Anda di halaman 1dari 31

CASE BESAR

ODS KATARAK SENILIS INSIPIENS + PINGUEKULITIS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATA

RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

26 SEPTEMBER 2016 29 OKTOBER 2016

1
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Bp. B
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Kernet bus
Alamat : Karang anyar

II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 26 September 2016

Keluhan Utama:
Mata kanan dan kiri seperti ada yang mengganjal

Keluhan tambahan:
Mata kanan dan kiri silau dan buram

Riwayat Penyakit Sekarang:


Mata kanan dan kiri buram jika melihat jauh dan silau sejak 2 bulan yang lalu.
Pasien mengaku mata kanan dan kiri suka berair, cairan berwarna bening. Pasien juga
mengatakan bahwa dia sering mengelas dan matanya sering kena sinar las karena tidak
memakai kacamata serta sering terkena sinar matahari. Pasien riwayat demam disangkal,
riwayat trauma fisik juga disangkal. Riwayat pemakaian obat yang lama disangkal.
Tidak ada riwayat pemakaian kacamata.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit kencing manis tidak ada, asma tidak ada, alergi obat tidak ada,
hipertensi tidak ada dan pasien memiliki riwayat maag.

2
Riwayat Penyakit Keluarga:

Pasien tidak tahu apakah ada yang menderita hal yang sama seperti pasien

Riwayat Sosial Ekonomi:


Pasien berobat dengan jaminan kesehatan BPJS. Keluarga pasien memiliki
kemampuan ekonomi kebawah.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Status gizi : Obesitas (TB 180 cm, BB 112 kg)

B. STATUS OFTALMOLOGIKUS

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)


0,25 Visus 0,2
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal, Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-), Bulbus okuli enoftalmus (-),
eksoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-) strabismus (-)
edema (-) edema (-)
hiperemis(-) hiperemis(-)
nyeri tekan (-) Palpebra nyeri tekan (-)
blefarospasme (-) blefarospasme (-)

3
lagoftalmus (-) lagoftalmus (-)
ektropion (-) ektropion (-)
entropion (-) entropion (-)
edema (-) edema (-),
injeksi siliar (-) injeksi siliar (-),
injeksi konjungtiva (+) Konjungtiva injeksi konjungtiva (+),
infiltrat (-) infiltrat (-),
hiperemis (+) hiperemis (+)
Putih Sklera Putih
Bulat Bulat
jernih jernih
edema (-), Kornea edema (-)
arkus senilis (+) arkus senilis (+)
keratik presipitat (-) keratik presipitat (-)
infiltrat (-) infiltrat (-)
sikatriks (-) sikatriks (-)
Jernih, dalam, Camera Oculi Anterior Jernih, dalam,
hipopion (-), hifema (-) (COA) hipopion (-),hifema (-)
Kripta(N), atrofi (-) Kripta(N), atrofi (-)
coklat, edema(-), Iris coklat, edema(-),
synekia (-) synekia (-)
Reguler, bentuk bulat Reguler, bentuk bulat
Letak sentral, hitam Pupil Letak sentral, hitam
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/+) refleks pupil L/TL : (+/+)
Keruh Lensa Keruh
Test Shadow (-) Test Shadow (-)
Sulit dinilai Vitreus Sulit dinilai
Sulit dinilai Retina Sulit dinilai
Positif Fundus Refleks Positif

4
Tidak dilakukan TIO Tidak dilakukan
Lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Lakrimasi (-)

IV. RESUME
Mata kanan dan kiri buram jika melihat jauh dan silau sejak 2 bulan yang lalu. Pasien
mengaku mata kanan dan kiri suka berair, cairan berwarna bening. Pasien juga mengatakan
matanya sering kena sinar las karena tidak memakai kacamata serta sering terkena sinar
matahari. Pasien riwayat demam disangkal, trauma fisik pada mata disangkal, riwayat
pemakaian obat yang lama disangkal dan tidak ada riwayat pemakaian kacamata.
Dari pemeriksaan fisik mata :

OD

- Visus: 0,25, tidak dikoreksi.


- Gerakan bola mata normal
- Terdapat injeksi konjungtiva dan hiperemis
- Lensa keruh, shadow test (-)

OS
- Visus: 0,2 tidak di koreksi.
- Gerakan bola mata normal
- Terdapat injeksi konjungtiva dan hiperemis
- Lensa keruh, shadow test (-)

V. DIAGNOSIS KERJA
ODS Katarak Immatur Insipiens + Pinguekulitis

Dasar:

Dari anamnesis : Mata kanan dan kiri seperti ada yang mengganjal, buram sejak 2 bulan
yang lalu. Mata sering terkena sinar las karena tidak memakai kacamata las dan juga
mata OS sering terkena sinar matahari. Mata kanan dan kiri buram jika melihat jauh dan
silau sejak 2 bulan yang lalu.

5
Dari pemeriksaan fisik:
Mata kanan visus: 0,25, tidak dikoreksi, terdapat injeksi konjungtiva dan
hiperemis, lensa keruh, shadow test (-).
Mata kiri visus: 0,2 tidak di koreksi, terdapat injeksi konjungtiva dan hiperemis
lensa keruh, shadow test (-)

VI. PEMERIKSAAN ANJURAN


1. USG Biometri
2. Retinometri

VII. PENATALAKSANAAN
Medika Mentosa

- Catarlent ED fl no I
S 4 dd gtt I ODS
- Erlamycetin plus ED fl no I
S 3 dd gtt II ODS
Non Medika Mentosa
- OS pro phaecoemulsifikasi +IOL

VIII. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Ad Kosmetikan : ad Bonam ad Bonam

6
Tinjauan Pustaka
1. Katarak
Pendahuluan

Katarak adalah suatu kekeruhan lensa (lens opacity). Katarak dapat disebabkan
terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit, serta dapat pula disebabkan
denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.1,2

Klasifikasi
Katarak diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, seperti usia, saat kemunculan
dan lokasi terjadinya. Klasifikasi tersebut dijabarkan sebagai berikut.1
Berdasarkan usia:
1. Katarak developmental
1) Katarak kongenital
Merupakan katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun. Fakta- fakta
penting menyangkut keadaan ini adalah bahawa 33% kasusnya idiopatik dan bisa
unilateral atau bilateral. 33% diwariskan dan keadaan ini biasanya bilateral.
Sedangkan 33% lagi dikaitkan dengan penyakit sistemik dan biasanya dalam
kondisi ini kejadian katarak bersifat bilateral. Separuh dari keseluruhan katarak
kongenital disertai anomaly mata lainnya berupa PHPV (Primary Hyperplastic
Posterior Vitreus), aniridia, koloboma, mikroftalmus, dan buftalmus (pada
glaukoma infantile).
Pada neonatus yang sehat, katarak kongenital timbul karena pewarisan. Namun
kadang tidak diketahui sebabnya. Pada neonatus yang tidak sehat, katarak
kongenital timbul karena infeksi intrauteri atau gangguan metabolik. Infeksi
intrauteri disebabkan Rubella (terbanyak), toksoplasmosis, infeksi
sitomegalovirus, dan varisela. Ciri-ciri neonatus yang terinfeksi Rubella adalah
badannya kecil (small baby) akibat absorpsi usus tidak sempurna, katarak, dan
adanya penyakit jantung kongenital. Sedangkan gangguan metabolik yang dapat

