PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengetahui tentang perdarahan post partum retensio plasenta cara
mendiagnosis serta penatalaksanaannya.
BAB 2
1
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Minggu, 18 September
2016 pukul 12.49 wita di ruang VK Mawar RSUD AW. Sjahranie Samarinda.
Anamnesis:
Identitas pasien:
Nama : Ny. ID
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan toko
Suku : Banjar
Alamat : Jl. Sultan Sulaiman, Sambutan
Masuk RS (MRS) :Hari Minggu, 18 September 2016 pukul 12.49
WITA
Identitas suami:
Nama : Tn. MA
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku : Banjar
Alamat : Jl. Sultan Sulaiman, Sambutan
Keluhan Utama:
Plasenta tidak keluar selama 3 jam setelah melahirkan
2
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi
dan penyakit jantung.
Riwayat Haid:
- Menarche usia 11 tahun
- Siklus teratur setiap 28 hari
- Lama haid 7 hari
- Hari Pertama Haid Terakhir : 18 Desember 2015
- Taksiran Persalinan : 25 September 2016
Riwayat Perkawinan:
Pernikahan pertama. Menikah pada usia 23 tahun. Lama menikah dengan
suami sekarang 5 tahun
Riwayat Obstetrik:
Jenis
Keadaan
Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Kelamin/
No Penyulit anak
partus Partus kehamilan Persalinan Persalinan Berat
Sekarang
Badan
1. 2016 Hamil ini
Kontrasepsi:
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
Pemeriksaan fisik:
1. Berat badan 55 kg, tinggi badan 155 cm
3
2. Keadaan Umum : Sedang
3. Kesadaran : Komposmentis, GCS : E4V5M6
4. Tanda vital:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/menit
Frekuensi napas : 22 x/menit
Suhu : 36,2C
5. Status generalis:
Kepala : normochepali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax:
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)
6. Ekstremitas : Atas: akral hangat
Bawah: edema tungkai (-/-), varices (-/-), refleks patella
(+/+)
Pemeriksaan Tambahan:
Laboratorium
- Hb : 11,5 gr/dl
- Leukosit : 23.800/mm3
- HCT : 35,3 %
- Trombosit : 366.000 / mm3
- Gula darah sewaktu (GDS) : 68 mg/dl
- Ureum : 20 gr/dl
- Creatinin : 0,5 gr/dl
- BT : 3
- CT : 9
- HbsAg : Non Reaktif
- HIV : Non Reaktif
4
- Protein : -
Diagnosis kerja:
P1A0 + Retensio Plasenta
Penatalaksanaan IGD :
IVFD RL 20 tpm
Penatalaksanaan VK :
Menilai perdarahan tidak aktif
Memasang infus RL + oxytocin drip 2 ampul 20 tpm
Memasang DC
Lapor Sp.OG, anjuran :
- Mengobservasi KU dan TTV
KU : Sedang
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,2oC
- Melakukan injeksi antibiotik
Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gr IV
- Melanjutkan drip oxytocin
- PuAsakan untuk persiapan tindakan kuret
- Melaporkan hasil pemeriksaan
Follow up:
No Tanggal Follow up Lab
1. 18-09-2016 Menerima pasien baru masuk dari IGD,
12.49 WITA dengan diagnosis P1A0 + retensio plasenta
KU : Sedang
5
Kesadaran : Komposmentis
TD: 110/70 mmHg
Tatalaksana di IGD:
- IVFD RL 20 tpm
Tatalaksana di VK :
Menilai perdarahan tidak aktif
Memasang infus RL + oxytocin drip 2 ampul
20 tpm
Memasang DC
Lapor dr.Sp.OG:
- Mengobservasi KU dan TTV
KU : Sedang
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,2oC
- Melakukan injeksi antibiotik
Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gr IV
- Melanjutkan drip oxytocin
- Pusakan untuk persiapan tindakan
kuret
- Melaporkan hasil pemeriksaan
2 14.10 WITA Menerima hasil pemeriksaan lab - Hb : 11,5 gr/dl
- Leukosit :
23.800/mm3
- HCT: 35,3 %
- Trombosit :
366.000 / mm3
- GDS : 68 mg/dl
- Ureum: 20 gr/dl
- Creatinin:0,5 gr/dl
- BT : 3
- CT : 9
- HbsAg : Non
Reaktif
- HIV : Non
6
Reaktif
- Protein :-
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
8
2. Klasifikasi perdarahan post partum
Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan post partum
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage,
atau perdarahan postpartum primer, atau perdarahan pasca persalinan segera).
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam
2 jam pertama.
Perdarahan masa nifas ( perdarahan pos partum sekunder atau
perdarahan pasca persalinan lambat, atau Late PPH). Perdarahan
pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Perdarahan pasca
persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang
tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal4.
3. Gejala Klinis
Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam yang terus-menerus
setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda
syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,
ekstrimitas dingin, dan lain-lain. Penderita tanpa disadari dapat kehilangan
banyak darah sebelum ia tampak pucat bila pendarahan tersebut sedikit dalam
waktu yang lama.
4. Diagnosis
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta
belum lahir biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah
plasenta lahir, biasanya disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri dapat
diketahui dengan palpasi uterus. Fundus uteri tinggi di atas pusat, uterus
lembek, kontraksi uterus tidak baik.Sisa plasenta yang tertinggal dalam kavum
uteri dapat diketahui dengan memeriksa plasenta yang lahir apakah lengkap
atau tidak kemudian eksplorasi kavum uteri terhadap sisa plasenta, sisa selaput
ketuban, atau plasenta suksenturiata (anak plasenta). Eksplorasi kavum uteri
dapat juga berguna untuk mengetahui apakan ada robekan rahum.Laserasi
9
(robekan) serviks dan vagina dapat diketahui dengan inspekulo 8. Penilaian
jumlah pendarahan pasca persalinan dapat dilihat dengan mengkaji dan
mencatat jumlah, tipe dan sisi perdarahan dengan menimbang dan menghitung
pembalut untuk memperkirakan kehilangan darah. Pembalut yang basah
keseluruhannya mengandung sekitar 100 ml darah. Satu gram peningkatan
berat pembalut sama dengan kurang lebih 1 ml kehilangan darah2.
Faktor faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum
10
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudut perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian
maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai
angka kejadian perdarahan pascapersalinan lebih tinggi. Pada paritas
yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu dalam menghadapi
persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan
ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,
persalinan dan nifas.
11
insufisiensi pada bagian tersebut. Gejalanya adalah asthenia, hipotensi, anemia,
turunnya berat badan sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual
dengan atrofi alat alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan
metabolisme dengan hipotensi, amenore dan kehilangan fungsi laktasi5.
12
Namun salah satu kerugian dari pemberian ergometrin setelah bahu
bayi lahir adalah terjadinya jepitan (trapping) terhadap bayi kedua pada
persalinan gameli yang tidak diketahui sebelumnya. Pada perdarahan yang
timbul setelah anak lahir, ada dua hal yang harus segera dilakukan, yaitu
menghentikan perdarahan secepat mungkin dan mengatasi akibat perdarahan.
Perdarahan postpartum primer adalah perdarahan yang berlangsung dalam
24 jam pertama dengan jumlah perdarahan 500 cc atau lebih. Perdarahan
postpatum disebabkan oleh :
1. Atonia uteri
2. Retensio plasenta
3. Robekan jalan lahir
14
4. Penanganan retensio plasenta
Penanganan retensio plasenta dapat dilakukan dengan manual plasenta.
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implementasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri
secara manual. Arti dari manual adalah dengan melakukan tindakan invasi dan
manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung ke dalam
kavum uteri. Manual plasenta adalah salah satu dari beberapa tindakan yang
perlu dilaksanakan dalam penatalaksanaan retensio plasenta6.
- Indikasi manual plasenta
a. Retensio plasenta ( plasenta adhesiva)
b. Tali pusat terputus
- Kontraindikasi manual plasenta
a. Plasenta inkreta
b. Plasenta perkreta3
- Prosedur klinik manual plasental
a). Persetujuan Tindakan Medik
b). Persiapan Sebelum Tindakan
1). Pasien
Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah
dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun
Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut
bawah
Medikamentosa:
o Analgetik (Pethidin 1-2 mg/ kg BB, ketamin Hcl 0,5 mg/
kg BB, tramadol 1-2 mg/ kg BB)
o Sedativa (Diazepam 19 mg)
o Atropin sulfas 0,25- 0,50 mg/ ml
o Utrotonika (oksitosin, ergometrin, prostagladin)
o Set infus
Larutan antiseptik (providon lodin 10%)
Oksigen dengan regulator
2). Penolong (Operator Dan Asisten)
15
Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan
kacamata pelindung: 3 set
Sarung tangan DTT/ steril : sebaiknya sarung tangan
panjang
Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang
Instrumen :
o Kocher : 2, semprit 5 ml dan jarum suntik No. 23 G
o Mangkok logam (wadah plasenta) : 1
o Kateter karet dan penampang air kemih : 1
o Benang kromik 2/0 : 1 rol
o Set partus: 1 set
c). Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
d). Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri
1). Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik
melalui karet infus
2). Lakukan kateterisasi kandung kemih
Pastikan kateter masuk ke dalam kandung kemih dengan
benar
Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan
3). Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar
lantai
4). Secara obstetrik memasukkan satu tangan (punggung tangan ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah
5). Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher, kemudian tangan lain penolong manahan fundus
uteri.
6). Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
7). Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari
merapat ke pangkal jari telunjuk)
e) Melepas Plasenta Dari Dinding Uterus
1). Tentukan implement asi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.
16
Bila berada dibelakang, tali pusat tetap di sebelah atas.
Bila di
bagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat
dengan punggung tangan menghadap ke atas.
Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari
tempat
implementasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara
plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan
menghadap ke dinding dalam uterus
Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama
(punggung tangan pada dinding kavum uteri) tetapi tali pusat
berada di bawah telapak tangan kanan
2). Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser
ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat
dilepaskan.
Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu
(pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
f). Mengeluarkan Plasenta
1). Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta
yang masih melekat pada dinding uterus.
2.) Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada
saat plasenta dikeluarkan
3). Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari
percikan darah)
4). Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
5). Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke
dorsokranial setelah plasenta lahir. Perhatikan kontraksi uterus dan
jumlah perdarahan yang keluar
g). Dekontaminasi Pancatindakan
h). Cuci Tangan Pascatindakan
i). Perawatan Pascatindakan
17
1). Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
intruksi apabila masih diperlukan
2). Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom
yang tersedia
3). Buat konstruksi pengobatan lanjutan dan hal hal penting untuk
dipantau
4). Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai tapi pasien masih memerlukan perawatan
5). Jelaskan pada petugas perawatan apa yang masih diperlukan, lama
perawatan dan apa yang perlu dilaporkan9.
BAB 4
ANALISA KASUS
TEORI KASUS
ANAMNESIS
Anamnesis
Anamnesis
Pasien plasenta tidak keluar selama 3
- Retensio plasenta adalah
jam setelah bayi lahir
18
dimana plasenta belum lahir
dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir
PEMERIKSAAN FISIK
19
DAFTAR PUSTAKA
JNPKKR-POGI.
2. Bobak dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi
4. Jakarta : EGC.
3. Chamberlain G, Ster PH. (2001). Turnbulls Obstetrics. Third
Jakarta : EGC.
20
9. Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo J. Et al. (2002). Buku
21