Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori Sinyal Analog

Sinyal analog adalah signal yang berupa gelombang elektro magnetik dan
bergerak atas dasar fekuensi. Frekuensi adalah jumlah getaran bolak balik
sinyal analog dalam satu siklus lengkap per detik. Satu siklus lengkap terjadi
saat gelombang berada pada titik bertegangan nol, menuju titik bertegangan
positif tertinggi pada gelombang, menurun ke titik tegangan negatif dan
menuju ke titik nol kembali (lihat gambar). Semakin tinggi kecep[atan atau
frekuensinya semakin banyak siklus lengkap yang terjadi pada suatu periode
tertentu. Kecepatan frekuensi tersebut dinyatakan dalam hertz.

Gambar 1.1 sebuah gelombang yang berayun bolak balik sebanyak sepuluh
kali tiap detik berarti memiliki kecepatan sepuluh hertz.

Kelebihan : Sistem analaog memiliki potensi jumlah tak terbatas resolusi


sinyal. Dibandingkan dengan sinyal-sinyal digital, sinyal analog kepadatan
tinggi, dapat dilakukan pengolahan lebih sederhana dibandingkan dengan
setara digital. Sinyal analog dapat diproses secara langsung oleh komponen
analog, meskipun beberapa proses tidak tersedia kecuali dalam bentuk digital.
Kerugian pada sinyal sistem analog signal analog akan menjadi lemah
setelah melewati jarak yang jauh. Selain bertambah jauh signal analog juga
memungut interferensi elektrik atau noise dari dalam jalur. Kabel listrik,
petir dan mesin-mesin listrik semua menginjeksikan noise dalam bentuk
elektrik pada signal analog. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka
diperlukan alat penguat signal yang disebut amplifier.
1.2. Dasar Teori AM

Sinyal pemodulasi: Sinyal asal yang berisi informasi. Sinyal pembawa :


Sinyal frekuensi tinggi yang ditumpangi oleh sinyal informasi selama proses
transmisi. Pada jenis modulasi ini amplituda sinyal pembawa diubah-ubah
secara proporsional terhadap amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan
frekuensinya tetap selama proses modulasi.Sinyal pembawa berupa gelombang
sinus dengan persamaan matematisnya:

Sinyal pemodulasi, untuk memudahkan analisa, diasumsikan sebagai


gelombang sinusoidal juga, dengan persamaan matematisnya:

Sinyal AM, yakni sinyal hasil proses modulasi amplituda, diturunkan dari :

merupakan ukuran seberapa dalam sinyal informasi memodulasi sinyal


pembawa.
Pengaruh Indeks Modulasi :

Gambar 1.2 Pengaruh Indeks Modulasi


Kondisi m=1 adalah kondisi ideal, dimana proses modulasi amplituda
menghasilkan output terbesar di penerima tanpa distorsi.

1.3. Modulasi amplitudo jalur ganda (double side band amplitude


modulation DSB- SC)

Bentuk dari sinyal yang termodulasi amplitudo dengan jalur ganda


memiliki bentuk sinyal

x DSB (t ) = a o m(t ) cos( c t )

Jadi Modulator DSB-AM berfungsi sebai pengali sinyal pembawa dengan


sinyal data A0 merupakan konstatnta yang muncul dalam proses perkalian
persamaan XDSB(t) diatas dituliskan dalam bentuk fungsi waktu . dalam bentuk
spektrumnya kita bisa hitung dengan mencari Transformasi Fourier dari xDSB
(t)
XDSB (w) = F {xDSB (t)= F {a0 m(t) cos (wct)}
Pasangan ini bisa dituliskan secara simbolis dengan
XDSB(t)= XDSB(w)
Dari persamaan diatas bisa kita interpretasikan:
Term yang pertama menyatakan bahwa x (t) DSB mempunyai spektrum yang
sama dengan m(t) tetapi beramplitudo setengahnya dan posisi spektrumnya
bergeser ke kanan sejauh frekuensi pembawa c .Term kedua menyatakan hal
sama sehubungan dengan amplitudonya, tetapi pergeseran spektrumya
sekarang ke kiri.
Berikut ini akan digambarkan bentuk-bentuk sinyal dalam proses modulasi,
baik sebagai fungsi waktu ataupun dalam bentuk spektralnya (gambar 1.3-
1.3.2).

Fungsi Waktu Bentuk Spektral

Gambar 1.3 Sinyal Pembawa

Gambar 1.3.1 Sinyal Data


Gambar 1.3.2 Sinyal Termodulasi

1.4. Demodulasi sinyal DSB-AM


Sinyal DSB-AM x (t) DSB dikalikan dengan sinyal pembawanya secara
koheren cos(wct)berarti, sinyal pengalih di demodulator ini tak mempunyai
beda phasa dengan sinyal pembawa yang kita gunakan di modulator.
Kemudian disaring spektrum yang rendahnya dengan filter lolos bawah (low-
pass filter).

