Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketuban pecah dini (KPD) atau spontaneous/early/premature rupture of the

membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda inpartu, yaitu

bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm.1

Insidensi KPD berkisar antara 8-10 % dari semua kehamilan. Pada kehamilan

aterm insidensinya bervariasi antara 6-19 %. Sedangkan pada kehamilan preterm

insidensinya 2 % dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan

preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu

setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85 % morbiditas dan mortalitas perinatal

disebabkan oleh prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab kejadian

prematuritas dengan insidensi 30-40 %.2

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah yang masih banyak terjadi

dalam kebidanan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ketuban pecah dini

antara lain letak sungsang, pre-eklamsi, anemia, gemelli dan hidramnion. Faktor-

faktor tersebut merupakan faktor yang menjadi penyebab kematian ibu dan

kematian bayi.3

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat laporan

kasus tentang ketuban pecah dini.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana kejadian ketuban pecah dini yang terjadi di

ruangan obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru

Takengon.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kejadian ketuban pecah dini berdasarkan usia di

ruangan Obstetri dan Ginekologi RSUD Datu Beru Takengon.

b. Mengetahui gambaran kejadian ketuban pecah dini berdasarkan

pendidikan di ruangan Obstetri dan Ginekologi RSUD Datu Beru

Takengon.

c. Mengetahui gambaran kejadian ketuban pecah dini berdasarkan

pekerjaan di ruangan Obstetri dan Ginekologi RSUD Datu Beru

Takengon.

d. Mengetahui gambaran kejadian ketuban pecah dini berdasarkan sosial-

ekonomi di ruangan Obstetri dan Ginekologi RSUD Datu Beru

Takengon.

2
D. MANFAAT PENULISAN

Hasil penulisan ini bermanfaat untuk :

1. Bagi Masyarakat

Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat

tentang masalah ketuban pecah dini dan meningkatkan kewaspadaan

terhadap resiko kejadian ketuban pecah dini.

2. Bagi Penulis

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang kejadian

kasus ketuban pecah dini di ruangan Obstetri dan Ginekologi di RSUD

Datu Beru Takengon.

b. Untuk dapat melatih penulis agar bisa berpikir secara obyektif dalam

menghadapi dan memecahkan masalah ketuban pecah dini yang

mungkin akan terjadi di lapangan.

3. Bagi Rumah Sakit

Agar dapat memberikan masukan dalam melakukan evaluasi

keberhasilan pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target dalam

mengatasi kasus ketuban pecah dini.

4. Bagi Fakultas

Dapat menjadi bahan bacaan di perpustakaan Universitas

Abulyatama Aceh Terutama menyangkut masalah ketuban pecah dini.

3
E. RUANG LINGKUP PENULISAN

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku terjadinya ketuban pecah dini di

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi dalam penulisann ini,

penulis hanya tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran kasus ketuban pecah

dini di RSUD Datu Beru Takengon.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KETUBAN PECAH DINI

1. Definisi

Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the

membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila

pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5

cm.1

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan, bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia 37 minggu disebut

ketuban pecah dini pada prematur.4

Gambar II.1 Premature Rupture Of The Membrane, Dikutip5

5
2. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :6

a. KPD pada usia kehamilan < 37 minggu

KPD pada preterm pecahnya membrane chorio-amniotik sebelum

tanda persalinan atau disebut juga PPROM (premature prelabour rupture

of membrane). Dengan insiden 2 % kehamilan.

b. KPD pada usia kehamilan > 37 minggu

KPD pada aterm pecahnya membrane chorio-amniotik sebelum tanda

persalinan atau disebut juga PROM (premature rupture of membrane).

Dengan insiden 6-19 % kehamilan.

