Anda di halaman 1dari 5

Seminar Tahunan Linguistik 2016

PEMBINGKAIAN WACANA LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER) PADA


PORTAL BERITA KOMPAS.COM DAN REPUBLIKA.CO.ID

Dede Fatinova dan Aceng Ruhendi Saifullah


Universitas Pendidikan Indonesia
dedefatinova@student.upi.edu; aruhendisaifullah@gmail.com

Abstrak
LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) akhir-akhir ini tengah menjadi isu yang aktual secara
global. Namun dalam konteks Indonesia isu tersebut cenderung kontroversial. Keberadaan LGBT cenderung
dipandang sebagai sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan agama. Analisis ini berusaha
untuk mendeskripsikan bagaimana wacana LGBT dibingkai dalam pemberitaan portal media online
kompas.com dan republika.co.id serta bagaimana media tersebut menyampaikan sebuah peristiwa kepada
publik. Analisis ini menggunakan pendekatan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
yang menyatakan bahwa strategi penggunaan kata, kalimat, lead, hubungan antarkalimat, foto, dan grafik,
merupakan beberapa bagian dari strategi yang dipergunakan oleh wartawan untuk memunculkan
pemaknaan dan interpretasi terhadap suatu peristiwa yang kemudian dapat dipahami oleh masyarakat. Hasil
penelitian menunjukkan pembingkaian yang dilakukan kompas.com mengenai wacana LGBT adalah bahwa
hal tersebut bukanlah sesuatu yang harus dibesar-besarkan karena setiap individu memiliki hak-nya masing-
masing serta masyarakat diharapkan untuk berhenti bersikap diskriminatif terhadap kaum LGBT, dengan ini
kompas menunjukkan sisi toleransi terhadap LGBT dan cenderung menempatkan kaum LGBT sebagai
korban. Disisi lain framing yang dilakukan oleh republika.co.id terkait wacana LGBT cenderung
menempatkan LGBT sebagai tersangka yaitu di mana LGBT sangat berpotensi merubah bahkan merusak
tatanan yang ada di masyarakat, republika.co.id menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM)
dimanfaatkan kaum LGBT sebagai tameng untuk membenarkan perilaku menyimpang mereka, Meskipun
begitu, baik kompas maupun republika pada dasarnya memang berupaya mencegah penyebaran LGBT, akan
tetapi kompas memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menanggapi kasus ini. Terdapat perbedaan yang
kontras dalam pembingkaian yang dilakukan oleh portal berita kompas.com dan republika.co.id terhadap
wacana yang sama yaitu LGBT. Kompas.com lebih menekankan unsur what (apa) yang merujuk pada apa
yang selama ini dialami LGBT sedangkan republika.co.id lebih menekankan unsur why (mengapa) yang
merujuk pada alasan mengapa keberadaan LGBT harus ditolak. Perbedaan pemberitaan ini menunjukkan
bahwa isu LGBT masih sangat kontroversial di masyarakat Indonesia yang memang masih tetap memegang
teguh nilai-nilai budaya dan agama yang ada.
Kata kunci: Framing, Struktur Sintaksis, Skrip, Struktur Tematik, Struktur Retoris

PENDAHULUAN
Tanggal 26 Juni 2015 keputusan bersejarah telah dibuat oleh Mahkamah Agung (MA) Amerika
Serikat, yaitu legalnya pernikahan sejenis di 50 negara bagian. Keberadaan kaum LGBT di tengah-tengah
masyarakat menuai kontroversi. Hal ini dikarenakan kaum LGBT sebagai kaum minoritas dinilai memiliki
penyimpangan orientasi seksual. Pro dan kontra mengenai LGBT pun terus bermunculan. Beberapa aktivis,
kritikus, maupun netizen saling beradu pendapat, sebagian beranggapan bahwa kaum LGBT sering kali
mendapatkan perlakuan diskriminatif dari masyarakat juga mengatakan bahwa LGBT bukanlah sebuah
penyakit ataupun penyimpangan orientasi seksual, sebagian menyakini bahwa LGBT adalah sebuah penyakit
dan pengidapnya adalah seorang pasien yang harus segera menerima pengobatan, LGBT merupakan bahaya
laten dan memiliki dampak yang sangat buruk bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Jika LGBT
menggunakan HAM sebagai alat untuk membenarkan tindakannya, maka masyarakat yang menolak
keberadaan LGBT pun memiliki HAM untuk menolak secara penuh keberadaan LGBT yang memang
bertentangan dengan nilai agama dan budaya yang ada di Indonesia.
Sebuah kasus yang memiliki daya tarik besar sudah pasti akan menarik minat dari media massa untuk
memberitakannya. Semakin besar tingkatan kasus maka daya tarik media untuk memberitakannya semakin
Seminar Tahunan Linguistik 2016