Gambar 1.4 Low Pass Filter


Gambar 1.4.1-1.4.3 menunjukkan proses demodulasi ini secara grafis.
Gambar 1.4.2 menunjukkan proses penyaringan sinyal d(t) dengan filter lolos
bawah. Proses penyaringan bisa digambarkan dalam bentuk spektralnya
sebagai perkalian dari fungsi yang akan disaring d(t) dengan fungsi
penyaringnya, dalam hal ini filter lolos bawah, yang bentuk idealnya adalah
sebuah fungsi segiempat yang terkonsentrasi di frekuensi 0, dan mempunyai
frekuensi batas LP .
Gambar 1.4.1 Proses Demodulasi Secara Grafis

Gambar 1.4.2 Proses penyaringan sinyal d(t) dengan low pass filter

Gambar 1.4.3 Proses Demodulasi Secara Grafis

Proses demodulasi sinyal DSB-AM ini, sinyal pembawa harus


diregenerasikan oleh pesawat penerima untuk bisa kemudian digunakan
sebagai fungsi pengali (gambar 1.4). Proses ini biasanya dilakukan oleh suatu
rangkaian yang dinamkan phase-locked loop. Dalam proses modulasi ini,
sinyal pembawa tak secara eksplisit diketahui, modulasi amplitudo ini
dinamakan juga DSB-SC (double side band supressed carrier). Dalam proses
demodulasinya kita dihadapi oleh suatu hal yang sensitif, karena sinyal
pembawa yang harus diregenerasikan haruslah koheren dengan sinyal
pembawa yang ada di pesawat pemancar (dalam proses modulasi).Berikut ini
kita akan melihat pengaruh dari sinyal pembawa terregenerasi yang tidak
koheren, yang disebabkan oleh kesalahan pada phasa dan kesalahan pada
frekuensi pada sinyal tersebut.
Kesalahan phasa:

Dari persamaan diatas bisa kita melakukan interpretasi:

Kesalahan frekuensi:

Keluaran yang semestinya sinyal infomasi yang murni ini, ternyata dikalikan
dengan sinyal harmonis, dengan frekuensi yang tak diketahui. Perkalian ini
menyebabkan apa yang dinamakan proses beating, yang merupakan distorsi
pada sinyal yang kita miliki.

Kesimpulan: Modulasi amplitudo jalur ganda paling tidak mempunyai dua


kekurangan, yang pertama
membutuhkan demodulasi yang koheren, yang kedua, informasi yang hanya
membutuhkan spektrum max dikirimkan dengan mengkonsumsi spektrum
yang besarnya dua kalinya (sebab itu nama jalur ganda).

1.5. Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa (DSB with
Carrier)
Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa, atau yang lebih
dikenal dengan nama modulasi amplitudo biasa (AM), diperkenalkan untuk
menghindari problem pertama yang dihadapi oleh DSB-SC. Yaitu dengan
cara menambahkan suatu konstanta
ke sinyal informasi, sebelum dikirimkan ke modulator

Proses demodulasi sinyal AM dilakukan dengan cara yang berbeda dari demodulasi
terhadap DSB-SC. Yaitu dengan menggunakan detektor amplop (envelope
detector),tetapi rangkaian ini hanya akan bekerja dengan benar, yaitu menghasilkan
sinyal informasi yang diinginkan, jika
1+ m(t) 0

Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 1.5 dan 1.5.1 Jika syarat di persamaan
terpenuhi, maka amplop (pembungkus) dari sinyal termodulasi sama dengan sinyal
informasi yang ingin kita dapatkan.
Gambar 1.5&1.5.1 Proses Sinyal AM Termodulasi
Sinyal termodulasi pada gambar 1.5 terbentuk dengan
(1 ( )) 0,6 0 min + m t = >
sedang sinyal termodulasi pada gambar 1.5.1 terbentuk dengan
(1 ( )) 0,2 0 min + m t = <
Jadi kasus pada gambar 1.5.1 tak memenuhi syarat pada persamaan . Dalam proses
demodulasi dengan menggunakan detector amplop, maka sinyal yang dihasilkan
adalah kurva yang digambar dengan garis terpotong-potong di atas.
Pada kasus di gambar 2.10a kita dapati sinyal informasi, sedang pada kasus di
gambar 1.51 tidak. Untuk keperluan di atas didefinisikan besaran indeks modulasi
, yang mana

Jika sinyal informasi berupa sinyal sinus, maka indeks modulasi sama dengan
amplitude dari sinyal itu. Untuk gambar 1.5 = 0,4 dan gambar 1.5.1 = 0,8
/0,6 = 1,33. Sekarang kita akan menghitung daya dari sinyal termodulasi AM,
dengan menggunakan sinyal informasi berupa fungsi sinus (modulasi single-tone)

Anda mungkin juga menyukai