Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Bali identik dengan pura dan umat Hindunya. Sekitar 97% penduduk Bali
memeluk agama Hindu. Sisanya penganut agama selain Hindu, antara lain adalah
Islam, bhuda, dan kristen. Tidak sedikit mesjid yang letaknya berdampingan dengan
pura, gereja, ataupun wihara. Walaupun demikian, kerukunan antar umat beragama
tetap terjalin baik di Bali. Toleransi antar umat beragama di Bali tergolong tinggi.
Sangat jarang terdengar adanya bentrok antar agama di Pulau Dewata ini. Semua
masyarakatnya hidup dengan damai walaupun memiliki adat daerah yang berbeda-
beda. Seandainya toleransi ini tercipta di seluruh daerah di Indonesia, bisa
dibayangkan kedamaian bangsa kita. Bali dengan mayoritas umat Hindunya akan
tetap menjaga kerukunan dan toleransi antar umat beragama.
Dalam ajaran Hindu ada asas Tat Twam Asi yang berarti aku adalah kamu dan
kamu adalah aku. Masyarakat Hindu tetap menghormati umat Muslim yang sedang
berpuasa. Tidak hanya umat Hindu, masyarakat Bali yang beragama Kristen, Katolik,
maupun Budha juga menghormati umat Muslim yang berpuasa. Begitupun
sebaliknya, masyarakat Muslim, kristen, katolik dan bhuda juga menghormati
pemeluk agama Hindu yang menjalankan hari raya nyepi. Dalam pelaksanaan hari
raya Nyepi di Bali himbauan tidak hanya diberikan kepada pemeluk agama lain, tetapi
juga kepada para wisatawan asing yang sedang berlibur di Bali. Untuk membuat
kondisi hari raya Nyepi yang kondusif, biasanya semua tempat umum, tempat
hiburan, lembaga pemerintahan, masjid, gereja, wihara, pelabuhan dan bandara udara
ditutup selama satu hari penuh. Agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial antar
umat beragama, maka diperlukan sosialisasi kepada masyarakat selain yang beragama
hindu. Dalam hal ini, peran para pemuka agama sangat diperlukan.
Rasa toleransi yang dimaksud adalah bagaimana umat beragama yang lain dan
wisatawan asing dapat menghormati dan saling menghargai proses atau rentetan
upacara menjelang bahkan setelah hari raya Nyepi berlangsung. Mulai dari melasti
hingga upacara ngembak geni, contoh kecil yang perlu diperhatikan adalah
menghormati catur brata penyepian yang dilaksanakan umat hindu saat hari raya
nyepi. Selain itu dianjurkan agar menjaga keamanan dan ketertiban saat pelaksaan
hari raya nyepi berlangsung.

1
Oleh sebab itu, kelancaraan pelaksanaan hari raya Nyepi tidak dapat berjalan
dengan kondusif tanpa bantuan dari semua pihak dan aspek-aspek yang terkait. Pihak
yaang dimaksud adalah umat agama Hindu, umat agama lain, wisatawan domestik
maupun asing dan tokoh-tokoh atau pemuka agama yang ada di Bali.

b. Rumusan masalah
1. Bagaimana interaksi dan toleransi umat beragama pada saat pelaksanaan hari raya
besar khususnya hari raya Nyepi di kawasan Sanur.
2. Bagaimana upaya umat Hindu dalam memberi pemahaman kepada umat
beragama lain dan warga negara asing untuk ikut serta menghormati pelaksanaan
hari raya Nyepi di Bali khususnya di daerah Sanur.

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui interaksi dan toleransi umat beragama pada saat pelaksanaan
hari raya Nyepi di Bali khususnya daerah Sanur.
2. Agar terciptanya rasa saling menghormati antar umat beragama dalam
pelaksanaan hari raya Nyepi di Bali khususnya daerah Sanur.

d. Manfaat
Agar terciptanya rasa saling toleransi antar umat beragama. Di mana rasa toleransi
yang dimaksud adalah bagaimana umat beragama yang lain dan wisatawan dapat
menghormati dan saling menghargai proses atau rentetan upacara menjelang bahkan
setelah hari raya Nyepi berlangsung.

