Anda di halaman 1dari 72

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka bagian tubuh yang akan

ditangani. Sebelum dilakukan pembedahan ada beberapa hal yang penting

yang harus dipersiapkan yaitu persiapan preoperasi (persiapan fisik dan

mental). Hal tersebut membantu memperkecil resiko operasi karena hasil akhir

suatu pembedahan sangat tergantung pada penelitian keadaan penderita dan

persiapan preoperasi (Rondhianto, 2012).

Pada pasien pre operasi dapat mengalami berbagai ketakutan, takut

terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang

ketidaktahuaan atau takut tentang derformitas atau ancaman lain terhadap

citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Healthnotes,

2013).

Hasil penelitian Sawitri (2007) menemukan pasien pre operasi bedah

mayor di RSUI Kustati Surakarta lebih banyak yang mengalami kecemasan

sedang yaitu (37,9%) sedang prosentase yang paling sedikit pada tingkat

kecemasan berat sekali (3,5 % ). Perawatan pre operasi yang efektif dapat

mengurangi resiko komplikasi post operasi, salah satu prioritas keperawatan

pada periode ini adalah mengurangi kecemasan pasien. Cemas merupakan

reaksi normal terhadap ancaman pembedahan. Akan tetapi jika tingkat

kecemasannya berat merupakan masalah serius karena dapat meningkatkan

1
2

tekanan darah pasien. Menurut Feng et al, (2012), korelasi tekanan darah

terhadap kecemasan adalah sebesar 0,25. Korelasi ini penting karena pasien

pre operasi yang mengalami kecemasan akan semakin meningkat tekanan

darahnya sehingga akan lebih rentan mengalami komplikasi dini serta

kegagalan terapi. Hasil penelitian yang dilakukan Elika (2009) dalam

Suryani (2010) juga menyimpulkan ada hubungan peran perawat dengan

tingkat kecemasan pasien pre operasi.

Kecemasan yang terjadi pada pasien yang akan dilakukan tindakan

pembedahan, dapat diantisipasi baik jika perawat melaksanakan peran dan

fungsinya dengan baik termasuk perannya sebagai advokat bagi pasien. Pada

dasarnya, peran perawat sebagai advokat pasien adalah memberi informasi

dan memberi bantuan kepada pasien atas keputusan apa pun yang dibuat

pasien, memberi informasi berarti menyediakan informasi atau penjelasan

sesuai yang dibutuhkan pasien, memberi bantuan mengandung dua peran,

yaitu peran aksi dan nonaksi. Dalam menjalankan peran sebagi advokat

perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka mempunyai hak

dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan

tidak tertekan dengan pengaruh orang lain, sedangkan peran nonaksi

mengandung arti pihak advokat seharusnya menahan diri untuk tidak

mempengaruhi keputusan pasien (Dewi, 2010).

Peran perawat sebagai advokat pasien menuntut perawat untuk dapat

mengidentifikasi dan mengetahui nilai-nilai dan kepercayaan yang dimilikinya

tentang peran advokat, peran dan hak-hak pasien, perilaku profesional, dan

hubungan pasien-keluarga-dokter. Di samping itu, pengalaman dan pendidikan

2
3

yang cukup sangat diperlukan untuk memiliki kompetensi klinik yang

diperlukan sebagai syarat untuk menjadi advokat pasien.

Pemberian informasi yang adekuat pada klien yang akan dilakukan

tindakan pembedahan umumnya mampu mengurangi tingkat kecemasan yang

dirasakan klien. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel (2014), bahwa

penyampaian prosedur atau informasi sebagai salah satu unsur peran advokasi

perawat merupakan tindakan dalam mengatasi atau mengurangi pada

kecemasan sebelum operasi. Tindakan pembedahan merupakan ancaman

potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat

membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Oleh karena itu

perlu adanya dukungan dari berbagai pihak termasuk perawat.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD

Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu ditemukan bahwa perawat sering ragu-

ragu dalam pengambilan keputusan yang terbaik pada pasien pre operasi

maupuan pasien kritis, belum optimalnya perawat memberikan informasi

tentang persiapan pasien pre operasi. Perawat sering tidak menjadi pembela

bagi klien saat klien membutuhkannya misalnya saat membutuhkan informasi

tentang status penyakitnya, keputusan operasi yang harus dijalani dan lain

sebagainya. Tampak nyata bahwa peran perawat sebagai advokat begitu

penting pada saat pasien pre operasi dalam menurunkan kecemasan.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan peran advokasi perawat terhadap tingkat

kecemasan pre operatif di ruang perawatan bedah RSUD Batara Guru Belopa

Kabupaten Luwu tahun 2015.

3
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : apakah ada hubungan peran advokasi perawat

dengan tingkat kecemasan pre operatif di ruang perawatan bedah RSUD

Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu tahun 2015?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran

advokasi perawat dengan tingkat kecemasan pre operatif di ruang

perawatan bedah RSUD Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pelaksanaan peran advokasi perawat pada pasien pre

operatif di ruang perawatan bedah RSUD Batara Guru Belopa

Kabupaten Luwu.

b. Mengetahui tingkat kecemasan pre operatif di ruang perawatan bedah

RSUD Batara Guru kabupaten Luwu.

c. Mengetahui hubungan peran advokasi perawat tdengan tingkat

kecemasan pre operatif di ruang perawatan bedah RSUD Batara Guru

Belopa Kabupaten Luwu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat menambah studi kepustakaan dan memberi

masukan bagi mahasiswa keperawatan dan bidang kesehatan lainnya

mengenai peran advokat perawat dalam merawat pasien di rumah sakit.

4
5

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

tambahan dalam meningkatkan perannya sebagai advokasi ketika hak

pasien diabaikan oleh tenaga kesehatan lain.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar dan informasi

bagi penelitian selanjutnya yang memiliki topik dan ruang lingkup terkait

penelitian tentang peran advokasi perawat dalam merawat pasien di rumah

sakit.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang hubungan peran advokasi perawat terhadap tingkat

kecemasan pre operatif belum pernah dilakukan di ruang perawatan bedah

RSUD Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu. Penelitian tentang peran

advokasi perawat hubungannya dengan kecemasan pasien masih jarang

dilakukan. Sepengetahuan penulis penelitian sejenis yang pernah dilakukan

oleh Suryani (2010) dengan judul Pemahaman dan perilaku perawat dalam

melaksanakan peran advokat klien di ruang rawat inap penyakit dalam dan

bedah dewasa RSU Husada-Jakarta dengan metode kualitatif dan

menyimpulkan pemahaman perawat tentang peran advokasi sudah baik tetapi

belum mampu menjalankan peran advokasi sebagaimana kebutuhan dan

masalah pasien.

Selanjutnya Afidah, dkk (2013) meneliti Gambaran Pelaksanaan Peran

Advokat Perawat Di Rumah Sakit Negeri Di Kabupaten Semarang,

menggunakan metode kualitatif dan menyimpulkan bahwa perawat masih

5
6

kurang melaksanakan peran advokasinya. Faktor yang mempengaruhi

pelaksanaannya terdiri dari faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor

yang menjadi penghambat antara lain: kepemimpinan dokter, lemahnya

dukungan organisasi, kurangnya perhatian terhadap advokasi, kurangnya

jumlah tenaga perawat, kondisi emosional keluarga, terbatasnya fasilitas

kesehatan dan lemahnya kode etik. Sementara itu faktor yang mendukung

meliputi: kondisi pasien, pengetahuan tentang kondisi pasien, pendidikan

keperawatan yang semakin tinggi, kewajiban perawat dan dukungan instansi

rumah sakit.

Sekanjutnya Sawitri (2007) meneliti Pengaruh pemberian informasi

pra bedah terhadap tingkat kecemasan pada pasien pra bedah mayor di bangsal

orthopedi RSUI Kustati Surakarta, dengan metode quasi exprimen (pre- post

tes ) menemukan ada hubungan yang bermakna antara pemberian informasi

pra bedah dengan penurunan tingkat kecemasan pada pasien pra bedah mayor.

Sehingga penelitian yang akan dilakukan baik dari desain maupun

variabel yang diteliti berbeda dengan penelitian sebelumnya.

6
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Peran Advokasi Perawat

1. Pengertian Advokasi

Advokasi adalah suatu proses pembelaan yang dilakukan untuk

mendukung atau memberikan argumentasi bagi kebutuhan orang lain/

bertindak sebagai pembela pasien dalam praktik keperawatan (Salman,

2014). Advokat adalah seseorang yang membela perkara orang lain.

Advokat pasien adalah seorang advokat yang membela hak-hak pasien.

Defenisi lain menekankan advokat sebagai pendukung dan pelindung dari

hal-hal yang merugikan pasien, sumber informasi tentang status kesehatan

pasien, penolong dalam mengidentifikasi kebutuhan, pilihan-pilihan,

keinginan dan penolong pasien dalam membuat keputusan yang

dibutuhkan dalam pengobatan pasien. Oleh karena itu advokasi merupakan

konsep yang penting dalam praktik keperawatan, peran perawat sebagai

advokat disini harus bertanggung jawab untuk melindungi hak pasien

mereka dari adanya penipuan atau penyimpangan (Dewi, 2010).

Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja

yang ditampilkan untuk memperoleh hasil pelayanan yang berkualitas

tinggi dengan memahami uraian tugas dan spesifikasinya serta berdasarkan

standar yang berlaku. Perawat yang bertanggung jawab berarti

menunjukkan kewajibannya sebagai seorang profesional dengan komitmen

menempatkan kebutuhan pasien di atas kepentingan sendiri (Putri, 2010) .

7
8

Salman (2014) menjelaskan bahwa konsep advokasi memiliki tiga

pengertian, yaitu:

a. Model perlindungan terhadap hak

Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien

agar tidak ada tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien

selama dirawat. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui

menginformasikan kepada pasien tentang semua hak yang dimilikinya,

memastikan pasien memahami hak yang dimilikinya, melaporkan

pelanggaran terhadap hak pasien dan mencegah pelanggaran hak

pasien.

b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut

pasien

Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala

keputusan tentang perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada

pasien itu sendiri, sesuai dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Perawat

tidak diperbolehkan untuk memaksakan nilai-nilai pribadinya untuk

membuat keputusan pada pasien, melainkan hanya membantu pasien

mengeksplorasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif pilihan

atau keputusan.

c. Model penghargaan terhadap orang lain

Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien

sebagai manusia yang unik yang berbeda dengan pasien lainnya.

Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang unik, pasien

memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain.

8
9

Perawat harus melakukan semua yang terbaik bagi pasien sesuai

dengan kebutuhannya saat itu. Dewasa ini, banyak definisi umum

advokat yang menekankan pentingnya hak-hak pasien dalam

mengambil keputusan. Dalam hal ini, perawat advokat menolong

pasien sebagai makhluk yang memiliki otonomi untuk mengambil

keputusan sendiri, yang sesuai dengan keinginan pasien dan bukan

karena pengaruh dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

Pendidikan dan dukungan kepada pasien diberikan sesuai

kebutuhan dan pilihannya. Perawat diharapkan mampu

mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien dan memastikan

bahwa keinginan tersebut merupakan keputusan yang terbaik dari

pasien.

Jadi dapat disimpulkan bahwa peran advokat pasien adalah dasar

dari semua peran perawat untuk memberikan asuhan keperawatan dan

dukungan terhadap pasien, dengan melindungi hak pasien dan

bertindak atas nama pasien.

2. Tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien

Nelson (1988) dalam Putri (2010) menjelaskan bahwa tanggung

jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :

a. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan

cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan

berguna bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan

berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian

dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.

9
10

b. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang

disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan

yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi

komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar

setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan

kepada pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.

c. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara :

memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien,

melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan

memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan

3. Nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh perawat advokat

Menurut Malau (2011) bahwa untuk menjalankan perannya sebagai

advokasi pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar sebagai berikut :

a. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak

untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

b. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang

didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan

dan kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir

dan berperasaan.

c. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah

mengetahui cara memelihara kesehatannya. Hal ini dapat dilakukan

dengan memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

dan masalah setiap pasien.

10
11

Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus

memiliki sikap yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih

efektif.

Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah:

a. Bersikap asertif

Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut

pandang yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan

langsung berhadapan dengan pasien.

b. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih

utama walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.

c. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi,

konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau

antara perawat dan dokter.

d. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain

Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang

berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan

tenaga kesehatan lain yang ikut serta dalam perawatan pasien.

e. Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis,

seperti melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada

pemerintah atau pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.

4. Tujuan dan hasil yang diharapkan dari peran advokat pasien

Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan

kemampuan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat

berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali

11
12

tujuan peran tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien.

Menurut Dewi (2010), tujuan peran advokat adalah :

a. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah

partner dalam perawatan pasien.

Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam meningkatkan

derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan bekerja

sama dengan perawat dalam perawatannya.

b. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan. Pasien adalah

makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan pilihan

dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk

menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan

pasien.

c. Memiliki saran untuk alternatif pilihan.

Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan

alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada

pasien untuk memilih sesuai keinginannya.

d. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan

dengan pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua

nilai-nilai dan kepercayaan pasien.

e. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.

Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan

dalam melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat

untuk membantu dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di

rumah sakit.

12
13

f. Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien.

Setiap individu memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda-

beda. Sebagai advokat bagi pasien, perawat diharapkan melindungi

nilai-nilai yang dianut pasien dengan cara memberikan perawatan dan

pengobatan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.

g. Membantu pasien beradaptasi dengan sistem pelayanan kesehatan.

Saat pasien memasuki lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa

asing dengan lingkungan sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk

mengorientasikan pasien dengan lingkungan rumah sakit dan

menjelaskan semua peraturan-peraturan dan hak-haknya selama di

rumah sakit, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan baik.

h. Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien.

Dalam memberikan asuhan keperawatan harus sesuai dengan protap

sehingga pelayanan lebih maksimal hasilnya.

i. Mendukung pasien dalam perawatan. Sebagai advokat bagi pasien,

perawat menjadi pendamping pasien selama dalam perawatan dan

mengidentifikasi setiap kebutuhan-kebutuhan serta mendukung setiap

keputusan pasien.

j. Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal.

Perawat akan membantu pasien melewati rasa tidak nyaman dengan

mendampinginya dan bila perlu bertindak atas nama pasien

menganjurkan dokter untuk memberikan obat penghilang nyeri. Hal ini

tentunya dilakukan dengan prinsip kolaborasi dengan dokter

penangnggungjawab pasien.

13
14

k. Menghargai pasien. Saat perawat berperan sebagai advokat bagi

pasien, perawat akan lebih mengerti dan menghargai pasien dan hak-

haknya sebagai pasien.

l. Mencegah pelanggaran terhadap hak-hak pasien. Perawat sebagai

advokat bagi pasien berperan melindungi hak-hak pasien sehingga

pasien terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan dan

membahayakan pasien.

m. Memberi kekuatan pada pasien. Perawat yang berperan sebagai

advokat merupakan sumber kekuatan bagi pasien yang mendukung dan

membantunya dalam mengekspresikan ketakutan, kecemasan dan

harapan-harapannya.

Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat

(Dewi, 2010), adalah pasien akan :

a. Mengerti hak-haknya sebagai pasien.

b. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan

pilihan-pilihannya.

c. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

d. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri.

e. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.

f. Mendapatkan pengobatan yang optimal.

g. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.

h. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.

i. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.

j. Mendapat perawatan yang dilandasi pengetahuan ilmiah yang terbaru.

14
15

5. Hak-hak dan Kewajiban Pasien

a. Hak pasien

1) Hak mendapat pelayanan yang manusiawi sesuai dengan standar

profesi kedokteran.

2) Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya serta

tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya.

3) Hak memilih dokter yang merawat dirinya.

4) Hak memilih sarana kesehatan.

5) Hak atas rahasia yang berkaitan dengan penyakit yang diderita.

6) Hak menolak tindakan medis tertentu atas dirinya.

7) Hak untuk menghentikan pengobatan.

8) Hak untuk mencari second opinion (pendapat lain).

9) Hak atas rekam medis.

10) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan

yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

11) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama

dalam perawatan di rumah sakit.

12) Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.

13) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril ataupun

spiritual.

14) Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya

kasus malpraktik.

15) Pasien berhak memeriksa dan menerima penjelasan pembayaran.

15
16

b. Kewajiban Pasien

1) Memberi keterangan yang jujur tentang penyakitnya kepada

petugas kesehatan.

2) Mematuhi nasehat dokter.

3) Menjaga kesehatan dirinya.

4) Memenuhi jasa pelayanan (Putri, 2010).

B. Konsep Kecemasan

1. Pengertian

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari

Bahasa Jerman dari kata angst yang artinya ketakutan. Secara konseptual,

kecemasan berarti suatu perasaan emosional yang seperti rasa takut

(Ariani, 2012). Menurut Hawari (2011), takut mempunyai sumber

penyebab yang spesifik atau objektif yang dapat diidentifikasi secara

nyata, sedangkan cemas sumber penyebabnya tidak nyata.

Matzo dan Sperman (2010) mengatakan bahwa cemas adalah

perasaan stres dan tertekan karena kurang pengetahuan terhadap stimulus.

Peneliti menyimpulkan pengertian cemas dari dua pengertian tersebut

adalah perasaan stres dan tertekan karena karena ketidakpastian dan

ketidakberdayaan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan terhadap

stimulus yang ditandai dengan gelisah, gemetar, berkeringat dan

meningkatnya denyut nadi.

Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak

menyenangkan dan menimbulkan atau disertai disertasi perubahan

fisiologis (misal gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat) dan

16
17

psikologis (misalnya panik, tegang, bingung, tidak bisa berkonsentrasi).

Kecemasan adalah suatu keadaan di mana individu atau kelompok

mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf

otonom dalam berespons terhadap ketidakjelasan, ancaman yang tidak

spesifik (Hawari, 2011).

2. Penyebab cemas menurut Hawari (2011)

a. Teori Biologi

Teori ini menjelaskan bahwa cemas dipengaruhi oleh sistem

gama aminobutyric acid (GABA), norepinephrine dan serotonin.

Sistem ini akan bekerja saat seseorang cemas.

Faktor kelelahan dapat menambah kecemasan. Orangtua yang

memiliki peran ganda yaitu menunggu anak yang sakit di rumah sakit

dan harus bekerja mencari nafkah akan meningkatkan aktifitas yang

pada akhirnya menimbulkan kelelahan dan menstimulus kecemasan.

b. Teori Perilaku

Kecemasan dapat muncul karena adanya konflik peran. Orangtua

memiliki peran menunggu anak yang sakit serta harus merawat anak

yang lain di rumah serta bekerja mencari nafkah akan berpotensi

menimbulkan kecemasan. Jika orang tua yang harus dirawat karena

mengalami penyakit maka kecemasan disebabkan karena harus

meninggalkan sejumlah perannya dalam keluarga.

c. Teori Kajian Keluarga

Kecemasan dapat terjadi pada seluruh anggota keluarga dengan

tipe yang berbeda-beda.

17
18

3. Tingkat Cemas

a. Cemas ringan

Cemas ringan dapat disebabkan oleh ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari. Hal tersebut menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Cemas dapat menjadi motivasi untuk

belajar dan menghasilkan kreativitas. Cemas ringan adalah perasaan

takut dengan tanda perut terasa penuh dan dada terasa sesak.

b. Cemas sedang

Saat mengalami cemas sedang, seseorang akan lebih memusatkan

pada hal-hal penting. Mereka mengesampingkan yang lain, sehingga

perhatian pada hal yang selektif dan mampu melakukan sesuatu

dengan lebih terarah. Cemas sedang adalah tingkat kecemasan yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari ditandai dengan meningkatnya

lahan persepsi dan kemampuan menyelesaikan masalah. Gejala yang

dapat muncul yaitu gelisah, mudah marah dan merasa waspada

terhadap sesuatu.

c. Cemas berat

Cemas berat akan mengurangi lahan persepsi seseorang karena

cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta

tidak mampu berfikir tentang hal yang lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Pada

tahap ini seseorang memerlukan orang lain untuk mengarahkan atau

memusatkan perhatian pada area lain. Cemas berat adalah tingkat

18
19

kecemasan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari ditandai dengan

menurunnya lahan persepsi dan kemampuan menyelesaikan masalah.

d. Panik

Panik menyebabkan seseorang menjadi hilang kendali sehingga

tidak mampu melakukan sesuatu yang sebenarnya mampu dilakukan.

Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain menurun, persepsi

menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Panik adalah

tingkat kecemasan yang tertinggi hingga terjadi hilangnya fokus

terhadap realitas (Ariani, 2012).

4. Manifestasi klinis cemas

a. Manifestasi fisik

1) Kardiovaskuler

Manifestasi klinis: jantung berdebar, tekanan darah meninggi,

rasa mau pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.

2) Pernafasan

Manifestasi klinis : napas cepat, rasa tertekan pada dada,

nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik

dan terengah-engah.

3) Neuromuskular

Seseorang akan merasakan refleksnya meningkat, gelisah,

wajah tampak tegang, kelemahan umum, ekstremitas atas tremor.

4) Gastrointestinal

Seseorang yang cemas akan kehilangan nafsu makan, rasa

tidak nyaman pada abdomen, mual dan diare.

19
20

5) Traktus Urinarius

Manifestasi yang terjadi yaitu: tidak dapat menahan kencing

dan atau sering berkemih.

6) Kulit

Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan),

gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat dan berkeringat

seluruh tubuh.

b. Manifestasi psikomotor

1) Perilaku

Perilaku yang terjadi yaitu gelisah, ketegangan fisik, tremor,

gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapatkan

cidera, menarik diri dari lingkunganinterpersonal, melarikan diri

dari masalah dan menghindar.

2) Kognitif

Manifestasi yang dapat diamati yaitu perhatian terganggu,

konsentrasi buruk dan pelupa (Ariani, 2012).

c. Manifestasi cemas berdasarkan tingkatan kecemasan yaitu:

1) Cemas ringan ditandai dengan cepat marah dan waspada.

2) Cemas sedang ditandai dengan peningkatan denyut nadi,

berkeringan dan gejala somatik ringan.

3) Cemas berat ditandai dengan perilaku kurang terkoordinasi,

impulsif, hiperventilasi, nyeri dada, menangis, hanya mampu fokus

pada satu hal.

20
21

4) Panik ditandai dengan perilaku bingung, berteriak, gemetar, tidak

mampu berbicara, merasa seakan tersedak, tidak mampu fokus dan

mungkin terjadi dilatasi pupil (Ariani, 2012).

5. Alat ukur kecemasan

Berat ringannya cemas dapat terlihat dari manifestasi yang

ditimbulkan. Pengukuran berat ringannya cemas dapat membantu dalam

mengatur strategi intervensi yang akan dilakukan. Alat ukur kecemasan

terdapat dalam beberapa versi (Navianti, 2011)

a. Skala GAD (Generalized Anxiety Disorders)

Pertama kali ditemukan oleh Robert L. Spitzer bersama peneliti

lain. Skala pengukuran ini dibuat dilatarbelakangi oleh semakin

banyaknya kelainan GAD dan sampai saat itu, belum ada pengukuran

yang sederhana yang bisa mengukur GAD secara cepat.

Robert merancang beberapa pertanyaan dasar yang diambil dari

skala GAD terdahulu sesuai dengan tanda-tanda yang ada pada pasien

GAD yang kemudian diberikan kepada 2740 pasien yang dipilih dari

15 klinik di Amerika Serikat dan dibandingkan dengan diagnosis yang

telah dilakukan oleh dokter. Pada akhirnya, skala pengukuran ini

diakui kesahihannya dan kemampuannya dalam menentukan

diagnostik kecemasan. Robert memberi nama kuesionernya dengan

nama GAD 7.

Sesuai dengan namanya, kuesioner GAD 7 ini terdiri atas 7

pertanyaan. Pilihan yang ada pada setiap pertanyaan adalah tidak

pernah, beberapa hari, lebih dari separuh waktu yang dimaksud,

21
22

dan hampir setiap hari. Skornya untuk masing-masing pertanyaan

adalah 0-3 sehingga rentang skornya adalah dari 0 sampai 21.

Pertanyaan yang ada dalam kuesioner tesebut adalah dalam 2 minggu

ini, apakah pasien :

1) Merasa gelisah, cemas atau amat tegang

2) Tidak mampu menghentikan atau mengendalikan rasa khawatir

3) Terlalu mengkhawatirkan berbagai hal

4) Sulit untuk santai

5) Sangat gelisah sehingga sulit untuk duduk diam

6) Menjadi mudah jengkel atau lekas marah

7) Merasa takut seolah-olah sesuatu yang mengerikan mungkin terjadi

Interpretasi GAD 7 ini adalah jika skornya 0-7, maka tidak ada

kelainan dan jika skornya di atas 8, maka seseorang memiliki

kemungkinan untuk memiliki kelainan kecemasan.

b. The StateTrait Inventory for Cognitive and Somatic Anxiety

(STICSA)

STICSA adalah alat ukur yang didesain untuk mengkaji gejala

kognitif dan somatik dari tingkat kecemasan saat ini dan secara umum.

c. Hospital Anxiety Depression Scale (HADS)

Hospital Anxiety Depression Scale (HADS) berisi 36 pertanyaan

tentang kecemasan dan telah diuji kembali validitas reliabilitasnya

sebagai alat ukur kecemasan dan depresi dengan hasil HADS valid

dengan koefisien cronbach 0.884 (0.829 untuk cemas dan 0.840

22
23

untuk depresi) serta stabil dengan test-retest intraclass correlation

coefficient 0.944).

d. Zung Self Rating Anxiety Scale

Self-Rating Zung Scale (SAS) adalah metode pengukuran

tingkat kecemasan. Skala berfokus pada kecemasan umum dan koping

dalam mengatasi stres. Terdiri atas 20 pertanyaan dengan 15

pertanyaan tentang peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan tentang

penurunan kecemasan. Uji validitas valid dengan nilai koefisien

cronbach 0,80.

e. Hamilton Anxiety Scale (HAS atau HAMA)

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar

dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.

Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup

tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial

clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa

pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan

diperoleh hasil yang valid dan reliable.

Skala HARS terdiri atas 14 pertanyaan tentang suasana hati,

ketegangan, ketakutan, insomnia, konsentrasi, depresi, tonus otot,

sensori somatik, gejala kardiovaskuler, gejala sistem respirasi, gejala

sistem gastrointestinal, gejala sistem genitourinaria, gejala otonom dan

perilaku. Masing-masing kelompok dalam 14 kategori ini dibagi

23
24

menjadi beberapa item pertanyaan. Kategori yang dihasilkan adalah

cemas ringan, sedang dan berat.

Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor( skala

likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Cara Penilaian

kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor

dan item 1-14 dengan hasil:

1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

2. Skor 7 14 = kecemasan ringan.

3. Skor 15 27 = kecemasan sedang.

4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.

C. Konsep pre operasi

1. Pengertian

Pembedahan merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan.

Kebanyakan prosedur bedah dilakukan diruang operasi rumah sakit,

meskipun beberapa prosedur lebih sederhana dan tidak membutuhkan

hospitalisasi dilakukan di klinik bedah dan unit bedah ambulatri. Fase pre

operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat dan

berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja operasi (Rondhianto, 2012).

24
25

Pre operasi adalah fase ini dimulai ketika keputusan untuk intervensi

bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim kemeja operasi. Lingkup

aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan

pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau dirumah, menjalani

wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang

diberikan dan pembedahan.

2. Klasifikasi Bedah

Tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara,

yaitu :

a. Menurut lokasinya tindakan pembedahan dapat dilaksanakan eksteral /

internal, selain itu juga dapat diklasifikasi sesuai dengan lokasi sistem

tubuh seperti bedah cardiovaskuler, thorak.

b. Menurut luas jangkauannya, tindakan pembedahan dapat

diklasifikasikan sebagai bedah minor (kecil)/ mayor (besar).

c. Menurut tujuannya, tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan

sebagai bedah dignostik, kuratif, restoratif, paliatif serta kosmetik

d. Menurut prosedur pembedahan, kebanyakan prosedur bedah

diklasifikasikan dengan memberi kata-kata akhiran pada lokasi

pembedahan sesuai dengan tipe-tipe pembedahan antara lain: ektomi

(pengangkatan organ), terhapy (penjahitan), ostomi (membuat lobang),

plasti (perbaikan menurut bedah plastik).

3. Persiapan periode pre operasi

Selama periode pre operasi menurunkan risiko operasi dan

meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan pre

25
26

operasi dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien dan keluarganya yang

meliputi :

a) Menunjukan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik

ungkapan secara verbal maupun ekspresi muka)

b) Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang akan

dijalankan setelah operasi ( latihan nafas dan batuk ).

c) Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi.

d) Tidak terjadi aspirasi karena vomitus selama pasien dalam pengaruh

anestesi

e) Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadinya infeksi setelah

operasi.

f) Mendapatkan istirahat yang cukup.

g) Menjelaskan pengertian tentang prosadur operasi yang akan dijalankan

termasuk jadwal operasi dan menandatangani persetujuan operasi

h) Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung (Crish, Y.

2010).

Ansietas praoperatif merupakan suatu respons antisipasi terhadap

suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman

terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan

kehidupannya itu sendiri. Pasien yang menghadapi pembedahan

dilingkupi oleh ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang anestesia,

kekhawatiran mengenai kehilangan waktu kerja dan tanggung jawab

mendukung keluarga.

26
27

Menurut Crish, Y. (2010), pasien pre operasi mengalami kecemasan

karena mereka sering berfikir, seperti:

a) Takut nyeri setelah pembedahan.

b) Takut keganasan.

c) Takut menghadapi ruangan operasi.

d) Takut operasi gagal.