3. Epidemiologi

Ketuban pecah dini merupakan salah satu dari komplikasi kehamilan

yang paling sering dijumpai. Insiden ketuban pecah dini dilaporkan

bervariasi sekitar 610 persen dimana sekitar 20 persen kasus terjadi

sebelum memasuki masa getasi 37 minggu. Sekitar 8 10 persen ketuban

pecah dini memiliki resiko infeksi intrauterine akibat interval ketuban pecah

dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini berhubungan erat

dengan 30-44 persen persalinan pretermdimana 75 persen klien akan

mengalami persalinan 1minggu lebih dini dari jadwal.7

Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI)

2002/2003 angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307

per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam nya terdapat 2 orang ibu

6
meninggal karena berbagai sebab. Diantaranya 65 persen kematian terjadi

akibat komplikasi dari ketuban pecah dini.7

4. Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini secara langsung belum diketahui

secara pasti dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Ada beberapa keadaan

yang berhubungan dengan ketuban pecah dini, antara lain hidroamnion,

infeksi maternal, serviks inkompeten, kekurangan nutrisi, kelainan selaput

ketuban dan riwayat keluarga dengan ketuban pecah dini.4

5. Faktor Resiko

Adapun faktor risiko klinik ketuban pecah dini antara lain infeksi

traktus genitalis, perdarahan antepartum, polihidramnion, inkompleks

serviks, abnormalitas uterus, amniosentesis, trauma, riwayat ketuban pecah

dini pada kehamilan sebelumnya.8

Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan ketuban pecah

dini antara lain :9

a. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun

ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa

menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.

b. Serviks yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh

karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, kuretase).

7
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli.

d. Trauma yang didapat, misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,

maupun amniosintesis menyebakan terjadinya ketuban pecah dini

karena biasa disertai infeksi.

e. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah

yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi

tekanan terhadap membram bagian bawah.

6. Patofisiologi

Selaput ketuban yang membatasi selaput amnion terdiri atas amnion

dan karion yang sangat erat kaitannya, lapisan ini terdiri atas beberapa sel

seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel trofoblas yang terikat keras dalam

matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban untuk

melindungi janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal selaput ketuban

akan pecah dalam proses persalinan.5

8
Gambar II.2 Selaput Ketuban Aterm Dikutip10

Ketuban pecah dini biasanya terjadi akibat dari kontraksi uterus dan

peregangan yang berulang yang menyebabkan selaput ketuban inferior

rapuh sehingga mudah pecah. salah satu faktor resiko dari ketuban pecah

dini juga dikaitkan dengan kurangnya asam askorbat yang merupakan

komponen dari matriks kolagen dari selaput ketuban. Biasanya pada awal

kehamilan trimester satu selaput ketuban sangat kuat, namun pada trimester

ketiga akibat dari kontraksi rahim dan gerakan janin sehingga membuat

selaput ketuban jadi menipis dan mudah rapuh.7

9
Gambar II.3 Ruptur Amnionic Sac, Dikutip11

Pecahnya selaput ketuban dikarenakan adanya daya regang berulang

dipengaruhi oleh keseimbangan antara sintesis dan degradasi komponen

matriks ekstraseluler pada selaput ketuban.12

Pada ketuban pecah dini terjadi perubahan-perubahan seperti

penurunan jumlah jaringan kolagen dan terganggunya struktur kolagen, serta

peningkatan aktivitas kolagenolitik. Degradasi kolagen tersebut terutama

disebabkan oleh matriks metaloproteinase (MMP). MMP merupakan suatu

grup enzim yang dapat memecah komponen-komponen matriks ektraseluler.

