Anda di halaman 1dari 24

Definisi

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang

menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta

(Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516).

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah

dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta.

Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah

dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang.

(Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).

Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.

Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga

menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup

aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa

melewatinya.

Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya

lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa

lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.

2.2 Etiologi

Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah

masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang

paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan

demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :

1. Kelainan kongenital
Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta .

sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua

daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat

tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup

mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.

1. Penumpukan kalsium pada daun katup

Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta).

Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah

yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang

kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah

stenosis aorta yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun,

namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.

1. Demam rheumatik

Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri

melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri

tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian

jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium

yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat

menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan

katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan

keduanya.

2.3 Patofisiologi

Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan

tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri
menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan

meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang

ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik

ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri.

Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus

menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard.

Iskemia miokard timbul timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang

hipertrofi.

Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat

bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah

disebut berat. Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan

manifestasi baru muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis

katup aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan

merangtsang mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya

agar miokard mengalami hipertrofi.Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan

menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut

dan mempertahankan wall stress yang normal berdasarkan rumus Laplace: Stress=

(pressurexradius): 2xthickness. Namun bila tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan

berkembang menjadi patologik disertai penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan

kekakuan dinding ventrikel,penurunan cadangan diastolic,penigkatan kebutuhan miokard dan

iskemia miokard .Pada akhirnya performa ventrikel kiri akan tergangu akibat dari asinkroni

gerak dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien trans-valvular menurun,tekanan

arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak nafas.Gejala yang mentolok

adalah sinkope,iskemia sub-endokard yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal

miokard (gagal jantung kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari
kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat dari

penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan katup

aorta.

Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidak mampuan jantung memenuhi

peningkatan curah jantung saat aktifitas ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer.

Aritmia supra maupun ventricular, rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir

diastolik dapat menimbulkan hipotensi dan sinkop.

Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta

yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida

Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung.

Deposisi kolagen akan menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik.

Setelah penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga

terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan

penurunan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi sistolik

2.4 Manifestasi klinis

Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis

katup aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta

terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat

mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis

katup aorta :

1. Nyeri dada

Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada

setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan

aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien
dengan penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi

ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh

pengerahan tenaga dan dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit

arteri koroner, nyeri dada disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung

karena arteri-arteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri

dada seringkali terjadi tanpa segala penyempitan dari arteri-arteri koroner yang

mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi

untuk mendorong darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan

oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri

dada (angina).

Ciri-ciri angina :

Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang

dada (sternum).

Nyeri juga bisa dirasakan di:

- Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.

- Punggung

- Tenggorokan, rahang atau gigi

- Lengan kanan (kadang-kadang).

Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan

nyeri.

Yang khas adalah bahwa angina:

- dipicu oleh aktivitas fisik

- berlangsung tidak lebih dari beberapa menit

- akan menghilang jika penderita beristirahat.


Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan

tertentu.

Angina seringkali memburuk jika:

- aktivitas fisik dilakukan setelah makan

- cuaca dingin

- stres emosional.

1. Pingsan (syncope)

Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan

pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi

(pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan

darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk

mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang,

menyebabkan pingsan. Pingsan dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu

denyut jantung yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup

rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala

syncope.

1. Sesak napas

Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia

mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim

dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluh-

pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan

untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika

penyakit berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya

sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan
hidup rata-rata setelah timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah

antara 6 sampai 24 bulan.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Electrocardiogram (EKG)

EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG

dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic

stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.

1. Chest x-ray

Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta

diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan

pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali

terlihat.

1. Echocardiography

Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh

gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang

mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membntu dokter-

dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu

klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga

menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut

Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep

aortic dan untuk menaksir area klep aortic.

1. Cardiac catheterization

Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-

tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep
aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep

aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan

suatu kateter khusus.

2.6 Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu timbul

gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,

tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau

replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk

pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan

untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit

memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana

biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan

melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus

dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa

masih sangat mengerikan. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada

anak dan remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang

menyempit. Dari pihak lain tantangan terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis aorta

membahayakan kehidupan. Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa

diharuskan, tetapi kemudian akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses

perkembangan rohani dan jasmani. Pada saat ini masih masih tidak diketahui dengan pasti

nasib katup buatan tersebut. Lebih mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis

subvalvular dari pada membran murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil

optimal. Lebih sukar lagi dari pada stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter

yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan

terjadinya penyempitan kembali sering.

Berikut bebearpa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)

2. Balloon Valvuloplasty (valvulotomy).

Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa menggantinya

merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan

kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika

mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit

sehingga dapat terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal

kembali. Balon valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup

aorta beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada infant dan anak-

anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu berhasil karena stenosis dapat

muncul kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk

penyembuhan stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty

terkecuali pada klien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup

atau valvuloplasty.

1. Percutaneous aortic valve replacement.

Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan

merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup

aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini

dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko

tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta


1. Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode antara lain :

2. Penempatan kembali katup aorta.

Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis katup aorta.

Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup yang rusak dengan katup mekanik baru atau

bagian dari jaringan katup. Katiup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi

dapat pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat

dengan katup. Oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti

koagulan seperti warfarin (caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan

darah. Sedangkan penggantian dengan katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi atau

berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya menggunakan jaringan katup yang berasal dari

katup pulmonary klien itu sendiri jika dimungkinkan.

1. Valvuloplasty.

Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih baik untuk

dilakukan daripada penggunaan metode balon valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru

lahir yang mengalami kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara

operasi bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan

meningkatkan kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki

katup yaitu menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.

2.7 Komplikasi

1. Gagal jantung

2. Hipertensi sisitemik

3. Nyeri dada (angina pectoris)

4. Sesak nafas
2.8 Prognosis

Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan rata

rata 30% katup artifisial bioprotese mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan

operasi ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah

trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan mengalami komplikasi perdarahan

ringan-berat akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat

dilakukan pada anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-kalsifikasi.Pada

orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan restenosis yang tinggi

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Anamnesa

1. Identitas

Nama Pasien : Ny. R

Umur : 41 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Alamat : Banyu Urip, Surabaya

Penanggung jawab biaya

Nama : Tn. F

Alamat : Banyu Urip, Surabaya


1. Keluhan Utama :

Klien dengan stenosis aorta akan mendapatkan nyeri dada (angina), pingsan (syncope) dan

sesak napas yang disebabkan oleh gagal jantung. Pada 4% pada pasien dengan stenosis aorta,

gejala pertama adalah kematian mendadak, biasanya sewaktu pengerahan tenaga yang berat.

1. Riwayat Penyakit Sekarang :

2 minggu yang lalu klien marasa nyeri dada dan disertai dengan sesak nafas, hingga akhirnya

klien mengalami sinkope, kemudian Suaminya membawanya ke RSUD Dr. Soetomo

1. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :

Klien pernah dirawat di RS dengan diagnosa typus.

1. Riwayat Penyakit Keluarga :

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang

disinyalir sebagai penyebab stenosis aorta.

1. Observasi

1. Keadaan umum

Suhu : 364oC

Nadi : 24 x/menit

Tekanan Darah : 120/80

RR : 87 x/menit

1. Pemeriksaan Persistem

2. B1 (Breathing)

Terjadi perubahan pernapasan, takipnoe, pernapasan dangkal.

1. B2 (Blood)

Ada perubahan denyut nadi, takikardia.

1. B3 (Brain)
Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Klien nampak gelisah.

1. B4 (Bladder)

Retensi urine

1. B5 (Bowel)

Normal

1. B6 (Bone)

Normal

3.2 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri dada behubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat

sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli dan retensi

cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.

3. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder.

4. Resiko tinggi terhadap ketidakseimbangan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan

peningkatan retensi cairan dan natrium oleh ginjal.

5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplay oksigen dan kebutuhan

oksigen jaringan.

6. Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit jantung.

