Anda di halaman 1dari 27

CASE REPORT

Ulkus kornea sentralis ocular sinistra et causa


suspek bakteri

Disusun oleh:
Dika cahaya putri (1102012065)

Preseptor:
dr. Laila Wahyuni, SpM

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU MATA


PERIODE 24 OKTOBER 2016 23 DESEMBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
No CM : 8867xx
Tanggal : 03 November 2016
Nama : Tn J
Umur : 43 tahun
Alamat : Pakenjeng
Pekerjaan : Buruh pabrik

ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 03 november
2016 di Poliklinik Mata RSU dr.Slamet Garut

Keluhan Utama : Pandangan mata sebelah kiri tidak jelas.

Anamnesa Khusus : Penglihatan mata sebelah kiri tidak jelas, sperti terhalang oleh bayangan
putih. Keluhan mata pertama kali dirasakan sejak 2 bulanyang lalu dan makin parah 3 hari
SMRS. Mata sebelah kiri pasien juga terasa nyeri dan perih serta lebih sialu ketika melihat
cahay, pasien juga kadang merasakan pusing tetapi mual muntah disangkal. Keluhan diawali
ketika pasien kelilipan benda asing saat bangun tidur 2 bulan yang lalu, kemudian 3 minggu
setelah kejadian tersebut pasien berobat ke PUSKESMAS dan diberi obat tetes mata ( pasient
idak mengetahui obatnya) saat diberi obat tetes tersebut pasien merasakan adanya sedikit
perbaikan tetapi ketika obat habis keluhan kembali dirasakan dan pandangan mata makin terasa
kabur.

Anamnesa Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini
Riwayat penyakit kulit pada keluarga disangkal
Riwayat alergi pada keluarga disangkal

2
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat disangkal
Riwayat penyakit kulit disangkal
Riwayat menggunakan kacamata dan kontak lens disangkal
Riwayat trauma pada mata
Riwayat penyakit mata lain sebelumnya disangkal
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, jantung, paru-paru disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien bekerja sebagai buruh pabrik, tidak ada keluhan selama pasien bekerja.

Riwayat Gizi
Pasien mengaku makan dengan frekuensi dua kali sehari. Riwayat minum alkohol disangkal
pasien
Kesan: Gizi cukup

PEMERIKSAAN VISUS & REFRAKSI

Visus OD OS
SC 0,7 F1 1/300
CC - -
STN - -
Koreksi - -
ADD - -
Gerakan Bola Mata Versi dan duksi baik ke segala Versi dan duksi baik ke segala
arah arah

3
Gerakan bola mata Baik kesegala arah Baik kesegala arah
0 0
0 0
0 0
0 0

0 0 0 0

PEMERIKSAAN EKSTERNAL

OD OS

OD OS
Palpebra superior TAK Blefarospasme
Palpebra inferior TAK T.A.K

Margo Palpebra TAK T.A.K

Silia TAK TAK

Ap. Lakrimalis TAK Lakrimasi (+)

Konj. Tarsalis superior Tenang, folikel (-),papil(-) Hiperemis (+), folikel (-),
papil (-)
Konj. Tarsalis inferior Tenang, folikel (-),papil(-) Hiperemis (+), folikel (-),
papil (-)
Konj. Bulbi Tenang Injeksi siliar (+), injeksi
konjungtiva (+)
Kornea Jernih Ulkus (+), lipat Descemet
(+)
COA Sedang Sedang

4
Pupil Bulat, sentral, isokhor Bulat, sentral, isokhor
Diameter pupil 3 mm 3 mm
Reflex cahaya
Direct + +
Indirect + +
Iris Coklat, kripti (+) Coklat, kripti (+)
Lensa Jernih Jernih

PEMERIKSAAN SLIT LAMP & BIOMICROSCOPY

OD OS

OD OS
Silia Tumbuh teratur, madarosis (-) Tumbuh teratur
Konjungtiva Jernih Injeksi konjungtiva (+)
injeksi siliar (+)
Kornea Jernih, edema (-) ulkus (-) Edema (+), lipat
Descemet (+) ulkus (+)
ukuran 3x4 mm, batas
tegas, sentral
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, sentral, isokhor Bulat, sentral, isokhor
Iris Coklat, kripti (+) Coklat, kripti (+)
Lensa Jernih Jernih
Tonometri schiots 17,3 19
Palpasi N/palpasi N/palpasi