Enzim tersebut diproduksi dalam selaput ketuban. MMP-1 dan MMP-8

berperan pada pembelahan triple helix dari kolagen fibril (tipe I dan III), dan

selanjutnya didegradasi oleh MMP-2 dan MMP-9 yang juga memecah

kolagen tipe IV. Pada selaput ketuban juga diproduksi penghambat

metaloproteinase/ tissue inhibitor metalloproteinase (TIMP). TIMP-1

menghambat aktivitas MMP-1, MMP-8, MMP-9 dan TIMP-2 menghambat

aktivitas MMP-2. TIMP-3 dan TIMP-4 mempunyai aktivitas yang sama

10
dengan TIMP-13. Keutuhan dari selaput ketuban tetap terjaga selama masa

kehamilan oleh karena aktivitas MMP yang rendah dan konsentrasi TIMP

yang relatif lebih tinggi. Saat mendekati persalinan keseimbangan tersebut

akan bergeser, yaitu didapatkan kadar MMP yang meningkat dan penurunan

yang tajam dari TIMP yang akan menyebabkan terjadinya degradasi matriks

ektraseluler selaput ketuban. Ketidakseimbangan kedua enzim tersebut dapat

menyebabkan degradasi patologis pada selaput ketuban. Aktivitas kolagenase

diketahui meningkat pada kehamilan aterm dengan ketuban pecah dini.

Sedangkan pada preterm didapatkan kadar protease yang meningkat terutama

MMP-9 serta kadar TIMP-1 yang rendah.12

Terjadinya gangguan nutrisi merupakan salah satu faktor predisposisi

adanya gangguan pada struktur kolagen yang diduga berperan dalam ketuban

pecah dini. Mikronutrien lain yang diketahui berhubungan dengan kejadian

ketuban pecah dini adalah asam askorbat yang berperan dalam pembentukan

struktur triple helix dari kolagen. Zat tersebut kadarnya didapatkan lebih

rendah pada wanita dengan ketuban pecah dini. Pada wanita perokok

ditemukan kadar asam askorbat yang rendah.12

7. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini

adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina

berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih

11
merembes atau menetes, disertai dengan demam atau menggigil, bercak

vagina yang banyak, denyut jantung janin bertambah cepat, juga nyeri pada

perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami infeksi. Cairan ini tidak akan

berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu

duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.8

Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu timbul pada ketuban pecah

dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian cairan tampak

diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti nyeri

uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam

sedikit tidak selalu dialami ibu dengan kasus ketuban pecah dini. Namun,

harus tetap diwaspadai untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu

maupun janin.13

8. Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa ketuban pecah dini secara tepat sangat

penting. Karena diagnosa yang positif berarti melakukan intervensi seperti

melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio sesaria yang sebetulnya

tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif berarti akan

membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam

kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa

yang cepat dan tepat.13

12
Diagnosa ketuban pecah dini ditegakkan dengan cara melakukan

pemeriksaan dalam, pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan fisik dan

anamnesis. Diagnosa potensial ketuban pecah dini yaitu bila terlihat

pengeluaran cairan dalam jumlah besar dan terus menerus.9,13

9. Diagnosa Banding

Gejala& tanda pasti ada Gejala & tanda kadang ada Diagnosa
Banding
Keluar cairan ketuban Ketuban pecah tiba-tiba Ketuban pecah
dini
Cairan tampak di introitus

Tidak ada his dalam 1 jam


Cairan vagina berbau Riwayat keluarnya cairan Amnionitis
(air ketuban keruh atau
berbau) Uterus nyeri

Demam menggigil Denyut jantung janin cepat


(>380C)
Perdarahan pervaginam sedikit
Nyeri perut
Cairan vagina berbau Gatal Vaginitis/
servisitis
Tidak ada riwayat Keputihan
ketuban pecah
Disuria

Cairan vagina berdarah Nyeri perut Perdarahan


antepartum
Gerak janin berkurang

Perdarahan banyak

13
Cairan berupa lendir Pembukaan dan pendataran Awal persalinan
dan darah serviks aterm / preterm

Tabel II.1Diagnosis Banding Ketuban Pecah Dini Dikutip14

10. Pemeriksaan Fisik

Adapun hal yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik, adalah :4

a. Ditemukan adanya cairan amnion di introitus vagina yang berbau khas.

b. Jika tidak terdapat cairan amnion, coba menggerakkan sedikit bagian

terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengejan.

c. Ditemukan tanda-tanda infeksi dan suhu tubuh (>38C)

11. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus ketuban

pecah dini adalah:15,7,8

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau

dan PH-nya.