tinggi. Bagi media keberadaan news value pada suatu kasus ibarat emas pada sebuah tambang yang selalu
dicari dan diperebutkan.
Kasus LGBT memiliki jangkauan dan daya tarik dengan skala nasional bahkan internasional.
Keterkaitan antara agama, budaya, dan hak asasi manusia menjadi magnitude yang menggiring beragam opini,
ide, dan gagasan. Media akan mengkonstruksi peristiwa tersebut menjadi lebih bermakna sebagai wujud
penunjukkan sikap, keberpihakan atau vested interest yang ada dibalik pemberitaan media.
Kompas.com dan Republik.co.id adalah dua portal berita nasional yang tidak hanya memiliki
jangkauan luas tetapi juga memiliki beragam kepentingan ekonomi, politik dan ideologi yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana Kompas.com dan Republika.co.id
mengemas dan membingkai wacana LGBT (Lesbian, gay, biseksual, dan transgender).

TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN


Konsep Analisis Framing
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana
realitas dibingkai oleh media melalui proses konstruksi, dimana realitas sosial akan dimaknai sesuai
konstruksi tertentu dan peristiwa akan dipahami sesuai dengan bentukan tertentu. Analisis framing digunakan
untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan sebuah fakta dengan cara
mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik,
lebih berarti atau lebih diingat, yang bertujuan untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektif para
wartawan penulis berita. Analisis Framing merupakan analisis kritis yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana isi sebuah peristiwa dibingkai, yaitu bagaimana isi berita tersebut ditampilkan kepada masyarakat
(Huckin, dalam Paltridge, 2006: 187).

Teori Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki


Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol dan menempatkan
informasi lebih daripada yang lain sehingga masyarakat lebih tertuju kepada pesan tersebut. Terdapat dua
konsepsi framing yang dinilai berlainan, disatu sisi framing dipahami sebagai struktur internal di sisi lain
framing dipahami sebagai perangkat yang melekat pada wacana sosial atau politik (Eriyanto, 2012: 291).
Konsep framing menurut Pan dan Kosicki berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, yaitu
bagaimana cara seseorang mengolah suatu informasi yang ditunjukkan dalam struktur tertentu. Elemen-
elemen yang diseleksi dari suatu peristiwa menjadi penting karena berkaitan dengan pembuatan keputusan
sebuah realitas.
Pan dan Kosicki membuat suatu model yang mengintegrasikan secara bersama-sama konsepsi
psikologis dan sosiologis. Psikologis memandang frame semata-mata hanya sebagai persoalan internal
pikiran, sedangkan sosiologis memandang frame sebagai lingkungan sosial yang dikonstruksi seseorang,
itulah dua konsepsi dalam framing yang diusung oleh Pan dan Kosicki. Penggabungan dua konsep ini bisa
dilihat dari bagaimana suatu berita diproduksi dan bagaimana wartawa merekonstruksi suatu peristiwa. Selain
wartawan, ada pihak lain yang akan menginterpretasikan sebuah peristiwa, yaitu, sumber dan masyarakat.
Setiap pihak tersebut menginterpretasi dan mengkonstruksi realitas, yang mana masing-masing penafsiran
akan bergantung dari bagaimana mereka memandang peristiwa tersebut yang kemudian akan berusaha agar
penafsirannya yang paling dominan atau menonjol.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


TEMUAN DATA
Berita yang digunakan sebagai unit analisis adalah berita di Kompas.com edisi 10 Februari 2016 dengan judul
Komnas HAM Desak Negara Beri Perlindungan dan Hak LGBT dan Republika.co.id edisi 18 April 2016
dengan judul DPR: Menentang LGBT Juga Termasuk Hak Asasi .

