PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang
horizontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena dibuat
oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah, misalnya lereng bukit dan tebing sungai,
sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan timbunan untuk membuat jalan
raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul, sungai dan kanal serta tambang terbuka.
Kestabilan lereng merupakan salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam pekerjaan
rekayasa konstruksi pertambangan. Gangguan terhadap kestabilan lereng akan mengganggu
keselamatan pekerja, kerusakan lingkungan, kerusakan alat penambangan, mengurangi
intensitas produksi dan mengganggu kelancaran pelaksana penambangan (Almenara, 2007).
Oleh karena itu, analisis kestabilan lereng sangat diperlukan dalam mencegah terjadinya
gangguan akibat bahaya longsor tersebut.
Secara prinsip, pada suatu lereng pada dasaarnya berlaku dua macam gaya, yaitu gaya penahan
dan gaya penggerak. Gaya penahan yaitu gaya yang menahan massa dari pergerakan berupa
gaya gesek atau geseran, kohesi dan kekuatan geser tanah. Sedangkan gaya penggerak adalah
gaya yang menyebabkan massa bergerak berupa gaya berat dan gaya gravitasi
Dalam kestabilan lereng ada dua pengaruh yang menyebabkan lereng itu tidak stabil yaitu
pengaruh-pengaruh dari dalam berhubungan dengan sifat-sifat mekanik batuan, kondisi air
tanah, adanya gempa, kondisi homogen dan non-homogennya batuan pembentuk lereng.
Selanjutnya pengaruh dari luar antara lain beban akibat kendaraan dan infrastruktur pada
bagian atas suatu lereng.
Konsep dari faktor keamanan yaitu perbandingan antara gaya penahan dan gaya penggerak
yang diperhitungkan pada bidang glincirnya. Jika gaya penahannya lebih besar dari gaya
penggeraknya maka lereng tersebut berada pada keadaan stabil.
Dengan demikian, dalam penentuan faktor keamanan suatu lereng dengan kondisi tertentu
harus diketahui dengan pasti dan dengan nilai keakuratan yang tinggi sehingga bisa membantu
dalam mengambil suatu keputusan tertentu dalam aktifitas penambangan.
Dalam menentukan faktor keamanan suatu lereng ada beberapa metode-metode yang dapat
digunakan antara lain:
2. Metode Irisan
Metode ini cocok untuk tanah atau batuan yang tidak homogen dan ada aliran air tidak
menentu. Pada metode ini tanah yang longsor dipecah-pecah menjadi beberapa irisan
yang vertikal, kemudian keseimbangan tiap irisan diperhatikan. Pada metode irisan
terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Fellenius
b. Bishop
c. Janbu
3. Cara grafik
Metode grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor, Hoek
& Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk material homogen
dengan struktur sederhana. Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan) dapat
didekati dengan penggunaan rumus (cara komputasi)
1.3 Tujuan
Adapun dengan batasan masalah diatas, maka tujuan analisis ini adalah:
1. Untuk mengetahui masing-masing nilai faktor kemanan dari metode-metode Hoek
and Bray
2. Untuk mengetahui masing-masing nilai faktor kemanan menggunakan software
geoslope
3. Mengetahui apakah suatu lereng dengan kondisi tertentu berpotensi longsor, dalam
fase kritis atau lereng dalam kondisi aman.
BAB II
Untuk mencapai lokasi penelitian, jika perjalanan dimulai dari kota Palembang Ibukota
Sumatera Selatan dapat ditempuh dengan jasa travel, dimana perjalanan akan ditempuh kurang
lebih 5 jam perjalanan untuk sampai dilokasi penelitian. Peta lokasi kesampaian daerah dapat
dilihat pada lampiran 1
Formasi Kasai
Formasi Kasai diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim dengan ketebalan 850
1200 m. Formasi ini terdiri dari batupasir tufan dan tefra riolitik di bagian bawah. Bagian atas
terdiri dari tuf pumicekaya kuarsa, batupasir, konglomerat, tuf pasiran dengan lensa rudit
mengandung pumice dan tuf berwarna abu-abu kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan
dan lapisan tipis lignit serta kayu yang terkersikkan.