Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHITIS PADA ANAK

I. Konsep Penyakit Bronchitis


I.1. Definisi
Bronkhitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya
menunjukkan adanya suatu peradangan. Bisa disimpulkan bronkitis
merupakan suatu gejala penyakit pernapasan. Sebetulnya ada dua
pengertian bronkitis. Pertama, berdasarkan radiologi/ahli rontgen,
bronkhitis merupakan gambaran foto paru-paru dengan kelainan
pada saluran napas. Pada gambaran tersebut cirinya akan tampak
sangat ramai dan jelas. Berbeda bila dalam keadaan normal,
gambaran saluran napas tak begitu jelas terlihat karena berisi udara.
Tapi pada kasus bronkhitis akan muncul gambaran sebagian saluran
napasnya tersumbat lendir atau ada peradangan.

Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis merupakan kelainan pada


saluran napas yang ditandai dengan adanya bunyi napas penuh
lendir, seperti bunyi grok-grok, bisa terdengar di bagian dada
maupun punggung.

Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada


orang dewasa. Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai
penyakit saluran nafas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit
tersendiri.

Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh


adanya inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan
bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan
batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa
bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari
penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah,
1997 )

1
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan
penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi
saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran
pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis,
Bronkitis pada asma dan sebagainya.

Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih


diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan
peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada
anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan
patokan diagnosis yang tidak selalu sama.

Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena


kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar
dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat
kurang.

I.2. Klasifikasi
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga
dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut
(ISNA) bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit
ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dank
arena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa
peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus.
Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut
atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun
dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi.
b. Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik,
yang ada ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di

2
singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh
berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang
paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai
gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan
memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik
pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang
telah disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma
atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya.

Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan


patofisiologi bronchitis kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka
panjang umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis
kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita
gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun,
terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat
menurunnya fungsi paru.

1.2 Etiologi
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan
jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara
congenital maupun didapat.
a. Kelainan congenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor
genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus
memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini
mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada
satu atau kedua paru.
2. Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit
konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic
pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener (bronkiektasis

3
konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus), hipo atau
agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu
telur (anak yg satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara
kembarnya juga menderita bronkiektasis), bronkiektasis
sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak
adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan,
kifoskoliasis konginetal.
b. Kelainan didapat
Kelainan didapat merupakan akibat proses berikut :
1. Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita
pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama,
pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun
influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan
sebagainya.
2. Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan
oleh berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma
bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus

Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus.


Sebagai contoh Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV),
Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie
Virus. Bronkitis Akut sering terjadi pada anak yang menderita
Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada
bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab
primer Bronkitis Akut pada anak. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat
terjadi, namun ini jarang di lingkungan sosio-ekonomi yang baik.

Faktor predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi,


perubahan cuaca, polusi udara, dan infeksi saluran napas atas kronik,
memudahkan terjadinya bronchitis.

4
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah
sebagai berikut :
a. Spesifik
1. Asma
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya
sinobronkitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi
mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Sindrom aspirasi.
6. Penekanan pada saluran napas
7. Benda asing
8. Kelainan jantung bawaan
9. Kelainan sillia primer
10. Defisiensi imunologis
11. Kekurangan anfa-1-antitripsin
12. Fibrosis kistik
13. Psikis
b. Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara

1.3 Tanda dan Gejala


Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran napas
akut (ISNA) atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula
kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan
suara lender. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah
ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning
dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri
sekunder. Anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan
pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.

5
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada
pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronchi basah kasar
dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2-3
minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin telah
terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder.
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis.
Mengi dapat murni merupakan tanda bronchitis akut, tetapi juga
kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut,
lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala


yang ada yaitu:
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat


batuk yang lama, yaitu:
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang
menyebabkan klien kurang istirahat
b. Daya tahan tubuh klien yang menurun
c. Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu
e. Konsentrasi belajar anak menurun

Gejala awal Bronkhitis, antara lain :


a. Batuk membandel
Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan
harus tetap diwaspadai karena bila keadaan batuk terus menerus
bisa menghebat dan berlendir sampai sesak napas.

