Anda di halaman 1dari 26

1

1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuann
1.4. Manfaat

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian alat/Instrumen Penilaian
2. Jenis-Jenis alat/intrumen penilaian
2.1. Non Tes
2.1.1. Jenis Jenis Instrumen Non Tes
Ada beberapa macam instrumen non tes yang dapat digunakan
dalam penilaian pembelajaran matematika, antara lain:
A. Angket (Quetioner)
Angket adalah alat penilaian berupa daftar
pertanyaan/pernyataan tertulis untuk menjaring informasi tentang
sesuatu. Angket dapat digunakan untuk memperoleh informasi
kognitif maupun afektif. Angket berfungsi sebagai alat pengumpul
data. Data tersebut berupa keadaan atau data diri, pengalaman,
pengetahuan, sikap, pendapat mengenai suatu hal. Angket dapat
disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau bentuk sekala sikap,
misalnya skala likert yang biasanya digunakan untuk menilai
aspek-aspek psikologis yang diduga berpengaruh terhadap proses
belajar mengajar.
Data yang dihimpun melalui angket biasanya adalah data
yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
siswa dalam mengikuti pelajaran, antara lain: cara belajar, fasilitas
belajar yang tersedia, bimbingan guru dan orang tua, sikap
terhadap mata pelajaran tertentu, dan pandangan siswa terhadap
proses pembelajaran, serta sikap siswa terhadap gurunya.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan
secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan
secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang
dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara
tidak langsung apabila angket itu diberikan kepada orang untuk
dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya
diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam
beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, angket
dibagi menjadi angket langsung dan angket tidak langsung. Angket
langsung adalah angket yang dijawab langsung oleh orang yang
diminta jawabannya. Sedangkan angket tidak langsung dijawab
oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui
si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban
adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak,
tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara
menjawab maka angket terbagi menjadi angket tertutup dan angket
terbuka. Angket tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki
dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda
silang (X) atau cek () pada jawaban yang ia anggap sesuai.
Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si
penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya
secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2
macam, yaitu angket berstuktur dan angket tidak berstuktur.
Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan
model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban
tegas dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak berstruktur adalah
angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan
bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-
penjelasan, alasan-alasan terbuka.
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku,
bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan
dan kelemahan. Kelebihan angket antara lain:
Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak
yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat
dihindarkan.
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas,
sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit
untuk diterangkan kembali.
Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh
semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas
menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat
dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang
perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak
memberikan kembali angketnya.
B. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan
dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace
relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada
orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temannya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai,
Keterampilan pewawancara,
Pedoman wawancara.
Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat
penilaian , yaitu:
1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal
dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau
wawancara sistematis (Systematic Interview).

2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering


dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview)
atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau
wawancara bebas.
Wawancara sebagai alat penilaian non tes memiliki kelebihan
dan kelemahan.
Kelebihan wawancara antara lain :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini
tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah
dalam pelaksaannya

3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.

4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih


tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.

5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si


pewawancara dengan objek.
Sedangkan kelemahan wawancara antara lain:
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan,
kemampuan individu yang diwawancarai.

2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar


pelaksanaan wawancara.

3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna


dari pewawancara.

Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat


mempengaruhi hasil wawancara.
Pedoman wawan cara disusun dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.

2. Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan


diungkap dari wawan cara tersebut. Aspek-aspek tersebut
dijadikan dasar dalam menyusun materipertanyaan wawancara.

3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk


berstruktur atau bentuk terbuka.

4. Buatlah pertanya anwawancara yang berstruktur atau yang bebas.


5. Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan
menafsirkan hasil wawancara.

C. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data
tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain,
struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu
kelompok.
Tes sosiometri ada dua macam, yaitu: (1) tes yang
mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok
sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu
criteriumbersama-sama dengan teman-teman yang dipilih; (2) tes yang
mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya
terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
Ada beberapa bentuk analisis sosiometri diantaranya:
1. Matrix sosiometri
Matrix adalah tatanan angka-angka atau lambang-lambang lain
dalam bentuk segi empat. Data yang diperoleh dari angket
sosiometri kemudian dirangkum dalam matrik sosiometri yaitu
dalam suatu tabel yang berisi nama pilihan. Nama pilihan tersebut
yaitu yang sudah dipilih oleh peserta. Bentuk hubungan nya seperti:

Bentuk segitiga (triangle), bentuk ini merupakan suatu


persahabatan atau hubungan yang mempunyai intensitas yang
cukup kuat.

