Anda di halaman 1dari 3

Joint Conference, Selasa 19 September 2016

Pemimpin Conference : dr. Parlindungan Manik, Sp.JP(K) FIHA

Peserta :

1. dr. Savita Handayani, Sp.PD


2. Prof. Dr. Nazar Moesbar, Sp.B, Sp.OT (K)
3. dr. Elvita R. Daulay, Sp.Rad (K)
4. dr. Riza Rifani, Sp.OG (K)
5. dr. Ginanda Siregar, Sp.U
6. dr. Ermanta Ngirim Keliat, Sp.PD-KP
7. dr. Sumi Ramadhani, M.Ked (PD), Sp.PD
8. dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK (K)
9. dr. Merlin S, M. Kes
10. Wakil Instalasi Rindu A dan Case Manager Rindu A RSUP HAM

1. dr. Savita Handayani, Sp.PD


Pasien ini penanganan sudah maksimal sesuai dengan yang bisa dilakukan di ruangan
dan sudah over budget dan hari rawatan panjang, bagaimana penanganan pasien
selanjutnya?
Pada pasien ini diagnosa DVT dapat ditegakkan dari klinis tetapi dari hasil
phlebografi didapati kesimpulan Masih mungkin DVT, mohon ditegaskan dari
bagian radiologi.

2. dr. Riza Rifani, Sp.OG (K)


Dari bagian Obstetri dan Ginekologi kemoradiasi sudah selesai dan tidak dilakukan
tindakan kemoradiasi tambahan dikarenakan belum mencapai interval 1 tahun dari
kemoradiasi sebelumnya. Saat ini penyakit Ca Cervix pada pasien ini dianggap
stadium IV dan hanya diberikan terapi paliatif saja.

3. Prof. Dr. Nazar Moesbar, Sp.B, Sp.OT (K)


Diwakili oleh Chief PPDS Bedah Orthopaedi (dr. Reza)
Pasien dinyatakan non-operable oleh karena itu pasien dikonsulkan ke radiologi
intervensi untuk dilakukan TACE, tidak ada tindakan selanjutnya dari bagian Bedah
Orthopaedi.

4. dr. Ginanda Siregar, Sp.U


Pasien didiagnosa dengan Hidronefrosis bilateral dan dicurigai adanya penekanan dari
massa di cervix. Saat ini fungsi ginjal masih dalam batas normal dan produksi urin
masih dalam batas normal, sehingga belum diperlukan intervensi dari bagian urologi.
Pada pasien ini juga ditemui penyulit untuk dilakukan intervensi, mengingat apabila
akan dilakukan pemasangan Stent membutuhkan posisi pasien litotomi saat dilakukan
intervensi tetapi pasien mengalami fraktur di pelvic sehingga sulit untuk dilakukan.
Apabila dikemudian hari ditemui indikasi intervensi dari urologi misalnya terjadi
perburukan fungsi ginjal yang berat maka dengan segala resiko akan dipertimbangkan
untuk dilakukan intervensi,

5. dr. Elvita R. Daulay, Sp.Rad (K)


Pada pasien dilakukan angiografi dan ditemukan keadaan hipervaskular dengan
dijumpai adanya feeding arteri maka dilakukan TACE. Satu bulan post TACE akan
dilakukan CT Scan ulang dengan kontras. Bila terdapat kontra indikasi berupa
perburukan fungsi ginjal maka dapat dilakukan MRI.
Revisi dari hasil tindakan Phlebografri untuk menegaskan hasil DVT akan segera
diberikan.

6. dr. Ermanta Ngirim Keliat, Sp.PD-KP


Hingga saat ini keadaan pasien dengan Pneumonia masih dijumpai ronkhi basah di
lapangan paru kiri, sehingga membutuhkan evaluasi ulang dan pemberian antibiotik
dengan durasi yang lebih lama.

7. dr. Sumi Ramadhani, M. Ked (PD), Sp.PD


Pada pasien yang menjadi acuan bukan USG melainkan pemeriksaan urinalisa,
terutama bila terjadi proteinuria harus waspada karena dapat dicurigai kerusakan
tubulus. Perbaiki nutrisi pasien agar kerusakan ginjal dapat dicegah.

8. Wakil Instalasi Rindu A dan Case Manager Rindu A


a. Bimasari, S.Kep Ners
Pasien sudah hari rawatan yang panjang, maka apa rencana selanjutnya dari
para dokter ahli?
b. Nelawati, S.Kep Ners
Keluarga pasien sudah mengerti akan keadaan dan penyakit pasien, keluarga
pasien bersedia pulang asalkan nyeri yang dirasakan pasien dapat hilang, apa
tindakan selanjutnya dari para dokter ahli?

9. dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK (K)


Tindakan dan penjajakan pada pasien ini dirasakan sudah optimal, dan pasien lebih
optimal bila dirawat oleh TS Interna.

10. dr. Merlin S, M.Kes


Anjuran untuk membuat surat untuk direktur medik bahwa pasien membutuhkan obat-
obatan tertentu yang harus diberikan dalam waktu yang lama. Dalam kasus pasien ini
yaitu Inj. Meropenem.

Kesimpulan:
- Pasien tetap dirawat beberapa hari lagi untuk perbaikan klinis dan penyakit
Pneumonia pada pasien ini dari divisi PAI SMP Ilmu Penyakit Dalam (dr. E.N
Keliat, Sp.PD-KP)
- dr. Savita Handayani, Sp.PD tetapi sebagai DPJP dan berperan untuk memberikan
pengobatan DVT dosis penuh dan mencegah kondisi-kondisi lain yang dapat
memperburuk keadaan pasien.
- Pemberian Inj. Meropenem dapat diberikan lagi sesuai hasil kultur.
- Hasil Phlebografi direvisi agar hasil tersebut menegaskan diagnosis DVT pada
pasien ini agar dapat diklaim dari BPJS.

Notulis

(dr. Otneil Karnianta Keliat)

Anda mungkin juga menyukai