendidikan akademik tinggi dan sekaligus
menyiaratkan pendidikan profesional. Misalnya, profesi dokter membutuhkan pendidikan
akademik sebagai sarjana kedokteran. Demikian pula dalam bidang pendidikan. Setelah
seseorang mencapai sarjana pendidikan, untuk mendapatkan sebutan profesi guru
seharusnya melalui pendidikan profesi.
Bentuk-bentuk peningkatan profesionalisme guru meliputi:
1. Peningkatan profesi melalui siaran radio pendidikan
2. Penataran tertulis dan tatap muka
3. Peningkatan profesi melalui belajar mandiri
4. Pembinaan profesi melalui jurnal dan majalah
5. Pembinaan profesi melalui organisasi profesi
D. Upaya Peningkatan Ptrofesionalisme Guru
1. Meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga
pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaaan Diploma
II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru
SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut
secara entropi kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan.
2. Program sertifikasi.
3. Meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG
(Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru yang
profesional adalah guru yang kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan
kemampuan tinggi. Akan tetapi sering muncul problematika-problematika pengembangan
profesi guru.
Problematika pengembangan profesionalisasi guru dapat dilihat dari kurangnya minat
guru untuk meneliti, guru sekarang masih banyak yang belum sejahtera, kurang kreatifnya
guru dalam membuat alat peraga dan media pembelajaran.
Faktor-faktor penyebab rendahnya profesionalisme guru ada lima antara lain:masih
banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh, belum adanya standar profesional
guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju, kurangnya motivasi guru dalam
meningkatkan kualitas diri.

Meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi
tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi.
Program sertifikasi
Meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG
(Kelompok Kerja Guru)

B. Saran
Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri sebagai calon guru dalam menunjukan sikap
yang profesional.
Guru harus menunjukkan upaya untuk meningkatkan keprofesionalismenya.
Guru hendaknya menciptakan hubungan yang harmonis serta dapat meningkatkan
kualitas profesinya.

Anda mungkin juga menyukai