3.3 Intervensi

1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen ke

miokardium

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respons nyeri

dada
Kriteria evaluasi : Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara

objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan

perfusi perifer, urine >600ml/ hari.

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Catat karakteristik nyeri, lokasi, 1. Variasi penampilan dan perilaku klien

lamanya, dan penyebaran karena nyeri terjadi sebagai temuan

pengkajian

1. Anjurkan pada klien untuk 2. Lokasi nyeri perikarditis pada bagian

melaporkan nyerinya dengan segera substansial menjalar ke leher dan

punggung. Tetapi beda dengan nyeri

iskemi miokard/ infark, nyeri tersebut

akan bertambah pada saat inspirasi

dalam, perubahan posisi, dan berkurang

pada saat duduk/ bersandar ke depan.

Nyeri berat dapat ,menyebabkan syok

1. Lakukan manajemen nyeri kardiogenik yang berdampak pada

keperawatan: kematian mendadak.

1. Atur posisi fisiologis

1. Posisi fisiologis akan meningkatkan

1. Istirahatkan klien suplai oksigen ke jaringan yang

mengalami iskemi

2. Istirahat akan menurunkan kebutuhan

oksigen jaringan perifer sehingga akan


menurunkan kebutuhan miokardium dan

akan meningkatkan suplai darah dan

oksigen ke miokardium yang

membutuhkan untuk menurunkan

1. Berikan oksigen tambahan dengan iskemik.

kanula nasal atau masker sesuai 3. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada

dengan indikasi untuk pemakaian miokardium sekaligus

mengurangi ketidaknyamanan akibat

1. Manajemen lingkungan: Lingkungan sekunder dari iskemik.

tenang dan batasi pengunjung 4. Lingkungan tenang akan menurunkan

stimulus nyeri eksternal dan pembatasan

pengunjung akan membantu

meningkatkan kondisi oksigen ruangan

yang akan berkurang apabila banyak

pengunjung yang akan berada di

ruangan.

5. Meningkatkan suplai oksigen sehingga

1. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan akan menurunkan nyeri akibat sekunder

dalam dan iskemik jaringan otak.

6. Distraksi (pengalihan perhatian) dappat

menurunkan stimulus internal dengan

1. Ajarkan teknik distraksi pada saat mekanisme peningkatan produksi

nyeri enddorfin dan enkefalin yang dapat

memblok reseptor nyeri untuk tidak

dikirimkan ke korteks serebri sehingga


menurunkan persepsi nyeri.

7. Manajemen sentuhan pada saat nyeri

berupa sentuhan dukungan psikologis

dapat membantu menurunkan nyeri.

1. Lakukan manajemen sentuhan Masase ringan dapat meningkatkan

aliran darah dan dengan otomatis

membantu suplai darah dan oksigen ke

area nyeri dan menurunkan sensasi

nyeri.

Kolaborasi

Pemberian terapi farmakologi Obat- obat antiangina bertujuan untuk

antiangina (nitrogliserin) meningkatkan aliran darah baik dengan

menambah suplai oksigen atau dengan

mengurangi kebutuhan miokardium

akan oksigen. Nitrat berguna untuk

kontrol nyeri dengan efek vasodilator

koroner

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli dan retensi

cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.

Kriteria hasil : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal (16- 20x/ menit), respons

batuk berkurang.

Intervensi Rasional
Mandiri

1. Auskultasi bunyi napas (crackles) 1. Indikasi adanya edema paru; sekunder

akibat dekompensasi jantung

1. Ukur intake dan output cairan 2. Penurunan curah jantung

mengakibatkan tidak efektifnya perfusi

ginjal, retensi natrium/ cairan, dan

penurunan output urine.

3. Perubahan tiba- tiba dari berat badan

1. Timbang berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan

cairan.

4. Memenuhi kenutuhan cairan tubuh

1. Pertahankan pemasukan total cairan orang dewasa, tetapi memerlukan

2000ml/ 24 jam dalam toleransi pembatasan dengan adanya

kardiovaskuler dekompensasi jantung.