2) Cairan yang keluar dari vagina ada kemungkinan air ketuban, urine

atau secret vagina.

3) Tes lakmus (Tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi

biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). PH air ketuban 7-7,5

darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif.


14
4) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas

objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan

gambaran daun pakis.

5) LBC (Lamellar Body Count) adalah suatu pemeriksaan yang berguna

untuk mengetahui apakah fetus sudah dalam keadaan matur atau tidak,

dan dapat juga berguna untuk menilai tingkat kematangan paru pada

janin.

b. Pemeriksaan Ultrasonografi

1) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuba

dalam kavum uteri.

2) Pada kasus ketuban pecah dini terlihat cairan ketuban yang sedikit.

Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

12. Penatalaksanaan

Table II.2 Penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:7

KETUBAN PECAH DINI

< 37 MINGGU 37 MINGGU

Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada


infeksi

Berikan penisilin, Amoksisilin + Berikan Lahirkan bayi


gentamisin dan eritromisin untuk 7 penisilin,
metronidazol hari gentamisin dan
metronidazol.

15
Lahirkan bayi Steroid untuk Lahirkan bayi Berikan
pematangan paru penisilin atau
ampisilin.

ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN

Profilaksis Infeksi Tidak ada infeksi

Stop antibiotik Lanjutkan untuk 24- Tidak ada antibiotik


48 jam setelah bebas
panas

13. Penanganan

Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia

gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda

persalinan, adapun penanganan ketuban pecah dini, yaitu :7,8,15

a. Konservatif (mempertahankan kehamilan )

1) Rawat di rumah sakit : jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri

perut, curigai adanya kemungkinan solusio plasenta.

2) Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),

berikan antibiotik sama halnya jika terjadi amnionitosis.

3) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:

a) Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin

b) Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg

per oral 3x perhari selama 7 hari.

16
4) Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri

dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali,

observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Jika usia

kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka

berikan tokolitik, dexametason, dan induksi setelah 24 jam

b. Aktif

Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila

gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram

50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-

tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

1) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan section sesarea.

2) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.

Adapun teknik dalam melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah

sebagai berikut :

1) Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan

waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari

2000 gram.

2) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38c,

dengan pengukuran per-rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban

17
Penatalaksanaan lanjutan :

1) Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali di

dahului kondisi ibu yang menggigil.

2) Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum

persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas

normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin

elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk

melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi.

Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.

3) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

4) Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,

perhatikan juga hal-hal berikut:

a) Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa

b) Memastikan cairan disarung tangan adalah cairan ketuban

dengan bau yang khas.

c) Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat

diperoleh gambaran jelas dari setiap infeksi yang timbul. Sering

kali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.

14. Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada

usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan

18
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,

meningkanya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.7

a. Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode

laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi

dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu

50 % persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 mingggu

persalinan terjadi dalam 1 minggu.9

b. Infeksi

Resiko infeksi meningkat pada ibu dan anak pada kasus ketuban pecah

dini. Pada ibu terjadi karioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia,

pneumonia, omfalitis. Umunya terjadi karion-amnionitis sebelum janin

terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering

daripada aterm. Secara umum insiden meningkat seiring dengan lamanya

periode laten.9

c. Hipoksia atau afiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oigohidramnion yang menekan tali pusat

hingga terjadi afiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya

gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban,

janin semakin kuat.9

19
d. Sindrom Deformitas janin

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan

janin, serta hipoplasi pulmonar.9

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan

37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40 %

bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu

hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan

terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu

kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko

kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru

merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya

mencapai hampir 100 % apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan

kurang dari 23 minggu.8

15. Prognosis

Prognosis umumnya ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-

komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.1

20
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.Ya

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 28 tahun

Alamat : Desa : Rerogan, Kab. Bener Meriah

Pekerjaan : Bidan (DIII)

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

No RM : 138818

Tanggal Masuk : 26 April 2016

Tanggal Keluar : 30 April 2016

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama :

G1P0A0, HPHT (13-07-2015), Pasien datang dengan keluhan keluar

cairan dari jalan lahir sejak pukul 06.00 wib pagi hari pada tanggal 26

April 2016.

