Anda di halaman 1dari 14

Resume Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Mulut

Resume ini disusun untuk memenuhi Tugas Sistem Pencernaan Dengan Dosen Pembimbing
Ns. Galih Setia Adi M.Kep

Disusun oleh:

Monika Dyah Dewanti


ST.162039

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017
KANKER MULUT

A. Konsep Dasar Medik


1. Pengertian
Kanker rongga mulut adalah keganansan yang terjadi didalam rongga yag dibatasi
vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus anterior dibagian belakang.
Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir gingival, lidah, bukal, dasar mulut,
palatum, dan arkus faringeus anterior ( Muttaqin, 2011 ).

2. Faktor risiko
Faktor predisposisi terjadi karena pemajanan pada tembakau dan alcohol. Faktor
Resiko yang menyebabkan kanker mulut adalah Pria lebih banyak menderita
daripada wanita namun pada saat ini insiden pada wanita meningkat karena mereka
menggunakan tembakau dan alkohol lebih sering daripada yang mereka lakukan
sebelumnya. Sebanyak 8.370 kematian tahunan disebabkan oleh kanker oral (Wingo
at al, 1995), lokasinya yaitu :

Bibir = 100
Lidah = 1870
Mulut = 2300
Menurut Muttaqin (2011) Etiologi kanker rongga mulut belum di ketahui
penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor predisposisi yang dihubungkan dengan
peningkatan terjadinya karsinoma rongga mulut sebagai berikut:

Radiasi ion pada terapi radiasi


Paparan radiasi secara kronis
Merokok
Penggunaan alcohol kronis
Agen infeksi
Malnutrisi ,avitaminosis dan perawatan mulut kurang
Radiasi elektromagnetik
3. Patofisiologi
Pertumbuhan kanker dimulai dari pertumbuhan lesi yang sangat kecil. Berjalanya
waktu tumor tersebut lambat laut akan mencpai ukuran yang sangat besar. Kanker rongga
mulut berasal dari epitel permukaan, maka kanker rongga mulut biasanya diwali dengan
mudah dilihat.

Kelainan premaligna adalah suatu kelainan pada mukosa rongga mulut yang paling
awal yang sebelum berubah menjadi tumor ganas. Ada dua bentuk kelainan premaligna yaitu
leukoplakia dan eritroplakia. Leukoplakia adalah bercak warna keputihan yang berbatas tegas
pada mukosa mulut. Keadaan ini sering terjadi pada perokok berat usia di atas 50 tahun.
Secara klinis leukoplakia dapat dibagi menjadi empat grade yaitu:

1. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap berubah


menjadi keabuan
2. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi
3. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi, mungkin ada
kerutan.
4. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi,kadang-kadang
permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka. Pada pemeriksaan mikroskopis
Nampak perubahan keganasan diri.
Leukoplakia biasa didapatkan pada bibir, lidah, dan gusi ( gambar 4.23) kurang lebih
10-12 % lekoplakia setelah 10 tahun berubah menjadi karsinoma rongga mulut
( Williams,1990). Lukoplakia yang dapat berubah menjadi karsinoma ini pada pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan suatu dysplasia yang irreversible walaupun penderita
menghentikan rokoknya. Leukoplasia atau bercak putih yang baru timbul pada lidah bisa
merupakan gejala permulaan dari suatu karsinoma lidah. Who mendiskripsikan bahwa
leukoplakia tidak kurang dari 5 mm yang tidak bisa diangkat dengan kerokan dan tidak bisa
digolongkan kepada sesuatu penyakit lain harus dianggap suatu lesi pre maglinan.

Eritroplakia adalah salah satu tanda yang lebih pasti tentang perkembangan kanker
dibandingkan dengan leukoplakia. Masih diperdebatkan apakah merupakan kelainan pre-
maligna atau memang suatu karsinoma superfisial yang sangat dini. Kelainan ini berupa
mukosa yang sedikit meninggi dan menebal berwarna merah mirip jaringan granulasi dengan
tumpukan kreatinin diatas permukaan. Lokasi yang paling sering adalah bawah lidah, dasar
mulut, latumole, trigunum retrumolar. Bila ditemui kelainan ini maka penanganannya
dianggap sebagai karsinoma rongga mulut.