7
menyebabkan katarak kongenital adalah galaktosemia, hipoglikemia, dan
hipokalsemia.
2) Katarak juvenile, katarak yang terjadi di bawah usia 9 tahun.
2. Katarak presenilis, yakni katarak yang terjadi di usia lebih dari 9 tahun.
3. Katarak senilis, katarak setelah usia 40 tahun. Katarak senilis diklasifikasikan
berdasarkan lokasi kekeruhan lensa dan maturitas lensa.
Berdasarkan lokasi kekeruhan lensa, katarak dibagi menjadi:
1. Katarak subkapsuler
Insidennya 20 % dari keseluruhan kasus katarak senilis. Katarak ini bisa terjadi di
subkapsuler anterior dan posterior. Pada subkapsularis anterior, biasanya terdapat
pada glaukoma sudut tertutup kut, toksisitas amiodaron, dan miotik. Sedangkan pada
subkapsularis posterior, biasanya terdapat pada pasien dengan diabetes mellitus dan
penggunaan steroid. Pasien merasa sangat terganggu saat membaca di cahaya yang
terang dan biasanya melihat halo di malam hari. Katarak ini termasuk katarak imatur
dan pemeriksaannya menggunakan lampu celah (slitlamp).
2. Katarak nuklearis
Insidennya 30 % dari keseluruhan kasus katarak senilis. Katarak nuklearis cenderung
progresif perlahan-lahan, dan secara khas mengakibatkan gangguan penglihatan jauh
yang lebih besar daripada penglihatan dekat. Pada awal terjadinya katarak nuklearis,
sering terjadi miopisasi; pandangan jauh tiba-tiba kabur, dengan koreksi sferis -5/-6
D. Semakin lama semakin besar koreksi yang diperlukan. Miopisasi ini terjadi karena
pada katarak nukelaris, nukleus mengeras secara progresif sehingga mengakibatkan
naiknya indeks refraksi. Pada beberapa kasus, justru miopisasi mengakibatkan
penderita presbiopia mampu membaca dekat tanpa harus menggunakan kacamata,
kondisi ini disebut second sight. Perubahan mendadak indeks refraksi antara nukleus
sklerotik dan korteks lensa dapat mengakibatkan diplopia monokular. Kekuningan
lensa progresif yang dijumpai pada katarak nuklearis mengakibatkan penderita sulit
membedakan corak warna.

8
3. Katarak kortikal
Lokasinya di anterior dan posterior, dengan insidennya 50 % dari keseluruhan kasus
katarak senilis. Dapat melibatkan korteks anterior, posterior, maupuan ekuatorial.
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang pada lapisan yang
mengelilingi nukleus atau korteks. Katarak kortikal biasanya terjadi bilateral tetapi
dapat terjadi juga secara asimetris dan berpengaruh terhadap fungsi visual tergantung
lokasi kekeruhan pada aksis. Keluhan yang paling sering dijumpai pada katarak
kortikal adalah silau saat melihat ke arah sumber cahaya. Pemeriksaan lampu celah
(slitlamp) biomikroskop berfungsi untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi
hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa
mengalami elongasi ke anterior.

Anamnesis

Pengambilan riwayat penyakit yang teliti penting untuk menentukan progresivitas penyakit dan
gangguan fungsional penglihatan yang dihasilkan karena katarak dan untuk mengidentifikasi
penyebab lain pada kekeruhan lensa. Seorang pasien katarak senilis sering kali ditemukan
dengan riwayat penurunan dan gangguan penglihatan progresif yang terjadi secara bertahap.
Gangguan penglihatan demikian bervariasi bergantung pada jenis katarak yang dialami oleh
pasien.

Keluhan utama digolongkan menurut lama, frekuensi, hilang-timbul, dan cepat timbulnya
gejala. Lokasi, berat, dan keadaan lingkungan saat timbulnya keluhan harus diperhatikan,
demikian pula setiap gejala yang berkaitan. Obat mata yang dipakai belakangan ini dan
semua gangguan mata yang pernah maupun yang sedang terjadi harus dicatat. Selain itu,
semua gejala mata lain yang berhubungan perlu dipertimbangkan. Keluhan yang sering
diungkapkan pasien katarak antara lain:
o Penurunan ketajaman visual
o Cahaya yang menyilaukan
o Pergeseran miopik

9
Riwayat kesehatan terdahulu berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum dan,
bila ada, penyakakit sistemik yang penting. Gangguan vaskular yang biasanya menyertai
manifestasi mata, seperti diabetes dan hipertensi, harus ditanyakan secara spesifik. Selain
itu, seperti halnya riwayat medik umum, harus diketahui obat-obat mata yang dipakai dan
obat-obatan sistemik pasien. Hal ini menunjukkan keadaan kesehatan umum dan dapat
diketahui obat-obatan yang mempengaruhi kesehatan mata, seperti kortikosteroid. Setiap
alergi obat juga harus dicatat.
Riwayat keluarga berhubungan dengan sejumlah gangguan mata, seperti strabismus,
ambliopia, glaukoma, atau katarak, serta kelainan retina, seperti ablatio retina atau
degenerasi makula. Penyakit diabetes juga mungkin relevan.

Gejala mata yang umum dapat dibagi dalam tiga kategori dasar, yaitu kelainan penglihatan,
kelainan tampilan mata, dan kelainan sensasi mata seperti nyeri dan rasa tidak nyaman. Gejala
dan keluhan harus terinci lengkap, mulai dari onset atau munculnya gejala (perlahan, cepat atau
asimptomatik misalnya penglihatan kabur di satu mata tidak diketahui sampai mata sebelahnya
ditutup), durasinya (singkat, menetap atau hilang timbul), lokasi (setempat/fokal atau difus,
unilateral atau bilateral) dan derajat gejala (ringan, sedang, berat). Kemudian, hal yang perlu
diketahui adalah tindakan pengobatan yang telah dijalani dan seberapa besar efeknya, keadaan
yang memicu atau memperberat gejala, riwayat kejadian sebelumnya (apakah pasien pernah
mengalami keadaan serupa) dan gejala tambahan lainnya.3,4

Pemeriksaan Fisik Mata

Pada pemeriksaan tajam penglihatan dipakai kartu Snellen. Dengan kartu Snellen ini
dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang seperti

- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter
- Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukan angka 30,
berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60
meter.
10
- Bila penglihatan pada saat hitung jari 1/60 maka di lakukan lambaian tangan. Bila
mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam
penglihatan 1/300.
- Bila tidak dapat dengan lambaian tangan maka digunakan persepsi cahaya. Bila
dapat dilihat makan tajam penglihatannya 1/
- Bila tidak dapat melihat cahaya maka dapat dikatakan bahwa tajam
penglihatannya adalah 0 5

Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi

Dilakukan secara luas dalam bidang oftalmologi untuk menyediakan informasi


tentang vitreous, retina, lapisan posterior mata, terutama bila tidak dapat
divisualisasi dengan jelas.