ANALISIS DAN INTERPRETASI


Pemberitaan LGBT dalam Kompas.com
Dari analisis sintaksis, pandangan kompas tersebut diwujudkan dalam skema atau bagan dalam berita.
Judul berita kompas sudah sangat jelas menunjukkan pandangan kompas. Judul itu melakukan nominalisasi
Seminar Tahunan Linguistik 2016

bahwa seluruh anggota komnas HAM mendesak negara untuk memberi perlindungan dan hak LGBT. Judul
memuat lembaga komnas HAM yang dinominalisasi, bukan nama anggota komnas HAM itu sendiri. Judul
semacam ini membawa pesan tertentu yang ingin disampaikan, yakni LGBT telah mendapatkan perlakuan
diskriminatif dan telah diabaikan oleh negara.
Dalam teks berita ini, kompas mengutip pendapat seorang anggota komnas HAM yang bernama
Muhammad Nurkhoiron. Ia berpendapat bahwa apa yang dialami oleh LGBT merupakan dampak dari
pernyataan pejabat publik yang terus-menerus diekspose oleh media. Ia pun menyatakan bahwa apa yang
dinyatakan oleh pejabat publik terkait LGBT bertentangan dengan Nawacita. Dengan pemakaian judul yang
menyebut Komnas HAM, secara tidak langsung menekankan kepada masyarakat bahwa LGBT telah
mengalami diskriminasi berlebihan yang diakibatkan oleh pernyataan negatif para pejabat negara terkait isu
LGBT, dengan pemakaian komnas HAM mengindikasikan bahwa LGBT merupakan hak individu dan
mengenai hal ini komnas HAM yang paling mengetahui terkait hal tersebut, sedangkan pernyataan para
pejabat publik adalah pernyataan yang tak mendasar. Hal ini mengindikasikan bahwa Komnas HAM lah
yang memiliki otoritas dalam menanggapi isu ini.
Teks berita kompas itu secara umum berisi dua hal; tentang sanggahan kompas atas apa yang
dinyatakan oleh pejabat publik, dan diskriminasi yang diterima kaum LGBT adalah dampak dari pemberitaan
pejabat publik yang terus menerus dikutip oleh media. Hal ini seolah-olah menunjukkan bahwa diskriminasi
dan perlakuan tidak adil dari masyarakat terhadap LGBT bukan dikarenakan oleh apa itu LGBT atau hakikat
sesungguhnya dari LGBT sehingga masyarakat berlaku diskriminatif tapi dikarenakan media dan para
pejabat publik yang perlahan memberi doktrin atau sugesti pada khalayak bahwa LGBT adalah sesuatu yang
negatif. Pemberitaan ini disusun oleh kompas dalam satu skema yang menghasilkan berita negara telah
membuat LGBT terasingkan dan mendapatkan perlakuan diskriminatif. Tiga paragraf awal diisi dengan
tanggapan komnas HAM terkait isu LGBT, diselingi dengan ungkapan yang menyatakan bahwa LGBT
mengalami tindak kekerasan sebanyak satu paragraf, selanjutnya sebanyak tujuh paragraf menjelaskan
mengapa LGBT sebenarnya bukanlah pelanggaran atas negara akan tetapi hak atas setiap individu, kemudian
selebihnya berisi saran komnas HAM untuk masyarakat juga media agar LGBT tidak lagi mendapatkan
perlakuan diskriminatif.
Teks berita kompas memang memuat pendapat pakar yang menilai bahwa LGBT bukanlah
pelanggaran akan tetapi hak asasi manusia. Bahkan pandangan yang tidak setuju dengan itu dengan strategi
wacana tertentu dibuat untuk menekankan seakan-akan pendapat mereka itu tidak benar. Hal ini diamati dari
bagaimana kompas menyusun pernyataan pejabat publik yang langsung direspon oleh komnas HAM bahwa
pernyataan tersebut salah karena sesungguhnya keberadaan kaum LGBT telah diakui negara tepatnya dalam
peraturan Mendagri No. 27/2014 yang memasukkan gay, waria, dan lesbian dalam peraturan tersebut.
Dalam berita ini pun kerap kali kata LGBT diganti menjadi kelompok seksual minoritas sebagai
upaya penekanan bahwa LGBT merupakan kaum minoritas yang dimaksud dalam beberapa peraturan menteri
tentang adanya kaum minoritas di Indonesia. Pemilihan frasa kelompok minoritas seksual pun sebagai
upaya kompas untuk menggiring kognisi masyarakat bahwa ada tiga jenis seksual di Indonesia, laki-laki,
perempuan, dan LGBT.
Pembingkaian wacana LGBT dalam teks juga didukung oleh penekanan-penekanan tertentu dalam
level retoris. Retorika yang banyak dipakai adalah pemakaian klaim-klaim yuridis untuk menekankan bahwa
pandangannya yang paling benar, sementara pandangan pihak lain tidak berdasarkan dan tidak benar.
Pandangan komnas HAM yang menilai LGBT adalah hak setiap individu dilengkapi dengan uraian mengenai
dasar hukum dan klaim yuridis sehingga pendapat itu tampak mempunyai landasan yang kokoh. Muhammad
Nurkhoiron dilekati dengan Komnas HAM yang mengkomunikasikan bahwa yang berpendapat adalah
seseorang yang memiliki otoritas dan ahli dalam sesuatu yang berkaitan dengan HAM.
Kerap digunakan pula kata-kata yang biasa digunakan untuk sesuatu yang merujuk kepada korban,
seperti mengalami kekerasan, mendiskriminasi, memberikan pernyataan negatif, dan melakukan
Seminar Tahunan Linguistik 2016

kekerasan yang semua kata tersebut mengacu kepada LGBT. Pemilihan diksi komunitas dalam
menggambarkan kelompok LGBT adalah sebagai upaya memberikan kesan yang positif terhadap LGBT.

Pemberitaan LGBT dalam Republika.co.id


Dalam republika.co.id frame tampak jelas dari judul berita yang dipakai DPR: Menentang LGBT
juga termasuk hak asasi. Berbeda dengan judul yang dipakai kompas, republika memakai kalimat
Menentang LGBT merupakan hak asasi bukan berikan perlindungan kepada LGBT. Dengan pemakaian
judul seperti itu, republika ingin menekankan bahwa jika seseorang menggunakan HAM sebagai dalih
melegalkan perbuatannya, maka perilaku menentang terhadap LGBT pun merupakan hak asasi manusia. Lead
yang dipakai republika pun menunjukkan dengan jelas frame semacam ini:
Anggota komisi III DPR Hasrul Azwar mengatakan sikap menentang perilaku lesbian, gay,
biseksual, dan transgender (LGBT) juga merupakan hak asasi manusia (HAM) untuk menjalankan
keyakinan dan ajaran agama.
Lead ini secara jelas menunjukkan bahwa jika LGBT memiliki hak atas perlindungan, masyarakat
pun memiliki hak untuk menentang LGBT. Untuk memperjelas kalimat pembuka, lead didukung oleh
pernyataan bahwa masyarakat memiliki hak untuk menjalankan keyakinan dan ajaran agama. Pernyataan ini
menunjukkan bahwa LGBT adalah sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan dan ajaran agama. Dalam
teks berita ini, republika menyatakan bahwa jika sama-sama mengandalkan hak asasi manusia, maka
menentang LGBT pun adalah hak asasi manusia, tidak ada yang berhak melarang masyarakat untuk
menentang keberadaan LGBT. Ia pun berpendapat bahwa LGBT bertentangan dengan dogma agama yang
ada. Komnas HAM sebaiknya berhati-hati dalam menyatakan pendapat yang berkaitan dengan keyakinan dan
ajaran agama.
Pemberitaan ini disusun oleh republika dalam satu skema yang menghasilkan berita bahwa penyataan
yang diungkapkan oleh komnas HAM terkait LGBT akan berdampak buruk terhadap masyarakat juga negara,
maka dari itu sikap menentang LGBT adalah sikap yang benar. Dua paragraf awal diisi dengan tanggapan
DPR atas diskriminasi yang diterima LGBT, kemudian selebihnya berisikan alasan mengapa DPR
membenarkan dan mengijinkan tindakan masyarakat yang menentang LGBT.
Dalam berita ini pun kerap kali kata LGBT diganti menjadi hubungan antar manusia dengan jenis
kelamin yang sama sebagai upaya penekanan bahwa LGBT perilaku menyimpang dimana seseorgang
menyukai orang lain yang memiliki jenis kelamin yang sama. Tentu ini bukanlah sesuatu yang wajar yang
terjadi antar umat manusia, bahkan binatang pun tidak melakukan hal seperti itu.
Pembingkaian wacana LGBT dalam teks juga didukung oleh penekanan-penekanan tertentu dalam
level retoris. Retorika yang banyak dipakai adalah pemakaian klaim-klaim agamis juga berpikir kritis untuk
meyakinkan bahwa pandangannya yang paling benar, sementara pandangan pihak lain tidak benar. Hasrul
Azwar menekankan bahwa menggunakan HAM sebagai dalih membenarkan LGBT tidaklah tepat, dalam
agama ada yang disebut dengan dogma yang tidak bisa ditukar dengan pemahaman apapun.

