Anda di halaman 1dari 15

PNEUMONIA

1. DEFINISI

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut yang biasanya dari suatu infeksi
saluran pernapasan bawah akut (sylvia A.price dalam aplikasi nanda nic noc, 2015). Pneumonia
dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang
(Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006 dalam allanseto, 2013).

2. ANATOMI FISIOLOGI

Pengertian Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai
sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.

Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.


Pernafasan paru-paru Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-
paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna oksigen diambil melalui mulut dan
hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah , O2
menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan ke seluruh tubuh.

Guna pernafasan :

1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-selnya) untuk
mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh
darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh).
3) Menghangatkan dan melembabkan udara.

Pernafasan dalam keadaan normal Orang dewasa : 16 18 x/mnt Anak-Anak kira-kira : 24 x/


mnt Bayi kira-kira : 30 x/ mnt

1. Organ-organ pernafasan
1) Organ saluran pernafasan atas
1. Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang, dipisahkan
oleh sekat hidung (septum oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
2. Faring Merupakan tempat persimpangan antara janaln nafas dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar teng korak, di belakang ronga hidung dan mulut sebelah
depan rusa tulang leher.

Faring dibagi tiga bagian :

1) Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nesofaring
2) Bagian tengah yang sama tingginya denan istmus fausium disebut orofaring.
3) Bagian bawah sekat, dinamakan langiofaring.

3. Laring Merupakan saluran pendek yang menghubugnkan faring dan trakea, dan
bertindak sebagai pembentukan suara.

2) Organ saluran pernafasan bawah


1. Trakhea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang
trakhea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos.
2. Bronkhial dan alveoli Ujung distal trachea membagi menjadi bronki primer kanan
dan kiri yang terletak di dalam rongga dada.

Fungsi percabangan bronkial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea dan
alveoli. Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya adalah sebagai satu-
satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah.

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung (gelembung hawa-alveoli). Gelembung-gelembung alveolir ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri
dan kanan).

Kapasitas paru-paru :

Kapasitas total: Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspiasi sedalam-dalamnya.

Kapasitas vital: Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.

Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut
mediastinum. Toraks mempunyai peranan penting dalam pernafasan, karena bentuk elips dari
tulang rusuk dan sudut perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah
yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.

Bagian paru-paru :
1. Pleura adalah bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin atau
pleura.
2. Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga toraks menjadi 2 bagian
3. Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri atas lobus bawah dan atas
tengah dan bawah
4. Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di dalam setiap lobus paru.
Brokiolus adalah percabangan dari bronkus
5. Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun dalam kloster antara
15-20 alveoli

Fisiologi Pernafasan Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.
Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada.
Inspirasi adalah ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi
adalah ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula.

3. ETIOLOGI
Bakteria : Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus, Streptococcus
aureus. Hemophilus influenzae, Bacillus Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
Virus : Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus, virus sitomegalik.
Mycoplasma pneumoniae
Jamur : Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Blastomyces dermatitides,
Coccidioides immitis, Aspergillus species, Candida albicans.
Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
Pneumonia hipostatik.
Sindrom Loeffler

4. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38
40 C), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal,
Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang terdapat
nasal discharge (ingus).
Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
Frekuensi napas :
Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
Nadi cepat dan bersambung.
Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.Malaise, gelisah, cepat lelah.
Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar.
Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.

5. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-
bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada
mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada
kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis
yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel
saluran napas.

Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai
paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering
terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran
napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang
disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen
menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada
keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu
orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis
dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks )
dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya
sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

6. KLASIFIKASI

1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebh lobus
paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
yang berada didekatnya.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkioliis) proses inflamasi yang terjadi didalam dinding
alveolar (interstisium) san jaringan peribronkial serta inferlobular.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar x : mengindentifikasi distribusi struktual


2. Biopsi paru
3. Pemeriksaan sputum dan darah
4. Pemeriksaan fungsi paru

8. KOMPLIKASI

1. Bakteremia
2. Efusi pleura
3. Endokarditis
4. Kegagalan ventilasi/hiperkapnia
5. Kegagalan pernapasan

9. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Bila dypnea berat berikan oksigen.