Bentuk bintang (star), bentuk ini kurang baik sebab jika A (yang
berkedudukan sebagai pusat)tidak ada maka kelompok itu akan
pecah.

Berbentuk jala (network), hubungan cukup menyeluruh, baik,


kuat dan hilangnya seseorang tidak akan membuat kelompoknya
pecah karena hubungan ini mempunyai intensitas yang cukup
kuat.
Berbentuk rantai (chain), hubungan searah atau sepihak, tidak
menyeluruh. Kelompok demikian ini keadaanya rapuh.

2. Sosiogram

Arti sosiogram sendiri yaitu bagan pilihan yang dibuat


dalam sekelompok, lebih banyak pada hal-hal yang praktis dari pada
maksud dan tujuan penelitian, atau karena analisisnya matematis
dan sulit sehingga membutuhkan ruang yang demikian banyak yang
tidak dimungkinkan.

3. Indeks sosiometri

Indeks sosiometri adalah angka tunggal yang terhitung dari


suatu angka bilangan atau lebih yang dihasilkan oleh data
sosiometri. Indeks ini menunjukan karakteristik sosiometri individu,
kelompok dan merupakan kesimpulan.

Kelebihan dan kelemahan sosiometri yaitu:


Kelebihan sosiometri anatara lain:
Sosiometri mudah dilakukan karena guru tinggal meminta anak
didik untukmenyebutkan dengan siapa anak senang bermain atau
belajar.
Pengolahan hasil pengumpulan data relatif mudah karena guru
tinggalmentabulasi pilihan masing-masing anak.
Dalam waktu singkat dapat diperoleh informasi yang diperlukan.
Tidak menelan biaya banyak.
Tidak perlu kemampuan khusus untuk melakukan sosiometri.
Kelemahan sosiometrianatara lain:
Informasi terkumpul hanya dari ungkapan yang disampaikan anak.
Bersifat sangat situasional (tergantung keadaan anak saat itu)