Aktivitas keperawatan yang dilakukan seorang perawat untuk

mengurangi kecemasan pasien adalah dengan memberikan dukungan

psikologis seperti: menceritakan pada pasien apa yang sedang tejadi,

memberikan dorongan untuk pengungkapan, harus mendengarkan dan

memahami, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan,

menentukan status psikologis dan mengkomunikasikan status emosional

pasien pada anggota tim kesehatan lain yang berkaitan.

4. Persiapan intraoperatif. Fase ini dimulai ketika pasien masuk atau dipindah

kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan

keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat

meliputi: memasang infus, memberiakan medikasi intravena, melakukan

pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan

menjaga keselamatan pasien.

5. Persiapan pasca operatif. Fase ini dimulai dengan masuknya pasien

keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada

tatanan klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang

aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung,

27
28

fokus termasuk mengkaji efek dari agens anestesia, dan memantau fungsi

vital serta mencegah komplikasi.

28
29

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

skematik. Model skematik atau yang disebut juga dengan model konseptual

menggambarkan fenomena dalam konsep diagram dan menggunakan kotak,

anak panah atau simbol lain untuk menggambarkan hubungan antar konsep

penelitian sebagai berikut :

Peran advokasi perawat


- Pembela hak pasien
- Mediator pasien dengan Tingkat kecemasan
tenaga kesehatan pasien pres operasi
- Bertindak atas nama
pasien
- Pelindung terhadap
keputusan pasien

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

Keterangan :

: Variabel independen

: Hubungan antar variabel

: Variabel dependen

B. Hipotesis

Ha : ada hubungan peran advokasi perawat dengan tingkat kecemasan pre

operatif di ruang perawatan bedah RSUD Batara Guru Belopa Kabupaten

Luwu.

29
30

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah deskriptif analitik yaitu pengukuran terhadap

berbagai variabel penelitian menurut keadaan alamiah tanpa melakukan

manipulasi atau intervensi dengan rancangan cross sectional dimana variabel

penelitian diukur dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo,2010).

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi penelitian seluruh seluruh pasien pre operasi diruang

perawatan bedah RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu selama penelitian

berlangsung. Jumlah rata-rata pasien yang menjalani pembedahan

sebanyak 15-30 orang per bulan.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling (non-

probability sampling) yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia selama

penelitian berlangsung (Sastroasmoro, 2010). Kriteria sampel penelitian

sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi :

1) Pasien pre operasi yang direncanan diruang perawatan bedah

RSUD Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu.

2) Pria/wanita berusia 15-50 tahun

30
31

3) Bersedia menjadi responden penelitian

b. Kriteria ekslusi :

1) Pasien pre operasi yang tidak direncanakan sebelumnya.

2) Pasien pre operasi yang mengalami gangguan kesadaran

C. Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

yang lain (Sastroasmoro, 2010). Variabel independen adalah peran advokasi

perawat dan variabel dependen adalah tingkat kecemasan pre operatif.

D. Defenisi Opersional

Tabel 4.1 Batasan Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur


Peran Pernyataan pasien pre Kuesioner Peran advokasi
advokasi operasi tentang sebanyak 20 perawat
perawat perilaku perawat dalam pernyataan dikategorikan :
melindungi atau 1. Baik dengan
membela pasien pre nilai 11-20
operasi di RSUD 2. Kurang skor
Batara Guru Belopa 0-10
Kabupaten Luwu

Kecemasan Reaksi emosional Kuesioner: 1. Cemas ringan:


pasien pre operasi skala HARS skor 1-14
berupa rasa takut yang (Hamilton 2.Cemas sedang:
tidak jelas dan Anxiety skor 15-28
berlebihan sehingga Rating Scale) 3.Cemas berat
menimbulkan kelainan sebanyak 14 29-42
mental dan fisiknya. pernyatan 4.Panik : 43-56

31
32

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat bedah laki-laki dan perempuan

RSUD Batara Guru Belola Kabupaten Luwu, selama satu bulan mulai dari

September sampai dengan Oktober 2015.

F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner yang memuat

variabel-variabel penelitian. Intrumen peran advokasi perawat berjumlah 20

pernyataan yang diadopsi dari kuesioner Suryani (2010) terdiri dari peran

sebagai pembela hak pasien, peran mediator pasien dengan tenaga kesehatan,

bertindak atas nama pasien, sebagai pernyataan pelindung terhadap keputusan

pasien. Penilaian/skoring dengan menggunakan skala Gutman yaitu angka (0-

1) dengan nilai 0 jika tidak dilakukan dan 1 jika melakukan. Selanjutnya total

skor diklasifikasikan menjadi 1-10 kurang, 11-20 baik.

Instrumen kecemasan pasien pre operasi menggunakan skala HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale) terdiri dari 14 pertanyaan yang

menggambarkan suasana hati, ketegangan, ketakutan, insomnia, konsentrasi,

depresi, tonus otot, sensori somatik, gejala kardiovaskuler, gejala sistem

respirasi, gejala sistem gastrointestinal, gejala sistem genitourinaria, gejala

otonom dan perilaku pasien selama persiapan pre operasi.

Penilaian/skoring dengan menggunakan skala Likert yaitu angka (1-4)

dengan nilai 4 : berat sekali, 3 : berat, 2 : sedang dan 1 : ringan. Selanjutnya

total skor diklasifikasikan menjadi 1-14 cemas ringan, 15-28 cemas sedang,

29-42 semas berat dan 43-56 panik.

32
33

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

Setelah proposal disetujui, selanjutkan mengajukan ijin penelitian

ke pihak terkait.

2. Tahap pelaksanaan

Dimulai dengan memberikan penjelasan tujuan penelitian kepada

calon responden dan partisipasi yang diharapkan. Setelah menyetujui

responden diminta untuk menandatangani lembar informed concern

sebagai bukti keikutsertaan secara sukarela. Pengumpulan data dilakukan

satu hari sebelum pasien menjalani operasi. Selama pengisiannya peneliti

menunggu sampai semua responden menjawab semua dengan estimasi

waktu yang digunakan 15-30 menit. Keusioner yang telah diisi

dikembalikan dan diperiksa kelengkapannya untuk selanjutnya dilakukan

pengolahan dan analisa data.

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

a. Seleksi. Proses seleksi dilakukan setelah data terkumpul dan

dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data,

dan memeriksa keseragaman data.

b. Editing, berfungsi untuk meneliti kembali apakah isian lembar

kuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat pengumpulan

data sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.

c. Coding adalah Suatu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban /

hasil-hasil yang dilakukan dengan jalan menandai masing-masing

33
34

jawaban dengan kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam

lembaran tabel kerja dengan pengklasifikasian dan pemberian kode

pada data.

d. Entry. Memasukkan data yang telah dilakukan koding dengan bantuan

program komputer.

e. Tabulating. Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam

tabel-tabel sesuai dengan kriteria.

2. Analisis data

Data dianalisis sesuai tujuan penelitian dan diolah dengan program

komputer.

a. Analisa univariat

Metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa data

karakteristik responden dan variabel-variabel penelitian akan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi atau proporsi.

b. Analisa Bivariat

Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan

dengan menggunakan uji statistik dengan terlebih dahulu melakukan

uji normalitas menggunakan uji Kolgomorov Smirnov. Apabila

hasilnya didapatkan p > 0,05 (data terdistribusi normal), maka

digunakan uji korelasi Pearson. Akan tetapi, jika p < 0,05 (data tidak

terdistribusi normal), maka digunakan uji korelasi Spearman. Uji ini

akan menghasilkan nilai p dimana jika nilai p < 0.05, maka korelasi

tersebut signifikan sedangkan jika p > 0,05, maka korelasi tersebut

tidak signifikan. Selain itu, uji ini juga digunakan untuk mengetahui

34
35

sejauh mana korelasi peran advokasi perawat terhadap kecemasan

pasien pre operasi dengan pedoman sebagai berikut (Sastroasmoro,

2010) :

0 Tidak ada korelasi


0.00-0.25 Korelasi sangat lemah
0.25-0.50 Korelasi cukup
0.50-075 Korelasi kuat
0.75-0.99 Korelasi sangat kuat
1 Korelasi sempurna

I. Etika Penelitian

Prinsip-prinsip etik penelitian meliputi:

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan

pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Tidak boleh ada paksaan

atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian. Subjek

dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan

lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat

penelitian, prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang

mungkin didapat dan kerahasiaan informasi.

Prinsip ini tertuang dalam informed consent yaitu persetujuan

untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan

penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan

pelaksanaan penelitian.

35
36

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentiality).

Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut

privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang

dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara

meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek kemudian diganti

dengan kode tertentu yang hanya diketahui oleh peneliti.

c. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness).

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa

penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan

secara profesional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa

penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan subjek penelitian. Oleh sebab itu peneliti

menjelaskan hak-hak pasien dalam penelitian. Responden dapat

mengundurkan diri jika merasakan ketidaknyamanan.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits).

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian

dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficience).

Kemudian meminimalisir resiko/dampak yang merugikan bagi subjek

penelitian (nonmaleficience). Peneliti harus mempertimbangkan rasio

antara manfaat dan kerugian/resiko dari penelitian (Notoatmodjo, 2010).

36
37

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan melibatkan 22 pasien

pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu,

diperoleh hasil analisis variabel independen dan variabel dependen yang disajikan

dalam distribusi frekuensi dan tabulasi silang dengan mengunakan uji korelasi

Pearson (kemaknaan 0.05 ) karena data terdistribusi normal dengan hasil uji

normalitas data Kolgomorov Smirnov (p: 0.995 > 0,05).

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa merupakan rumah

sakit tipe C milik pemerintah Kabupaten Luwu terletak di JL. Tomakaka

Belopa. Visi RSUD Batara Guru adalah Terwujudnya Rumah Sakit yang

maju, mandiri dan berdaya saing melalui pelayanan kesehatan bermutu .

Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi sebagai berikut :

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau untuk

masyarakat.

b. Melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan prima dengan mengutamakan

kepuasan pelanggan.

c. Meningkatkan profesionalisme SDM.

d. Menerapkan konsep manajemen mutu (TQM).

e. Menyediakan infrastruktur yang memadai.

f. Membentuk budaya organisasi.