2
II. PEMBAHASAN

Hari Raya Nyepi salah satu hari raya besar umat Hindu di Bali, filsafat (tattwa) dan
susila (etika) yang menjadi acuan semua upacara hari raya Hindu di Bali. Nilai-nilai budaya
Hindu yang diakui di dalam upacara yadnya termasuk upacara yadnya pada hari raya Nyepi
meruapakan suatu kekuatan spiritual yang dapat membentuk jati diri umat, sebagai wahana
pengendalian diri dan dapat sebagai penguat integrasi umat manusia dalam arti yang sangat
universal. Hari raya Nyepi sebagai hari raya umat Hindu yang merupakan puncak identitas
umat Hindu karena hari raya suci ini satu-satunya yang diakui sebagai hari libur Nasional
yang dimulai tahun 1983.

Hari raya Nyepi jatuh dalam satu tahun sekali tepatnya pada tahun baru saka. Pada
saat itu matahari menuju garis lintang utara, saat Uttarayana yang disebut juga Devayana
yakin waktu yang baik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut lontar Sang Hyang Aji Swamandala yang menyatakan bahwa, tawur
(upacara) Bhuta Yadnya atau Tawur Kesanga sebaiknya diadakan saat tilem bulan Chaitra
(Tilem Kesanga) sehari sebelum hari raya Nyepi diadakan.

Adapun empat pedoman yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan oleh umat
Hindu pada saat hari raya Nyepi sebagai wujud pengendalian diri dan mawas diri (Catur
Berata Penyepian) antara lain :

a. Amati Geni yang memiliki makna ganda yaitu, tidak melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan menghidupkan api. Disamping itu juga upaya untuk
mengendalikan sikap prilaku agar tidak dipengaruhi oleh api amarah (kroda) dan
serakah (loba).

b. Amati Lelanguan adalah kegiatan seseorang untuk mulat sarira atau mawas diri
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan berfoya-foya dan juga bersenang-
senang.

c. Amati Karya bermakna ganda yang artinya tidak bekerja dan dimaknai sebagai
kesempatan untuk mengevaluasi kerja kita apakah aktivitas kerja kita itu sudah
berlandaskan Dharma atau sebaliknya.

3
d. Amati Lelungaan merupakan salah satu dari empat berata penyepian yang
berfungsi sebagai evaluasi diri dan sebagai sumber pengendalian diri. Amati
Lelungan berarti menghentikan bepergian keluar rumah, maka pada saat hari raya
Nyepi jalan raya sangat sepi.

Menurut tradisi yang berlaku di Bali tata urut upacara Nyepi diawali dengan melasti
ke segara (laut), Ida Bhatara melinggih di bale agung (Pura Desa) selanjutnya dilangsungkan
upacara Bhuta Yadnya (Tawur Kesanga), Nyepi, dan sehari setelah hari raya Nyepi disebut
Ngembak Geni.

Adapun tujuan dilaksanakan hari raya Nyepi dapat dilihat dari berbagai aspek-aspek
sebagai berikut:

1. Aspek Religius
Merupakan suatu proses penyucian Bhuana Agung dan Bhuana Alit untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin (Jagadhita dan Moksa)
2. Membiasakan diri untuk melakukan tapa yoga dan semadi bagi masing-masing
pribadi umat, ini bertujuan sebagai evaluasi perbuatan dan pengendalian diri.
3. Aspek Sosial
Sebagai integrasi umat yang dapat terlihat pada saat ngiring Ida Bhatara dari Pura
masing-masing menuju ke segara untuk proses Melasti.

Toleransi berasal dari kata Tolerare yang berasal dari bahasa latin yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap
atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai
atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.

Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-
kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat
mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Jadi toleransi antar umat beragama berarti
suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk
menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.