D. Assesmen Kerja
Assesmen kerja adalah penilaian yang dilakukan
dengan cara mengamati kegiatan siswa dalam
melakukan sesuatu. Oleh karena itu dalam penilaian
kerja diperlukan instrumen berupa lembar pengamatan
atau lembar observasi.
Beberapa hal berikut ini adalah yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan penilaian kerja,
antara lain:
1. Langkah-langkah kerja yang diharapakan
agar dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja
suatu kompetensi.
2. Ketepatan dan kelengkapan aspek yang
akan dinilai dalam suatu kinerja.
3. Kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4. Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu
banyak sehingga semua dapat diamati.
5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan
berdasarkan urutan yang akan diamati.
Penilaian kinerja dapat dilakukan melalui: (1)
penilaian tertulis(paper and pencil), (2) identifikasi,
(3)simulasi, dan (4) memberi contoh kerja(work sample).
Metode penilaian kinerja
Penilaian Skala Grafik (Graphic Rating Scale)
Penilaian skala grafik meliputi: (1) penilaian
berdasarkan daftar skala yang menggambarkan
sejumlah ciri-ciri tingkatan kinerja pegawai pada
suatu organisasi; (2) cara penilaian praktis dan dapat
menilai banyak aspek; (3) tersedia kolom untuk
komentar, saran, dan catatan; (4) dipakai sebagian
besar organisasi.
Alternatif Perangkingan (Alternation Ranking)
Alternatif perangkingan meliputi: (1) penilain
dengan merangking capeg atau pegawai dari yang
paling baik ke yang paling buruk untuk satu atau
lebih ciri kinerja/spesifikasi tugas; (2) praktis
(disarankan 1 lembar dan untuk kelompok kecil); (3)
menghabiskan waktu, jika yang dibandingkan
banyak; (4) tidak ada kolom nilai dan detail
komentar; (5) cocok untuk melengkapi metode
penilaian yang lain; (6) tidak memberikan detail
penilaian aspek/ciri tugas tertentu.
Komparasi Pasangan (Paired Comparation)
Komparasi pasangan meliputi: (1) menilai
kinerja calon pegawai dengan cara mempetakan
perbandingan satu dengan lainnya sehingga dapat
diketahui karyawan yang lebih baik dari
pasangannya, (2) satu karyawan diberi pasangan dan
dibandingkan dengan yang lainnya, dan (3) pegawai
yang paling banyak mendapat tanda + adalah
pegawai yang paling baik kinerjanya.
Pemaksaan Distribusi Kurva Normal (Forced
Distribution)
Pemaksaan distribusi kurva normal meliputi: (1)
menilai calon pegawai atau pegawai berdasarkan
pola bahwa hasilnya harus berdistribusi normal, (2)
dipakai sebagai pendekatan dalam menentukan
penggolongan insentif dan bimbingan, dan (3)
ditentang Deming karena memaksakan harus ada
kelompok staf dengan kinerja di bawah standar
kinerja.
Pencatatan Kejadian Kritis (Critical Incident)
Pencatatan kejadian kritis meliputi: (1)
penilaian kinerja dengan selalu mencatat peristiwa
kritis yang terjadi dilakukan karyawan baik yang
diharapkan maupun yang tidak direncanakan.
Selanjutnya mendiskusikannya di suatu periode
waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya,
misalnya setiap 6 bulan; (2) kelemahannya,
pengevaluasi arsip sehingga tidak hanya menilai atsa
dasar fakta baru yang terjadi saja; (3) sebaiknya
dipakai untuk melengkapi metode penilaian lain,
misalnya metode komparasi; (4) jika dipakai sendiri,
tidak tepat untuk mengkomparasikan dengan staf
lainnya sehingga tidak tepat juga untuk penentuan
gaji.
Formulir Narative (Narative Form)
Formulir naratif meliputi : (1) penilain calon
pegawai atau pegawai dengan menggunakan formulir
naratif yang menckup antara lain kinerja pegawai
dibandingkan dengan standar kinerja. Contoh-contoh
kinerja kritikal dan rencana peningkatan untuk
mencapai/melebihi standar kinerja yang ditentukan,
dan (2)rangkuman penilaian diakhiri dengan
memfokuskan pada pemecahan masalah.
Pertautan Standar Tingkah Laku (Behaviorally
Anchored Rating Scales = BARS)
Pertautan standar tingkah laku meliputi : (1)
penilaian calon pegawai atau pegawai dengan
mengkombinasikan kelebihan dari narrative
form, critical incidents dan perangkingan dengan
mengacu pada contoh tingkah laku spesifik
(behavior) yang baik maupun yang jelek, dan (2)
metode ini lebih lengkap dan lebih baik dari yang
sebelumnya, hanya lebih lama /sulit dibuat.
Tahap membuat BARS: (1) kembangkan insiden
kritikal efektif dan non efektif dari suatu kinerja, (2)
rumuskan ranah kinerjanya, misalnya pengetahuan
atau sikap, (3) mintakan pertimbangan pada
kelompok lain tentang ranah kinerja di atas, (4) buat
skala insidennya, biasanya dipilih 7 atau 9 skala, (5)
susun final instrument untuk masing-masing ranah
kinerja di atas.
Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management
By Objective)
Penilaian dengan mengacu pada sasaran-
sasaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya
secara periodic: (1) tentukan sasaran organisasi.
Sasaran harus specific, Measurable, Realistic, and
Time-bounding sasaran organisasi; (3) tentukan
kontribusi calon pegawai atau pegawai selaras
dengan sasaran departemen; (4) tentukan secara
rinci sasaran individual karyawan jangka pendek; (5)
ukur dan reviu kinerja calon pegawai atau pegawai
dengan sasaran yang ditentukan; (6) beri umpan
balik setiap periode pengukuran.
Tiga hal yang harus dihindari adalah: (1)
Hindari sasaran kinerja yang tidak jelas atau tidak
dapat diukur. Artinya, ada indikator kinerja dalam
bentuk kuantitatif; (2) penilaian MBO memerlukan
waktu yang banyak seperti menentukan sasaran,
mengukur sasaran, dan member umpan balik; dan
(3) menentukan sasaran individu yang mendukung
sasaran organisasi sering menimbulkan perselisihan.
Evaluasi 360 Derajat
Dengan metode ini diperoleh umpan balik
ganda yang tidak hanya dari atasan langsung tetapi
juga dari rekan sejawat dan pelanggan. Sumber data
dari: (1) survey kepuasaan dari pelanggan eksternal,
dan (3) evaluasi diri sendiri.
E. Portofolio
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan
dokumen berupa objek penilaian yang dipakai oleh
seseorang, kelompok, lembaga, organisasi atau
perusahaan yang bertujuan untuk mendokumentasikan
dan menilai perkembangan suatu proses.
Kelebihan dan kelemahan portofolio sebagai alat
penilain, yaitu:
Kelebihan portofolio antara lain:
Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan
kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu
berdasarkan feedback dan refleksi diri.
Membantu guru melakukan penilaian secara adil,
objektif, dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
mengurangi kreativitas peserta didik di kelas.
Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung
jawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan,
seperti di kelas maupun di luar kelas dalam rangka
implementasi program pembelajaran.
Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan penilaian.
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan mereka.
Membantu guru mengklarifikasi dan
mengindentifikasi program pembelajaran.
Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru,
komite sekolah, dan masyarakat lainnya dalam
melihat pencapaian kemampuan peserta didik.
Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian
diri, refleksi, dan mengembangkan kemampuan
berpikir kritis.
Guru dan peserta dididk sama-sama bertanggung
jawab untuk merancang dan menilai kemajuan
belajar.
Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen
antara peserta didik yang pandai dan yang kurang
pandai.
Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap
setiap usaha belajar peserta didik.
Kelemahan portofolio antara lain:
Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
Ada kecenderungan guru hanya

