Anda di halaman 1dari 10

SISTEM PERADILAN INTERNASIONAL

DAN

SENGKETA INTERNASIONAL

Disusun oleh :

XI IPA 1

SMA Negeri 1 Sulang

2017
DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

BAB 2 : PEMBAHASAN ......................................................................... 1


A. Sistem peradilan internasional2
B. Sengketa internasional.

BAB 3 : PENUTUP ....................................................................................


A.Kesimpulan .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diera modern sekarang ini banyak sekali Negara yang melakukan


hubungan dengan Negara lain untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Namun
,belum tentu hubungan antar suatu Negara tersebut akan berjalan dengan lancar.
Adakalanya timbul ketidak serasian yang kemudian menimbulkan sengketa antar
kedua belah pihak. Seperti contohnya, saat wilayah suatu Negara dilanggar oleh
Negara lain seperti wilyah palestina yang ingin dikuasai oleh Israel. Oleh karena
itu perlu dibentuk system peradilan internasional yang berfung si sebagai pengatur
suatu hubungan internasional antara Negara satu dengan Negara yang lain.

Akan tetapi, ada Negara yang menyalahgunakan system peradilan tersebut dan ikut
campur urusan Negara lain. Sebagai contohnya, pada Negara yang ikut
mencampuri urusan dalam negeri Negara lain, sehingga hal ini bias memicu
adanya sengketa antar Negara. Sengketa itu dapat berupa perselisihan antar Negara
yang dipicu karena panyadapan salah satu Negara yang bersengketa,dari situlah
sengketa antara kedua Negara terjadi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa yang dimaksud Sistem Peradilan Internasional?
Apa yang dimaksud Sengketa Internasional ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Peradilan Internasional


Kata sistem dalam kaitannya dengan peradilan internasional adalah unsur-
unsur atau komponen-komponen lembaga peradilan internasional yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan dalam rangka
mencapai keadilan internasional. Komponen-kompenen tersebut terdiri dari
mahkamah internasional, mahkamah pidana internasional dan panel khusus dan
spesial pidana internasional.
1. Mahkamah Internasional
MI adalah organ utama lembaga kehakiman PBB, yang kedudukan di Den
Haag, Belanda.
a) Komposisi Mahkamah Internasional (MI)
Pasal 9 Statuta MI menjelaskan, komposisi MI terdiri dari 15 hakim. Ke-15
calon hakim tersebut direkrut dari warga negara anggota yang dinilai cakap
dibidang hukum internasional, untuk memilih anggota mahkamah dilakukan
pemungutan suara secara independen oleh majelis MU dan Dewan Keamanan
(DK). Biasanya 5 hakim MI berasal dari anggota tetap DK PBB, tugasnya untuk
memeriksa dan memutuskan perkara yang disidangkan baik yang bersifat sengketa
maupun yang bersifat nasihat.
Mahkamah Internasional terdiri dari 15 hakim, dua merangkap ketua dan
wakil ketua, masa jabatan 9 tahun. Anggotanya direkrut dari warga Negara anggota
yang dinilai cakap di bidang hukum internasional. Lima berasal dari Negara
anggota tetap Dewan Keamanan PBB seperti Cina, Rusia, Amerika serikat, Inggris
dan Prancis.

b) Fungsi utama Mahkamah Internasional (MI)

2
Fungsi Mahkamah Internasional: Adalah menyelesaikan kasus-kasus
persengketaan internasional yang subyeknya adalah Negara. Ada 3 kategori
Negara, yaitu:
* Negara anggota PBB, otomatis dapat mengajukan kasusnya ke
Mahkamah Internasional.
* Negara bukan anggota PBB yang menjadi wilayah kerja Mahkamah
intyernasional. Dan yang bukan wilayah kerja Mahkamah Internasional boleh
mengajukan kasusnya ke Mahkamah internasional dengan syarat yang ditentukan
dewan keamanan PBB.
* Negara bukan wilayah kerja (statute) Mahkamah internasional, harus
membuat deklarasi untuk tunduk pada ketentuan Mahjkamah internasional dan
Piagam PBB.