4
Hubungan hari raya Nyepi dengan toleransi tidak bisa dipisahkan dimana dalam
pelaksanaan hari raya Nyepi peranan sikap toleransi antarumat beragama sangat diperlukan
agar terciptanya suasana yang aman , dan tentram (kondusif). Misalnya pada saat pelaksanaan
hari raya Nyepi tahun saka 1934 yang bertepatan pada hari jumat, dimana saat itu umat
Muslim melaksanakan ibadah sholat jumat dan pada saat itu umat Muslim bersedia untuk
menghormati pelaksanaan hari raya Nyepi dengan tidak mengumandangkan Adzan. Selain
itu, pihak hotel juga menghimbau tamu-tamu yang menginap untuk tidak bepergian ke luar
hotel seperti salah satu pedoman umat Hindu dalam Catur Berata Penyepian yaitu Amati
Lelungaan, dengan cara mengadakan sosialisasi saat tamu check in kurang lebih 1 minggu
sebelum hari raya Nyepi untuk menyampaikan aturan-aturan yang harus dipatuhi pada saat
pelaksanaan hari raya Nyepi atau jika tidak ada waktu sosialsasi dilakukan oleh pihak hotel,
dengan cara mendatangi setiap kamar hotel para tamu, dengan tujuan agar lebih sopan dan
tau pu akan lebih memahami dan menghormati tradisi kita. Sehingga dari dua kejadian
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa toleransi dan saling menghormati antar umat
beragama, dengan tujuan menciptakan kehidupan yang rukun dan harmonis.

Realitas yang ada di kehidupan sekarang pada saat hari raya nyepi adalah seperti
konsep ruwa bineda selalu akan ada dua hal yang saling bertentangan, begitu juga halnya saat
pelaksanaan hari raya nyepi ini. Berikut ini merupakan penjelasan realita yang selalu ada
mengenai keuntungan dan kerugian yang terjadi setiap pelaksanaan hari raya nyepi.

Keuntungan yang dapat kita rasakan secara bersama-sama dari umat Hindu dan umat
beragama lain saat pelaksanaan hari raya nyepi adalah:

1. Berkurangnya polusi yang diakibatkan aktivitas kita sehari-hari, hal ini


disebabkan karenan terhentinya seluruh aktivitas yang ada di bali selama 1 hari
penuh.
2. Masyarakt Bali secara tidak langsung mendukung kegiatan anti global warming.
3. Masyarakat Bali juga berperan dalam penghematan pasokan listrik dan bbm untuk
kawasan bali dan indonesia.
4. Bali secara umum mendapatkan keuntungan devisa dari wisatawan yang datang ke
Bali untuk menyaksikan rangkaian upacara peringatan hari raya nyepi mulai dari
melasti dan pengerupukan yang hanya terjadi setahun sekali.
5. Pada saat pelaksanaan hari raya nyepi secara tidak langsung dapat mengurangi
tindakan kriminalitas yang ada di Bali.
5
6. Di tutupnya tempat-tempat hiburan malam yang ada di Bali.

Sedangkan kekurangan atau kejadian-kejadian menyimpang yang ditemui saat


pelaksanaan hari raya nyepi adalah sebagai berikut:

1. Pada saat hari raya Nyepi, hotel, perusahaan, restoran dan tempat hiburan
mengalami kerugian.
2. Masyarakat yang non Hindu tidak dapat melaksanakan aktivitas seperti biasa.
3. Sedikit menghabat perjalanan jika ada warga yang harus dirujuk ke rumah sakit.
4. Masih ada sebagian dari umat Hindu yang melanggar Catur Barata Penyepian.

III. PENUTUP
KESIMPULAN

Dengan sikap saling toleransi dan saling menghargai antar umat beragama pada saat
hari raya Nyepi, diharapkan akan terciptanya suasana yang aman, tentram, harmonis, dan
kondusif. Sikap toleransi tersebut bukan hanya antar umat beragama, para wisatawan di Bali,
tetapi juga dari seluruh elemen masyarakat yang ada di Bali. Dari sikap seperti ini diharpakan
tidak hanya terjadi di Bali tetapi di seluruh wilayah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai