Anda di halaman 1dari 10

SYAHADATAIN

Sasaran Pembelajaran :
1. Memahami kandungan Syahadatain dan urgensinya
2. Memahami pengertian iman dan hubungannya dengan syahadat
3. Menyadari bahwa istiqomah dalam bersyahadat yang membawa
kebahagiaan hakiki
4. Memahami syarat-syarat diterimanya syahadat
5. Memahami hal-hal yang dapat merusak syahadat

Games Pembuka :
1. Bagi mentee menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok diminta
memilih satu orang sebagai delegasi atau ketua kelompok
2. Panggil masing-masing ketua / delegasi ke tempat yang terpisah
berikan briefing berikut :
a. Masing-masing ketua diberikan tiga kata secara rahasia (misal :
Muhammad rasul al amin, dan Muhammad teladan utama)
b. Setelah itu minta ketua lakukan perjanjian dengan anggota
kelompok untuk memegang teguh rahasia kata kelompok
c. Jika sudah, maka anggota akan ditukar, dan ketua kelompok
bertugas melakukan negosiasi untuk mendapatkan kata
kelompok lawan
d. Ketua boleh melakukan segala tipu daya dan strategi agar rahasia
kata lawan terbongkar
e. Masing-masing ketua secara terpisah diberi beberapa strategi
untuk menggoda anggota lawan (misal : ayo, berikan satu saja
kata, nanti kamu juga kuberi satu kata, dst)
3. Setelah para ketua paham,selanjutnya disampaikan kepada semua
peserta, bahwa permainan kita kali ini, adalah berlomba membongkar
rangkaian kata rahasia yang ada di masing-masing kelompok.
4. Pemenangnya adalah yang dapat membongkar dengan tepat
5. Hikmahnya : Ketika sudah berikrar, bersumpah dan berjanji harus
menjaga ikrar itu walaupun dalam keadaan bagaimanapun. Begitulah
juga dengan Syahadatain.1