37
38

g. Meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit.

2. Karakteristik Responden

Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Ruang Perawatan Bedah
RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu Tahun 2015 (N : 22)

Karakteristik f (%)
Jenis kelamin :
Laki-laki 11 50.0
Perempuan 11 50.0
Umur :
15-20 tahun 3 13.6
21-25 tahun 7 31.8
26-30 tahun 3 13.6
31-35 tahun 4 18.2
36-40 tahun 3 13.6
41-45 tahun 2 9.1
Pendidikan :
SD 3 13.6
SMP 5 22.7
SMA 12 54.5
Sarjana 2 9.1
Pekerjaan :
Swasta 3 13.6
Wiraswasta 3 13.6
Petani/nelayan/buruh 6 27.3
IRT 6 27.3
Pelajar/mahasiswa 4 18.2
Kategori operasi
Ringan 6 27.3
Sedang 13 59.1
Berat 3 13.6
Pengalaman Operasi :
Tidak 16 72.7
Ya 6 27.3
Sumber : data primer 2015

Pada tabel 5.1 menunjukkan proporsi laki-laki dan perempuan

jumlah sama, berdasarkan umur terbanyak pada 21-25 tahun berjumlah 7

(31.8 %), pendidikan lebih banyak adalah SMA yaitu 12 (54.5 %),

pekerjaan terbanyak adalah Petani/nelayan/buruh dan ibu rumah tangga

(IRT) masing-masing 6 (27. 3 %), kategori operasi sebagian besar adalah

38
39

operasi tingkat sedang yaitu 13 (59.1 %) dan sebagian besar belum

memiliki riwayat operasi yaitu 16 (72.7 %).

3. Analisa Univariat

a. Deskripsi Peran Advokasi Perawat

Tabel 5.2
Distribusi Peran Advokasi Perawat Pada Pasien Pre operasi
di Ruang Perawatan Bedah RSUD Batara Guru
Kabupaten Luwu Tahun 2015
Peran Advokasi Perawat f (%)
Baik 9 40.9
Kurang 13 59.1
Total 22 100
Sumber: Data Primer, 2015

Pada tabel 5.2 menunjukkan dari 22 responden lebih banyak

yang menyatakan perawat masih kurang menjalankan peran

advokasinya sebanyak 13 (59.1 %) daripada yang menyatakan perawat

sudah melaksanakan dengan baik yaitu 9 ( 40.9 %).

b. Deskripsi Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi

Tabel 5.3
Distribusi Tingkat Kecemasan Pasien Pre operasi di Ruang Perawatan
Bedah RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu Tahun 2015

Tingkat Kecemasan f (%)


Ringan 9 40.9
Sedang 11 50.0
Berat 2 9.1
Total 22 100
Sumber: Data Primer, 2015

Pada tabel 5.3 menunjukkan dari 22 responden, setengahnya

mengalami kecemasan tingkat sedang yaitu 11 ( 50 %), kemudian

39
40

kecemasan ringan 9 (40.9 %) dan hanya 2 (9.1% ) mengalami

kecemasan berat.

4. Analisa Bivariat

Tabel 5.4
Hubungan Peran Advokasi Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pre
Operatif Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Batara Guru Belopa
Kabupaten Luwu Tahun 2015

Peran
advokasi Tingkat Kecemasan Pasien Total
Perawat Ringan Sedang Berat
f % f % f % n %
Baik 7 77.8 2 22.2 0 0 9 100
Kurang 2 15.4 9 69.2 2 15.4 13 100
Total 9 40.9 11 50 2 9.1 22 100
Koefesien korelasi Pearson : 0.606, r : 0.003
Sumber: Data Primer, 2015

Hasil analisis hubungan pada tabel 5.4 menunjukkan responden

yang menyatakan perawat telah melaksanakan peran advokasinya dengan

baik sebagian besar dengan tingkat kecemasan ringan yaitu 7 (77.8 %)

sedangkan responden yang menilai perawat kurang melaksanakan peran

advokasinya sebagian besar dengan tingkat kecemasan sedang yaitu 9

(69.2 %).

Koefesien korelasi pearson sebesar (r : 0.606)menunjukkan korelasi

antara variabel peran advolasi perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre

operasi ialah sebesar 0.606 atau memiliki kuat. Koefisien determinasi

adalah 0.606 x 0.606 = 0.3672 x 100 % = 36.72 sehingga dapat dikatakan

bahwa sebesar 36.72 % variabel tingkat kecemasan pasien pre operasi

dijelaskan oleh peran advokasi perawat dan 63.28 % dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak diteliti.

40
41

Nilai p adalah 0,003 < 0,05 dengan demikian ada korelasi yang

signifikan antara variabel peran advolasi perawat dengan tingkat kecemasan

pasien pre operasi. Sehingga disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang

diajukan diterima yang berarti ada hubungan yang kuat antara peran advolasi

perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di Ruang Perawatan

Bedah RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu.

B. Pembahasan

1. Peran Advokasi Perawat

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa masih lebih banyak

perawat yang kurang menjalankan peran advokasinya pada pasien pre

operasi daripada yang menyatakan perawat sudah melaksanakan dengan

baik. Hal ini mengindikasikan bahwa perawat diruang bedah RSUD

Batara Guru masih perlu memahami dan melaksanakan perannya sebagai

advokat bagi pasien khususnya pasien pre operasi sebagai bagian dari

adanya jaminan mutu pelayanan keperawatan.

Hal ini sesuai dengan informasi dari hasil wawancara dengan

perawat diruangan bedah RSUD Batara Guru bahwa peran advokasi yang

dilakukan selama ini masih sebatas pemberian informasi tentang rencana

tindakan medis, hal-hal yang perlu dipersiapan pasien termasuk pemberian

informed consent. Perawat juga menyampaikan bahwa pengambilan

keputusan tindakan operasi pada pasien masih merupakan otoritas penuh

dari dokter dan perawat hanya mengikuti instruksi yang disampaikan

dokter. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Afidah, dkk (2013)

yang meyimpulkan perawat meneliti di RS Negeri Kabupaten Semarang

41
42

masih kurang melaksanakan peran advokasinya dan salah satu faktor

penghambatnya adalah kepemimpinan dokter.

Padahal perawat adalah satu-satunya profesi yang selalu berada di

samping pasien yang mempunyai kesempatan besar untuk melakukan

advokasi kepada pasien (Nicoll, 2012). Dewasa ini kebutuhan bagi

perawat untuk bertindak sebagai advokat pasien meningkat. Pasien

membutuhkan perlindungan dari perawat ketika seseorang sakit, kekuatan

fisik dan mentalnya menurun. Pasien yang dalam kondisi lemah, kritis dan

mengalami gangguan membutuhkan seorang advokat yang dapat

melindungi kesejahteraannya. Advokasi tindak hanya untuk mereka yang

kurang mampu melindungi diri sendiri, tetapi juga ditujukan kepada pasien

yang membutuhkan advokasi dalam hal penyediaan data yang dibutuhkan

dalam mengambil keputusan tentang pengobatan dan proses terapi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suryani (2010) yang

menyimpulkan pemahaman perawat tentang peran advokasi sudah baik

tetapi belum mampu menjalankan peran advokasi sebagaimana kebutuhan

dan masalah pasien di ruang rawat inap penyakit dalam dan bedah dewasa

RSU Husada-Jakarta.

Asumsi peneliti bahwa masih kurangnya kemampuan perawat

menjalankan peran advokasinya dapat disebabkan karena sebagian besar

perawat di ruang bedah RSUD Batara Guru masih berkualifikasi vokasi

(D.III keperawatan). Berdasarkan kompetensi perawat vokasi adalah

perawat terampil dengan kemampuan pada prosedur keterampilan

keperawatan.

42
43

Advokasi adalah tindakan membela hak-hak pasien dan bertindak

atas nama pasien. Perawat mempunyai kewajiban untuk menjamin

diterimanya hak-hak pasien. Perawat harus membela pasien apabila

haknya terabaikan. Advokasi juga mempunyai arti tindakan melindungi,

berbicara atau bertindak untuk kepentingan klien dan perlindungan

kesejahteraan karena seringkali pasien mengalami ketakutan dan

kecemasan berlebihan (Nicoll,2012).

Melihat kenyataan masih kurangnya pelaksanaan peran advokasi

yang dilakukan perawat maka pihak rumah sakit khususnya bidang

keperawatan penting untuk melakukan pelatihan atau seminar khusus

tentang peran advokasi perawat, mengingat dewasa ini merupakan era

hukum sejalan dengan lahirnya UU Nomor 38 tahun 2014 tentang

keperawatan yang secara tegas telah mengatur hak-hak pasien, termasuk

hak mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang tindakan

keperawatan yang akan dilakukan dan hak memberi persetujuan atau

penolakan tindakan keperawatan yang akan diterimanya.

Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus

dalam memberikan informasi kepada pasien, sehingga dapat

menyampaikan informasi tentang diagnosa medis, prosedur dan proses

terapi ke dalam bahasa pasien yang mudah dipahami dan diterapkan.

Advokasi juga ditujukan kepada pasien yang membutuhkan peran perawat

untuk menyediakan data yang dibutuhkan tentang pengobatan, proses

terapi dan tindakan pembedahan.

43
44

2. Tingkat Kecemasan Pasien

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa setengah dari 22

pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Batara Guru mengalami

kecemasan tingkat sedang yaitu ( 50 %), kemudian kecemasan ringan

(40.9%) dan hanya (9.1% ) mengalami kecemasan berat.

Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak pasien pre operasi

mengalami kecemasan tingkat sedang. Kecamasan sedang memungkinkan

seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian

yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Tingkat

kecemasan sedang merupakan waktu yang optimal untuk mengembangkan

mekanisme strategi koping pada pasien yang bersifat konstuktif. Perawat

dalam melakukan tindakan proses keperawatan komunikasi terapeutik

tetap harus berpegang pada konsep bahwa pasien adalah manusia yang

bersifat unik dan kompleks yang dipengaruhi oleh faktor biopsikososial

dan spiritual.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Sawitri (2007)

menemukan pasien pre operasi bedah mayor di RSUI Kustati Surakarta

lebih banyak yang mengalami kecemasan sedang yaitu (37,9%) sedang

prosentase yang paling sedikit pada tingkat kecemasan berat sekali (3,5

%).

Jika perawat meningkatkan perannya sebagai advokat maka pasien

akan memiliki kesiapan penuh dengan penurunkan kecemasannya.

Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Dewi, (2010) bahwa kecemasan

44
45

yang terjadi pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, dapat

diantisipasi baik jika perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan

baik termasuk perannya sebagai advokat bagi pasien.

Perawatan pre operasi yang efektif termasuk pelaksanaan peran

perawat sebagai pembela pasien dapat mengurangi resiko komplikasi post

operasi, salah satu prioritas keperawatan pada periode ini adalah

mengurangi kecemasan pasien. Cemas merupakan reaksi normal terhadap

ancaman pembedahan. Akan tetapi jika tingkat kecemasannya berat

merupakan masalah serius karena dapat meningkatkan tekanan darah

pasien. Menurut Feng et al, (2012), korelasi tekanan darah terhadap

kecemasan adalah sebesar 0,25. Korelasi ini penting karena pasien pre

operasi yang mengalami kecemasan akan semakin meningkat tekanan

darahnya sehingga akan lebih rentan mengalami komplikasi dini serta

kegagalan terapi.

3. Hubungan peran advokasi perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre

operasi

Hasil analisis bivariat menyimpulkan ada hubungan yang kuat antara

peran advolasi perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di

Ruang Perawatan Bedah RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu.

Kesimpulan tersebut mendukung penelitian Sawitri (2007),

menemukan ada hubungan yang bermakna antara pemberian informasi pra

bedah dengan penurunan tingkat kecemasan pada pasien pra bedah mayor.

Elika (2009), juga menyimpulkan ada hubungan peran perawat dengan

tingkat kecemasan pasien pre operasi.

45
46

Pola hubungan yang terbentuk adalah responden yang menyatakan

perawat telah melaksanakan peran advokasinya dengan baik sebagian

besar dengan tingkat kecemasan ringan yaitu (77.8 %) sedangkan

responden yang menilai perawat kurang melaksanakan peran advokasinya

sebagian besar dengan tingkat kecemasan sedang yaitu (69.2 %). Dari pola

tersebut menjelaskan bahwa kecemasan yang terjadi pada pasien yang

akan dilakukan tindakan pembedahan, dapat dikontrol dengan baik jika

perawat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai advokat bagi pasien.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Daniel (2014), bahwa

penyampaian prosedur atau informasi sebagai salah satu unsur peran

advokasi perawat merupakan tindakan yang digunakan dalam mengatasi

atau mengurangi pada kecemasan sebelum operasi. Tindakan pembedahan

merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang

yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Oleh

karena itu perlu adanya dukungan dari berbagai pihak termasuk perawat.

Feng et al, (2012) bahwa perawatan pre operasi yang efektif dapat

mengurangi resiko komplikasi post operasi, salah satu prioritas

keperawatan pada periode ini adalah mengurangi kecemasan pasien.

Salman (2014) juga menjelaskan bahwa peran advokasi perawat untuk

melindungi hak klien agar tidak ada tindakan tenaga kesehatan yang akan

merugikan pasien selama dirawat. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai

cara melalui menginformasikan kepada pasien tentang semua hak yang

dimilikinya, memastikan pasien memahami hak yang dimilikinya,

46
47

melaporkan pelanggaran terhadap hak pasien dan mencegah pelanggaran

hak pasien.

Meskipun demikian masih ditemukan pasien pre operasi yang

menyatakan perawat sudah melaksanakan peran advokasinya dengan baik

akan tetapi masih mengalami kecemasan tingkat sedang dan pasien yang

menyatakan perawat kurang mengadvokasi tetapi hanya mengalami

kecemasan ringan.

Penjelasan penelitian adalah responden yang menilai perawat telah

melakukan advokasi dengan baik tetapi mengalami kecemasan tingkat

sedang karena pengalaman menghadapi operasi merupakan pengalaman

pertama yang menghadapi operasi kategori berat. Sedangkan yang

mengalami kecemasan ringan meskipun perawat telah melakukan advokasi

dengan baik disebabkan karena telah memiliki pengalaman operasi

sebelumnya dengan operasi kategori ringan.

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari

keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara

keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase pre

operatif merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan

tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini

akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Efek kecemasan pada pasien

pre operasi dapat merupakan masalah serius karena dapat meningkatkan

tekanan darah pasien sehingga banyak pasien yang mengalami penundaan

operasi.

47
48

Pasien per operasi membutuhkan informasi yang benar, jelas, dan

jujur dan memenuhi hak-hak pasien serta menjadi penghubung dengan

tenaga kesehatan lain. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai

kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien termasuk

kecemasannya, menjadikan peran advokasi dari perawat sangat diperlukan

pasien.

Advokasi merupakan peran profesional perawat untuk melakukan

pembelaan dan perlindungan kepada pasien. Peran ini dilakukan perawat

dalam membantu klien dan keluaga dalam menginterpretasikan berbagai

informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam

mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien meliputi hak atas

pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak

atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, hak menerima ganti

rugi akibat kelalaian.

Penelitian telah membuktikan bahwa peran advokasi perawat

merupakan variabel yang berhubungan kuat dengan tingkat kecemasan

pasien pre operasi. Oleh sebab itu diperlukan upaya dari pihak RSUD

Batara Guru untuk meningkatkan peran advokasi perawat baik melalui

pelatihan maupun seminar yang melibatkan semua tim kesehatan.

C. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan yang diidentifikasi dalam penelitian ini dalah :

1. Penggunaan metode cross-sectional study memiliki kendala kurangnya

inferensi causalitas, selain itu data longitudinal dapat menimbulkan

48
49

biasnya estimasi parameter sehingga hasilnya kurang baik. Penggunaan

desain ini memiliki kelemahan yaitu tidak dapat mengetahui hubungan

kausalitas dari masing-masing variabel.

2. Metode pengumpulan data dengan kuesioner berifat self evaluative

sehingga responden dapat memberikan jawaban yang bersifat subjektif.

3. Jumlah sampel yang kecil sehingga hasil penelitian ini belum dapat

digeneralisasi pada populasi yang lebih luas.

C. Implikasi Penelitian untuk Keperawatan

Secara empirik penelitian telah membuktikan bahwa membuktikan

bahwa peran advokasi perawat merupakan variabel yang berhubungan kuat

dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Oleh sebab itu. Perawat

hendaknya mengoptimalkan perannya sebagai advokat yaitu dengan

memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi pasien dan proses

kesembuhannya, menjadi penghubung antara pasien dan tim kesehatan lain,

membela hak-hak pasien dan melindungi pasien dari tindakan yang

merugikannya. Bahwa keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari

keperawatan perioperatif, dimana kesuksesan tindakan pembedahan secara

keseluruhan sangat tergantung pada fase ini, sehingga pengkajian secara

komprehensif teramsuk tingkat kecemasan pasien sangat diperlukan untuk

keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

49
50

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perawat di ruang bedah RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu lebih banyak

yang masih kurang menjalankan peran advokasinya berdasarkan penilaian

pasien pre operasi yaitu (59.1 %) daripada yang sudah melaksanakan

dengan baik sebesar ( 40.9 %).

2. Tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Batara Guru

Kabupaten Luwu menunjukkan dari 22 responden setengahnya

mengalami kecemasan tingkat sedang yaitu ( 50 %), kemudian kecemasan

ringan (40.9 %) dan hanya (9.1% ) mengalami kecemasan berat.

3. Ada hubungan yang kuat antara peran advolasi perawat dengan tingkat

kecemasan pasien pre operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Batara

Guru Kabupaten Luwu.

D. Saran-saran

1. Bagi Institusi pendidikan keperawatan

Advokasi merupakan peran profesional perawat untuk melakukan

pembelaan dan perlindungan kepada pasien sehingga institusi pendidikan

diharapkan dalam proses pembelajaran memberikan perhatian khusus

untuk menyiapkan tenaga keperawatan yang dapat menjalankan peran

advokasinya.

2. Bagi rumah sakit

a. Rumah sakit diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan

perawat tentang advokasi, meminimalkan kendala-kendala dalam

50
51

pelaksanaan peran advokasi dan mempertimbangkan untuk

dibentuknya prosedur tetap pelaksanaan advokasi khususnya pasien

pre operasi.

b. Bagi perawat diharapkan menjalankan peran advokasinya secara

opetimal sehingga diperlukan pemahaman tentang peran ini baik

melalui proses diskusi, maupun mengikuti pelatihan dan seminar

terkait peran advokasi perawat.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti lain untuk mengembangkan metode penelitian

salah satunya dengan desain quasi eksprimen (pre post tes) dan

menggunakan sampel yang lebih besar sehingga memberikan solusi

dalam peningkatan mutu pelayanan keperawatan.