2.2. Tes
Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes, yaitu:
a) Tes penempatan adalah tes yang diperlukan untuk menempatkan
siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan kemampuannya
b) Tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan, sebagai dasar perbaikan.
c) Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti
proses belajar mengajar.
d) Tes sumatif adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
penguasaan kompetensi siswa dalam satuan waktu tertentu seperti
catur wulan atau semester.
Sedangkan berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk
objektif dan esay (Hamzah B. Uno, dkk., 2001).
a) Tes objektif
Tes objektif adalah tes dimana keseluruhan informasi yang
diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia dan peserta harus
memilih salah satu alternatif yang disediakan tersebut. Terdapat
beberapa bentuk tes objektif, yaitu:
1. Tes benar salah
Tes benar salah adalah tes yang memuat pernyataan benar
atau salah. Peserta bertugas menandai masing-masing
pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan
benar, dan S jika pernyataan salah.
Contoh:
B-S 1. Yang termasuk bagian segitiga meliputi sisi dan
daerah di dalam sisi.
B-S 2. Berapapun jari-jarinya, luas lingkaran adalah 0.
Bentuk tes benar salah saat ini jarang digunakan guru
matematika. Padahal melalui tes benar salah ini banyak
domain belajar matematika yang bisa di gali, misal:
pemahaman konsep, kemampuan bernalar, analisis dan lain-
lain. Dua butir pertanyaan benar salah di atas dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa
tentang segitiga dan lingkaran.
2. Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda adalah tes yang memuat serangkaian
informasi yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya
dilakukan dengan memilih berbagai alternatif pilihan yang
disediakan. Ada empat variasi tes pilihan ganda, yaitu: tes
pilihan ganda biasa, asosiasi, hubungan antar hal, dan
menjodohkan.
Tes pilihan ganda, adalah soal yang disertai
beberapa alternatif jawaban dimana hanya tersedia 1
pilihan benar, dan siswa tugasnya adalah memilih
mana dari alternatif-alternatif tersebut yang benar.
Tes asosiasi, merupakan modifikasi dari tes pilihan
ganda biasa. Bentuk asosiasi juga terdiri dari satu
pernyataan dan beberapa alternatif jawaban, hanya
saja terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.
Salah satu bentuknya adalah dengan mengikuti
petunjuk sebagai berikut: Petunjuk mengerjakan
soal:
Pilihan a bila jawaban 1, 2, dan 3 benar
Pilihan b bila jawaban 1 dan 3 benar
Pilihan c bila jawaban 2 dan 4 benar
Pilihan d bila jawaban 4 saja yang benar Saat ini
bentuk tes ini jarang digunakan. Padahal bentuk tes
ini tidak kalah potensialitasnya dibanding tes pilihan
ganda biasa. Dibanding tes pilihan ganda biasa, tes
bentuk ini lebih menuntut siswa bernalar, melihat
semua kemungkinan jawaban, dan juga melihat
hubungan antar bagian.
Tes hubungan antar hal, adalah soal yang memuat
pernyataan dan alasan, dengan pola memuat
pernyataan dan memuat alasan.
Petunjuk pilihan:
Jika pernyataan benar, alasan benar, dan ada
hubungan sebab akibat
Jika pernyataan benar, alasan benar, dan
tidak ada hubungan sebab akibat
Jika pernyataan benar, alasan salah
Jika pernyataan salah, dan alasan salah
Baik pernyataan maupun alasan salah
Tes ini jarang digunakan, padahal tes
hubungan antar hal ini sangat baik digunakan untuk
mengukur banyak dimensi belajar matematika,
antara lain: kemampuan bernalar siswa, pemahaman
konsep, hubungan antar konsep, kemampuan
berpikir matematis, dan lain-lain.
Tes menjodohkan, dalam bentuk tradisional item tes
menjodohkan terdiri dari dua kolom yang pararel. Tiap
kata, bilangan, atau simbol dijodohkan dengan kalimat,
frase, atau kata dalam kolom yang lain. Item pada
kolom di mana penjodohan dicari disebut premis,
sedangkan kolom di mana pilihan dicari disebut respon.
Tugas siswa adalah memasangkan antara presmis dan
respon berdasarkan aturan yang ditentukan. Tes
menjodohkan ini juga relatif jarang digunakan dalam
penilaian pembelajaran matematika. Padahal seperti
halnya tes hubungan antar hal, tes bentuk ini juga dapat
digunakan untuk mengukur banyak dimensi belajar
matematika, antara lain: mengukur kemampuan
bernalar siswa, pemahaman konsep, hubungan antar
konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lain-lain.