2. Keratometri

Bentuk korne (radius kelengkungan) dapat diukur dari bayangan target yang
direfleksikan dari permukannya. Hal ini penting dalam penilaian lensa kontak,
pembedahan refraktif, dan perhitungan kekuatan implant lensa artifisial pada
pembedahan katarak. Teknik fotokeratometri memungkinkan dilakukan pemetaan
kontur kornea yang sangat akurat 11

3. Teknik pencitraan radiologi

CT scan dan MRI telah banyak menggantikan rontgen tengkorak dan ortbita
dalam pencitraan orbita dan jalur visual. Teknik diagnostic terbaru telah
meningkatkan diagnosis penyakit orbita dan lesi jalur visual seperti tumor
hiposfisis. Teknik-teknik tersebut juga telah menjadi pemeriksaan lini oertama
pada trauma orbita

11
4. Teknik Pencitraan digital dan pemindaian laser

Teknik baru pencitraan retina sedang dikembangkan untuk memperbaiki kualitas


gambar retina dan lempeng optic dan untuk mendapatkan penilaian kuantitatif.
Teknik-teknik ini akan membantu penilaian pasien dengan penyakit kronis seperti
glaukoma dan diabetes dimana tatalaksana membutuhkan penilaian perubahan
pada lempeng maupun retina yang akurat 11

Differential Diagnosis

Katarak traumatic
Katarak traumatik terjadi akibat benda asing, trauma tumpul, maupun trauma tusuk.
Penyebab lain yang jarang misalnya sinar infra merah, kejut listrik, dan radiasi ionik.
Katarak yang disebabkan trauma tumpul biasanya menyebabkan kekeruhan di sumbu
posterior berbentuk bintang atau rosette (seperti mawar) yang bisa stabil atau progresif,
sementara trauma tusuk dengan gangguan pada kapsul lensa membentuk perubahan
kortikal yang dapat tetap setempat jika kerusakannya kecil atau dapat berkembang cepat
menjadi kekeruhan kortikal total. Benda asing yang mengganggu kapsul lensa membuat
humor akuos dan vitreus bisa masuk ke dalam lensa dan menyebabkan terbentuknya
katarak. Lensa muda lebih rentan terhadap trauma.4,6

Katarak diabetika
Katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes melitus.
Katarak pada pasien diabetes melitus dapat terjadi dalam 3 bentuk :

12
1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan
terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan
terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula
normal kembali.
2. Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, di mana terjadi katarak serentak pada
kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular.
3. Katarak pada pasien diabetes dewasa di mana gambaran secara histologik dan
biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia dapat
penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa yang meningkatkan tekanan osmotik
dan menyebabkan cairan bertambah dalam lensa. Pada mata terlihat meningkatkan
insidens maturasi katarak yang lebih ada pasien diabetes. Adalah jarang ditemukan "true
diabetik" katarak. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang
sebagian jernih dengan pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran
darah gula puasa.5

Katarak komplikata

Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang,
dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra
okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan
pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik
endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid, galaktosemia, dan miotonia distrofi) dan
keracunan obat (tiotepa intra vena, steroid lokal lama, steroid sistemik, oral kontra septik
dan miotika antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus di mana
mulai katarak selamanya di daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan
dapat difus, pungtata ataupun linear. Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya
terlihat vakuol.

Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior
mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata. Katarak pada polus posterior
terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina dan
miopia tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan

13
aksial yang biasanya tidak berjalan cepat di dalam nukleus, sehingga sering terlihat
nukleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan
gambaran agak berlainan.

Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan komea
berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridosiklitis akan
mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaukoma akan
terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt).

Katarak komplikata selamanya mulai di daerah korteks atau di bawah kapsul yang
menuju di daerah korteks atau di bawah kapsul yang menuju ke serah sentral. Katarak
komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantil, hipoparatiroidisma. Pada
lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu menjadi katarak lamelar.
Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.5

Glaukoma

Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan


abnormal tekanan intraokular (sampai lebih dari 20 mm Hg). Tekanan yang tinggi,
kadang-kadang mencapai 60-70 mmHg, menyebabkan kompresi saraf optikus ketika
saraf tersebut keluar dari bola mata sehingga terjadi kematian serabut saraf. Pada
beberapa kasus, glaukoma dapat terjadi walaupun tekanan intraokular normal. Jenis
glaukoma ini berkaitan dengan penyebab lain kerusakan saraf optikus. Glaukoma adalah
penyebab utama kebutaan di Amerika Serikat dan penyebab tersering kedua kebutaan di
seluruh dunia.

Kebutaan akibat glaukoma biasanya terjadi secara bertahap apabila tekanan


intraokular secara perlahan meningkat, namun dapat terjadi dalam beberapa hari apabila
tekanan intraokular mendadak menjadi tinggi. Mula-mula biasanya terjadi gangguan
penglihatan perifer, yang diikuti oleh gangguan penglihatan sentral. Kebutaan yang
disebabkan oleh glaukoma bersifat ireversibel. Dua jenis utama glaukoma adalah
glaukoma penutupan sudut akut dan glaukoma sudut terbuka primer.

Glaukoma biasanya disebabkan oleh obstruksi aliran aqueous humor keluar dari
ruang mata. Glaukoma penutupan sudut akut disebabkan oleh obstruksi aliran secara

14
mendadak melalui sudut antara kornea dan iris, yang dapat terjadi pada infeksi atau
cedera atau bahkan tanpa alasan yang jelas. Sebaliknya, glaukoma sudut terbuka primer
terjadi lebih bertahap, biasanya akibat fibrosis yang berhubungan dengan usia di sudut
tersebut atau obstruksi bertahap saluran lain yang bcrperan dalam aliran aqueous humor.
Pada kasus tersebut, terdapat peningkatan progresif tekanan intraokular. Kadang-kadang,
peningkatan produksi aqueous humor dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Faktor risiko glaukoma adalah usia (10% pada usia >80), riwayat keluarga
positif, berasal dari Karibia-Afrika, kornea tipis, miopia, dan mutasi genetik.

Glaukoma dapat didiagnosis dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Penurunan


lapang pandang secara mcndadak atau bertahap dapat dilaporkan. Hasil pemeriksaan
tekanan intraokular biasanya akan tinggi. dan inspeksi ketat saraf optikus dapat
menunjukkan perubahan warna yang khas dan pelengkungan pinggiran retina. Diagnosis
dini glaukoma sangat penting untuk mcngurangi risiko kebutaan.7

Retinopati
Retinopati memaksudkan kelainan non-inflamasi yang mengenai retina, sering
disebabkan karena penyakit/kelainan lain di luar terutama diabetes, bisa juga karena
hipretensi, prematuritas, hemoglobinopati. Kelainannya terutama terjadi pada pembuluh
darah retina, yang dapat berupa mikroaneurisma, neovaskularisasi, perdarahan, dan
pembentukan kekeruhan pada retina. Gejalanya pandangan kabur dengan seperti ada
benda melayang dalam penglihatan. Mikroaneurisma adalah penonjolan pembuluh retina.
Pada pemeriksaan oftalmoskopi, terlihat seperti titik merah kecil yang tidak berubah yang
berhubungan dengan pembuluh darah. Mikroaneurisma ini cenderung untuk mengalami
kebocoran plasma, menghasilkan edema terlokalisasi yang memberi retina tampilan
berkabut/samar. Mikroaneurisma dapat menurunkan ketajaman visual jika melebar ke
macula dan menyebabkan degenerasi sebelum diabsorbsi.

Neovaskularisasi pada retina berkembang mulai dari koriokapilaris, meluas di


antara lapisan pigmen dan sensoris, atau dari vena-vena retina, meluas ke antara jaringan
sensoris retina dan kavum vitreus dan kadang-kadang ke dalam vitreus. Pembuluh-
pembuluh darah yang baru ini bersifat rapuh, mudah berdarah, dan mengalami kebocoran
protein.

15
Perdarahan dapat terjadi pre-retinal (antara retina dan vitreus, biasanya
perdarahan besar karena hanya dibatasi longgar, akan diserap tanpa komplikasi jika tidak
menembus ke dalam vitreus), intraretinal (terjadi karena ketidaknormalan pembuluh
retina, peningkatan tekanan pembuluh darah, atau tarikan vitreus), atau subretinal (antara
koroid dan lapisan pigmen retina, biasanya karena neovaskularisasi).

Cahaya dalam keadaan normal melewati bagian dalam retina yang transparan
sebelum mencapai fotoreseptor. Kekeruhan seperti karena perdarahan, eksudat, edema,
dan lain-lain, dapat menyebabkan hilangnya kejernihan terlokalisir yang dapat dilihat
pada oftalmoskopi.6

Working Diagnosis

Katarak senilis
Katarak senilis merupakan jenis yang paling umum terjadi di seputar dunia dan
merupakan penyebab utama menurunnya penglihatan akibat usia. Dengan penuaan normal,
nukleus dan korteks lensa melebar seraya serat-serat baru dibentuk di bagian kortikal lensa. Pada
nukleus, serat yang tua menjadi lebih tertekan dan terdehidrasi. Perubahan metabolik terjadi dan
protein lensa menjadi lebih sukar larut, dan konsentrasi kalsium, natrium, kalium, dan fosfat
meningkat. selama stadium awal pembentukan katarak, pigmen kuning dan vakuol berakumulasi
di serat lensa. Molekul protein yang tidak melipat, persilangan kelompok-kelompok sulfhidril,
dan konversi dari protein larut menjadi tak larut membuat hilangnya kejernihan lensa. Onsetnya
bertahap, dan satu-satunya gejala ialah meningkatnya penglihatan kabur dan kelainan
penglihatan.

Diagnosis katarak didasarkan pada pemeriksaan oftalmoskopi dan derajat gangguan


penglihatan pada uji penglihatan Snellen. Pada pemeriksaan oftalmoskopi, katarak dapat terlihat
sebagai kekeruhan besar yang memenuhi celah pupil atau sebagai bayangan hitam berlawanan
dengan latar merah pada fundus.6

Perubahan terkait usia pada lensa mempengaruhi kekuatan lensa dan kemampuan
transmisi cahaya sehingga menyebabkan fluktuasi pada penglihatan dan terhamburnya cahaya.
Pemeriksaan celah sinar (slitlamp), metode yang biasa digunakan untuk mengamati lensa, dapat

16
digunakan untuk mengelompokkan dan membedakan kekeruhan lensa. Masing-masing tipe
kekeruhan memiliki perbedaan secara klinis, dan sering terjadi kombinasi dari tipe yang berbeda.

Katarak senilis dapat dibagi menjadi 3 jenis utama:

Katarak nuclear
Katarak nuclear dihasilkan dari sklerosis nuclear dan perubahan menjadi kuning, dengan
konsekuensi pembentukan kekeruhan lentikular sentral. Kekeruhan nuklear disebabkan
oleh peningkatan densitas lensa secara bertahap pada lapisan paling dalam dari nukleus,
berjalan perlahan untuk melibatkan lapisan-lapisan yang lebih luar. Nukleus juga
mungkin berubah warna dari bening (tidak berwarna) menjadi kuning hingga coklat dan
kadang-kadang hitam. Nukleus yang sangat keruh dan coklat dinamai brunescent nuclear
cataract. Pasien mungkin mengalami peningkatan myopia (dikarenakan peningkatan
indeks bias lensa) dan penurunan yang progresif lambat pada ketajaman visual dan
hilangnya sensitivitas terhadap kontras.
Katarak kortikal
Perubahan komposisi ionik dari korteks lensa dan mungkin juga perubahan pada
pengairan serat-serat lensa menghasilkan katarak kortikal. Kekeruhan kortikal
menyebabkan beberapa gejala pada awalnya karena sumbu visual tetap jernih, tetapi
belakangan kekeruhan meliputi sebagian besar dari korteks lensa.
Katarak subkapsular posterior.
Pembentukan granul dan kekeruhan seperti plak pada korteks subkapsular posterior
sering memperlihatkan pembentukan katarak subkapsular posterior. Kekeruhan
subkapsular posterior dimulai di daerah kutub posterior, kemudian menyebar ke perifer.
Pasien mengalami gangguan silau yang signifikan karena cahaya berhamburan pada titik
dekat mata.

Pada akhirnya, seluruh lensa akan menjadi keruh. Lensa mungkin kemudian
membengkak (katarak intumescent). Materi kortikal akan mencair (katarak Morgagnian) dan
kemudian diabsorbsi kembali menyebabkan nukleus yang padat menjadi tenggelam ke bawah
kantung kapsular.

17
Katarak dibagi menjadi 4 stadium:

1. Stadium insipient stadium paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Dengan
koreksi, visus masih dapat 6/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa
bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis
relatif masih jernih. Gambaran inilah yang disebut spokes of a wheel, yang nyata bila pupil
dilebarkan. Pada stadium yang lanjut, gambaran baji dapat dilihat pula pada pupil normal.
2. Stadium imatur kekeruhan belum mengenai seluruh lensa. Kekeruhan itu terutama
terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di
lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanoa ada yang dipantulkan. Oleh karena
kekeruhan di bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, dilihat di pupil, ada daerah yang terang
sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
3. Stadium matur pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua
sinar yang mengenai pupil akan dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada
bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow test
membedakan stadium matur dari imatur dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan
midriatika, oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test yang (-), oleh
karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa
kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium
imatur (shadow test (+)), dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari,
bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau 1/, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya
belum keruh seluruhnya. Keadaan ini disebut stadium vera matur.
4. Stadium hipermatur (katarak Morgagni) korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur
telah mencair, sehingga nukleus lensa turun ke bawah oleh karena daya beratnya. Melalui
pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian
bawah, dengan warna yang lain, dari pada bagian yang di atasnya yaitu kecoklatan. Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeable, sehingga isi
korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus
lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. Pada pemeriksaan, didapatkan iris yang
tremulans, di mana camera oculi anterior (coa) menjadi dalam sekali dan iris yang

18
membentuk sudut coa, sekarang tergantung bebas, tak menempel pada lensa, sehingga pada
pergerakan bola mata, iris bergetar.
Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan, yang disebut
intumesensi, yaitu penyerapan cairan akuos oleh lensa sehingga lensa menjadi cembung dan iris
terdorong ke depan, coa menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi. Pada umumnya terjadi
pada stadium II. 4.8

Epidemiologi

Katarak senilis terus menjadi penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di
dunia. Pada penelitian baru-baru ini di Cina, Kanada, Jepang, Denmark, Argentina, dan India,
katarak diidentifikasi sebagai penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan dengan
rentang statistic 33,3% (Denmark) sampai 82,6% (India). Ada perkiraan sekitar 1,2% dari
seluruh populasi di Africa yang mengalami kebutaan, 36% disebabkan oleh katarak.4

Etiologi

Penyakit sistemik
Katarak senilis banyak dihubungkan dengan penyakit sistemik seperti diabetes,
hipertensi, dan lain-lain. Hipertensi baru-baru ini ditemukan secara signifikan
meningkatkan resiko untuk katarak subkapsular posterior. Kemungkinan jalur bagi
peranan hipertensi dan glaucoma pada pembentukan katarak senilis ialah dengan
menginduksi perubahan struktur konformasi protein pada kapsul lensa yang
menyebabkan gangguan pada transport membran dan permeabilitas ion, dan akhirnya
meningkatkan tekanan intraokular yang mengakibatkan kekambuhan dalam pembentukan
katarak.
Sinar Ultra Violet (UV)
Sinar UV kemungkinan berpengaruh pada pembentukan katarak melalui
peningkatan kerusakan yang bersifat oksidatif. Mata yang menua lebih rentan terhadap
kerusakan karena UV karena filter bebas UV yang menurun seraya penuaan dan hasil
pemecahan dari filter ini dapat berperan sebagai perangsang terhadap cahaya, yang
menyebabkan terbentuknya oksigen yang reaktif dan proses oksidasi terhadap protein.

19
Resiko katarak nuklear dan kortikal ditemukan paling tinggi di antara populasi yang
sering terpajan sinar matahari pada usia yang lebih muda.
Faktor lain
Transparansi/kejernihan lensa bergantung pada pengaturan yang baik sel-sel lensa
dan protein intraseluler pada lensa. Kelainan genetik, metabolik, nutrisi, dan lingkungan,
serta penyakit mata dan penyakit sistemik dapat menimbulkan katarak dengan
mempengaruhi kejernihan lensa. 4,8

Patofisiologi

Lensa sebagian besar terbuat dari air dan protein. Proteinnya tersusun pada tempat yang
tepat sehingga menjaga lensa tetap jernih sehingga bisa dilalui cahaya. Namun, seraya proses
penuaan, beberapa protein dapat menggumpal satu sama lain dan mulai menghalangi sebagian
kecil area di lensa. Seraya waktu berlalu, katarak dapat menjadi lebih luas dan lebih menghalangi
lensa sehingga semakin sulit untuk melihat dengan baik. 9

Lectures notes: Oftalmologi

Patofisiologi katarak senilis rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Pada semua
kemungkinannya, patogenesisnya multifaktorial melibatkan interaksi yang rumit dalam berbagai
proses fisiologis. Seraya lensa menua, beratnya dan ketebalannya meningkat sementara
kemampuan akomodasinya menurun. Karena lapisan korteks yang baru bertambah secara

20
konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras, mengalami sebuah proses yang disebut
nuclear sclerosis.

Berbagai mekanisme turut berperan dalam hilangnya kejernihan lensa secara progresif.
Epitel lensa dipercaya mengalami perubahan yang berkaitan dengan penuaan, khususnya
penurunan pada densitas sel epitel lensa dan kelainan diferensiasi dari sel-sel serat lensa.
Meskipun epitel dari lensa katarak mengalami laju apoptosis yang rendah, yang sepertinya tidak
menyebabkan penurunan densitas sel yang signifikan, akumulasi dari hilangnya epitel dalam
skala kecil dapat berakibat pada gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis, yang pada
akhirnya mengarah pada hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh, seraya lensa menua, penurunan
ambang di mana air dan, mungkin, metabolit larut air dengan berat molekul yang rendah dapat
masuk ke dalam sel-sel nukleus lensa melalui epithelium dan korteks, terjadi dengan diikuti oleh
penurunan transportasi air, nutrisi, dan antioksidan.

Sebagai akibatnya, kerusakan oksidatif yang progresif terhadap lensa bersamaan dengan
penuaan, mengarah pada perkembangan dari katarak senilis. Berbagai penelitian memperlihatkan
peningkatan hasil oksidasi (seperti glutation teroksidasi) dan penurunan vitamin antioksidan dan
enzim superoxide dismutase menekankan peranan penting dari proses oksidatif pada
pembentukan katarak.

Mekanisme lainnya yang terlibat ialah perubahan dari protein sitoplasmik lensa berat
molekul rendah yang larut menjadi gumpalan protein larut dengan berat molekul tinggi, fase
tidak larut, dan matriks protein membrane yang tak larut. Perubahan protein yang dihasilkan
menyebabkan fluktuasi mendadak pada indeks bias, terhamburnya cahaya, dan menurunnya
kejernihan. Bagian lain yang juga diperiksa mencakup peranan nutrisi pada perkembangan
katarak, terutama keterlibatan glukosa dan mineral serta vitamin.4

Manifestasi Klinis

Gejala yang muncul bergantung pada apakah katarak terjadi unilateral atau bilateral, dan
derajat serta letak dari kekeruhan. Jika katarak terjadi unilateral, pasien bisa jadi tidak
menyadarinya sampai katarak juga menutupi mata yang masih baik. Pasien mungkin mengeluh
kesulitan saat membaca (yang perlu dibedakan dari presbiopia yang normal pada orang tua),

21
kesulitan mengenali wajah (yang juga terjadi pada degenerasi makular), dan kesulitan saat
menonton televisi. Mereka mungkin mengeluh bahwa penglihatan mereka memburuk pada
cahaya terang, terutama jika kekeruhan mereka terdapat di sentral.

Kadang-kadang, pasien mengalami monokular diplopia dan melihat halo disekeliling


lampu; hal ini terjadi karena kekeruhan lensa terganggu dengan sinar cahaya yang melewatinya
menuju bagian belakang mata. Beberapa pasien mungkin bahkan mengatakan bahwa mereka
dapat melihat tanpa kacamata. Ini terjadi ketika katarak sklerosis nuklear meningkatkan kekuatan
penyebaran lensa, sehingga membuat pasien menjadi miopi (tidak mampu melihat jauh).

Gangguan penglihatan demikian bervariasi bergantung pada jenis katarak yang dialami oleh
pasien.

Penurunan ketajaman visual


Merupakan keluahan paling umum dari pasien katarak senilis. Katarak dapat
dipertimbangkan jika ketajaman visual dipengaruhi secara signifikan. Lebih jauh, jenis
lain katarak menghasilkan efek yang berbeda pada ketajaman visual.
Sebagai contoh, katarak subkapsular posterior derajat ringan dapat menghasilkan
penurunan ketajaman visual dengan ketajaman penglihatan dekat lebih terganggu
daripada ketajaman penglihatan jauh, kemungkinan sebagai akibat miosis akomodatif.
Namun, sklerosis nuklear sering dihubungkan dengan menurunnya ketajaman
penglihatan jarak jauh dan penglihatan dekat yang baik.
Derajat gangguan penglihatan dapat bervariasi pada keadaan berbeda. Misalnya,
gangguan refraksi miopia (nearsighted) yang tidak dikoreksi tampak lebih berat di
lingkungan yang gelap. Hal ini terjadi karena dilatasi pupil memungkinkan lebih banyak
berkas cahaya yang tak terfokus jatuh di retina dan makin mengaburkan pandangan.
Katarak setempat di sentral tampak lebih parah di bawah sinar matahari. Dalam hal ini,
konstriksi pupil mengurangi jumlah cahaya yang dapat melintasi lensa yang keruh.
Pandangan kabur akibat edema kornea semakin membaik saat siang karena adanya
dehidrasi kornea akibat penguapan dari permukaan.

22
Cahaya yang menyilaukan
Meningkatnya kesilauan adalah keluhan umum lainnya pada pasien katarak
senilis. Keluhan dapat mencakup seluruh spektrum mulai dari menurunnya sensitivitas
kontras pada lingkungan dengan cahaya terang.
Gangguan penglihatan seperti itu terutama khas pada katarak subkapsular posterior dan,
pada tingkat yang lebih rendah, pada katarak kortikal. Hal ini lebih jarang dihubungkan
dengan sklerosis nuklear. Banyak pasien dapat menoleransi kesilauan derajat sedang
tanpa banyak kesulitan, dan dengan demikian, kesilauan itu sendiri tidak memerlukan
tindakan operasi.
Pergeseran miopik
Perkembangan katarak kadang-kadang mungkin meningkatkan kekuatan dioptri
lensa menghasilkan miopi ringan sampai sedang atau disebut pergeseran miopik. Sebagai
akibatnya, pasien presbiopi melaporkan adanya peningkatan pada penglihatan dekat dan
kurang memerlukan kacamata baca yang disebut penglihatan kedua. Namun, kejadian ini
hanya sementara, dan seraya kualitas penglihatan lensa menurun, penglihatan kedua ini
akhirnya menghilang.
Khasnya, pergeseran miopi dan penglihatan kedua tidak ditemukan pada katarak
kortikal dan subkapsular posterior. Lebih jauh, perkembangan asimetrik miopia yang
diinduksi lensa dapat berakibat pada anisometropi simptomatik yang signifikan yang
mungkin memerlukan penanganan operasi.
Monokular diplopia
Kadang-kadang, perubahan nuklear terkonsentrasi pada lapisan dalam dari lensa,
menghasilkan area refraktil di tengah lensa, yang sering terlihat jelas dalam refleks merah
melalui retinoskopi atau oftalmoskopi langsung.
Fenomena demikian dapat mengarah pada monokular diplopia yang tidak dikoreksi
dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.3,4

Komplikasi

Kegagalan dalam menangani katarak secara bedah dapat mengarah pada akibat yang
merugikan seperti lensa membengkak dan menggembung, glaukoma sekunder, dan akhirnya
kebutaan.

23
Pembedahan katarak juga dapat diikuti dengan komplikasi walaupun jarang. Kesulitan
yang umum muncul setelah pembedahan ialah peradangan yang menentap, perubahan pada
tekanan bola mata, infeksi, pembengkakan retina, dan retinal detachment. Lensa yang baru
ditanam juga bisa jadi berpindah atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan mungkin perlu
untuk diatur kembali posisinya, diganti, atau diangkat. Komplikasi-komplikasi ini sangat jarang
terjadi namun dapat mengarah pada kehilangan penglihatan yang signifikan jika tidak ditangani
dengan baik, oleh karena itu, pemantauan ketat diperlukan sesudah pembedahan.4,10

Penatalaksanaan
Beberapa indikasi penlaksanaan bedah pada katarak adalah
1. Indikasi visus
2. Indikasi medis
3. Indikasi kosmetik
Tatalaksana non bedah hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk sementara
waktu. Di samping itu, walaupun banyak penelitian mengenai tatalaksana medikamentosa bagi
penderita katarak, hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan yang terbukti mampu
memperlambat atau menghilangkan pembentukan katarak pada manusia. Beberapa agen yang
mungkin dapat memperlambat pertubuhan katarak adalah penurun kadar sorbitol, pemberian
aspirin, antioksidan vitamin C dan E.
Perkembangan operasi katarak antara lain dalam hal bentuk dan panjang sayatan,
arsitektur luka, banyaknya jahitan serta teknik operasi. Tujuannya adalah untuk terpenuhinya
prosedur operasi yang aman, mempunyai efektivitas dan prediktabilitas yang tinggi. Parameter
keberhasilannya adalah pemulihan yang cepat, efek samping, dan komplikasi yang minimal,
serta tajam penglihatan setelah operasi optimal dan stabil. Jika parameter di atas telah tercapai
maka satu hal yang tak kalah penting adalah kepuasan pasien, hal ini menjadi motivasi ahli
bedah untuk terus meningkatkan kualitas teknik bedah katarak dan pelayanan pada pasien.
Indikasi paling penting dari tindakan bedah pada penderita katarak adalah keinginan
pasien untuk memperbaiki fungsi visual, bukan berdasarkan visus penderita.

1. Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK)


Operasi katarak dengan membuang lensa dan kapsul secara keseluruhan,
menggunakan metode operasi katarak paling populer sebelum penyempurnaan

24
operasi katarak ekstrakapsuler. Operasi EKIK dilakukan di tempat yang tidak
dijumpai fasilitas operasi katarak yang lengkap seperti mikroskop operasi.
EKIK juga cenderung dipilih pada kondisi katarak yang tidak stabil,
menggembung, hipermatur, dan terluksasi. Kontraindikasi mutlak untuk EKIK adalah
katarak pada anak-anak dan ruptur kapsul karena trauma. Sedangkan kontraindikasi
relatif EKIK adalah jika pasien merupakan penderita miopia tinggi, sindrom Marfan,
katarak Morgagni, dan vitreus masuk ke kamera okuli anterior.
Beberapa keuntungan EKIK jika dibandingkan dengan Ekstraksi Katarak
Ekstra Kapsuler (EKEK) adalah pada EKIK tidak diperlukan operasi tambahan
karena membuang seluruh lensa dan kapsul tanpa meninggalkan sisa, memerlukan
peralatan yang relatif sederhana daripada EKEK sehingga lebih mudah dilakukan, dan
pemulihan penglihatan segera setelah operasi dengan menggunakan kacamata +10
Dioptri. Namun demikian EKIK juga memiliki beberapa kerugian yaitu penyembuhan
luka yang lama karena besarnya irisan yang dilakukan, pemulihan penglihatan yang
lama, merupakan pencetus astigmatisma, dan dapat menimbulkan iris dan vitreus
inkarserata.2

2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK)


EKEK adalah teknik operasi katarak dengan membuang nukleus dan korteks lensa
melalui kapsul anterior. Pada operasi EKEK, kantong kapsul ditinggal sebagai tempat
untuk menempatkan IOL. Teknik ini merupakan suatu gebrakan dalam operasi
katarak modern yang memiliki banyak keuntungan karena dilakukan dengan irisan
kecil sehingga menyebabkan trauma yang lebih kecil pada endotel kornea,
menimbulkan astigmatisma lebih kecil disbanding EKIK, dan menimbulkan luka
yang lebih stabil dan aman. EKEK tidak boleh dilakukan bila kekuatan zonula lemah
atau tidak cukup kuat untuk membuang nukleus dan korteks lensa sehingga harus
dipilih teknik operasi katarak yang lain.2

3. Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Sejak pertama kali dilakukan, teknik operasi katarak ekstrakapsuler
berkembang pesat dalam waktu 30 tahun terakhir, SICS merupakan suatu tehnik

25
operasi katarak yang cukup populer saat ini. Perbedaan yang nyata dengan EKEK
adalah pada irisan operasi dilakukan dengan irisan yang kecil sehingga terkadang
hampir tidak membutuhkan jahitan pada luka insisi. Di samping itu, SICS juga
memungkinkan dilakukan dengan anestesi topikal. Penyembuhan yang relatif lebih
cepat dan risiko astigmatisma yang lebih kecil jua merupakan keunggulan SICS
dibanding EKEK.
Keuntungan manual SICS dibandingkan dengan fakoemulsifikasi antara lain
adalah kurve pembelajaran lebih pendek, dimungkinkan dengan kapsulotomi can
opener , instrumental lebih sederhana, merupakan alternatif utama bila operasi
fakoemulsifikasi gagal, risiko komplikasi lebih rendah, waktu pembedahan lebih
singkat, dan secara ekonomis lebih murah.
Bagi operator pemula, indikasi manual SICS apabila dijumpai sklerosis
nukleus derajat II dan III, katarak subkapsularis posterior, awal katarak kortikalis.
Bagi operator yang berpengalaman, beberapa katarak jenis lain dapat ditangani secara
mudah. Beberapa kriteria ideal untuk dilakukan manual SICS adalah pada kondisi
kornea dengan kejernihan baik, ketebalan normal, endotelium sehat, kedalaman bilik
mata depan cukup, dilatasi pupil yang cukup, zonula yang utuh, tipe katarak kortikal,
atau sklerosis nuklear derajat II dan III.2
Langkah- langkah SICS yaitu: insisim kapsulotomi, hidroseksi, fragmentasi
nukleus, pengambilan korteks atau epinukleus, serta implantasi IOL. Tunnel sklera
dibuat dengan groove sklera ukuran 4mm (variasi dapat 6 mm atau 7 mm), jarak dari
limbus 2,5 mm. Parasintesis dapat dibuat di jam 9 dengan menggunakan blade 15o.
Kapsulotomi dapan menggunakan tehnik can opener maupun continuos curvilinier
capsulotomi (CCC), hidroseksi dilakukan dengan subcortical cleavage, delineasi
nukleus serta delaminasi epinukleus dan kortek sehingga dapat mempermudah tahap
selanjutnya. Ada beberapa teknik dalam fragmentasi nukleus dan pengambilan
fragmen, di antaranya yati dengan teknik sandwich, menggunakan Arlt loop dan
spatula Barraquer dengan posisi spatula Barraquer di atas fragmen dan bilik mata
depan dilindungi oleh viskoelastik. Bila nukleus terlalu kecil, maka tidak dibutuhkan
forsep dan dapat teririgasi (hidroexpressed), setelah tahap tersebut selesai, maka tahap
selanjutnya adalah implantasi IOL.2

26
4. Ekstraksi kapsuler dengan Fakoemulsifikasi
Teknik ini menggunakan suatu alat disebut tip yang dikendalikan secara
ultrasonic untuk memecah nukleus dan mengaspirasi lensa, sehingga berbeda dengan
EKEK konvensional. Pada fakoemulsifikasi, luka akibat operasi lebih ringan
sehingga penyembuhan luka juga berlangsung lebih cepat, di samping perbaikan
penglihatan juga lebih baik. Astigmatisma pasca bedah katarak bisa diabaikan.
Kerugiannya adalah kurva pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi saat
operasi bisa lebih serius.2

Preventif.