Karsinoma Invasif Karsinoma tidak lagi terbatas didalm epitel,akan tetapi menembus
membrane basal dan mengadakan invasi kejaringan di bawahnya. Pada stadium ini ,dapat
timbul keluhan yang sering di abaikan oleh pasien, keluhan tersebut berupa parestesi,
hillangnya sensasi, atau gatal. Karsinoma invasive yang masih dini mungkin dapat ditemukan
dalam bentuk sebagai berikut:

1. Ulkus kecil
2. Penonjolan dengan batas tidak jelas
3. Indurasi atau erosi kemerahan yang irregular
4. Bintik-bintik kemerahan pada bibir
5. Krusta pada bibir

4. Manifestasi
Tanda dan gejala dari kanker rongga mulut yaitu ( Smeltzer,2002) :

1. Adanya luka yang tidak nyeri atau masa yang tidak sembuh
2. Lesi khas pada kanker oral (ulkus keras dengan tepi menonjol, ulkus tidak sembuh
dalam 2 minggu)
3. Adanya nyeri tekan (sulit mengunyah, menelan atau berbicara, batuk disertai sputum
yang mengandung darah atau terjadinya pembesaran nodus limfe servikal)
Gejala-gejala kanker rongga mulut antara lain adalah munculnya (Windya,2010):

1. Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di


dalam mulut ataupun pada bibir.
2. Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
3. Perdarahan pada rongga mulut.
4. Kehilangan gigi.
5. Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
6. Kesulitan untuk menggunakan gigi tiruan.
7. Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya yaitu :
a. Untuk kanker yang margin lateral lidah terdapat dua pengobatan mayor, yaitu:
- Terapi radiasi
- Bedah

b. Untuk kanker pada bibir, lesi biasanya di eksisi secara bebas


c. Untuk kanker pada dasar lidah, lebih sering dilakukan terapi radiasi yang menjadi
pengobatan primer, untuk lesi yang besar digunakan terapi sinar eksternal
d. Tindakan Bedah
Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-sel
kanker hingga jaringan mulut dan leher.

e. Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di bedah.
Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor. Terapi juga
dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang mungkin tertinggal
didaerah tersebut.

f. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel
kanker.

A. Rencana Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Data Biografi
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat, nomor
rekam medik, tanggal pengkajian