b) Tes esay
Tes esay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari
pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban yang berupa
uraian-uraian yang relatif panjang. Tes ini dirancang untuk
mengukur hasil belajar di mana unsur yang diperlukan untuk
menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri siswa. Siswa
harus menyusun sendiri kata dan kalimat untuk menjawabannya.
Tes esay diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yiatu:
uraian bebas (non objektif), uraian terstruktur (objektif), jawaban
singkat, dan isian (melengkapi).
Uraian non objektif
Bentuk uraian bebas memberikan kebebasan untuk
memberikan opini serta alasan yang diperlukan. Jawaban siswa
tidak dibatasi oleh persyaratan tertentu.
Uraian objektif
Bentuk uraian terstruktur atau uraian terbatas meminta siswa
untuk memberikan jawaban terhadap soal dengan persyaratan
tertentu
Jawaban singkat
Tes jawaban singkat merupakan tipe item tes yang dapat
dijawab dengan kata, frasa, bilangan, atau simbol. Tes jawaban
singkat menggunakan pertanyaan langsung, dan siswa diminta
memberi jawaban singkat, tepat dan jelas.
Bentuk melengkapi (isian)
Item tes melengkapi hampir sama dengan jawaban singkat,
yaitu merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan kata,
frasa, bilangan atau simbol. Bedanya, item tes melengkapi
merupakan pernyataan yang tidak lengkap, dan siswa diminta
untuk melengkapi pernyataan tersebut.
Tes esay perlu lebih dikembangkan penggunaanya dalam
penilaian pembelajaran matematika. Penggunaan tes esay
selama ini agak kurang karena lebih dominan digunakan tes
objektif. Padahal tes esay ini sangat baik untuk penilaian
pembelajaran matematika karena memberi kesempatan pada
siswa untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya
sendiri. Saat ini memang telah muncul kecenderungan
kesadaran kembali menggunakan tes uraian, karena kesadaran
bahwa:
1) Menurunnya hasil belajar matematika disinyalir karena
dominannya tes objektif
2) Tes pilihan ganda tidak memberi kesempatan siswa
mengkomunikasikan ide
dengan tulisan karena terbiasa hanya memilih dari alternatif
yang sudah ada.
3) Terlalu dominannya tes objektif dapat menyebabkan
kurangnya daya analisis dan
kemampuan berpikir karena terbiasa tes objektif yang bisa
tebak jawaban
4) Kekuatan tes esay adalah dalam mengukur hasil belajar yang
kompleks dan
melibatkan level kognitif yang tinggi.
5) Melalui tes esay guru dapat mencermati proses berpikir
siswa
3. Hasil Belajar Menurut Taksonomi Bloom
3.1. Hasil Belajar Bloom
3.1.1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni :
a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi
Bloom. Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Yang
dimaksud pengetahuan dari taksonomi Bloom adalah terjemahan
dari knowledge. Namun demikian, maknanya tidak sepenuhnya
tepat karena dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut
untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau
istilah-istilah, dan lain sebagainya meskipun tanpa harus mengerti
atau dapat menggunakannnya. Dilihat dari segi proses belajar, hal
tersebut memang perlu hafalan dan diingat agar dapat dikuasai
sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep
lainnya.
Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpan
dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurut
kejadian, membuat singkatan bermakna. Tipe hasil belajar ini
merupakan prasyarat untuk tipe hasil belajar selanjutnya.
b) Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan


adalah pemahaman. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan
memahami setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan. Namun,
tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab,
untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau
mengenal.
Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses
belajar-mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa
yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan
dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya
dengan hal-hal lain.
Kemampuan pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu :
Menerjemahkan (translation)

Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan.


Pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan
(translation) arti dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain.
Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi satu model simbolik
untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan
konsep yang dirumuskan dengan kata-kata ke dalam gambar
grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan.

Menginterpretasi (interpretation)

Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni


menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang
diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian
dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan
yang bukan pokok. Kemampuan ini lebih luas daripada
menerjemahkan. Dalam hasil belajar mengintepretasi seseorang
mampu untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu
komunikasi.

Mengeksplorasi (eksploration)

Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah


pemahaman eksplorasi. Dengan eksplorasi diharapkan
seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat
ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi
dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahya. Dalam
pemahaman yang ketiga ini menuntut kemampuan intelektual
yang lebih tinggi.
c) Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret
atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori
atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru
disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi
lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.
Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi
proses pemecahan masalah.
d) Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-


unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau
susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan
analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang
komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-
bagian yang terpadu.
e) Sintesis

Sintesis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam


menghubungkan atau menyatukan berbagai elemen dalam unsure
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk suatu pola baru yang
lebih menyeluruh. Kemampuan anlisis dapat dinyatakan dalam
penyusunan suatu rencana, seperti penyusunan satuan pelajaran
atau proposal penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu
skema dasar sebagai pedoman dalam memberikan ceramah, dan
sebagainya.
f) Evaluasi

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam


membuat keputusan yang tepat berdasarkan criteria pengetahuan
yang dimiliki, evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggung jawaban pendapat tersebut berdasarkan
kriteria tertentu.
3.1.2. Ranah Afektif
Ranah afektif merupakan proses pengetahuan yang lebih
banyak didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan
emosi. Dalam pengembangannya pendidikan afektif yang semula
hanya mencakup perasaan dan emosi, telah berkembang luas, yaitu
menyangkut moral, nilai-nilai, budaya, dan keagamaan.
Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah
laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan.
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, yaitu :
a. Reciving/attending (Menerima), yaitu semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada
siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam
tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus,
control, dan seleksi gejala ataupun rangsangan dari luar

b. Responding (Menjawab), yaitu reaksi yang diberikan oleh


seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini
mencangkup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan menjawab
stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c. Valuing (Menilai), yaitu suatu hasil belajar berkenaan dengan nilai


dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini
termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang,
atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap
nilai tersebut.

d. Organization (Organisasi), yaitu pengembangan dari nilai ke dalam


satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai
lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang
termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi
sistem nilai, dan lain-lain.

e. Characterization by value or value complex (Karakteristik dengan


suatu nilai kompleks nilai), yaitu keterpaduan semua sistem nialai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian tingkah lakunya.

3.1.3. Ranah Psikomotorik


Dalam ranah psikomotor proses pengetahuan yang lebih
banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-
aspek otot dan membentuk keterampilan siswa. Dalam pengembangan
pendidikan psikomotorik disamping mencakup proses yang
menggerakkan otot, juga telah berkembang dengan pengetahuan yang
berkaitan dengan keterampilan hidup.
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan,
yaitu :
a. Gerakan refleks

Gerakan refleks merupakan gerakan yang timbul tanpa sadar dalam


menjawab rangsangan

b. Gerakan fundamental yang dasar

Gerakan fundamental yang dasar maksudnya adalah pola-pola


gerakan yang dibentuk dari paduan gerakan-gerakan refleks dan
merupakan dasar gerakan terampil kompleks

c. Kemampuan perseptual

Kemampuan perceptual merupakan interpretasi dengan berbagai


cara yang memberikan data untuk siswa membuat penyesuaian
dengan lingkungannya

d. Kemampuan fisik

Kemapuan fisik merupakan karakteristik fungsional dari kekuatan


organic yang esensial bagi perkembangan gerakan yang sangat
terampil
e. Gerakan terampil

Gerakan terampil maksudnya adalah semua keterampilan yang di


bentuk atas dasar lokomotor dan pola gerak manipulatif

f. Komunikasi nondiskursif

Komunikasi nondiskursif merupakan komunikasi melalui gerakan


tubuh mulai dari ekspresi muka sampai gerakan koreografis yang
rumit.

Anda mungkin juga menyukai