LAPORAN PENDAHULUAN Bronchitis
LAPORAN PENDAHULUAN Bronchitis
1
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan
penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi
saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran
pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis,
Bronkitis pada asma dan sebagainya.
I.2. Klasifikasi
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga
dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut
(ISNA) bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit
ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dank
arena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa
peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus.
Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut
atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun
dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi.
b. Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik,
yang ada ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di
2
singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh
berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang
paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai
gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan
memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik
pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang
telah disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma
atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya.
1.2 Etiologi
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan
jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara
congenital maupun didapat.
a. Kelainan congenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor
genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus
memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini
mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada
satu atau kedua paru.
2. Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit
konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic
pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener (bronkiektasis
3
konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus), hipo atau
agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu
telur (anak yg satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara
kembarnya juga menderita bronkiektasis), bronkiektasis
sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak
adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan,
kifoskoliasis konginetal.
b. Kelainan didapat
Kelainan didapat merupakan akibat proses berikut :
1. Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita
pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama,
pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun
influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan
sebagainya.
2. Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan
oleh berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma
bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus
4
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah
sebagai berikut :
a. Spesifik
1. Asma
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya
sinobronkitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi
mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Sindrom aspirasi.
6. Penekanan pada saluran napas
7. Benda asing
8. Kelainan jantung bawaan
9. Kelainan sillia primer
10. Defisiensi imunologis
11. Kekurangan anfa-1-antitripsin
12. Fibrosis kistik
13. Psikis
b. Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara
5
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada
pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronchi basah kasar
dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2-3
minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin telah
terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder.
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis.
Mengi dapat murni merupakan tanda bronchitis akut, tetapi juga
kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut,
lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.
6
b. Sulit disembuhkan
Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan
batuk pileknya lebih dari seminggu dan baru sembuh dua
minggu, lalu berulang lagi.
c. Terjadi kapan saja
Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya
grok-grok bahkan sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul
menjelang pagi. Atau habis lari-lari, ia kemudian batuk-batuk
sampai muntah.
1.4 Patofifiologi
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga
erat hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan
perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat
patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor
obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru,
fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.
7
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua
mekanisme dasar:
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul
bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses
destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul
bronchitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada
bagian distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus
8
kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau
berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman
anaerob misalnya : fusifomis fusiformis, treponema vincenti,
anaerobic streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan
menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus pneumonie,
haemophilus influenza, klebsiella ozaena
1.6 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada
pasien, antara lain :
a. Bronchitis kronik
b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering
mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi
pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka
drainase sputumnya kurang baik.
c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d. Efusi pleura atau empisema
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab
infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab
kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang
vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau
anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada
saluran nafas
9
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis
cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus
akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi
darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia.
Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor
pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada
bronchitis yang berat da luas
j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang
mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan
limpa serta proteinurea.
1.7 Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol
batuk dan mengeluarakan lender/secret.
2. Sering mengubah posisi.
3. Banyak minum.
4. Inhalasi.
5. Nebulizer
6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak
muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau
makanan lain.
10
menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan
terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah
terjadinya daya tahan tubuh pasien yang menurun, anoreksia,
sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak yang lebih
besar batuk-batuk yang terus menerus akan mengganggu
kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah
batuk mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri,
saudara, maupun teman-temannya.
Pada anak yang sudah agak besar jika ada dahak di dalam
tenggorokannya beritahu supaya dibuang karena adanya
dahak tersebut juga merangsang batuk.Usahakan mengurangi
batuk dengan menghindari makanan yang merangsang
seperti gorng-gorengan,permen,atau minum es.Jangan
memandikan anak terlalu pagi atau sore,dan memandikan
dengan air hangat.
2. Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung
menjadi bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik
11
memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan
pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik
ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan
menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis,
kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.
b. Tindakan Medis
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih
2. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial
3. Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
12
yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk
tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh
diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis.
Pemberian antibiotic yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H.
Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik
diberikan 7-10 hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan
foto thorak untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru
segmental dan lobaris, benda sing dalam saluran napas, dan
tuberkolusis
13
1.8 Pathway
Penumpukan secret
Batuk
Anoreksia
produktif
Obstruksi bronkus
Ketidakefektifan
Obstruksi jalan napas oleh sekret
bersihan jalan
nafas
Saluran pernapasan lebih cepat dan lebih
banyak tertutup
Kebutuhan nutrisi
Gangguan suplai O2 dan kerusakan kurang dari kebutuhan
Gangguan pertukaran
dinding alveoli
gas
Kelemahan
Hipoksia dan sesak napas
14
II. Rencana Asuhan Klien dengan gangguan bronchitis
II.1. Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Identitas Klien :
Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register,
diagnose medis
b. Riwayat kesehatan:
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat
tentang disfungsi pernapasan sebelumnya, bukti terbaru
penularan terhadap infeksi, allergen, atau iritan lain,
trauma.