c) Yurisdiksi Mahkamah Internasional


Yuridikasi Mahkamah Internasional : Adalah kewenangan yang dimilki oleh
Mahkamah Internasional yang bersumber pada hokum internasional untuk
meentukan dan menegakkan sebuah aturan hukum. Kewenangan atau Yuridiksi ini
meliputi:
* Memutuskan perkara-perkara pertikaian (Contentious Case).
* Memberikan opini-opini yang bersifat nasehat (Advisory Opinion).
* Yuridikasi menjadi dasar Mahkamah internasional dalam menyelesaikan
sengketa Internasional. Beberapa kemungkinan Cara penerimaan Yuridikasi sbb :
* Perjanjian khusus, dalam mhal ini para pihak yang bersengketa
perjanjian khusus yang berisi subyek sengketa dan pihak yang bersengketa. Contoh
kasus Indonesia degan Malaysia mengenai Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan.
* Penundukan diri dalam perjanjian internasional, Para pihak yang
sengketa menundukkandiri pada perjanjian internasional diantara mereka, bila
terjadi sengketa diantara para peserta perjanjian.
* Pernyataan penundukan diri Negara peserta statute Mahkamah
internasional, mereka tunduk pada Mahkamah internasional, tanpa perlu membuat
perjanjiankhusus.
* Keputusan Mahkamah internasional Mengenai yuriduksinya, bila
terjadi sengketa mengenai yuridikasi Mahkamah Internasional maka sengketa
tersebut diselesaikan dengan keputusan Mahkamah Internasional sendiri.
* Penafsiran Putusan, dilakukan jika dimainta oleh salah satu atau pihak
yang bersengketa. Penapsiran dilakukan dalambentuk perjanjian pihak
bersengketa.

3
* Perbaikan putusan, adanya permintaan dari pihak yang bersengketa
karena adanya fakta baru (novum) yang belum duiketahui oleh Mahkamah
Internasional.

2.2 Mahkamah Pidana Internasional (The International Criminal Court)

MPI adalah Mahkamah Pidana Internasional yang berdiri permanen


berdasarkan traktat multilateral, yang mewujudkan supremasi hukum internasional
yang memastikan bahwa pelaku kejahatan berat internasional di pidana. MPI
disahkan pada tanggal 1 Juli 2002, dan dibentuk berdasarkan Statuta Roma yang
lahir terlebih dahulu pada tanggal 17 Juli 1998. Tiga tahun kemudian, yaitu tanggal
1Juli 2005 Statuta MPI telah diterima dan diratifikasi oleh 99 negara. Sama seperti
MI, MPI berkedudukan di Den Haag, Belanda.
2. Yurisdiksi MPI
Yurisdiksi atau kewenangan yang dimiliki oleh MPI untuk menegakkan
aturan hukum internasional adalah memutus perkara terbatas terhadap perilaku
kejahatan berat oleh warga negara dari negara yang telah meratifikasi statuta
mahkamah.
Pasal 5-8 statuta mahkamah menentukan 4 (empat) jenis kejahatan berat,
yaitu sebagai berikut:
a) Kejahatan genosida (the crime of genocide), yaitu tindakan jahat yang
berupaya untuk memusnahkan keseluruhan atau sebagian dari suatu bangsa, etnik,
ras ataupun kelompok keagamaan tertentu.
b) Kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity), yaitu
tindakan penyerangan yang luas atau sistematis terhadap populasi penduduk sipil
tertentu.
c) Kejahatan perang (war crimes), yaitu
Tindakan berkenaan dengan kejahatan perang, khususnya apabila
dilakukan sebagai bagian dari suatu rencana atau kebijakan atau sebagai bagian
dari suatu pelaksanaan secara besar-besaran dari kejahatan tersebut.
Semua tindakan terhadap manusia atau hak miliknya yang bertentangan dengan
konvesi jenewa.
Kejahatan serius yang melanggar hukum konflik bersenjata internasional (misal
menyerang objek-objek sipil , bukan objek militer, membombardir secara
membabi-buta suatu desa atau penghuni bangunan-bangunan tertentu yang bukan
objek militer).
d) Kejahatan agresi (the crime of aggression), yaitu tindakan kejahatan
yang berkaitan dengan ancaman terhadap perdamaian.
4
2.3 Panel khusus dan spesial pidana inter nasional
Panel khusus pidana internasional (PKPI) dan Panel spesial pidana
internasional (PSPI) adalah lembaga peradilan internasional yang berwenang
mengadili para tersangka kejahatan berat internasional yang bersifat tidak
permanen (ad hoc). Artinya selesai mengadili, peradilan ini dibubarkan.
Dasar pembentukan dan kompsisi penuntut maupun hakim ad hoc ditentukan
berdasarkan resolusi dewan keamanan PBB. Sedangkan yurisdiksi PKPI &
PSPI/ICT & SC menyangkut tindakan kejahatan perang dan genosida tanpa
melihat apakah negara dari si pelaku tersebut sudah meratifikasi statuta ITC atau
belum. Hal ini berbeda dengan ICC yang yurisdiksinya didasarkan pada
kepesertaan negara dalam traktat multirateral tersebut.
Perbedaan antara PKPI dan PSPI terletak pada komposisi penuntut dan
hakim ad hoc-nya. Pada PSPI komposisi penuntut dan hakim ad hoc-nya
merupakan gabungan antara peradilan nasional dan internasional. Sedangkan pada
PKPI komposisi sepenuhnya ditentukan berdasarkan ketentuan peradilan
internasional.

2.4 SENGKETA INTER NASIONAL

1.PENGERTIAN SENGKETA INTERNASIONAL


Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum
internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau
pernyataan suatu pihak ditolak, dituntut balik atau diinkari oleh pihak
lainnya.

5
2. PENYEBAB SENGKETA INTERNASIONAL
Sengketa internasional bukan saja mencakup sengketa sengketa antar negara.
Akan tetapi sengketa internasional dapat mencakup kasus - kasus lain yang berada
dalam lingkup peraturan internasional. Beberapa sengketa internasional itu antara
lain salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian internasional,
perbedaan dan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional, perebutan sumber-
sumber ekonomi pengaruh ekonomi, politik, atau keamanan regional dan
internasional, intervensi terhadap kedaulatan negara lain serta penghinaan terhadap
harga diri bangsa. Masalah-masalah yang menyebabkan sengketa internasional
adalah :

A. Intervensi
Adalah tindkan suatu negara untuk mncampuri urusan negara lain.
Intervensi bertentangan dengan hukum internasional bila :
1. Campur tangan tersebut bertentangan dengan kehendak negara yang
dicampuri,
2. Campur tangan tersebut mengganggu kemerdekaanpolitik negara yang
dicampuri.

B. Penyerahan (ekstradisi)
Adalah penyerahan seseorang yang di tuduh melakukan tindakan pidana atau
sudah dijatuhi hukuman oleh suatu negara, dan bersembunyi atau melarikan diri ke
negara lain untuk dikembalikan ke negara asal. Orang yang dapat diekstradisi
adalah
1. Warga negaranya sendiri
2. Warga negara dari negara yang telah memiliki perjanjian ekstradisi.

C. Suaka (Asylum)
Adalah perlindungan yang diberikan oleh suatu negara kepada warga negara dari
negara lain. Pemberian suaka didasarkan dua kepentingan, yaitu pertimbangan
kemanusiaan dan pertimbangan politik. Pemberian suaka ini biasanya akan
memperburuk hubungan antara negara yang memberikan suaka dengan negara
yang warga negaranya mendapatkan suaka.

D. Hukum Netralitas
Adalah suat sikap negara yang tidak turut berperang dan tidak ikut dalam
permusuhan.

Anda mungkin juga menyukai