6
b. Sulit disembuhkan
Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan
batuk pileknya lebih dari seminggu dan baru sembuh dua
minggu, lalu berulang lagi.
c. Terjadi kapan saja
Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya
grok-grok bahkan sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul
menjelang pagi. Atau habis lari-lari, ia kemudian batuk-batuk
sampai muntah.

Tanda dan gejala secara umum dapat disimpulkan:


a. Sering bersin dan banyak sekret atau lendir
b. Demam ringan
c. Tidak dapat makan dan gangguan tidur
d. Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada, suprasternal,
interkostal dan subkostal pada inspirasi
e. Cuping hidung
f. Nafas cepat
g. Dapat juga cyanosis
h. Batuk-batuk
i. Wheezing
j. Iritabel
k. Cemas

1.4 Patofifiologi
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga
erat hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan
perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat
patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor
obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru,
fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.

7
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua
mekanisme dasar:
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul
bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses
destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul
bronchitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada
bagian distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus

Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan


sifatnya kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung
kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul erat dengan : luas
atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit,
lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut..
keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai akibat adanya
beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi,
adanya kerusakan fungsi bronkus.

Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis,


data dijelaskan sebagai berikut ;
a. Infeksi pertama ( primer )
Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi
pertanyaan apakah infeksi yang mendahului terjadinya bronchitis
tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi yang
mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu
mikroorgansme penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya
infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada
dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi
virus tidak dapat ( misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza,
campak, dan sebagainnya ).
b. Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada
lesi, apabila sputum pasien yang semula berwarna putih jernih

8
kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau
berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman
anaerob misalnya : fusifomis fusiformis, treponema vincenti,
anaerobic streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan
menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus pneumonie,
haemophilus influenza, klebsiella ozaena

1.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya
hyperemia
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

1.6 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada
pasien, antara lain :
a. Bronchitis kronik
b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering
mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi
pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka
drainase sputumnya kurang baik.
c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d. Efusi pleura atau empisema
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab
infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab
kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang
vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau
anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada
saluran nafas

9
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis
cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus
akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi
darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia.
Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor
pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada
bronchitis yang berat da luas
j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang
mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan
limpa serta proteinurea.

1.7 Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol
batuk dan mengeluarakan lender/secret.
2. Sering mengubah posisi.
3. Banyak minum.
4. Inhalasi.
5. Nebulizer
6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak
muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau
makanan lain.

Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumah sakit kecuali


ada komplikasi yang menurut dokter perlu perawatan di Rumah
sakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan sebagai petunjuk
kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat
batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.
1. Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering
terjadi siang dan malam terutama pagi-pagi sekali yang

10
menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan
terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah
terjadinya daya tahan tubuh pasien yang menurun, anoreksia,
sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak yang lebih
besar batuk-batuk yang terus menerus akan mengganggu
kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah
batuk mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri,
saudara, maupun teman-temannya.

Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar


batuk tidak bertambah banyak dengan memberikan obat
secara benar dan membatasi aktivitas anak untuk mencegah
keluar banyak keringat, karena jika baju basah akan
menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk
mengurangi batuk pada malam hari berikan obat batuk yang
terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk apalagi bronchitis
lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau memakai
kipas angin. Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang
hangat, bila ada yang tertutup leherya. Obat gosok membuat
anak merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila batuk tidak
segera berhenti berikan minum hangat tidak manis.

Pada anak yang sudah agak besar jika ada dahak di dalam
tenggorokannya beritahu supaya dibuang karena adanya
dahak tersebut juga merangsang batuk.Usahakan mengurangi
batuk dengan menghindari makanan yang merangsang
seperti gorng-gorengan,permen,atau minum es.Jangan
memandikan anak terlalu pagi atau sore,dan memandikan
dengan air hangat.

2. Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung
menjadi bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik

11
memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan
pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik
ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan
menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis,
kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.

Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien


bronchitis harus mendapatkan pengobatan dan perawatan
yang benar sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam
paru. Berikan banyak minum untuk membantu
mengencerkan lendir; berikan buah dan makanan bergizi
untuk mempertinggi daya tahan tubuh

Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana


sikapnya jika ia sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan.
Pada bayi batuk-batuk yang keras sering diakhiri dengan
muntah; biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi
menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka
dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi
kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk
mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.

b. Tindakan Medis
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih
2. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial
3. Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative

Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum


ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan
biasanya untuk penurun demam, banyak minum terutama sari
buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk

12
yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk
tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh
diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis.
Pemberian antibiotic yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H.
Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik
diberikan 7-10 hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan
foto thorak untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru
segmental dan lobaris, benda sing dalam saluran napas, dan
tuberkolusis

13
1.8 Pathway

Perubahan cuaca, polusi udara

Efek sebagai zat iritan

Kerja silia dan kemampuan pagosit


menurun
Alergi
Hipertropi kelenjar mucus dari
Respiratory sincytial virus, virus trakeobronchial dan peningkatan sekusi
influenza, virus paru influenza, sel goblet
coxsackie virus

Peradangan bronkus dan bronkioulus Peningkatan


(rusaknya bronkioulus kecil) produksi sputum

Penyempitan saluran bronkus oleh


substansi mukopurulen

Penumpukan secret
Batuk
Anoreksia
produktif
Obstruksi bronkus

Ketidakefektifan
Obstruksi jalan napas oleh sekret
bersihan jalan
nafas
Saluran pernapasan lebih cepat dan lebih
banyak tertutup

Kebutuhan nutrisi
Gangguan suplai O2 dan kerusakan kurang dari kebutuhan
Gangguan pertukaran
dinding alveoli
gas

Vasokontriksi pembuluh darah


Kelelahan
Ventilasi dan perkusi tidak seimbang

Kelemahan
Hipoksia dan sesak napas

Penurunan perfusi jaringan Intoleransi


aktivitas

Sumber : Wilson, 1995; Sumantri, 2001; Barbara C. Long, 1996)

14
II. Rencana Asuhan Klien dengan gangguan bronchitis
II.1. Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Identitas Klien :
Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register,
diagnose medis
b. Riwayat kesehatan:
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat
tentang disfungsi pernapasan sebelumnya, bukti terbaru
penularan terhadap infeksi, allergen, atau iritan lain,
trauma.

2.1.2 Pemeriksaan fisik (data focus)


1. Pemeriksaan Fisik:
a. B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna
kulit dan membrane mukosa pucat dan cyanosis,
adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang
menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam
ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress
pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal,
takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan
retraksi, emfisema,
Gejala:
1) Takipnea (barat saat aktivitas)
2) Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3) Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan
dapat banyak sekali
4) Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5) Riwayat terpajan polusi (rokok dll)
Tanda
1) Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk
bernafas

15
2) Penggunaan otot bantu nafas
3) Cuping hidung
4) Bunyi nafas krekel (kasar)
5) Perkusi redup (pekak)
6) Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata
yang terputus-putus)
7) Warna kulit pucat, normal atau sianosis
8) Clubing finger (jari tabuh)
b. B2 (Blood)
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena
jugularis, Bunyi jantung redup(karena cairan di paru-
paru), Warna kulit normal atau sianosis
c. B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang,
ketakutan, nyeri dada.
d. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya
kelainan.
e. B5 (Bowel)
Gejala
1) Mual/muntah
2) Nafsu makan menurun
3) Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
4) Penurunan berat badan.
5) Nyeri abdomen
Tanda
1) Turgor kulit buruk
2) Edema
3) Berkeringat
4) Palpitasi abdomial dapat menunjukkan
hepatomegali