15
2) Penggunaan otot bantu nafas
3) Cuping hidung
4) Bunyi nafas krekel (kasar)
5) Perkusi redup (pekak)
6) Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata
yang terputus-putus)
7) Warna kulit pucat, normal atau sianosis
8) Clubing finger (jari tabuh)
b. B2 (Blood)
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena
jugularis, Bunyi jantung redup(karena cairan di paru-
paru), Warna kulit normal atau sianosis
c. B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang,
ketakutan, nyeri dada.
d. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya
kelainan.
e. B5 (Bowel)
Gejala
1) Mual/muntah
2) Nafsu makan menurun
3) Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
4) Penurunan berat badan.
5) Nyeri abdomen
Tanda
1) Turgor kulit buruk
2) Edema
3) Berkeringat
4) Palpitasi abdomial dapat menunjukkan
hepatomegali
16
f. B6 (Bone)
Gejala
1) Keletihan, kelelahan
2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena
sulit bernafas
3) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi
duduk tinggi
4) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktivitas atau latihan
Tanda
1) Keletihan
2) Gelisah
3) Insomnia
17
2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.2.1 Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas
18
- Sekresi yang tertahan
- Spasme jalan nafas
Fisiologis
- Asma
- Disfungsi neuromuscular
- Infeksi
Jalan nafas alergik
19
2.3 Perencanaan
Rasional
Tujuan & kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC)
hasil (NOC)
NOC NIC
1 Ketidakefektif
Tujuan : Respiratory
an bersihan
Setelah dilakukan monitoring 1.Mengetahui tingkat ganggua
jalan nafas
asuhan 1. Pantau rate, membantu dalam menetukan i
keperawatan irama, diberikan.
2.Menunjukkan keparahan dari
selama ....x....jam kedalaman, dan
yang terjadi dan menetukan in
diharapkan usaha respirasi
diberikan
bersihan jalan
nafas kembali
3.Suara napas tambahan dapat
efektif 2. Perhatikan
gangguan kepatenan jalan na
Kriteria Hasil : gerakan dada,
akan berpengaruh terhadap ke
amati simetris,
- Frekuensi udara.
penggunaan
4.Mengetahui permasalahan
pernapasan
otot aksesori,
dialami dan keefektifan pola
dalam batas
retraksi otot
memenuhi kebutuhan oksigen
normal (16-
supraclavicular
20x/mnt)
dan intercostal
3. Monitor suara
- Irama
napas
pernapasan
tambahan
normal
5.Adanya bunyi ronchi me
- Kedalaman
penumpukan sekret atau sekr
pernapasan
nafas.
normal
6.Posisi memaksimalkan ek
menurunkan upaya pern
maksimal membuka area
meningkatkan gerakan sekret
4. Monitor pola
untuk dikeluarkan.
20
napas : 7.Mencegah obstruksi atau as
bradypnea, dapat diperlukan bia k
tachypnea, mengeluarkan sekret sendiri.
hyperventilasi, 8.Mengoptimalkan keseimban
napas membantu mengencerkan sek
kussmaul, dikeluarkan.
napas cheyne- 9.Meringankan kerja paru
stokes, apnea, kebutuhan oksigen serta m
napas biots oksigen dalam tubuh.
dan pola ataxic 10. Broncodilator meningkatka
Airway percabangan trakeobro
Management menurunkan tahanan terhada
5. Auskultasi
bunyi nafas 11. Waktu tindakan suction ya
tambahan; melapangan jalan nafas pasie
ronchi,
wheezing. 12. Mengetahui adanya suara n
kefektifan jalan nafas un
pasien
6. Berikan posisi 13. Memberikan pemahaman
yang nyaman mengenai indikasi kenapa
untuk suction
mengurangi
dispnea. 14. Untuk melindungai tenaga k
dari penyebaran infeksi dan
safety
15. Aliran tinggi bisa mencedera
21
sekret dari satus hemodinamik, jika
mulut dan suction bisa dihentikan.
trakea; lakukan
penghisapan
sesuai
keperluan.
8. Anjurkan
asupan cairan
adekuat.
9. Kolaborasi
pemberian
oksigen
10. Kolaborasi
pemberian
broncodilator
sesuai indikasi.
Airway
suctioning
22
11. Putuskan
kapan
dibutuhkan
oral dan/atau
trakea suction
12. Auskultasi
suara nafas
sebelum dan
sesudah
suction
13. Informasikan
kepada
keluarga
mengenai
tindakan
suction
14. Gunakan
universal
precaution,
sarung tangan,
goggle, masker
sesuai
kebutuhan
15. Gunakan
aliran rendah
untuk
23
menghilangkan
sekret (80-100
mmHg pada
dewasa)
24
peningkatan pada saluran
ventilasi dan pernapasan
oksigenasi yang 4. Anjurkan
4. Batuk efektif
adekuat pasien untuk
membantu
b. Memelihara
batuk efektif
pengeluaran
kebersihan paru
jika ada sekret
secret
paru dan bebas
pada saluran
dari tanda tanda
napas
distress
5. Pasang
pernafasan 5. Meningkatkan
c. Mendemonstrasi oksigen jika
kadar oksigen
kan batuk diperlukan
dalam darah
efektif dan suara
6. Kolaborasikan
6. Bronkodilator
nafas yang
pemberian
membantu
bersih, tidak ada
bronkodilator
pelebaran saluran
sianosis dan
napas
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak
ada pursed lips)
d. Tanda tanda
vital dalam
rentang normal
25
Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4,
Jakrta : Buku Kedokteran EGC
dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981
Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC
(...) (..)
26