. Pada waktu non REM sleep gelombang otak makin lambat dan
teratur. Tidur makin dalam serta pernafasan menjadi lambat dan teratur.
Mendengkur terjadi pada waktu tidur NREM. 4 tingkatan NREM dikenal
dengan tingkat 1,2,3 dan 4. Tidur yang paling dalam adalah pada tingkat 4,
dan aktivitas 1istrik paling dalam. Keadaan tidur normal antara fase NREM
dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru
lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian
menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5
jam/hari pada orang dewasa.1,3
Insomnia
Definisi
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena
faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Kriterianya
bermacam-macam, salah satunya ada yang mengatakan bahwa waktu
untuk masuk dalam kondisi tidur yang sebenarnya lebih dari 30 menit,
tertidur kurang dari 6 jam, terbangun di saat tidur di malam hari lebih dari
3x, dan kualitas tidur yang tidak baik (subjektif). Maksud dari kualitas
tidur yang tidak baik ini adalah seseorang merasa tidak merasa lebih baik
setelah tidur di malam hari.5,6,7
Menurut DSM-IV-TR, insomnia terdiri atas insomnia primer dan
sekunder. Insomnia primer memiliki durasi paling tidak selama 1 bulan
mengalami gejala susah tidur (baik dari kualitas maupun kuantitas) dan
tidak memiliki gangguan tidur lainnya, gangguan jiwa lainnya, gangguan
kesehatan lainnya, dan gangguan tidur akibat penggunaan obat-obatan
tertentu. Sedangkan untuk insomnia sekunder berhubungan dengan
gangguan jiwa lainnya atau karena gangguan kesehatan lainnya serta
adanya efek dari obat-obat tertentu yang membuat seseorang menjadi
susah tidur.8
Tidur dan bangun mencerminkan keseimbangan yang kompleks antara
sistem fisiologis tubuh yang meginduksi terjadinya tidur dan bangun.
Penelitian terakhir menunjukan bangun dan terjaga dipengaruhi oleh
neurotransmitter dari batang otak yang diproyeksikan ke thalamus dan
otak depan. Neurotransmitter yang berperan dalam fungsi tersebut adalah
noradrenalin, serotonin, asetilkolin dan histamin. Sebagai pengobatan dari
insomnia, obat-obatan yang bekerja dengan memblokade impuls saraf
post sinaps dapat diberikan. Akan tetapi, efek dari pengobatan yang hanya
memblokade salah satu jaras impuls tersebut biasanya kurang efektif.9
Etiologi
Faktor Resiko
Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi
resiko insomnia meningkat jika terjadi pada : 13,14
Diagnosis
Terapi
Pada tahun 2008, AASM mengatakan bahwa tujuan terapi insomnia adalah
untuk meningkatkan kualitas tidur dan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan sehari-hari. Strategi yang digunakan bervariasi tergantung dari
etiologinya. Jika pasien mempunyai gangguan medis dan neurologis yang
lain yang menyebabkan terjadinya insomnia, maka gangguan tersebut yang
harus diobati. Algoritma dari AASM mengatakan bahwa intervensi prilaku
dan psikologis, termasuk CBT (Cognitive Behavioral Therapy) merupakan
terapi yang efektif dalam mengatasi insomnia. Penelitian lain mengatakan
bahwa gabungan antara psikologi dan farmakologi sangat efektif dalam
menangani insomnia dibandingkan dengan salah satu terapi saja. 3,4
B. Terapi Farmakologi
Hipersomnia
Definisi
Etiologi
1) Kurang tidur
Banyak orang tidak menjadwalkan waktu yang cukup untuk tidur di malam hari
sehingga disiang hari pada terjaga merasakan ngantuk. Ini dikelola oleh
pendidikan pasien tentang kebiasaan tidur yang sehat.6
2) Sleep apnea
Sleep apnea adalah suatu kondisi di mana pasien secara berkala berhenti bernapas
saat tidur. Ada dua jenis sleep apnea-pusat dan obstruktif. Yang paling penyebab
umum sleep apnea adalah karena obstruksi sementara saluran napas bagian atas.
Itu perubahan ekstrim dalam konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam
darah yang berkembang setelah 1 menit atau lebih tanpa udara
membangunkan tidur, dan beberapa berisik, tersedak terengah-engah
mengisi paru-paru. Obstructive sleep apnea adalah penyebab medis yang paling
umum dari mengantuk siang hari yang berlebihan. Yang sangat penting bagi
diagnosis adalah riwayat episode apnea saat tidur. Biasanya pasien tidak
menyadari episode karena mereka singkat dan gairah hanya parsial, sehingga
sejarah harus diperoleh secara tidak langsung, biasanya dari pasangan atau teman
sekamar. Gejala / tanda-tanda yang umum termasuk keras mendengkur dan jeda
dalam bernapas. Gejala tambahan termasuk terengah-engah selama tidur, sakit
kepala kusam, dan perilaku otomatis.7,8
3) Narkolepsi
Narkolepsi adalah suatu keadaan rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari
dalam keadan sadar. Ada subtipe narkolepsi, yaitu :
Dengan gejala mengantuk siang hari yang berlebihan dan cataplexy (tiba-tiba
kehilangan postural terjadi saat pasien terjaga dan identik dengan atonia). Gejala
utama adalah serangan tidur tak tertahankan berlangsung 5 - 30 menit di siang
hari. Serangan ini dapat terjadi tanpa peringatan dan pada waktu yang tidak tepat.
Itu kantuk yang terjadi pada narkolepsi tidak dapat dihilangkan dengan setiap
jumlah tidur yang normal. Patogenesis baik predisposisi genetik dan lingkungan
pemicu adalah terlibat.