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Memungkinkan untuk menentukan kebutuhan penyuluhan dan
pembelajaran pasien mengenai hyegine oral prefentif, serta untuk
mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis. Pertanyaan yang
diajukan mencakup:
a. Memar dan aktivitas flossing
b. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi
c. Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pasa mulut, lidah atau
tenggorok
d. Kebutuhan menggunakan gigi palsu atau lempeng parsial
e. Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
f. Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
g. Masukan makanan yang dicerna setiap hari
h. Penggunaan alkohol dan tembakau
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah ada klien mengalami riwayat tumor/ kanker sebelumnya,
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga klien mengalami riwayat tumor/ kanker pada mulut.
c.Pemeriksaan Klinik
Pada pemeriksaan klinik, perawat melakukan inspeksi dan palpasi pada
rongga mulut dengan panduan pemeriksaan penting meliputi hal-hal berikut :
1) Periksa kondisi perubahan warna, apakah mukosa mulut berwarna
abnormal ,misalnya putih, merah, hitam. Kebanyakan pasien kanker rongga
mulut mempunyai riwat lesi atau keadaan prakanker mulut sebelum , seperti
leukoplakia, eritoplakia, submukus fibrosisi dan lain-lain
2) Inspeksi kondisi kontur apakah permukaan mukosa kasar, ulserasi, asimetri,
atau pembengkakan. Seringkali awal dari keganasan diawalai ditandai
adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus tidak sembuh selama dua minggu maka
keadaan ini sudah dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda lain
dari ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung
lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih keras) dasarnya dapat
berbintil-bintil dan mengelupas. Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus
tersebut disebut pertumbuhan endofitik.
3) Palpasi tentang konsistensi apakah jariingan keras kenyal, lunak, fluktuan
atau nodular. Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak menimbulkan
gejala diameter kurang dari 2 cm kebanyakan berwarna merah dengan atau
tanpa disertai komponen putih, licin, halus, dan memeperlihatkan evelasi
yang minimal.
4) Palpasi kondisi suhu local
5) Kaji kemampuan pasien apakah dapat membuka mulut dengan sempurna
6) Periksa adanya keterlibatan dari pembesaran kelenjer limfe
Pemeriksaan klinis kanker rongga mulut dibedakan pada berbagai lokasi
rongga mulut mungkin memiliki beberapa perbedaan. Gambaran klinis menurut
lokasinya meliputi pemeriksaan klinis pada bibir, lidah, dasar mulut, mukosa pipi,
gusi dan palatum (muttaqin, 2011)
1) Bibir
Menurut muttaqin (2011) Kanker pada bibir atau terutama pada bibir
bawah merupakan tempat terjadinya kerusakan karena cahaya mata hari atau
acetinid keratosis sehingga bibir tampak pecah-pecah, kemerahan, keputihan
atau campuran dari merah dan putih. Kanker dibibir sebelah luar lebih sering
terjadi pada daerah beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih jarang
dibandingkan pada bibir bawah tetapilebih mungkin lebih ganas dan
memerlukan perhatian pada perokok bisa tumbuh di bagian dalam bibir.
Benjolan ini bisa tumbuh menjadi kuamosa.
Inspeksi : dilihat kelembaban, hidrasi, warna, tekstur dan simetrisitas
serta adanya ulserasi dan fisura. Kemudian pasien diinstruksikan untuk
membuka mulut lebar, spatel lidah kemudioan dimasukkan untuk melihat
mukosa bukal dan mengkaji warna dan lesi, yaitu dimana Dukstus Stensen
dari setiap kelenjer parotis terlihat sekecil titik merah dimukosa bukal
sebelah molar atas
2) Lidah
Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (sell epitel
gepeng berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga beberapa
penyakit penyakit tertentu (premaglinan) seperti sifilis, dan plumer vision
syndrome, leukoplakia, serta eritoplakia. Kanker ganas ini dapat
menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, disamping itu dapat melakukan
metastasis secara limfogen dan hematogen.
Neoplasma maligna dari lidah biasanya timbul dari jaringan epitel
mukosa mulut dan sebagian besar merupakan karsinoma epdermid, yang
merupakan salah satu tumor ganas pada rongga mulut yang paling sering
dijimpai di klinik dan mempunyai tingkat kematian yang tinggi, di mana
secara klinik dapat menyerang 2/3 anterior lidah dan 1/3 bagian posterior
lidah juga dapat bermetastasis pada daerah sekitar lidah misalnya ke
submaksilari, dan digastrikus juga ke daerah leher dan servikal. Karsinoma
lidak mempunyai prognosis yang jelek sehingga diagnosis dini sangat di
perlukan terlebih lagi apabila telah terjadi metastasis ke daerah lain.
Inspeksi : untuk melihat tekstur, warna dan lesi serta papila-paila tipis
dan lapisan putih yang besar dan berbentuk V, dimana pasien diinstruksikan
untuk menjulurkan lidah dan menggerakkan secara lateral. Ini dilakukan
pemeriksaan pada lidah secara dorsal (punggung). Adanya lesi pada mukosa
merupakan area umum untuk kanker oral yang terlihat sebagai plak putih
atau merah, ulkus keras atau pertumbuhan kutil. Penggunaan spatel lidah
digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan fisualisasi adekuat
terhadap faring.
3) Dasar Mulut
Kanker pada dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan
alcohol dan tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan gejala.
Bila lesi berkembang pasien akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam
mulut atau perasaan tidak nyaman. Pada pemeriksaaan klinis yang sering
dijumpai adalah lesi berupa nodul tepi yang timbul dan mengeras yang
terletak dekat frenulum lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa
yang kemerahan, nodul yang tidak sakit, atau berasl dari leukoplatia.
4) Mukosa Pipi
Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah
campuran pinang, daun siri, kapur, dan tembakau akan memberikan resiko
kanker pada mukosa pipi. Dengan kondisi material yang melakukan kontak
langsung dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama beberapa jam dan
trauma pada waktu mengunyah memberikan dampak terhadap perubahan sel
mukosa pipi. Pada awalnya lesi tidak menimbulkan simtom terlihat sebagai
suatu daerah eritomatus atau ulserasi yang kecil, daerah merah dengan
indurasi dan kadang-kadang dihubungkan dengan leukoplakia. Pada
pemeriksaan fisik rongga mulut bagian pipi akan didapatkan adanya ulserasi
nodular dan infiltrative.
5) Gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien
mengisap tanpa tembakau. Daereah yang terlibat biasanya lebih sering pada
gusi bawah atau mandibula dari pada gusi atas atau maksila. Pada
pemeriksaan fisik lesi awal terlihat sebagai ulkus,granuloma yang kecil atau
sebagai nodul.
Inspeksi : dilihat adanya inflamasi, perdarahan, retraksi dan
perubahan warna, kemudian bau nafas juga dicatat dan palatum yang keras
dikaji terhadap warna dan bentuk.
6) Palatum
Predisposisi merokok meningkatkan resiko pada kanker palatum.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengan dasar
yang luas dan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang akan mengisi
seluruh palatum
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret dijalan nafas
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis : kanker rongga mulut
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan
dan mengabsordsi makanan karena faktor biologis
d. Risiko infeksi b.d pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat
e. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan fisik : Trakeostomi
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI AKTIVITAS
(NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi Menajemen jalan Mandiri:
1. Buka jalan nafas dengan teknik mengangkat dagu
nafas tidak efektif 2 x 2 jam diharapkan nafas
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b.d adanya bersihan jalan nafas klien bisa 3. Posisikan pasien untuk mengurangi dyspnea
4. Auskultasi buyi nafas
penumpukan secret efektif
5. Monitor pernafasan dan status O2
Dengan kriteria hasil:
di jalan nafas 6. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
1. Mempunyai jalan nafas
cairan
yang paten
2. Mampu mengeluarkan Kolaborasi
1. Kolaborasikan pemberian oksigen sesuai dengan
sekresi secara efektif
3. Mempunyai irama dan indikasi dan melakukan suction
frekuensi pernafasan
dalam rentang yang
normal
2 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri Mandiri :
cidera biologis : 2 x 4 jam diharapkan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
kanker rongga klien berkurang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Dengan kriteria hasil :
mulut presipitasi
1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri (tahu penyebab
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
nyeri, mampu
farmakologi dan inter personal)
menggunakan tehnik 5. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
nonfarmakologi untuk Kolaborasi
mengurangi nyeri, 1. Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgesik
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri

3 Perubahan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Mandiri:


nutrisi :kurang dari keperawatan selama 2x24 Nutrisi 1. Identifikasi penyebab ganguan nafsu makan
2. Kaji riwayat alergi makanan klien
kebutuhan tubuh jam diharapkan terjadinya
3. Kaji makanan kesukaan klien
b.d tidak mampu peningkatan status gizi. 4. Timbang berat badan klien tiap hariBerikan makanan
Dengan kriteria hasil:
memasukkan, sesuai dengan diet yang telah ditetapkan
1. BB meningkat 5. Anjurkan klien makan makanan selagi hangat
mencerna dan
2. Nafsu makan baik 6. Berikan imformasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
mengabsorbsi 3. Klien menghabiskan porsi
dan bagaimana memenuhi nya
makanan karena makan yang diberikan
faktor biologis oleh rumah sakit
Kolaborasi:
1. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
untuk mengatasi mual muntah. (Ranitidine ( 150 mg )
2x1 tab
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
makanan yang TKTP diet rendah garam
4 Gangguan Tujuan : Menunjukkan Pencapaian Mandiri
komunikasi verbal kemampuan komunikasi yang komunikasi, 1. Kaji dan dokumentasikan kemampuan untuk berbicara,
b.d hambatan baik defisit wicara menulis, membaca dan memahami
2. Kaji dan dokumentasikan untuk melakukan komunikasi
fisik : trakeostomi
Kriteria hasil : pasien dapat
dengan staf dan keluarga
berkomunikasi dengan baik, 3. Kaji dan dokumentasikan respon pasien terhadap
menggunakan bahasa tertulis, sentuhan , jarak spasial, budaya, peran pria/wanita, dan
berbicara atau nonverbal dapat mempengaruhi komunikasi
4. Intruksikan kepada pasien dan keluarga tentang
penggunaan alat bantu bicara
5. Ajarkan bicara dari esofagus dengan tepat
6. Gunakan penerjemah sesuai dengan kebutuhan

Kolaborasi
1. Konsultasikan dengandokter tentang kebutuhan
terapi bicara
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pengendalian Mandiri :
berhubungan 1 x 24 jam faktor risiko infeksi 1. Pantau tanda/gejala infeksi
2. Kaji factor yang meningkatkan serangan infeksi
dengan pertahan infeksi akan hilang
3. Pantau hasil laboratorium
Dengan KriteriaEvaluasi :
tubuh sekunder 4. Amati pratik personal hygiene untuk perlindungan infeksi
1. Keadekuatan status 5. Ajarkan pasien untuk menjauhi penyebab infeksi
menurun
6. Memakai baju dasar katun
imunpasien
7. Ajarkan klien teknik mencuci tangan yang efektif
2. Pengetahuan yang penting
8. Ajarkanklien / keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
3. Suhu badan klien normal
4. Tidak terjadi infeksi Kolaborasi

1. Memberikan terapi antibiotic sesuai anjuran dokter.


2. Ikuti petunjuk pelaporan terhadap infeksi yang dicurigai
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C., 2013, Nursing
interventions classification (NIC), sxth edition, Missouri: Elsevier Mosby

Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.


Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L.,& Swanson, E., 2013, Nursing Outcomes
classification (NOC)fifth edition, Missouri : Elsevier Mosby

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar keperawatan medical Bedah Edisi 8 Vol. 2. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai