Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas emosional dan perilaku yang

menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari. Gangguan kepribadian adalah suatu

varian dari sifat karakter seseorang yang tidak seperti umumnya yang ditemukan pada

sebagian besar orang.1

Gangguan kepribadian yang merupakan pola kronis dari perasaan dan tingkah

laku secara mencolok menyimpang dari kebiasaan dan harapan yang berlaku dalam

kehidupan, baik norma secara kelompok atau pribadi. Mereka yang mengalami

gangguan kepribadian cenderung akan berperilaku kaku, tidak fleksibel, dan

maladaptif, sehingga menyebabkan penderita pada hilangnya fungsi mental seperti

terjadinya perasaan sedih yang bersifat merusak dalam diri penderita.1

Orang tersebut jauh lebih mungkin menolak bantuan psikiatrik dan

menyangkal masalahnya dibandingkan dengan orang yang dengan gangguan

kecemasan, gangguan depresif, atau gangguan obsesif, atau gangguan obsesif-

kompulsif. Mereka dengan gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang

perilaku maladaptifnya, karena orang tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari

apa yang dirasakan oleh masyarakat sebagai gejalanya, mereka sering kali dianggap

sebagai tidak bermotivasi untuk pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan.1

1
Setiap orang mempunyai sifat curiga, sedikit atau banyak. Sifat ini masih

normal jika masih dapat diterima oleh lingkungan sosial individu serta ia sendiri

dan lingkungannya masih tidak merasa terganggu. Ada yang bersifat curiganya

diperbatasan, masih rasional. Akan tetapi asal individu yang sifat curiganya begitu

besar, sudah diluar proporsi dari situasi dan lingkungan (bukan tidak realistik)

sehingga merugikan individu itu sendiri dan masyarakat. Dalam hal ini dapat

dikatakan ia sudah mempunyai gangguan kepribadian paranoid.1

Gangguan kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan

sifat curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain

yang dilihat sebagai seorang aggressor terhadapnya, dimana ia harus

mempertahankan dirinya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk

menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat rasa proyeksi rasa

bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan teman-teman dan

mendapatkan banyak musuh.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan kepribadian paranoid adalah suatu kondisi kesehatan mental

dimana seseorang memiliki pola jangka panjang ketidakpercayaan dan kecurigaan

terhadap orang lain, tetapi tidak memiliki latar belakang psikotik gangguan seperti

skizofrenia.2

Menurut W.F. Maramis dalam bukunya Catatan Kedokteran Jiwa

Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang

menonjol, orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain yang dilihatnya

dianggap sebagai agresor terhadapnya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh

untuk menahan diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat dari proyeksi rasa

bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan banyak teman dan

mendapatkan banyak musuh.1

Terdapat banyak jenis gangguan kepribadian yang dapat menyerang mental

seseorang, salah satunya adalah gangguan kepribadian paranoid, yang mana

berbentuk kesalahan dalam mengartikan perilaku orang lain sebagai suatu hal yang

bertujuan menyerang atau merendahkan dirinya. Gangguan biasa muncul pada masa

dewasa awal yang mana merupakan manifestasi dari rasa tidak percaya dan

kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain sehingga menghasilkan

3
kesalahpahaman atas tindakan orang lain sebagai sesuatu yang akan merugikan

dirinya.3

Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki

kemampuan untuk menyatakan perasaaan negatif yang mereka miliki terhadap orang

lain, selain itu mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan dengan dunia

nyata, dengan kata lain berada dalam kesadaran saat mengalami kecurigaan yang

mereka alami walau secara berlebihan. Penderita akan merasa sangat tidak nyaman

untuk berada bersama orang lain, walaupun di dalam lingkungan tersebut merupakan

lingkungan yang hangat dan ramah. Dimana dan bersama siapa saja mereka akan

memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati dan dimanfaatkan oleh orang lain.3

2.2 Epidemiologi

Prevalensi dari gangguan kepribadian paranoid telah dilaporkan 0,5% - 2,5%

pada populasi umum, 10% - 30% pada mereka yang rawat inap pada bagian kejiwaan,

dan 2% - 10% pada mereka yang rawat jalan pada bagian kejiwaan.2

2.3 Etiologi

Penyebab gangguan kepribadian paranoid tidak diketahui. Gangguan ini

tampaknya lebih umum dalam keluarga dengan gangguan psikotik seperti skizofrenia

dan gangguan delusi. Hal ini menunjukkan gen mungkin terlibat. Faktor-faktor

lingkungan mungkin memainkan peran juga. Kondisi ini tampaknya lebih sering

terjadi pada pria.1

4
Faktor Genetika

Bukti yang terbaik bahwa faktor genetika berperan terhadap timbulnya

gangguan kepribadian berasal dari penelitian gangguan psikiatri pada 15.000

pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka

kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi

dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu, menurut satu penelitian tentang

penilaian multiple kepribadian temperamen, minat okupasional dan waktu luang,

dan sikap sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira

sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.4

Faktor Temperamental

Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin

berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Sebagai contoh,

anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami gangguan

kepribadian menghindar. Gangguan kepribadian tertentu mungkin berasal dari

kesesuaian parental yang buruk yaitu ketidaksesuaian antara temperamen dan

caraa membesarkan anak. Sebagai contoh, seorang anak pencemas dibesarkan oleh

ibu yang pencemas.4

Faktor Biologis

Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsif sering kali juga

menunjukkan peningkatan kadar testosteron, 17 estradiol, dan estrone.

5
Neurotransmitter dan endorfin memiliki efek yang serupa dengan morfin eksogen,

termasuk analgesia dan supresi rangsangan.4

Faktor Psikoanalitik

Sigmund Freud pada awalnya menyatakan bahwa sifat kepribadian adalah

berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual.

Sebagai contoh, suatu karakter oral adalah pasif dan dependen karena terfiksasi

pada stadium oral, dimana ketergantungan pada orang lain untuk asupan makanan

adalah menonjol. Karakter anal adalah keras kepala, kikir, dan sangat teliti karena

perjuangan di sekitar latihan toilet selama periode anal.4

2.4 Gambaran Klinis

Orang dengan kepribadian paranoid memiliki cenderung umum yaitu suka

melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, menolak sifat-sifat orang lain yang

tidak suka melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, menolak sifat-sifat orang

lain yang tidak memenuhi ukuran yang telah dibuatnya sendiri. Untuk

mempertahankan rasa harga dirinya, ia membuat keterangan yang tidak masuk akal

tentang kesalahan-kesalahannya, tetapi yang memuaskan emosinya sendiri.5

Beberapa gejala yang ditunjukan dalam gangguan kepribadian paranoid antara

lain adalah :5

1. Kecurigaan yang sangat berlebihan.

6
2. Meyakini akan adanya motif-motif tersembunyi dari orang lain.

3. Merasa akan dimanfaatkan atau dikhianati oleh orang lain.

4. Ketidakmampuan dalam melakukan kerjasama dengan orang lain.

5. Isolasi sosial.

6. Gambaran yang buruk mengenai diri sendiri.

7. Sikap tidak terpengaruh.

8. Rasa permusuhan.

9. Secara terus menerus menanggung dendam yaitu dengan tidak memaafkan

kerugian, cedera atau kelalaian.

10. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi

orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah dan balas menyerang.

11. Kurang memiliki rasa humor.

2.5 Diagnosis

Pedoman diagnostic menurut PPDGJ-III

Gangguan kepribadian paranoid merupakan gangguan kepribadian dengan

ciri-ciri:

a. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan

b. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk

memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil

7
c. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman

dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai

suatu sikap permusuhan atau penghinaan

d. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi

yang ada (actual situation)

e. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification)

f. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang

bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri ( self referential

attitude)

g. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yanng bersekongkol dan tidak substansif

dari suatu peristiwa baik, yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada

umumnya.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

2.6 Diagnosis Banding

Gangguan delusional, waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan

kepribadian paranoid.

Skizofrenia paranoid, halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan pada

gangguan kepribadian paranoid.

Gangguan kepribadian ambang, pasien paranoid jarang mampu terlibat secara

berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien

8
ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat

perilaku antisosial.2

2.7 Terapi

Bila diminta bantuan untuk orang gangguan kepribadian paranoid, maka

dalam bimbingan dititik beratkan pada pengalaman subjektifnya dalam interaksi

dengan dokter dan jangan sering membantah kecurigaannya.1

Psikoterapi

Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu

ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat

bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien.4

Farmakoterapi

Farmakoterapi adalah berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan.

Pada sebagian besar kasus suatu obat antiansietas seperti diazepam (valium)

adalah memadai. Tetapi mungkin perlu untuk menggunakan suatu antipsikotik,

seperti thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan

dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat

delusional. Obat antipsikotik pimozide (Orap) telah digunakan secara berhasil

menurunkan gangguan paranoid pada bebarapa pasien.4

9
2.8 Prognosis

Hasil biasanya tergantung pada apakah orang itu mau menerima bantuan.

Terapi bicara dan obat kadang-kadang dapat mengurangi paranoid dan membatasi

dampaknya pada fungsi sehari-hari seseorang.1

10
BAB III

KESIMPULAN

1. Gangguan kepribadian paranoid adalah suatu kondisi kesehatan mental dimana

seseorang memiliki pola jangka panjang ketidakpercayaan dan kecurigaan

terhadap orang lain, tetapi tidak memiliki latar belakang psikotik gangguan seperti

skizofrenia.

2. Gejala inti gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan umum orang

lain. Komentar dan tindakan bahwa orang sehat tidak akan memperhatikan tampil

sebagai penuh penghinaan dan ancaman terhadap seseorang dengan gangguan

tersebut.

3. Untuk menegakkan diagnosa dari gangguan kepribadian paranoid berdasarkan

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III.

4. Adapun terapi yang bisa diberikan pada pasien gangguan kepribadian paranoid

dengan psikoterapi dan farmakoterapi dengan antipsikosis.

11

Anda mungkin juga menyukai