PENDAHULUAN
Sinyal analog adalah signal yang berupa gelombang elektro magnetik dan
bergerak atas dasar fekuensi. Frekuensi adalah jumlah getaran bolak balik
sinyal analog dalam satu siklus lengkap per detik. Satu siklus lengkap terjadi
saat gelombang berada pada titik bertegangan nol, menuju titik bertegangan
positif tertinggi pada gelombang, menurun ke titik tegangan negatif dan
menuju ke titik nol kembali (lihat gambar). Semakin tinggi kecep[atan atau
frekuensinya semakin banyak siklus lengkap yang terjadi pada suatu periode
tertentu. Kecepatan frekuensi tersebut dinyatakan dalam hertz.
Gambar 1.1 sebuah gelombang yang berayun bolak balik sebanyak sepuluh
kali tiap detik berarti memiliki kecepatan sepuluh hertz.
Sinyal AM, yakni sinyal hasil proses modulasi amplituda, diturunkan dari :
Gambar 1.4.2 Proses penyaringan sinyal d(t) dengan low pass filter
Kesalahan frekuensi:
Keluaran yang semestinya sinyal infomasi yang murni ini, ternyata dikalikan
dengan sinyal harmonis, dengan frekuensi yang tak diketahui. Perkalian ini
menyebabkan apa yang dinamakan proses beating, yang merupakan distorsi
pada sinyal yang kita miliki.
1.5. Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa (DSB with
Carrier)
Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa, atau yang lebih
dikenal dengan nama modulasi amplitudo biasa (AM), diperkenalkan untuk
menghindari problem pertama yang dihadapi oleh DSB-SC. Yaitu dengan
cara menambahkan suatu konstanta
ke sinyal informasi, sebelum dikirimkan ke modulator
Proses demodulasi sinyal AM dilakukan dengan cara yang berbeda dari demodulasi
terhadap DSB-SC. Yaitu dengan menggunakan detektor amplop (envelope
detector),tetapi rangkaian ini hanya akan bekerja dengan benar, yaitu menghasilkan
sinyal informasi yang diinginkan, jika
1+ m(t) 0
Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 1.5 dan 1.5.1 Jika syarat di persamaan
terpenuhi, maka amplop (pembungkus) dari sinyal termodulasi sama dengan sinyal
informasi yang ingin kita dapatkan.
Gambar 1.5&1.5.1 Proses Sinyal AM Termodulasi
Sinyal termodulasi pada gambar 1.5 terbentuk dengan
(1 ( )) 0,6 0 min + m t = >
sedang sinyal termodulasi pada gambar 1.5.1 terbentuk dengan
(1 ( )) 0,2 0 min + m t = <
Jadi kasus pada gambar 1.5.1 tak memenuhi syarat pada persamaan . Dalam proses
demodulasi dengan menggunakan detector amplop, maka sinyal yang dihasilkan
adalah kurva yang digambar dengan garis terpotong-potong di atas.
Pada kasus di gambar 2.10a kita dapati sinyal informasi, sedang pada kasus di
gambar 1.51 tidak. Untuk keperluan di atas didefinisikan besaran indeks modulasi
, yang mana
Jika sinyal informasi berupa sinyal sinus, maka indeks modulasi sama dengan
amplitude dari sinyal itu. Untuk gambar 1.5 = 0,4 dan gambar 1.5.1 = 0,8
/0,6 = 1,33. Sekarang kita akan menghitung daya dari sinyal termodulasi AM,
dengan menggunakan sinyal informasi berupa fungsi sinus (modulasi single-tone)