5
PEMERIKSAAN FUNDUSCOPY

OD OS
- Lensa -
- Vitreus -
- Fundus -
- Papil -
- CDR -
- A/V Retina Sentralis -
- Retina -
- Makula -

RESUME
Seorang laki-laki 43 tahun datang dengan keluhan penglihatan tidak jelas pada mata sebelah
kiri, seperti terhalang oleh bayangan putih.

Status Oftalmologis :

Oculus Dexter Oculus Sinister


0,7 F1 VISUS 1/300
TAK PALPEBRA SUPERIOR Blefarospasme
TAK PALPEBRA INFERIOR T.A.K
KONJUNGTIVA
Hiperemis(+), folikel
TAK TARSALIS SUPERIOR
(-), papil (-)
& INFERIOR
Tenang KONJUNGTIVA BULBI Injeksi konjungtiva
(+) injeksi siliar (+)
Jernih, edema (-) ulkus (-) KORNEA Edema (+), lipat
Descemet (+) ulkus
(+) ukuran 3x4 mm,
batas tegas, sentral

6
DIAGNOSIS BANDING
Ulkus kornea et causa suspek fungi, ulkus kornea et causa suspek viral.

DIAGNOSIS KERJA
Ulkus kornea sentralis ocular sinistra et causa suspek bakteri/

RENCANA PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan gram, KOH, dan kultur dari korekan ulkus kornea.

RENCANA TERAPI
Medikamentosa
- Gaforin 6x gtt 1 OS
- C-cyclon 2x gtt 1 OS
- Natrium diklofenak 2x50 mg
Non Medikamentosa
- Edukasi pasien agar menjaga kebersihan mata, jangan mengucek mata ketika gatal,
jangan terlalu sering terpapar sinar dan debu, bila perlu memakai kacamata hitam jika
bepergian keluar, mencuci tangan sebelum memegang mata.

PROGNOSIS
- Quo ed vitam : Ad bonam
- Quo ed functionam : Dubia ad malam

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ULKUS KORNEA

DEFINISI

Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea


akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Gejala dari ulkus kornea yaitu
nyeri, berair, fotofobia, blefarospasme, dan biasanya disertai riwayat trauma pada mata. Ulkus
kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan
ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descementocele, perforasi, endoftalmitis, bahkan
kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan jaringan parut kornea dan merupakan
penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.1

EPIDEMIOLOGI
Insiden ulkus kornea sekitar 25.000 orang per tahun yang pada umumnya diawali
dengan keratitis. Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi
ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi
terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-
kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan
pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan
menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan
kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan
selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas
tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi,
neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak
menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di
India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan
kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma
kornea.2

8
Etiologi 3

a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala
klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang
bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,
dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit
dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami
nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia
(jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar
yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba
adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak,
khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya
ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang
tercemar.

b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik
anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein
permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif.
Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain
amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium
karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.

9
Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak
epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air
mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang
menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut
dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh
tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo
2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Trauma
Neurotropik

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)


Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis

KLASIFIKASI 4

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:


1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis


b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
10
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
Ulkus Kornea Sentral

a. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang
menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena
eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat,
akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun
terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus
sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. Gambaran berupa ulkus yang berwarna
abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus
ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.

Gambar 1.a Ulkus Kornea Bakterialis 4 Gambar 1.b Ulkus Kornea Pseudomonas 4

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi
ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik

11
yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung
dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak
selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan
dakriosistitis.

b.. Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah
trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.
Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang
baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-
satelit disekitarnya.Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada
infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi
akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Gambar 2. Ulkus Kornea Fungi 4

c. Ulkus Kornea Virus

Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan
lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan
vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya
infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan
dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang

12
lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya
disertai dengan infeksi sekunder.

Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes
simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar
yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan
bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian
menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil,
ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya

Gambar 3.a Ulkus Kornea Dendritik 4 Gambar 3.b Ulkus Kornea Herpetik 4

d. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan
fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.

Gambar 4. Ulkus Kornea Acanthamoeba 4

13
Ulkus Kornea Perifer

a. Ulkus Marginal

Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus
superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi dan
gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang
berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut,
sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

Gambar 5. Ulkus Marginal 4

b. Ulkus Mooren

Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus
mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui.
Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus,
alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang
seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang
sentral.

Gambar 6. Mooren's Ulcer 4

14
c. Ring Ulcer

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk
melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang
timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu
menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan
konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun. 5

PATOFISIOLOGI

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya
tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior
dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan
bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat
menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear,
sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan
tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.1

15
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu
melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat
sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan
terjadinya sikatrik. 2

DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting
pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi,
adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes
simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh
pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus
terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik
seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus. 3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
Tes refraksi
Tes air mata schrirmer
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar
dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa.
Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid
Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak
maltosa.4

16
Gambar 7. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi 2

Gambar 8 a.Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 8 b.Pewarnaan gram ulkuskornea herpes zoster 2

herpes simplex 2

Gambar 9. a.Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri 2 Gambar 9.b Pewarnaan gram ulkus kornea akantamoeba 2

PENATALAKSANAAN

Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar
tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.

1. Penatalaksanaan non-medikamentosa: 5

a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya;

17
b. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang;

c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan


mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih;

d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang proses
penyembuhan luka.

2. Penatalaksanaan medikamentosa

Penatalaksanaan ulkus kornea harus dilakukan dengan pemberian terapi yang tepat dan
cepat sesuai dengan kultur serta hasil uji sensitivitas mikroorganisme penyebab. Adapun
obat-obatan antimikrobial yang dapat diberikan berupa: 6

A. Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus
sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan
dapat menimbulkan erosi kornea kembali. Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide
10-30%, Basitrasin 500 unit, Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg,
Tobramisin 3 mg, Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg,
Ofloksasin 3 mg, Polimisin B 10.000 unit.

B. Anti jamur

Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat


komersial yang tersedia. Berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi:

a. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, Thiomerosal, Natamicin, Imidazol;

b. Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes


mata14,15 ;

c. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.

C. Anti Viral

18
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal
untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk infeksi sekunder,
analgetik bila terdapat indikasi serta antiviral topika berupa salep asiklovir 3% tiap 4
jam.

D. Anti acanthamoeba

Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep


klorheksidin glukonat 0,02%. Obat-obatan lainnya yang dapat diberikan yaitu:

a. Sulfas atropin sebagai salep atau larutan. Kebanyakan dipakai sulfas atropin karena
bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropin:

1. Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

2. Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

3. Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya


M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalam keadaan
istirahat.

Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior


yang ada dapat terlepas dan dapat mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru.6

b. Skopolamin sebagai midriatika.

c. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
tetrakain tetapi jangan sering-sering. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa
pemberian nerve growth factor (NGF) secara topikal menginisiasi aksi penyembuhan
luka pada ulkus kornea yang disebabkan oleh trauma kimia, fisik dan iatrogenik serta
kelainan autoimun tanpa efek samping.

19
3. Penatalaksanaan bedah 7

a. Flap Konjungtiva

Tatalaksana kelainan kornea dengan flap konjungtiva sudah dilakukan sejak tahun
1800-an. Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis atau bedah mungkin gagal,
kerusakan epitel berulang dan stroma ulserasi. Dalam situasi tertentu, flap konjungtiva
adalah pengobatan yang efektif dan definitif untuk penyakit permukaan mata persisten.
Tujuan dari flap konjungtiva adalah mengembalikan integritas permukaan kornea yang
terganggu dan memberikan metabolisme serta dukungan mekanik untuk penyembuhan
kornea. Flap konjungtiva bertindak sebagai patch biologis, memberikan pasokan nutrisi dan
imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya. Indikasi yang paling umum penggunaan flap
konjungtiva adalah dalam pengelolaan ulkus kornea persisten steril. Hal ini mungkin akibat
dari denervasi sensorik kornea (keratitis neurotropik yaitu, kelumpuhan saraf kranial 7
mengarah ke keratitis paparan, anestesi kornea setelah herpes zoster oftalmikus, atau
ulserasi metaherpetik berikut HSK kronis) atau kekurangan sel induk limbal. Penipisan
kornea dekat limbus dapat dikelola dengan flap konjungtiva selama kornea tidak terlalu
menipis.8

b. Keratoplasti

Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi


keratoplasti: 1

1. Dengan pengobatan tidak sembuh;

2. Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan;

3. Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi.

Ada dua jenis keratoplasti yaitu:

a. Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Karena sel endotel


sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segera setelah donor meninggal dan
segera dibekukan. Mata donor harus dimanfaatkan 48 jam. Tudung korneo sklera
yang disimpan dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor

20
meninggal dan pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6
minggu. 18 Telah dilakukan penelitian tentang pendonoran jaringan kornea manusia
dari sisik ikan (Biocornea). Penelitian dilakukan pada kelinci dan menunjukkan hasil
bahwa Biocornea sebagai pengganti yang baik memiliki biokompatibilitas tinggi
dan fungsi pendukungan setelah evaluasi jangka panjang.1
b. Keratoplasti lamella, berarti penggantian sebagian dari kornea. Untuk keratoplasti
lamelar, kornea dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es selama
beberapa minggu. 18 Selama dekade terakhir, tatalaksana bedah untuk penyakit
endotel telah berkembang dengan cepat ke arah keratoplasti endotel, atau
transplantasi jaringan selektif. Keratoplasti endotel menawarkan keuntungan yang
berbeda dalam hal hasil visual dan sayatan lebih kecil.

Sebuah penelitian terkini menyatakan bahwa pemberian terapi tambahan berupa fototerapi
laser argon sangat berguna dalam pengobatan ulkus kornea.1

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan: 2

1. Kauterisasi
a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat
b) Dengan panas (heat cauterisasion): memakai elektrokauter atau termophore.
Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan
pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan
perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak
mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap
konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik
menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk
mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan
kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas
atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-

21
gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat
dilakukan:

Iridektomi dari iris yang prolaps


Iris reposisi
Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti
ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma
adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik. 3

Gambar 10.Ulkus kornea perforasi 2

PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata. Pencegahannya
yaitu: 4

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,
gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut.

22
KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering timbul berupa: 5

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat


Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder

PROGNOSIS

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang
timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan
kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat
pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini,
apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.5

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian
terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel
yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus
superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada
ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk
jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.5

23
BAB III

PEMBAHASAN

1. Mengapa pada pasien ini di diagnosa sebagai pasien ulkus korneal sentralis ocular
sinistra et causa suspek bakteri
Anamnesis :
Penglihatan mata sebelah kiri tidak jelas, seperti terhalang oleh bayangan putih. Keluhan
mata pertama kali dirasakan sejak 2 bulan yang lalu dan makin parah 3 hari SMRS. Mata
sebelah kiri pasien juga terasa nyeri dan perih serta lebih silau ketika melihat cahaya,
pasien juga kadang merasakan pusing tetapi mual muntah disangkal. Keluhan diawali
ketika pasien kelilipan benda asing saat bangun tidur 2 bulan yang lalu, kemudian 3
minggu setelah kejadian tersebut pasien berobat ke PUSKESMAS dan diberi obat tetes
mata (pasien tidak mengetahui obatnya) saat diberi obat tetes tersebut pasien merasakan
adanya sedikit perbaikan tetapi ketika obat habis keluhan kembali dirasakan dan
pandangan mata makin terasa kabur.