Kolaborasi 1. Natrium meningkatkan retensi cairan

1. Berikan diet tanpa garam dan meningkatkan volume plasma yang

berdampak terhadap peningkatan beban

kerja jantung dan akan meningkatkan

kebutuhan miokardium.

2. Diuretik bertujuan untuk menurunkan

volume plasma dan menurunkan retensi

1. Berikan diuretik, contoh: cairan di jaringan sehingga menurunkan

Furosemide, sprinolakton, risiko terjadinya edema paru.

hidronolakton 3. Hipokalemia dapat membatasi


keefektifan terapi.

1. Pantau data laboratorium elektrolit

kalium

1. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder

Data Penunjang : Mengeluh sesak nafas, badan panas, cepat lelah, pusing, mual, nyeri dada,

palpitasiO : BP menurun, MAP abnormal, tachichardi, denyut lemah, Dyspnea, dysritmia,

pulsus paradoks, JVP > 3 cm H2O, Cyanosis

Kriteria Hasil: Keluhan hilang, ABG normal, pola EKG, isoelektrik, Vital sign dan cardiac

isoenzim dalam batas normal , tanda pulsus paradoks hilang, cyanosis hilang
Intervensi Rasional

Mandiri

1. Evaluasi vital sign 1. Indikasi menunjukkan adanya tanda-

2. Evaluasi bunyi jantung, pericardial tanda penyakit timbul kembali, missal:

friction rub, CVP. RR meningkat/ menurun, TD render

3. Observasi tanda dan gejala yang atau tinggi,dan lain- lain.

mungkin merupakan indikasi 2. Indikasi menunjukkan adanya bunyi

berkembangnya kegagalan. jantung yang tidak normal yang bias

4. Observasi tanda tanda toxicitas menandakan adnya kelainan.

digitales 3. Mencegah penyakit memburuk.

5. Pertahankan patensi jalur IV 4. Jika ditemukan tanda- tanda tixicitas,

1. Bila muncul tanda tanda segera dihentikan pengobatan digitalis

tamponade, maka letakkan klien tersebut agar tidak memperparah

dalam posisi fowler dan observasi penyakit.

tanda vital sign secara ketat 5. Kebutuhan cairan pasien terpenuhi,

2. Kolaborasi dengan team medis untuk tidak dehidrasi.

tindakan : 6. Posisi semifowler bias memudahkan

- Oksigenasi konsentrasi 24 % - klien untuk mendapatkan oksigen untuk

25 % dengan kecepatan aliran 2 3 bernapas.

liter permenit - Membantu klien untuk memenuhi

- Digitalis, diuretic, anti oksigenasinya.

disritmia - Obat- obat ini dapat mencegah

- Antibiotik per parenteral memprburuk keadaan klien.

- Pericardiocentesis
1. Resiko tinggi terhadap ketidakseimbangan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan

peningkatan retensi cairan dan natrium oleh ginjal.

Data Penunjang : Berat badan meningkat, Adanya Edema

Kriteria Hasil : Keseimbangan output dan input cairan, berat badan stabil, tanda vital dalam

rentang normal, dan tidak ada edema

Intervensi Rasional

1. Pantau masukan dan pengeluaran,1. Kehilangan berat badan bisa mengindikasi

catat keseimbangan cairan, timbang adanya klien kekurangan cairan.

berat badan tiap hari. 2. Memantau ada atau tidaknya suara jantung

2. Auskultasi bunyi nafas dan jantung abnormal.

3. Kaji adanya distensi vena jugularis


3. Distensi vena jugularis mengindikasi

4. Pantau Tekanan Darah adanya gagal jantung kanan.

5. Catat laporan dyspnea, ortopnea, 4. Tekanan darah harus diukur pada waktu

Evaluasi adanya edema yang telah ditentukan untuk menetukan

6. Jelaskan tujuan pembatasan cairan klien syok atau melemahnya kerja jantung.

7. Tindakan Kolaborasi : Berikan 5. Edema menunjukkan ketidakseimbangan

diuretik cairan.

8. Pantau elektrolit serum khususnya6. Pembatasan cairan bertujuan agar tidak

kalium terjadi retensi cairan.

9. Berikan cairan IV melalui alat 1. Diuretik bertujuan untuk menurunkan

control volume plasma dan menurunkan retensi

10. Berikan cairan sesuai indikasi cairan di jaringan sehingga menurunkan

11. Berikan batasan diet natrium risiko terjadinya edema paru.

sesuai indikasi
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplay oksigen dan kebutuhan

oksigen jaringan.

Data Penunjang :

- Laporan verbal kelemahan atau fatigue

- Kecepatan jantung abnormal atau TD tidak berespon terhadap aktivitas

- Ketidaknyamanan kerja atau dyspnea

Intervensi Rasional

1. Kaji toleransi pasien terhadap

aktivitas menggunakan parameter

berikut : Nadi 20 per menit diatas

frekuensi istirahat, catat

peningkatan TD, Nyeri dada,

kelelahan berat, berkeringat, pusing

dan pingsan

2. Kaji kesiapan pasien untuk

meningkatkan aktivitas

3. Dorong memajukan aktivitas

4. Berikan bantuan sesuai dengan

kebutuhan dan anjurkan

penggunaan kursi mandi

1. Dorong pasien untuk partisipasi

dalam memilih periode

2. Jika tidak sesuai parameter, klien

dikaji ulang untuk mendapatkan


perawatan lebih lanjut.

3. Persiapkan dan dukung klien untuk

melakukan aktivitas jika sudah

mampu.

4. Agar klien termotivasi untuk

melakukan aktivitas sehingga

terpacu untuk sembuh.

5. Memudahkan klien ntuk

beraktivitas tapi tidak memanjakan.

1. Klien termotivasi untuk sembuh.

1. Ansietas berhubungan dengan

prognosa penyakit jantung

Data Penunjang :

- Rangsang simpatis, eksitasi, kardiovaskuler, gelisah, insomnia

- Peningkatan tegangan, ketakutan

- Peningkatan ketidakberdayaan ; Takut konsekuensi yang tak khusus

- Ketidakpastian ; Fokus pada diri sendiri

Intervensi Rasional

1. Pantau respon fisik ; contoh palpitasi 1. Mengetahui klien dalam keadaan

; takikardi ; gerakan berulang normal atau tidak.

2. Berikan tindakan kenyamanan 2. Dengan kenyamanan, bias

3. Koordinasikan waktu istirahat dan mengurangi kecemasan klien yang

aktivitas saat senggang tepat untuk berhubungan dengan penyakitnya.

kondisi 3. Dengan memanajemen waktu dengan

4. Dorong ventilasi perasaan tentang baik, kondisi klien bisa fit saat
penyakit efeknya terhadap pola beraktivitas.

hidup dan status kesehatan akan 4. Sharing atau saling cerita mengenai

datang apa yang dirasakan tentang penyakitnya

5. Anjurkan pasien melakukan teknik pada perawat agar perawat bisa

relaksasi memantau kondisi psikologis klien.

6. Kaji ketidakefektifan koping dengan 5. Mengetahui klien dalam keadaan

stresor stress atau tidak agar koping klien

efektif.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah

dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta.

Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah

dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang.

Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering

adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.

Daftar pustaka

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Anonymousa. 2010 .http://www.infokedokteran.com/article/Stenosis-aorta.html. diakses

tanggal 22, Nopember 2010.

Anonymousb. 2010. http://aslikoe.blogspot.com/2009/09/stenosis-katup-aorta.html. diakses

tanggal 22, Nopember 2010.


Anonymousc. 2010. http://askep-anak-stenosis-katup-aorta-aortic_25.html. diakses tanggal

22, Nopember 2010.

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook


Label: askep
Newer Post Older Post Home

pencarian materi lain


askep gadar pada pasien syok
Pengkajian keperawatan komunitas
Penggolongan Antidiabetik Oral/Hipoglikemik Oral
Indikasi Obat Dionicol
manfaat keanekaragaman hayati

Feedjit

Link Kesehatan Copyright 2011-2012 | Powered by Blogger

Anda mungkin juga menyukai