2. Keluhan Tambahan :

Perdarahan (-), mual dan muntah (-), lemah (+), nyeri (-)

3. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada

21
5. Riwayat Pengobatan : tidak ada

6. Riwayat Operasi : tidak ada

C. STATUS PRESENT

1. Keadaan Umum : Pasien terlihat sakit

2. Kesadaran : Compos mentis E:4, V:5, M;6

3. Vital Sign

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Nadi : 68 x/menit. teratur, kuat

Suhu : 36,1oC

Pernapasan : 22 x/menit

4. Pemeriksaan Fisik

Kepala : DBN

Rambut : Hitam, lurus, tipis

Mata : Konjungtiva anemis(-), ikterik (-)

Bibir : Sianosis (-)

Telinga : Deformitas pinna (-), serumen (-)

Hidung : Deformitas (-), sekret (-)

Tenggorok : Dalam batas normal

Gigi dan mulut : Caries dentis (-), kelainan kongenital (-)

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB, dan tidak teraba


22
pembesaran kelenjar tiroid

Thoraks : Simetris (+), fremitus takstil (+), vesikuler (+)

Abdomen : TFU 2 jari dibawah prossesus xyhpoideus

Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)

Inguinal-genitalia-anus : Blood slim (-)

5. Pemeriksaan Obstetri

a. Pemeriksaan Luar

HIS : (-)

DJJ : 151 x/menit

TFU : 32

LP : 110 cm

TBJ : 3,2 Kg

Letak punggung kanan

Bagian terbawah janin kepala, kepala sudah masuk PAP 4/5

Anak kesan tunggal

b. Pemeriksaan Dalam

Pembukaan : 1 cm

Selaput Ketuban : (+), cairan ketuban merembes

Pelepasan : Perdarahan bercampur lendir (sedikit)

Porsio : Lunak, tipis

Bagian depan : Kepala

23
UUK : Pinggir

Penurunan PAP : H1

Panggul : tidak ditemukan promontorium, dengan panjang

garis konjugata vera 12 cm.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Lab Darah Rutin : Gol darah B, Hb 11 g/dl

b. USG : DJJ (+), Air ketuban masih cukup.

7. Diagnosis Kerja

KPD + PG + KDR (40 MG)

8. Diangnosa Banding

a. Amnionitis

b. Vaginitis

9. Penatalaksanaan

Rencana Partus Pervaginam

10. Terapi

a. IVFD RL 20 gtt/menit

b. Induksi pitogin (oksitosin) 2-32 gtt/menit, dalam selingan 30 menit

(kolf I)

c. Observasi

24
FOLLOW UP CO-ASISTEN

Selasa 26 April 2016 ( H1 ) Jam 19.00 Wib : VK, Co-As Ria Nurista

S : Nyeri diatas simfisi pubis (+)

O : Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : TD : 100/70 mmHg

HR : 77 x/i

RR : 20 x/i

Temp : 36,1 oC

Kepala/ leher : DBN

Thorax : Simetris (+), ves (+)

Abdomen : Distensi (-), timpani (+)

Ekstremitas : Atas : akral hangat +/+, edema -/-

Bawah : akral hangat +/+, edema -/-

Px.Obstetri :

a. Pembukaan : 3 cm

b. Selaput Ketuban : (+), cairan sedikit keluar saat VT

c. Porsio : Porsio mulai melebar, kosistensi lunak

d. bagian depan : Kepala

A : KPD + PG + KDR (40 M)