51
52

DAFTAR PUSTAKA

Afidah, dkk (2013) Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat Di Rumah


Sakit Negeri Di Kabupaten Semarang, Jurnal Managemen Keperawatan,
Volume 1, No. 2, November 2013; 124-130
Ariani, April Tutu. (2012). Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika
Crish, Y. (2010), Konsep Dasar Operasi. http:www.yenibeth.com,tanggal akses :
7-01-2008..
Daniel, F., et al. (2014).Psychometric Properties of the State Trait Inventory for
Anxiety Inventory (STAI).American Psychological Association Journal, 4,
369-381 Accessed: 14/07/2015
Dewi. A. I.. (2010). Etika dan hukum kesehatan). Yogyakarta : Pustaka book
publisher
Gass, S. C. &Curiel, E.R. (2011). Test anxiety in relation to measures of cognitive
and intellectual functioning. http:/anc.oxfirdjournals.org/content/
early/arclin.Acr034, Accessed: 14/07/2015
Hawari, Dadang. (2011). Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Healthnotes.com. (2013). Pre- and Post-surgery Health. Diakses dari
http://www.puritan.com/vf/healthnotes/hn_live/Concern/Surgery.htm
Malau, (2011), Ethical principle dimensions of doctor and nurses toward patients
satisfaction. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21083951.pdf,
Accessed: 14/07/2015
Nicoll, Leslie H. (2012) Patient advocacy. Diunduh dari http://nursing.
advanceweb.com/article/patient-advocacy-2.aspx pada tanggal 10 Juli 2015.
Notoatmodjo, S., (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Putri. H. T. & Fanani. A. (2010). Etika profesi keperawatan. Yogyakarta. Citra
pustaka.
Rondhianto. (2012). Keperawatan Perioperatif. Diakses dari
http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/01/keperawatanperioperatif.html
Accessed: 14/07/2015
Salman, (2014). Peran Advokasi Perawat. http://repository.unad.ac.id/id/eprint/
5663, Accessed: 14/07/2015
Sastroasmoro, S & Ismael, S 2010, Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edk
3, Sagung Seto, Jakarta.
Sawitri (2007), Pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat
kecemasan pada pasien pra bedah mayor di bangsal orthopedi RSUI
Kustati Surakarta, http://etd.eprints.ums.ac.id, Accessed: 14/07/2015
Suryani, M. (2010). Pemahaman Dan Perilaku Perawat Dalam Melaksanakn
Peran Advokat Klien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Dan Bedah

52
53

Dewasa RS Husada-Jakarta. Universitas Indonesia. Jakarta, Indonesia.


Digilib Digital 23543279 Accessed: 14/07/2015

53
54

ABSTRAK

HUBUNGAN PERAN ADVOKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF DI RUANG PERAWATAN
BEDAH RSUD BATARA GURU KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015

Nurlaela 1, Nuraeni Azis 2, Lukman 3

Respon paling umum yang dialami pasien pre operasi adalah kecemasan.
Jika tingkat kecemasannya berat merupakan masalah serius karena dapat
meningkatkan tekanan darah pasien, sehingga akan lebih rentan mengalami
komplikasi dini serta kegagalan terapi. Kecemasan yang terjadi pada pasien dapat
diantisipasi baik jika perawat melaksanakan peran sebagai advokat bagi pasien.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan peran advokasi perawat
dengan tingkat kecemasan pre operatif di ruang perawatan bedah RSUD Batara
Guru Belopa Kabupaten Luwu.
Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross-
sectional, jumlah responden sebanyak 22 pasien pre operasi perawat yang
ditetapkan dengan metode accidental sampling. Data dikumpulkan dengan
kuesioner dan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji
korelasi Pearson.
Kesimpulan penelitian membuktikan ada hubungan yang kuat antara peran
advolasi perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang perawatan
bedah RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu ( p : 0,003, r : 0.606).
Rumah sakit diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan perawat
tentang advokasi, meminimalkan kendala-kendala dalam pelaksanaan peran
advokasi dan mempertimbangkan untuk dibentuknya prosedur tetap pelaksanaan
advokasi khususnya pasien pre operasi.

Kata Kunci : Advokasi, Kecemasan

54
55

Lampiran 1 : Inform Concern

HUBUNGAN PERAN ADVOKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF DI RUANG PERAWATAN
BEDAH RSUD BATARA GURU KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015

Kepada Yth

Calon Responden

Di

Tempat

Dengan Hormat

Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan pada Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatah (STIKES) Kurnia Jaya Persada Palopo. Ingin melakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan peran advokasi perawat
pada pasien pre operasi hubungannya dengan kecemasan pasien.
Penelitian ini salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi . Maka saya
mengharapkan kesediaan bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini.
Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan
ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi
Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian
atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi
responden silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini
Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan jawaban dan tanggapan yang
sesungguhnya sesuai dengan kondisi yang Anda alami sehari-hari dan bukan
berdasarkan jawaban benar atau salah.

Terima kasih atas kesediaannya untuk bekerja sama dengan baik.

Belopa , 2015

Hormat Saya

Nuralaela

55
56

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan menjadi Responden

HUBUNGAN PERAN ADVOKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF DI RUANG PERAWATAN
BEDAH RSUD BATARA GURU KABUPATEN LUWU TAHUN 2015

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk ikut
berpartisipasi dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatah (STIKES) Kurnia
Jaya Persada Palopo Hubungan Peran Advokasi Perawat Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operatif Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Batara
Guru Kabupaten Luwu Tahun 2015
Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi pada saya. Apabila
ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman atau
berakibat negatif terhadap saya, saya berhak menghentikan atau mengundurkan
diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak.
Saya mengerti bahwa catatan/data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan
dan hanya dipergunakan untuk pengolahan data pada penelitian ini saja.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
berperan dalam penelitian ini.
.. , .. 2015
Tanda Tangan

...............................

56
57

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN ADVOKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF DI RUANG PERAWATAN
BEDAH RSUD BATARA GURU KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015
Petunjuk umum pengisian :
1. Kuesioner terdiri dari 2 paket :
a. Paket A : berisi kuesioner karakteristik responden.
b. Paket B : berisi kuesioner peran advokat perawat.
2. Diharapkan dapat memberikan jawaban sesuai dengan kondisi yang sebenar-
benarnya, sehingga jawaban yang diberikan dapat memberikan gambaran nyata
kondisi atau situasi yang dimaksud.
3. Dari setiap aitem pertanyaan yang ada, tinggal memilih satu jawaban yang paling
sesuai dengan kondisi yang dimaksud.

Data Demografi
Petunjuk Pengisian Bagian A: Berilah tanda (x) pada jawaban yang Anda maksud.

1. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan


2.Umur : 1. 15-20 Tahun 2. 21-25 tahun 3. 26-30 tahun 4.31-35 tahun
5. 36-40 tahun 6. 41- 45 tahun 7.46-50 tahun
4. Tingkat Pendidikan : 1. SD 2. SLTP 3. SLTA
4. Akademi/Sarjana
4. Jenis Pekerjaan : 1. PNS 2. Swasta 3. Wiraswasta 4. Pensiunan
5. Petani/nelayan/ buruh 6. IRT 7 : pelajar/mahasiswa

5. Kategori Operasi : 1. Ringan 2. Sedang 3. Berat


6. Pengalaman Operasi: 1. Pernah 2. Belum pernah

Kuesioner A : Peran advokat perawat


Skala ini berisi beberapa pernyataan. Anda diharapkan memilih salah satu dari tiga (3)
alternative jawaban. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban atas pernyataan yang
sesuai dengan kondisi Anda dengan ketentuan ketentuan sebagai berikut :

Ya : Apabila Anda merasa pernyataan tersebut benar-benar dilakukan oleh perawat


Tidak: Apabila Anda merasa pernyataan tersebut tidak pernah di lakukan perawat

No. Pernyataan Ya Tidak


Sebelum memberikan surat persetujuan operasi, perawat
1. memberikan informasi yang jelas tentang penyakitnya serta
tindakan medis yang akan dilakukan
Sebelum memberikan persetujuan operasi perawat
2.
memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
3. Sebelum memberikan persetujuan operasi, perawat

57
58

menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi


selama dan setelah operasi
Perawat menghargai hak pasien untuk memilih keputusan
4.
tentang tindakan operasinya
Perawat memberikan berbagai alternatif pilihan disertai
5.
penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan
6. Perawat menjelaskan prosedur operasi yang akan dijalani
Perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk
7.
terlibat dalam pembuatan keputusan rencana operasi pasien
Perawat memberikan kesempatan anggota keluarga
8.
mendampingi pasien sebelum operasi dilakukan
Perawat memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya
9. untuk menanyakan tentang segala prosedur yang akan
dilakukan
Perawat menjaga kerahasiaan mengenai keadaan pasien
10.
seperti yang diminta oleh keluarga
Perawat memberikan perhatian yang penuh selama persiapan
11.
operasi
Pada saat dokter menjelaskan rencana operasi, perawat
12.
menjelaskan perkembangan pasien
Perawat menanyakan kesiapan mental pasien untuk
13.
menjalani operasi
Perawat membantu pasien mengatasi ketakutan dan
14.
kecemasan menjelang operasi
Perawat melindungi pasien dari tindakan perawatan yang
15.
tidak pantas/ sesuai dengan peraturan yang berlaku
Perawat menjelaskan ketersediaan peralatan dan fasilitas
16.
yang dimiliki rumah sakit untuk pelaksanaan operasi
Perawat memberikan pilihan kepada pasien untuk
17.
menentukan dokter yang akan melakukan pembedahan
Perawat menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan pasien
18.
sebelum menjalani operasi
Perawat mengikuti keinginan pasien sepanjang untuk
19.
kebaikan dan kesejahteraan pasien
Perawat memberikan penjelasan secara terperinci kepada
20.
pasien/ keluarga mengenai biaya perawatan/ operasi

Kuesionaer B : kecemasan pasien pre operasi

No Pertanyaan Ringan Sedang Berat Berat


sekali
1. Apakah anda berdebar-debar menjelang
pelaksanaan operasi ?
2. Apakah anda gemetar menjelang
pelaksanaan operasi ?
3. Apakah anda mudah tersinggung
menjelang pelaksanaan operasi ?
4. Apakah semalam anda mengalami keulitan

58
59

tidur ?
5. Apakah anda banyak berkeringat menjelang
pelaksanaan operasi ?
6. Apakah anda merasa mual menjelang
pelaksanaan operasi ?
7. Apakah anda merasakan mulu kering
menjelang pelaksanaan operasi ?
8. Apakah anda sering ingin buang air kecil
menjelang pelaksanaan operasi ?
9. Apakah anda merasa lemas seluruh tubuh
menjelang pelaksanaan operasi ?
10. Apakah anda merasa tertekan didada/
tercekik menjelang pelaksanaan operasi ?
11. Apakah anda sering bertanya kepada
dokter/ perawat tentang rencana operasi
yang akan dijalani ?
12. Apakah anda merasakan tidak senang
dengan suasana diruangan menjelang
operasi yang akan dijalani ?
13. Apakah anda merasakan kekakuan pada
otot menjelang pelaksanaan operasi ?
14. Apakan anda kehilangan motivasi
menjelang pelaksanaan operasi ?

59
60

SKRIPSI

HUBUNGAN PERAN ADVOKASI PERAWAT TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF
DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD
BATARA GURU KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015

OLEH
NURLAELA
NIM. 01.2013.316

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
PALOPO
2015

60
61

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala nikmat, petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul Hubungan Peran

Advokasi Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Di

Ruang Perawatan Bedah RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu Tahun 2015

sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan pendidikan di

program studi (S1) Keperawatan di STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo.

Selesainya penyusunan proposal ini adalah hasil ikhtiar penulis dan

dukungan dari berbagai pihak, sehingga melalui pengantar ini kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Ibu Hj. Nuraeni Azis.S.Kp. M.Kes selaku ketua STIKES Kurnia Jaya Persada

Palopo sekaligus sebagai pembimbing pertama.

2. Ibu Grace Tedy Tulak, S.Kep. Ns,M.Kep Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo.

3. Bapak Lukman, S.Kep, Ns, selaku pembimbing II atas segala saran dan

bimbingan teknis penyusunan proposal ini.

4. Bapak Jumadil, S.Si. M.Kes, selaku penguji atas segala saran yang

konstruktif.

5. Direktur RSUD Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu yang telah memberikan

izin dan motivasi melanjutkan pendidikan.

6. Orang tuaku atas segala doa dan cinta kasihnya yang tulus yang tak mungkin

terbalaskan.

61
62

7. Civitas akademik Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Kurnia Jaya

Persada Palopo.

8. Seluruh teman-teman dan pihak lain yang telah membantu dan memberikan

saran untuk kelancaran penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih terdapat kekurangan dan

kelemahan olehnya diharapkan saran dan kritikan konstruktif dari berbagai pihak.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah

diberikan.

Palopo, September 2015

Penulis

62
63

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PERAN ADVOKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF DI RUANG PERAWATAN
BEDAH RSUD BATARA GURU KABUPATEN LUWU
TAHUN 2015

Disusun Oleh:
NURLAELA
NIM. 01.2013.316

Skripsi ini Telah Disetujui


Tanggal, .. Oktober 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Hj. Nuaraini Azis, S.,Kp. M.Kes Lukman, S.Kep., Ns

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Grace Tedy Tulak.,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0920078503

63
64

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
A. Konsep Peran Advokasi Perawat ............................................................ 6
B. Konsep Kecemasan ................................................................................. 15
C. Konsep Pre Operasi ................................................................................ 23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ................. 26
A. Kerangka Konsep ................................................................................... 26
B. Hipotesis ................................................................................................. 26
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 27
A. Desain Penelitian .................................................................................... 27
B. Populasi, Sampel dan Sampling ............................................................. 27
C. Variabel Penelitian ................................................................................. 28
D. Defenisi Opersional dan Krietria Objektif .............................................. 28
E. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 29
F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 29
G. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 29
H. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................. 30
I. Etika Penelitian ...................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 34
Lampiran

64
65

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR HASIL PENELITIAN

Skripsi dengan judul : Studi Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien Di
Ruang Rawat Inap RSUD Siwa Kabupaten Wajo tahun 2013 telah mendapat
persetujuan untuk diuji dalam seminar hasil penelitian

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Grace Tedy Tulak.S.Kep.Ns.M.Kep Lubis, S.Sos. M.A

KETUA
Program Studi S1 Keperawatan
(STIKES) KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

Grace Tedy Tulak.S.Kep.Ns.M.Kep


NIDN. 0920078501

65
66

ABSTRAK
STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
SKRIPSI, SEPTEMBER 2013

ANDI SUSILASWATI
STUDI PERAN ADVOKASI PERAWAT DALAM MERAWAT
PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SIWA KABUPATEN WAJO
TAHUN 2013

( 69 halaman + 4 Tabel + 6 Lampiran)

Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam


memungkinkan mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik dan
mengetahui keunikan pasien sebagai manusia holistik sehingga berposisi sebagai
advokat pasien (Curtin, 2001).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran advokasi perawat dalam
merawat pasien di ruang rawat inap RSUD Siwa Kabupaten Wajo. Desain
penelitian adalah survei deskriptif dengan jumlah sampel 51 perawat yang
ditetapkan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner dan dianalisa dengan deskriptif univariat.
Hasil penelitian menunjukkan perawat di RSUD Siwa sebagian besar telah
melaksanakan peran advokasi sebagai pembela hak pasien dengan baik yaitu 34
(66.7 %) dan yang masih kurang melaksanakan perannya sebanyak 17 (33.3%),
peran advokasi sebagai mediator pasien dengan baik yaitu 31 (60.8 %) dan yang
masih kurang 20 (39.2%), peran advokasi bertindak atas nama pasien dengan baik
yaitu 31 (60.8 %) dan yang masih 19 (37.3%) peran advokasi sebagai pelindung
terhadap keputusan pasien dengan baik yaitu 32 (62.7 %) dan masih kurang
melaksanakan perannya 19 (37.3%).
Saran penelitian adalah RSUD Siwa Kabupaten Wajo hendaknya
mensosialisasikan hak dan kewajiban pasien dan perawat di tiap ruang rawat inap
sehingga pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui hak dan kewajibannya.

Kata Kunci : Peran Advokasi, Perawat


Daftar Pustaka : 16 ( 2000-2011)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

66
67

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
F. Latar Belakang .................................................................................................... 1
G. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
H. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
I. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7
J. Keaslian Penelitian ............................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10
D. Tinjauan Umum tentang Hipertensi Pada Lansia ............................................... 10
E. Konsep Dukungan Keluarga ............................................................................... 25
F. Konsep Status Mental Emosional ...................................................................... 39
BAB III KERANGKA KONSEP .......................................................................... 51
C. Kerangka Konsep ............................................................................................... 51
D. Hipotesis ............................................................................................................. 51
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 53
J. Desain Penelitian ................................................................................................ 53
K. Populasi, Sampel dan Sampling ......................................................................... 53
L. Variabel Penelitian ............................................................................................. 55
M. Defenisi Opersional ............................................................................................ 55
N. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 57
O. Instrumen Penelitian ........................................................................................... 57
P. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................................. 58
Q. Pengolahan dan Analisa Data ............................................................................. 60
R. Etika Penelitian .................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 64
Lampiran

67
68

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
K. Latar Belakang .................................................................................................... 1
L. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
M. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
N. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
G. Konsep Keperawatan .......................................................................................... 6
H. Konsep Peran Advokasi Perawat ....................................................................... 12
BAB III KERANGKA KONSEP .......................................................................... 22
E. Kerangka Konsep ............................................................................................... 22
F. Variabel Penelitian ............................................................................................. 22
G. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................................ 23
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 24
S. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................................... 24
T. Populasi dan Sampel .......................................................................................... 24
U. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 26
V. Metode Pengolahan Data ................................................................................... 28
W. Analisa Data ....................................................................................................... 29

68
69

X. Etika Penelitian .................................................................................................. 29


BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 32
A. Hasil ................................................................................................................... 32
B. Pembahasan ........................................................................................................ 36
C. Keterbatasan penelitian ...................................................................................... 40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 41
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 41
B. Saran ................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 43
Lampiran-Lampiran

69
70

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat

rahmat dan bimbingan-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

penelitian dengan judul Studi Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien

Di Ruang Rawat Inap RSUD Siwa Kabupaten Wajo tahun 2013 sebagai salah

satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan pendidikan di program studi (S1)

Keperawatan di STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo.

Rampungnya penyusunan skripsi penelitian ini adalah berkat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Ibu Hj. Nuraeni Azis.S.Kp. M.Kes selaku ketua STIKES Kurnia Jaya Persada

Palopo.

2. Ibu Grace Tedy Tulak, S.Kep. Ns, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo, sekaligus sebagai pembimbing I atas

segala bimbingan dan waktunya selama penyusunan skripsi.

3. Direktur RSUD Siwa kabupaten Wajo yang telah memberikan izin melakukan

penelitian.

4. Bapak Lubis, S.Sos. M.A, selaku pembimbing II atas segala saran dan

bimbingan teknis penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Tenriwati Andi Syamsuddin,SH, penguji atas saran yang konstruktif.

70
71

6. Para civitas akademik Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Kurnia Jaya

Persada Palopo

7. Seluruh teman-teman dan pihak lain yang telah membantu dan memberikan

saran untuk kelancaran penulisan skripsi l ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan

kelemahan olehnya diharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi

perbaikan dan penyempurnaannya. Semoga Allah SWT memberikan balasan

pahala atas segala amal yang telah diberikan.

Palopo, September 2013

Penulis

Kuesioner Kecemasan Pasien

Baca setiap pertanyaan dan tentukan jawabannya. Pada jawaban yang dipilih dibuat
tanda X (silang). Jika ingin mengubah jawaban, tandai jawaban yang telah dipilih
dengan tanda = (sama dengan), kemudian pilih jawaban dengan menggunakan tanda
X (silang). Jika terdapat pertanyaan yang tidak dimengerti, silakan bertanya kepada
pewawancara.

Seberapa sering bapak/ibu terganggu oleh masalah-masalah berikut?


Pilihan yang ada pada setiap pertanyaan adalah tidak pernah (0), beberapa
hari (1), lebih dari separuh waktu yang dimaksud (2), dan hampir setiap hari

71
72

(3). Skornya untuk masing-masing pertanyaan adalah 0-3 sehingga rentang


skornya adalah dari 0 sampai 21

No PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Merasa gelisah, cemas atau amat tegang
Tidak mampu menghentikan atau mengendalikan rasa
2
khawatir
3 Terlalu mengkhawatirkan berbagai hal
4 Sulit untuk santai
5 Sangat gelisah sehingga sulit untuk duduk diam
6 Menjadi mudah jengkel atau lekas marah
Merasa takut seolah-olah sesuatu yang mengerikan mungkin
7
terjadi

72

Anda mungkin juga menyukai