16
f. B6 (Bone)
Gejala
1) Keletihan, kelelahan
2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena
sulit bernafas
3) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi
duduk tinggi
4) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktivitas atau latihan
Tanda
1) Keletihan
2) Gelisah
3) Insomnia

2.1.3 Pemeriksaaan diagnostic


1. Rongent
Peningkatan tanda bronkovaskuler
2. Tes fungsi paru
Memperkirakan derajad disfungsi paru
3. Volume residu
Meningkat
4. GDA
Memperkirakan progresi penyakit (Pa02 menurun dan
PaCO2 meningkat atau normal)
5. Bronkogram
Pembesaran duktus mukosa
6. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi
pathogen
7. EKG
Disritmia arterial

17
2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.2.1 Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas

2.2.2 Batasan karakteristik


- Batuk yang tidak efektif
- Dispnea
- Gelisah
- Kesulitan verbalisasi (pada orang dewasa)
- Mata terbuka lebar
- Ortopnea
- Penurunan bunyi nafas
- Perubahan frekuensi nafas
- Perubahan pola nafas
- Sianosis
- Sputum dalam jumlah yang berlebihan
- Suara nafas tambahan
- Tidak ada batuk

2.2.3 Faktor yang berhubungan


Lingkungan
- Perokok
- Perokok pasif
- Terpajan asap
Obstruksi Jalan Nafas
- Adanya jalan nafas buatan
- Benda asing dalam jalan nafas
- Eksudat dalam alveoli
- Hiperplasia pada dinding bronkus
- Mukus berlebihan
- Penyakit paru obstrukti kronis

18
- Sekresi yang tertahan
- Spasme jalan nafas
Fisiologis
- Asma
- Disfungsi neuromuscular
- Infeksi
Jalan nafas alergik

Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas


2.2.4 Definisi
Kelebihan atau deifisit oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran elveolar-kapiler

2.2.5 Batasan karakteristik


Diaforesis
Dipsnea
Gangguan penglihatan
Gas darah arteri abnormal
Gelisah
Hiperkapnia
Hiposemia
Nafas cuping hidung
Penurunan CO2
Pola pernafasan abnormal
Sakit kepala saat bangun
Somnolen
Takikardi

2.2.6 Faktor yang berhubungan


Ketidakefektifan ventilasi-perfusi
Perubahan membran alveolar-kapiler

19
2.3 Perencanaan
Rasional
Tujuan & kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC)
hasil (NOC)
NOC NIC
1 Ketidakefektif
Tujuan : Respiratory
an bersihan
Setelah dilakukan monitoring 1.Mengetahui tingkat ganggua
jalan nafas
asuhan 1. Pantau rate, membantu dalam menetukan i
keperawatan irama, diberikan.
2.Menunjukkan keparahan dari
selama ....x....jam kedalaman, dan
yang terjadi dan menetukan in
diharapkan usaha respirasi
diberikan
bersihan jalan
nafas kembali
3.Suara napas tambahan dapat
efektif 2. Perhatikan
gangguan kepatenan jalan na
Kriteria Hasil : gerakan dada,
akan berpengaruh terhadap ke
amati simetris,
- Frekuensi udara.
penggunaan
4.Mengetahui permasalahan
pernapasan
otot aksesori,
dialami dan keefektifan pola
dalam batas
retraksi otot
memenuhi kebutuhan oksigen
normal (16-
supraclavicular
20x/mnt)
dan intercostal
3. Monitor suara
- Irama
napas
pernapasan
tambahan
normal
5.Adanya bunyi ronchi me
- Kedalaman
penumpukan sekret atau sekr
pernapasan
nafas.
normal

6.Posisi memaksimalkan ek
menurunkan upaya pern
maksimal membuka area
meningkatkan gerakan sekret
4. Monitor pola
untuk dikeluarkan.