Dengan gejala mengantuk disiang hari yang berlebihan dan multiple sleep.
Gejala
Tidur malam atau disiang dengan durasi lama (sebanyak 12 jam atau lebih).
Berlebihan kantuk di siang hari menyebabkan tidur siang berkepanjangan yang
tidak menyegarkan sehingga sulit untuk bangun dari tidur siang ataupun tidur
malam. Pasien tidak merasa tidur siang berikut segar dan karena itu melawan
kantuk selama mereka mampu. Beberapa pasien mengeluh sakit kepala, episode
pingsan, hipotensi ortostatik.
KRITERIA HIPERSOMNIA
Berdasarkan Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa dari PPDGJ III dan ICD-10
Hipersomnia termasuk dalam urutan Hierarki Blok Diagnosis Gangguan Jiwa No
V. F50-F59 tentang Sindrom Prilaku yang Berhubungan dengan Gangguan
Fisiologis dan Faktor Fisik. Pada urutan F51 Gangguan Tidur Non- Organik,
yaitu F51.1 Hipersomnia Non-Organik.12
b) Parasomnia : peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur, pada anak-
anak hal ini terkait terutama dengan perkembangan anak, sedangkan pada dewasa
terutama pengaruh psikogenik. Misalnya : somnambulisme (sleep walking), teror
tidur (night terrors), mimpi buruk (night mares)
Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan
lainnya, baik mental atau fisik. Walaupun gangguan tidur yang spesifik terlihat
secara klinis berdiri sendiri sejumlah faktor psikiatrik dan atau fisik yang terkait
memberikan kontribusi pada kejadiannya. Secara umum adalah lebih
baik membuat diagnosis gangguan tidur yang spesifik bersaman dengan diagnosis
lain yang relevan untuk menjelaskan secara adekuat psikopatologi dan
atau patofisiologi.12
a) Dysomnia : kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah
jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional,
misalnya : insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur jaga.
b) Parasomnia : peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur, pada anak-
anak hal ini terkait terutama dengan perkembangan anak, sedangkan pada dewasa
terutama pengaruh psikogenik. Misalnya : somnambulisme (sleep walking), teror
tidur (night terrors), mimpi buruk (night mares)
Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan
lainnya, baik mental atau fisik. Walaupun gangguan tidur yang spesifik terlihat
secara klinis berdiri sendiri sejumlah faktor psikiatrik dan atau fisik yang terkait
memberikan kontribusi pada kejadiannya. Secara umum adalah lebih
baik membuat diagnosis gangguan tidur yang spesifik bersaman dengan diagnosis
lain yang relevan untuk menjelaskan secara adekuat psikopatologi dan
atau patofisiologi. 12
Pedoman Diagnostik :
a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/ sleep
attacks (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang
memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep
drunkenness)
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang
dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup
berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
d) Tidak ada kondis neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk
pada siang hari. Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari
gangguan jiwa lain, misalnya Gangguan Afektif, maka diagnosis harus sesuai
dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis hipersomnia psikogenik
harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan keluhan yang dominan dari
penderita dengan gangguan jiwa lainnya.12
1. Hipersomnia Primer
d) Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat ( seperti
Tata laksana
a) Non Psikofarmaka
2. Psikotherapi
Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut
kosong
Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
b) Psikofarmaka
1. Antidepresan
2. Antipsikosis
3. Amfetamin
Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin
memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh
amfetamin 10 15 jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4 8
kali lebih lama dibandingkan kokain.
4. Methylphenidate
5. Modafinil
DAFTAR PUSTAKA
1. Japardi I. gangguan tidur. bagian bedah Fak Kedokt Univ sumatera utara.
2002:1-11.
2. Atmadja B. Fisiologi Tidur. bagian bedah saraf Fak Kedokt unpad. 2014.
3. Kyeger M, Zee P. Sleep-Wake Cycle: Its Physiology and Impact on
Health. Natl sleep Found. 2006:1-27.
4. The International Classification of Sleep Disorders, Revised. USA:
American Academy of Sleep Medicine; 2001:19.
5. Leger D, Poursain B, Neubauer D, Uchiyama M. An International Survey
of Sleeping Problems in The General Population. Medical Research and
Opinion. 2008;24(1):307.
6. Chawla, J. Insomnia. Medscape [Serial Online]. Didapat dari URL
http://emedicine.medscape.com/article/1187829-overview. [29 Maret
2017]
7. Hewlett W. A. Insomnia. Dalam : Current Diagnosis & Treatment
Psychiatry, Second Edition. New York: McGraw Hill; 2009
8. Buysse, D. J. Treatment of Psychiatry Chronic Insomnia. American
Journal of Psychiatry 165:6, June 2008
9. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2001: 136-138
10. Wulff k, Dijk DJ, et. All. Sleep and circadian rhythm disruption in
schizophrenia. The British Journal of Psychiatry.2012.308-316
11. Wilson FJ, Nutt DJ, Alford C, et all. British Association for
Psychopharmacology consensus statement on evidence-based treatment of
insomnia, parasomnias and circadian rhythm disorders.Journal of
psychopharmacology.2010. 24(11):1577-1600
12. Harvey GA. Sleep and Circadian Rhythms in Bipolar Disorder: Seeking
Synchrony, Harmony, and Regulation. American Journal of
Psychiatry.2008. 165 :820-865
13. Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010.Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri.
Ed:Wiguna, I Made.Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher
14. Sadock BJ, Sadock VA. Sleep Disorders . Dalam: Sadock BJ, Sadock VA.
Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2007: 753-72
15. B.K Puri, P.J. Laking, dkk. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. EGC. cetakan
2011