25
P : Lanjut Terapi

Induksi pitogin (oksitosin) 22 s/d 32 gtt/menit dalam selingan 30


menit (Kolf II)
Rencana partus pervaginam

Rabu 27 April 2016 ( H2 ) Jam 07.30 Wib : VK, Co-As Elisa Saputri

S : Nyeri simfisis pubis (+)

O : Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : TD : 110/80 mmHg

HR : 80 x/Menit

RR : 22 x/Menit

Temp : 36,2oC

Kepala/ leher : DBN

Thorax : Cor/pul : ves +/+, wh /+, rh -/-, retraksi thoraks (-)

Abdomen : Distensi (-), timpani (+)

Ekstremitas : Atas : akral hangat +/+, edema -/-

Bawah : akral hangat +/+, edema -/-

Px.Obstetri : Perdarahan (-)

Nyeri (+)

A : KPD + PG + KDR (40 M)

26
P : Rencana SC dengan indikasi gagal induksi.

Rabu 27April 2016 ( NH0 ) 13.00 Wib : RKB, Co-As Nurma Sita

S : Pasien dijemput dari OK, kaki kebas (+), perut terasa penuh,

Perdarahan (+), mual dan muntah (+).

O : Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : TD : 100/80 mmHg

HR : 78 x/i

RR : 20 x/i

Temp : 36,2 oC

TFU : 2 Jari di bawah umbilicus

Kepala/ leher : DBN

Thorax : Cor/pul : ves +/+, wh -/-, rh -/-, retraksi thoraks -/-

Abdomen : Distensi (-), timpani (+)

Ekstremitas : Atas : akral hangat +/+, edema -/-

Bawah : akral hangat +/+, edema -/-

A : Post SC + NH0

P : IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

27
Inj. Metronidazole 1 fls/8 jam

Inj. Transamin 500 g/8 jam

Inj. Metoclopramid I gr/8 jam

Kamis 28April 2016 ( NH1) 07.30 Wib : RKB, Co-As Misbahul Munir

S : Perut terasa penuh (+), perdarahan (-), mual (+), nyeri di

jahitan bekas op (+)

O : Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : TD : 106/80 mmHg

HR : 79 x/i

RR : 20 x/i

Temp : 36,4oC

TFU : 2 Jari di bawah umbilicus

Kepala/ leher : DBN

Thorax : Cor/pul : ves +/+, wh -/-, rh -/-, thoraks -/-

Abdomen : Distensi (-), timpani (+)

Ekstremitas : Atas : akral hangat +/+, edema -/-

Bawah : akral hangat +/+, edema -/-

A : Post SC + NH1

P : Lanjut Terapi

IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

28
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Inj. Metronidazole 1 fls/8 jam

Inj. Metoclopramid I gr/8 jam

Suprafend Supp 2/12 jam

Kamis 28April 2016 ( NH2 ) 07.30 Wib : RKB, Co-As Asmaul Husna

S : perut terasa penuh (+), perdarahan (-), mual (+), nyeri luka bekas op (+)

O : Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : TD : 110/78 mmHg

HR : 79 x/i

RR : 20 x/i

Temp : 36,4 oC

TFU : 2 Jari di bawah umbilicus

Kepala/ leher : DBN

Thorax : Cor/pul : ves +/+, wh -/-, rh -/-, thoraks -/-

Abdomen : Distensi (-), timpani (+)

Ekstremitas : Atas : akral hangat +/+, edema -/-

Bawah : akral hangat +/+, edema -/-

A : Post SC + NH2

P : Lanjut Terapi

Cefadroxyl kap 500 mg/12 jam

29
Asam Mefenamat tab 500 mg/8 jam

Metronidazole tab 500 mg/8 jam

Lansoprazole kap 500 mg/8 jam

Kamis 28April 2016 ( NH3 ) 07.30 Wib : RKB, Co-AS Misbahul Munir

S : Perut terasa penuh (-), perdarahan (-), mual (-), nyeri luka bekas op (+)

O : Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : TD : 110/80 mmHg

HR : 80 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 36,5 oC

TFU : 2 Jari dibawah umbilicus

Kepala/ leher : DBN

Thorax : Simetris, ves +/+

Abdomen : Distensi (-), timpani (+)

Ekstremitas : Atas : akral hangat +/+, edema -/-

Bawah : akral hangat +/+, edema -/-

A : Post SC + NH3

P : Cefadroxyl kap 500 mg/12 jam : 10 kapsul

Asam Mefenamat tab 500 mg/8 jam : 15 tablet

Metronidazole tab 500 mg/8 jam :15 tablet

Lansoprazole kap 500 mg/8 jam : 15 tablet

PBJ + GV
30
BAB IV

KESEMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan, bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia 37 minggu

disebut ketuban pecah dini pada premature.

2. Insiden ketuban pecah dini merupakan salah satu masalah kesehatan di

obstetri dan ginekologi, dan biasanya paling sering ketuban pecah dini

aterm.

3. Ketuban pecah dini dapat di lakukan penatalaksaan dengan baik

apabila pasien datang dengan cepat ketempat pelayanan kesehatan.

4. Prognosis biasanya baik.

B. SARAN

1. bagi masyarakat agar lebih mengetahui bagaimana tanda dan ketuban

pecah dini.

2. Bagi institusi pendidikan agar lebih mengenal tentang kejadian dan

penyakit ketuban pecah dini.

3. Bagi rumah sakit agar lebih mengetahui jumlah insiden penyakit

ketuban pecah dini.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Moctar Rustam, Sinopsis Obsetri : Obsetri Fisiologi, Obsetri patologi, Edisi

Ketiga Jilid dua. Jakarta, Penerbit EGC;2011; 177

2. Tahir,Sutriani, Determinant Faktors On Premature Broken Fetal Membrane

In Syecks Yusuf Regional Public Hospital Of Gowa Regency. Makassar.

Universitas Hasanuddin;2012;2

3. Huda, Nurul, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini Di RS

PKU Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Universitas Muhammadiyah

Surakarta;2013;3

4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter

di Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Primer; 2013

5. Anonim, Frupturedamnioticsac. Diakses tanggal 10 Mei 2015 www.

(premature-rupture-of-membranes-prom-causes-symptoms), wordpress.com

6. Manuaba Ida Bagus Kerthyayana, Ken Taylor, Tom Gedeon. Gawat Darurat

ObstetriGinekologo dan Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi

Bidan. Jakarta : EGC

7. Winkjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Persalinan. Yogyakarta: 2008.

8. Paramita, Dhyah Watdhati.Kapita Selekta Kedokteran edisi Keempat Jilid

Pertama. Jakarta: Media Aesculapius; 2014;442-443

9. Nugroho, T. Buku Ajar : Obsetri untuk Mahasiswa Kebidanan, Suha

Medica; Yogyakarta; 165

10. Nadia, Selaput Ketuban Utuh. Diakses 12 Maret 2016.


32
(https://www.google.com/search?q=gambar+ketuban+pecah+dini).

11. Anonim, Rupture Membram Sic. Diakses 10 Mei 2016

(https://www.google.com/search?q=ruptureofthe membram).

12. Rahmah, Amalia. Ketuban Pecah Dini. Bagian Obstetri dan Ginekologii

Fakultas Kedokteran Universias Mulawarman. 2012

13. Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC; 2006

14. Anonimus. Ketuban Pecah Dini, 2012; di Akses tanggal 20 Maret 2016

(https://rizkykomputer.wordpress.com)

15. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal Dan Neonatal Edisi Keempat; Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo; Jakarta; 2004;144

33

Anda mungkin juga menyukai