1
Games didapat dari buku ebook Mencetak Generasi Unggulan hlm 12
URGENSI SYAHADAT

1. Pintu gerbang masuk Islam


Islam adalah suatu sistem hidup yang menyeluruh yang bisa
diibaratkan seperti bangunan atau rumah, dan Allah memerintahkan
setiap muslim untuk masuk ke dalamnya secara kaaffah. Untuk
memasukinya akan melalui sebuah pintu gerbang, yaitu syahadatain.
Artinya, pemahaman Islam yang benar dimulai dari pemahaman kalimat
itu. Pemahaman yang benar atas kedua kalimat ini mengantarkan manusia
ke pemahaman akan hakikat ketuhanan yang benar juga. Firman Allah:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al Araf : 172)
2. Intisari ajaran Islam
Intisari dari ajaran Islam adalah Syahadatain. Syahadatain berarti dua
kalimat syahadat, yaitu syahadat uluhiyah dan syahadat risalah.
Syahadat Uluhiyah
Syahadat uluhiyah terdiri dari kalimat Laa Ilaaha Illallah. Secara
bahasa kata Laa berfungsi sebagai Kalimatun Nafii (kata yang menolak),
kata Ilaaha berfungsi sebagai Al-Munafii (yang ditolak), kata Illa berfungsi
sebagai Kalimatul Itsbatu (kata yang mengukuhkan), dan Dan kata Allah
berfungsi sebagai Al-Mutsbitu (yang dikukuhkan). Jadi syahadat uluhiyah
(Laa Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap segala bentuk ilah
yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah.
Allah berfirman:
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya Tidak ada Tuhan
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (QS. Al
Anbiyaa:25)
Tauhid uluhiyah juga mengandung pengertian bahwa Allah sebagai
Ma'bud (yang disembah) dan Allah sebagai Ghayah (tujuan). Allah
berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahku." (QS. Adz Dzariyat: 56)
Dengan demikian Laa Ilaha Illallah juga berarti Laa Ma'buda Illallah.
Kalimat ini juga berarti Laa Ghayatu Illallah (tidak ada tujuan melainkan
Allah). Allah berfirman: "Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu
berharap (menempatkan tujuan)" (QS. Alam Nasyrah: 8)
Allah sebagai satu-satunya sesembahan adalah konsekuensi tertinggi
dari syahadat tauhid uluhiyah. Seseorang yang telah bersyahadat tauhid
berarti telah memproklamirkan dan berjanji untuk mengabdikan dirinya
kepada Allah semata.
Syahadat Risalah
Sedang syahadat kedua, syahadah risalah, yaitu pengakuan terhadap
Rasulullah sebagai utusan Allah bagi alam semesta dan kesiapan
menjadikan beliau sebagai uswah/contoh dalam setiap aspek kehidupan
(QS. 21:107, 33:21, 68:4).
Dengan demikian syahadat risalah juga mengandung pengertian:
(1) membenarkan setiap apa yang beliau kabarkan (QS. 53:3-4)
(2) menaati apa yang diperintahkan (QS. 4:59)
(3) menjauhi apa yang beliau larang (QS. 59:7)
(4) beribadah menurut syari'atnya.
3. Konsep dasar reformasi total
Reformasi total yang dimaksud adalah perubahan mendasar dalam
kehidupan manusia, yaitu minazzuluumati ilannuur, perubahan dari
kegelapan (jahiliyah) menuju cahaya (Islam), mencakup aspek keyakinan,
pemikiran, dan hidupnya secara keseluruhan, baik secara individu maupun
masyarakat.
Secara individu, dari ahli maksiat berubah menjadi ahli ibadah yang
taqwa; dari kufur menjadi beriman, dst. Secara masyarakat, di bidang
ibadah, mengubah penyembahan komunal berbagai berhala menjadi
menyembah kepada Allah saja. Dalam bidang ekonomi, mengubah
perekonomian riba menjadi sistem Islam tanpa riba, dan begitu seterusnya
di semua bidang. Syahadatain mampu mengubah manusia, sebagaimana
ia telah mengubah masyarakat di masa Rasulullah dan para shahabat
terdahulu. Diawali dengan memahami syahadatain dengan benar dan
mengajak manusia meninggalkan kejahiliyahan dalam semua aspeknya
kepada nilai-nilai Islam yang utuh. Allah berfirman :
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia. (QS. Ar Rad: 11)
4. Hakikat da'wah para Rasul
Para nabi, sejak Adam AS sampai Muhammad SAW, berdawah
dengan misi yang sama, mengajak manusia pada doktrin dan ajaran yang
sama yaitu untuk beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan thogut.
Seperti difirmankan Allah SWT: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja)
dan jauhi thoghut itu (QS An Nahl : 36)
5. Keutamaan yang besar
Kalimat syahadatain, jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
menjanjikan keutamaan yang besar. Keutamaan itu dapat berupa moral
maupun material, kebahagiaan di dunia juga di akhirat, mendapatkan
jaminan surga, serta dihindarkan dari panasnya neraka.

MAKNA SYAHADATAIN
Kata asyahdu yang terdapat dalam syahadatain memiliki beberapa
arti, antara lain:
1. Ikrar (iqrar)
Ikrar adalah suatu pernyataan seorang muslim tentang keyakinannya.
Konsekuensi dari ikrar adalah kewajiban menegakkan dan
memperjuangkan yang telah diikrarkan. Allah berfirman :
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-
orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS. Ali Imron:18)
2. Sumpah (qasm)
Sumpah adalah pernyataan kesediaan menerima akibat dan risiko
apapun dalam mengamalkan syahadat. Muslim yang bersyahadat berarti
siap dan bertanggung jawab dalam menegakkan Islam. Allah berfirman :
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:
"Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah."
Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya;
dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu
benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka
sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al
Munafiqun : 1-2)
3. Perjanjian yang teguh (mistaq)
Perjanjian yang teguh adalah janji setia untuk mendengar dan taat
dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah yang terkandung
dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul. Allah berfirman:
Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah
diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan
kami taati." Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Mengetahui isi hati(mu). (QS. Al Maidah : 7)
Syahadat yang diikrarkan seorang muslim penuh kesadaran sebagai
sumpah dan janji setia merupakan ruh iman dalam wujud:
1. Ucapan (qaul) yang senantiasa sesuai dengan hatinya yang suci
2. Membenarkan (tashdiq) dengan hati tanpa keraguan.
3. Perbuatan (amal) yang termotivasi dari hati yang ikhlas dan paham
akan maksud syariat Allah.
Keimanan seorang muslim yang mencakup tiga unsur itu harus selalu
dipelihara dan dijaga dengan sikap istiqomah. Istiqomah adalah konsisten,
tetap, dan teguh. Tetap pada pendirian, tidak berubah, dan tahan uji.
Dengan penjagaan iman yang istiqomah akan melahirkan tiga hal yang
merupakan ciri orang dengan iman sempurna, yaitu :
1. Keberanian (Syajaah) muncul karena yakin sebagai hamba yang selalu
dibela dan didukung Allah. (QS. Fushshilat : 30-32, Al Maidah : 52)
2. Ketenangan (Ithminan) muncul dari keyakinan pada perlindungan
Allah yang memelihara orang mukmin secara lahir dan batin (QS.
Fushshilat : 30-32, Ali Imron: 173, Ar-Rad : 28)
3. Optimis (Tafaul) muncul karena yakin bahwa masa depan adalah milik
orang beriman (QS. Fushshilat : 30-32, Al Ahzab : 22-23)
Ketiga hasil dari istiqomah akan membuahkan kebahagiaan bagi
orang yang memilikinya. Hanya Islam dengan syahadatnya yang dapat
memberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan
dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan. (QS. Ali Imron:185)

SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADAT


Agar syahadatain diterima oleh Allah SWT. ada beberapa syarat yang
harus dimiliki sebagai konsekuensi telah mengikrarkan syahadatain, yaitu:
1. Ilmu yang menampik kebodohan
Ilmu yang dimaksud adalah ilmu tentang Allah SWT (marifatullah) dan
ilmu tentang Rasulullah. Mengenal Allah dan Rasul-Nya secara tepat akan
mendorong ketaatan kita pada Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah SWT: QS.
Muhammad: 19, Az-Zukhruf: 86
2. Keyakinan yang menampik keraguan
Keyakinan yang dimaksud meliputi keyakinan bahwa Allah SWT
sebagai Pencipta, Pemberi Rezeki, Mabud (Yang Disembah) dan yang
semakna dengannya, serta yakin bahwa Rasulullah SAW adalah nabi
terakhir yang diutus Allah SWT. Firman Allah SWT: QS. Muhammad: 15
3. Keikhlasan yang menampik kesyirikan
Keikhlasan dalam mengikrarkan syahadatain sangatlah penting karena
ikrar merupakan ibadah. Adapun ibadah harus diniatkan ikhlas semata-
mata mengharap ridha Allah SWT. Jika ada niat lain maka ikrar kita ditolak.
Firman Allah: QS. Al Bayyinah: 5, Al-Kahf: 110
4. Kejujuran yang menampik kebohongan
Kejujuran saat mengikrarkan syahadatain mutlak diperlukan demi
menjaga kemurnian tauhid kita. Sebaliknya, sifat dusta dan bohong
berakibat keimanan kita ditolak Allah SWT. Firman Allah: Al Baqarah:8, Al
Ahzab: 22, Al Hajj:24
5. Cinta yang menampik permusuhan dan kebencian
Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah landasan keimanan yang
dengan itu kita rela mengabdikan diri kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya harus kita prioritaskan dari cinta kepada yang
lain. Firman Allah: QS. Al Baqarah:165, At Taubah: 24
6. Penerimaan yang menampik Penolakan
Syahadatain yang diikrarkan mengharuskan kita menerima
konsekuensinya berupa menaati perintah Allah SWT dan meninggalkan
laranganNya serta taat kepada Rasulullah SAW. Firman Allah: QS. An Nisa:
65
7. Pelaksanaan yang menampik pengabaian dan sikap enggan beramal
Di antara konsekuensi syahadatain adalah tuntutan berbuat (amal).
Oleh karena itu, mengakui kebenaran ajaran Allah SWT tetapi
mengabaikan tugas dan tanggungjawab sebagai seorang muslim dapat
membatalkan syahadatain kita. Firman Allah: QS. At Taubah: 105, An
Nahl: 97