SIMPULAN

Elemen Kompas.com Republika.co.id

Frame LGBT mendapatkan perlakuan Menentang LGBT adalah Hak


diskriminatif Asasi Manusia

Sintaksis Pendapat komnas HAM yang Pendapat DPR yang memang


menyatakan negara memberikn memiliki pendapat berbeda dengan
perlindungan terhadap kaum LGBT. komnas HAM. Anggota komisi III
Kompas menempatkan pendapat yang DPR menyatakan jika LGBT adalah
menganggap bahwa LGBT sering hak asasi, maka masyarakat pun
mendapatkan kekerasan dan berhak atas menjalankan keyakinan
Seminar Tahunan Linguistik 2016

perlakuan diskriminatif, tidak haya dan agamanya, maka dari itu


dari masyarakat juga dari negara. menentang LGBT tidak berhak
dilarang karena hal tersebut adalah
hak masyarakat.

Skrip Penekanan pada aspek diskriminasi Penekanan bahwa bentuk menentang


yang dialami LGBT. Sedangkan dari LGBT termasuk hak asasi manusia.
sisi sebab sesungguhnya mengapa Juga ditekankan bahwa LGBT
masyarakat mendiskrimasi LGBT merupakan suatu pelanggaran dan
tidak dijelaskan lebih jauh. Penekanan penyimpangan karena tidak sesuai
pada peraturan mendagri No.27/2014 dengan ajaran agama manapun. DPR
juga penekanan pada peraturan bahkan menyindir komnas HAM,
menteri sosial No.28/2012 serta apakah akan mengikuti apa prinsip
mencantumkan program nawacita. HAM atau ajaran agama?
1) Tentang sanggahan kompas 1) LGBT adalah suatu bentuk
Tematis atas apa yang dinyatakan penyimpangan yang
oleh pejabat publik menggunakan HAM sebagai
2) Diskriminasi yang diterima tameng.
kaum LGBT adalah dampak 2) Menentang LGBT
dari pemberitaan pejabat merupakan hak asasi
publik yang terus menerus manusia.
dikutip oleh media 3) Mengapa LGBT dilarang.

Retoris Pemberian label otoritas ke ilmuan Pemakaian klaim agamis dan cara
dari pendapat pakar, memberi bukti berpikir kritis sebagai dasar
dan klaim yuridis (peraturan pembuatan keputusan yang tepat
Mendagri no. 27/ 2014). terkait isu LGBT.

DAFTAR PUSTAKA
Andjani, Made Dwi. 2012. Konstruksi Pemberitaan Media Tentang Negara Islam Indonesia (Analisis
Framing Republika dan Kompas). Jurnal MAKNA, 3 (1): 25-41.
Eriyanto. 2012. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Cetakan ke-2. Yogyakarta: PT.
LKIS.
Herman, Achmad dan Jimmy Nurdiansa. 2010. Analisis framing pemberitaan konflik Israel-Palestina dalam
Harian Kompas dan Radar Sulteng. Jurnal ilmu komunikasi, 8 (2): 154-168.
Metila, Romylyn. A. 2013. A discourse analysis of news headline: Diverse framings for a hostage-taking
event. Asian journal of social sciences & humanities, 2 (2): 71-78.
Paltridge, Brian. 2006. Discourse Analysis: An Introduction. London: Continuum.
Pan, Zhongdang dan Gerald, M. Kosicki. 1993. Framing Analysis: An Approach to New Discourse. Journal
Political Communication, Vol. 10: 55-75.
Rizko, Muhammad Mikal. 2014. Analisis Framing Berita Bencana Lumpur Lapindo Porong Sidoarjo Di Tv
One. eJurnal Ilmu Komunikasi Fisip Unmul, 2 (2): 116-129.
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media. Cetakan ke-6. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

RIWAYAT HIDUP/CURRICULUM VITAE


Nama/Complete Name : Dede Fatinova
Institusi/Institution : Universitas Pendidikan Indonesia (sekarang)
Pendidikan/Education :
Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Padjadjaran (S-1)
Minat Penelitian/Research Interests :
Sosiolinguistik
Analisis Wacana Kritis

Anda mungkin juga menyukai