20
napas : 7.Mencegah obstruksi atau as
bradypnea, dapat diperlukan bia k
tachypnea, mengeluarkan sekret sendiri.
hyperventilasi, 8.Mengoptimalkan keseimban
napas membantu mengencerkan sek
kussmaul, dikeluarkan.
napas cheyne- 9.Meringankan kerja paru
stokes, apnea, kebutuhan oksigen serta m
napas biots oksigen dalam tubuh.
dan pola ataxic 10. Broncodilator meningkatka
Airway percabangan trakeobro
Management menurunkan tahanan terhada
5. Auskultasi
bunyi nafas 11. Waktu tindakan suction ya
tambahan; melapangan jalan nafas pasie
ronchi,
wheezing. 12. Mengetahui adanya suara n
kefektifan jalan nafas un
pasien
6. Berikan posisi 13. Memberikan pemahaman
yang nyaman mengenai indikasi kenapa
untuk suction
mengurangi
dispnea. 14. Untuk melindungai tenaga k
dari penyebaran infeksi dan
safety
15. Aliran tinggi bisa mencedera

7. Bersihkan 16. Mengetahui adanya perubah

21
sekret dari satus hemodinamik, jika
mulut dan suction bisa dihentikan.
trakea; lakukan
penghisapan
sesuai
keperluan.

8. Anjurkan
asupan cairan
adekuat.

9. Kolaborasi
pemberian
oksigen

10. Kolaborasi
pemberian
broncodilator
sesuai indikasi.

Airway
suctioning

22
11. Putuskan
kapan
dibutuhkan
oral dan/atau
trakea suction

12. Auskultasi
suara nafas
sebelum dan
sesudah
suction

13. Informasikan
kepada
keluarga
mengenai
tindakan
suction

14. Gunakan
universal
precaution,
sarung tangan,
goggle, masker
sesuai
kebutuhan

15. Gunakan
aliran rendah
untuk

23
menghilangkan
sekret (80-100
mmHg pada
dewasa)

16. Monitor status


oksigen pasien
(SaO2 dan
SvO2) dan
status
hemodinamik
(MAP dan
irama jantung)
sebelum, saat,
dan setelah
suction.

Setelah dilakukan NIC 1. Peningkatan


2. Gangguan
tindakan 1. Observasi frekuensi napas
pertukaran gas
keperawatan status respirasi menunjukkan
selama 3 x 24 pasien ketidakadekuatan
jam, pasien (frekuensi, fungsi respirasi
mampu : irama napas)
Respiratory 2. Penggunaan otot
2. Catat
Status: Gas tambahan
pergerakan
exchange menunjukkan
dada, amati
Respiratory adanya sesak
kesimetrisan,
Status: napas
Penggunaan
ventilation
Vital Sign Status otot tambahan
Dengan kriteria 3. Suara napas
hasil : 3. Monitor suara
tambahan
a. Mendemonstras napas, catat
menunjukkan
ikan adanya suara
adanya secret
tambahan

24
peningkatan pada saluran
ventilasi dan pernapasan
oksigenasi yang 4. Anjurkan
4. Batuk efektif
adekuat pasien untuk
membantu
b. Memelihara
batuk efektif
pengeluaran
kebersihan paru
jika ada sekret
secret
paru dan bebas
pada saluran
dari tanda tanda
napas
distress
5. Pasang
pernafasan 5. Meningkatkan
c. Mendemonstrasi oksigen jika
kadar oksigen
kan batuk diperlukan
dalam darah
efektif dan suara
6. Kolaborasikan
6. Bronkodilator
nafas yang
pemberian
membantu
bersih, tidak ada
bronkodilator
pelebaran saluran
sianosis dan
napas
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak
ada pursed lips)

d. Tanda tanda
vital dalam
rentang normal

III. Daftar Pustaka


Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih
bahasa, I Made Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC

25
Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4,
Jakrta : Buku Kedokteran EGC
dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981
Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC

Banjarmasin, 26 Desember 2016

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(...) (..)

26

Anda mungkin juga menyukai