Bagi yang berusia 60 tahun ke atas dianjurkan melakukan pemeriksaan mata yang
menyeluruh setidaknya dua tahun sekali. Di samping katarak, pemeriksaan tersebut juga dapat
menganisipasi tanda-tanda kelainan mata lainnya seperti degenerasi macula terkait usia,
glaukoma, dan kelainan penglihatan lainnya. Dengan deteksi cepat, pengobatan segera dapat
diberikan dan sering kali menyelamatkan mata dari hal buruk termasuk kebutaan.10

Prognosis

Pada keadaan di mana tidak terdapat penyakit mata lain yang menyertai sebelum
pembedahan, yang dapat mempengaruhi penglihatan secara signifikan, seperti degenerasi
macular atau atrofi saraf optik, pembedahan katarak yang sukses sangat menjanjikan perbaikan
pada ketajaman penglihatan, seperti yang terlihat pada uji Snellen. Pada awalnya penglihatan
bisa jadi masih buram karena mata memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri agar dapat
berfokus sesuai dengan mata yang lain.4,6

2. Pinguekulitis
Definisi
Pinguekula adalah benjolan yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa
konjungtiva pada konjungtiva bulbi. Letak bercak ini di daerah celah kelopak mata, baik
bagian temporal maupun nasal, terutama di bagian nasal. Pinguekula dapat ditemukan pada

27
orang tua, namun juga bisa pada orang dewasa dan akan-anak, baik laki-laki maupun
perempuan.5
Pingekuela terlihat sebagai penonjolan berwarna putih hingga kuning keabu-buan,
berupa hipertrofi atau penebalan selaput lendir. Pinguekulitis merupakan peradangan dan
pembengkakan pinguekula. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi
bila meradang atau terjadi iritasi (penguekulitis), maka sekitar bercak degenerasi ini akan
terlihat pembuluh darah yang melebar.5

Etiologi
Terdapat terutama di daerah tropis dan berhubungan langsung dengan pajanan sinar
ultraviolet dan lingkungan berangin. Lebih sering pada orang dewasa yang sering terpajan
sinar matahari, debu, dan angin panas.5

Gejala Klinis
Penonjolan berwarna kuning-putih (yellow-white deposits) yang terletak di dekat
limbus. Berbeda dengan pterigium yang berbentuk seperti baji dan merupakan jaringan
fibrosis yang tumbuh ke arah kornea. Pada pinguekula, penonjolan yang merupakan
degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva hanya akan ada di bagian sklera, tidak
mencapai pada bagian kornea.12
Dalam keadaan iritasi, keluhan biasanya terasa seperti ada benda asing disertai adanya
hiperemi akibat injeksi konjungtiva. Penderita umumnya datang pada dokter karena adanya
peradangan tersebut, atau karena penonjolan yang jelas sehingga penderita khawatir akan
terjadi suatu keganasan, atau karena alasan kosmetik.13

Gambaran Histopatologi
Pada gambaran histopatologi menunjukan degenerasi serat kolagen stroma konjungtiva
dengan menipisnya epitel permukaan dan disertai kalsifikasi akibat perkembangannya yang
lambat.5

28
Diagnosis Banding

Pinguekulitis dapat didiagnosis banding dengan pterigium, episkleritis, dan


konjungtivitis. Pterigium adalah suatu pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat
degenerative dan invasive. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal
maupun temporal konjungtiva yang meluas ke arah kornea. Pterigium mudah meradang dan
mengiritasi kedua mata.5

Episkleritis adalah peradangan pada lapisan paling luar sklera yang umumnya
disebabkan alergi. Pada mata dapat ditemukan kemerahan setempat yang menunjukkan
pelebaran pembuluh darah episklera. Peradangan dapat pula mengenai hampir seluruh bola
mata.13

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada
mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.14

Penegakan Diagnosis

Diagnosa ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala saat anamnesis dan hasil
pemeriksaan. Pada pinguekulitis secara umum dilakukan pemeriksaan inspeksi menggunakan
slit lamp.15

Penatalaksanaan

Pinguekula biasa tidak memerlukan pengobatan dan bila mengganggu kosmetik kadang-
kadang dilakukan eksisi. Namun, apabila terlihat adanya tanda peradangan atau terjadi
pinguekulitis dapat diberi obat anti radang yang akan mengurangi mata merah. Steroid topikal
dapat mempercepat redanya peradangan. Dapat pula dianjurkan untuk menghindari faktor-
faktor pemicu rangsangan.5

Hendaknya pasien melakukan mengkonsumsi obat secara teratur dan kembali untuk
kontrol pada waktu yang telah ditentukan. Hindari mengucek mata karena dapat memperparah
iritasi. Setelah iritasi sembuh, sebaiknya pasien melindungi mata dari faktor-faktor penyebab

29
timbulnya iritasi ulang, misalnya dengan menggunakan kacamata pelindung pada saat keluar
rumah.

Daftar Pustaka

1. Suhardjo SU, Hartono. Lensa Mata dan Katarak. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 2012. Hal 65-80.

2. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: UKRIDA; 2011. H. 53-4, 60.
3. Riordan-Eva P, Whitcher J P. Vaughan & Asbury Oftalmologi umum; alih bahasa:
Brahm U Pendit. Edisi 17. Jakarta: EGC; 2009.
4. Ocampo V V D Jr, Foster S. eMedicine Senile Cataract. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. 11 desember 2015.
5. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2010.
6. Carroll E W, Jens S A, Curtis R. Disorder of visual function. Dalam: Port C M, Matfin G.
Pathophysiology concepts of altered health states. China: Lippincott Williams &
Wilkins; 2009.
7. Corwin E J. Buku saku patofisiologi; alih bahasa: Nike Budhi Subekti. Edisi 3. Jakarta:
EGC; 2009.
8. Wevill M. Epidemiology, pathophysiology, causes, morphology, and visual effects of
cataract. Dalam: Yanoff M, Duker J S. Ophtalmology. Edisi 2. China: Mosby Elsevier.
2009.
9. National Eye Institute National Institute of Health. Facts about cataract. Diunduh dari:
http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp#top. 10 Desmber 2015.
10. Cataract. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com/cataracts/page11_em.htm.10
Desmber 2015.
11. James B, Chew C, bron A. Anamesis dan pemeriksaan fisik. Lecture notes: oftalmologi.
Edisi 9. Jakarta : Penerbit Erlangga ;2005. H 18;20-23

30
12. Micha, Munro. 2011. Pinguecula and Pterygium.
http://www.faculty.sfasu.edu/munromicha/spe516/pinguecula_pterygium_simms.doc
Diakses Mei 2015
13. Perdami. 2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta: Perdami.
14. Bradford C. 2004. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy of
Opthalmology.
15. Caesarina, IR. 2012. Pinguekula. NTB: Universitas Mataram.

31

Anda mungkin juga menyukai