Status Oftalmologis :

Oculus Dexter Oculus Sinister


0,7 F1 VISUS 1/300
TAK PALPEBRA SUPERIOR Blefarospasme
TAK PALPEBRA INFERIOR T.A.K
KONJUNGTIVA
Hiperemis(+), folikel (-),
TAK TARSALIS SUPERIOR
papil (-)
& INFERIOR
Tenang KONJUNGTIVA BULBI Injeksi konjungtiva (+)
injeksi siliar (+)
Jernih, edema (-) KORNEA Edema (+), lipat Descemet
ulkus (-) (+) ulkus (+) ukuran 3x4
mm, batas tegas, sentral

24
2. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini?
Medikamentosa
- Gaforin 6x gtt 1 OS
Merupakan obat tetes mata steril yang mengandung Gatifloksasin Seskuihidrat,
Gatifloksasin merupakan antibiotik golongan 8-metoksi fl uorokuinolon untuk
penggunaan topikal pada mata. Cara kerja antibiotik gatifloksasin adalah dengan
penghambatan DNA gyrase dan topoisomerase IV. DNA gyrase adalah enzim esensial
yang terlibat dalam replikasi, transkripsi dan reparasi DNA bakteri. Topoisomerase IV
adalah enzim yang diketahui memainkan peranan penting dalam membagi kromosom
DNA selama pembelahan sel bakteri. Resistensi in vitro terhadap gatifl oksasin
berkembang melalui beberapa tahap mutasi. Resistensi in vitro terhadap Gatifl okasasi
terjadi pada frekuensi yang umum yaitu 1x10-7 sampai 10-10.
- C-cyclon 2x gtt 1 OS
Pemberian tetes ini bertujuan untuk menjaga agar mata tetap lembab sehingga mencegah
perlukaan yang lebih dalam lagi.
- Natrium diklofenak 2x50 mg
Natrium (Na) diklofenak merupakan obat golongan Non-Steroidal Anti Inflammatory
Drugs (NSAIDs). Na diklofenak digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.
Non Medikamentosa
- Edukasi pasien agar menjaga kebersihan mata, jangan mengucek mata ketika gatal,
jangan terlalu sering terpapar sinar dan debu, bila perlu memakai kacamata hitam jika
bepergian keluar, mencuci tangan sebelum memegang mata.

3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?


Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad Vitam adalah ad bonam karena pada pasien tidak ditemukannya penyakit mata
lain maupun penyakit sistemik yang menyertai keluhan pasien dan pasien masih dapat
melakukan aktivitasnya seperti biasa.

25
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad functionam adalah dubia ad malam karena lesi pada ulkus kornea sudah sampai
ke membran Bowman maka nantinya akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan
menyebabkan terjadinya sikatrik. Sikatrik dapat menyebabkan gangguan penglihatan
mata secara permanen.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Rajesh, S.K., Patel, D.N, Sinha, M. A Clinical Microbiological Study of Corneal Ulcer
Patients at Western Gujarat, India. Microbiological study of corneal ulcer. 2013;51(6):399.
Yusi F | Corneal Ulcers Treatment J MAJORITY | Volume 4 Nomor 1 | Januari 2015 | 127
2. Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan, P. Oftalmologi Umum. 14th Ed. Alih bahasa:
Tambajong J, Pendit BU. Jakarta: Widya Medika. 2012: 220
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam: Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Penerbit Sagung Seto Jakarta. 2012.
4. Khater, M.M., Selima, A.A., El-Shorbagy, M.S. Role of argon laser as an adjunctive
therapy for treatment of resistant infected corneal ulcers. Clin Ophthalmol.
2014;23(8):1025-30
5. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
6. Broniek, G., Langwinska-Wosko, E., Szaflik, J., Wroblewska, M. 2014. Acinetobacter junii
as an aetiological agent of corneal ulcer. Infection. 2014 Feb. 42(6):1051-3.
7. Karthikeyan, R.S., Ganesa, R., Lakshmi, J., Sixto, L., Jonida, T., Arne, R., et al. Host
response and bacterial virulence factor expression in Pseudomonas aeruginosa and
Streptococcus pneumoniae corneal ulcers. Pone Journal. 2013 Jun;8(6):867.
8. Edward J. H. Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear Film 1st Edition.
Elsevier. USA. 2013.
9. Jetton, J.A., Ding, K., Stone, DU. Effects of tobacco smoking on human corneal wound
healing. Cornea. 2014 May;33(5):453-6.

27

Anda mungkin juga menyukai