HAL-HAL YANG DAPAT MEMBATALKAN SYAHADATAIN


Untuk menjaga kemurniaan tauhid, maka hendaknya menghindari
semua hal yang merusaknya. Ada tiga hal yang dapat merusak tauhid kita:
1. Syirik (menyekutukan Allah SWT)
Syirik adalah kebalikan dari tauhid yaitu menyekutukan Allah SWT
dalam zat, sifat, perbuatan, dan ibadah. Syirik secara zat adalah menyakini
bahwa Zat Allah seperti zat makhluk-Nya. Syirik secara sifat adalah
meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat Allah SWT.
sehingga tidak ada beda sama sekali. Syirik secara perbuatan adalah
meyakini bahwa makhluk mengatur alam semesta dan rezeki manusia
seperti yang telah diperbuat Allah SWT selama ini. Syirik secara ibadah
adalah menyembah selain Allah SWT dan mengagungkannya seperti
mengagungkan Allah SWT
Syirik ada dua macam yaitu :
1) Syirik besar
Syirik besar yaitu tindakan menyekutukan Allah SWT dengan makhluk-
Nya. Dikatakan syirik besar karena tidak akan diampuni dosanya dan tidak
akan masuk surga (QS. An Nisa:116). Syirik besar dibagi menjadi dua
dimensi: Zhahir (tampak) dan Khafiy (tersembunyi). Yang zhahir berupa
menyembah bintang, matahari, bulan, patung, batu, pohon, manusia
(Budha, Isa putera Maryam, raja), malaikat, jin, dan setan. Yang khafiy
seperti meminta kepada orang yang sudah meninggal dengan keyakinan
dapat memenuhi permintaan mereka atau menjadikan seseorang sebagai
pembuat hukum (dengan menghalalkan atau mengharamkan sesuatu
seperti Allah SWT.)
2) Syirik Kecil
Syirik kecil yaitu tindakan yang mengarah pada syirik tapi tindakannya
belum keluar dari tauhid. Contoh yang zhahir berupa lafal yaitu
bersumpah dengan nama selain Allah dan mengarah ke syirik, seperti :
Demi Nabi! Demi Kabah! Demi kakek dan nenek!
Rasulullah bersabda, Siapa saja yang bersumpah dengan selain Allah
SWT, ia telah kafir dan musyrik. (HR. Imam Tirmidzi)
Termasuk lafal yang mengarah pernyataan : Jika bukan karena Allah
SWT dan si fulan, niscaya ini tidak akan terjadi. atau pemberian nama
seperti: Abdul Kabah. Syirik kecil yang berupa perbuatan seperti
mengalungkan jimat dengan keyakinan jimat itu dapat menyelamatkan dia
dari marabahaya.
Syirik kecil khafiy biasanya berupa niat atau keinginan, seperti: riya
(mengumbar perbuatan baik melalui ucapan untuk dipuji orang lain) dan
sumah (melakukan ketaatan kepada Allah untuk dipuji orang lain).
Contohnya: menceritakan bantuan yang telah disumbangkan dengan
maksud ingin dipuji, menegakkan sholat seolah-olah khusyuk ketika di
masjid padahal ketika sendirian tidak begitu.
2. Ilhad (menyimpang dari kebenaran)
Imam Ashfahani dalam bukunya Mufradat Alfaadzul Quran menulis, al
ilhad berarti menyimpang dari kebenaran. Dalam hal tersebut ada dua
makna, yaitu ilhad yang identik dengan syirik yang berdampak pada kafir
dan mendekati syirik yang mengurangi kemurnian tauhid. Allah berfirman:
Siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara
zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.
(QS. Al Hajj:25)
Dalam menafsirkan surat Al Araf: 180 (tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya),
Imam Ashfahani menyebutkan bahwa ada dua macam ilhad dalam
menyebut nama Allah :
a. Menyifati Allah SWT dengan sifat yang tidak pantas sebagai sifat-Nya
b. Memaknai asma Allah SWT dengan makna yang tidak sesuai dengan
keagungannya (baca Mufradat Alfaudzul Quran hlm. 737)
Dari keterangan tersebut, ilhad lebih dekat pada pengingkaran sifat,
nama, dan perbuatan Allah SWT. Jadi tidak semua orang kafir itu ilhad,
tapi setiap perbuatan ilhad itu tergolong kafir.
3. Nifak (Berwajah dua, menampakkan diri sebagai muslim tapi hatinya
kafir)
Allah berfirman: Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan.
sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh
membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan
mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada
Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang
munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah: 67)
Ciri-ciri orang munafik yaitu:
1. Mulut mereka berkata beriman kepada Allah SWT dan hari
Kiamat, sedang hati kafir (QS. Al Baqarah: 8-10)
2. Ketika dikatakan kepada mereka agar tidak berbuat kerusakan,
mereka mengaku berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah: 11-12)
3. Ketika bertemu orang beriman mereka menampakkan keimanan,
tapi ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama setan,
mereka pun kafir (QS. Al Baqarah : 13-15)
4. Ibarat bisnis, mereka membeli kekafiran dengan keimanan karena
wajah mereka berganti-ganti sesuai dengan orang yang bersama
mereka (QS. Al Baqarah: 16)
5. Ibarat pejalan dalam kegelapan, setiap kali mereka menyalakan
obor, seketika obor itu padam kembali. (QS. Al Baqarah: 17-18)
6. Mereka selalu menutup telinga karena tidak ingin kebenaran
yang disampaikan Rasulullah SAW masuk ke dalam hati mereka.
(QS. Al Baqarah: 19-20)

Anda mungkin juga menyukai