2. IVFD : cairan DG 10% atau cairan 24 Kcl, Glukosa 10%, Kcl 10mEq/500 ml cairan.
3. Pengobatan : penicilin prokain 50.000 unit/kg BB/hari dan kloramfenikol 75mg/kg
BB/hari dibagi dalam 4 dosis.
PENGKAJIAN TEORITIS

Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Sesak napas.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari,kemudian mendadak
timbul panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi
dapat timbul kejang, distensi addomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan
menurun.
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis ataubatuk-batuk disertai
dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai
riwayat kejang demam (seizure).
c. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan atas.
Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang
waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis klien.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar

3. Pemeriksaan Fisik :
a. Data Fokus
Inspeksi :
Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea,
Sianosis sirkumoral - Distensi abdomen
Batuk : Non produktif Sampai produktif. Dan nyeri dada
Palpasi :
Fremitus raba meningkat disisi yang sakit
Hati kemungkin membesar
Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit
Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
b. Body System
Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/ nonproduktif), sputum
banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju
pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,
Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun
Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal,
Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare.
Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris
pernafasan.

Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat,
suhu kulit meningkat, kemerahan
Data dasar pengkajian pasien :
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
o Sputum: Merah Muda, Berkarat
o Perpusi: Pekak Datar Area Yang Konsolidasi
o Premikus: Taksil Dan Vocal Bertahap Meningkat Dengan Konsolidasi
o Bunyi Nafas Menurun
o Warna: Pucat/Sianosis Bibir Dan Kuku
Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah.

4. Faktor Psikososial/Perkembangan
1) Usia, tingkat perkembangan.
2) Toleransi/kemampuan memahami tindakan.
3) Koping.
4) Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.
5) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.

5. Pengetahuan Keluarga, Psikososial


1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.
2) Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.
3) Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
4) Koping keluarga.
5) Tingkat kecemasan.

6. Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :
1) Hb : menurun/normal
2) Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon
darah meningkat/normal
3) Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.
5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
7. Defisiensi pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.
8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

C. INTERVENSI
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Rencana tindakan :
1) Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan
bunyi nafas abnormal.
2) Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 6 jam,
3) Beri therapy oksigen sesuai program.
4) Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.
5) Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas.
6) Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang.
7) Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan.
8) Beri minum yang cukup.
9) Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.
10) Kelola pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.


Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan
oksigenasi jaringan secara adekuat.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam.
2) Beri posisi fowler/semi fowler.
3) Beri oksigen sesuai program.
4) Monitor analisa gas darah.
5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien.
6) Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.

3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea.
Tujuan : Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal.
Rencana Tindakan :
1) Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral serta
hindari susu yang kental/minum yang dingin agar merangsang batuk.
2) Monitor keseimbangan cairan membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tyanda vital.
3) Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program.
4) Lakukan oral hygiene.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.


Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisi.
Rencana Tindakan :
1) Kaji toleransi fisik pasien.
2) Bantu pasien dalam aktifitas dari kegiatan sehari-hari.
3) Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan aktivitas yang tidak mengeluarkan
energi banyak agar sesuai aktifitas dengan kondisinya.
4) Beri O2 sesuai program.
5) Beri pemenuhan kebutuhan energi.
5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.
Tujuan : Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk efektif dan
suhu normal.
Rencana Tindakan :
1) Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres dingin.
2) Kelola pemberian antipiretik dan anlgesik serta antibiotic sesuai program.
3) Bantu pasien pada posisi yang nyaman baginya.
4) Bantu menekan dada pakai bantal saat batuk.
5) Usahakan pasien dapat istirahat/tidur yang cukup.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
2) Beri kompres dingin.
3) Kelola pemberian antipiretik dan antibiotic.
4) Beri minum peroral secara hati-hati, monitor keakuratan tetesan infuse.

7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah
sakit.
Tujuan : Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-tahap yang harus
diambil bila infeksi terjadi lagi.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan anak dengan bronchopneumonia.
2) Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di rumah ; keseimbangan diit,
istirahat dan aktifitas yang sesuai.
3) Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak lain sampai dengan status RR
kembali normal.
4) Ajarkan pemberian antibiotic sesuai program.
5) Ajarkan cara mendeteksi kambuhnya penyakit.
6) Beritahu tempat yang harus dihubungi bila kambuh.
7) Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.

8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi.


Tujuan : Kecemasan teratasi.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat kecemasan anak.
2) Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya.
3) Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu selalu berada di dekat
anaknya.
4) Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan tujuan, manfaat,
bagaimana dia merasakannya.
5) Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


1. Prinsip Implementasi
Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan
fisioterapi dada setiap 4 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau pengisapan,
beri O2 sesuai program
Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put
Monitor suhu tubuh
Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi pasien
Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS.
Beri pengetahuan pada orang tua tentang bagaimana merawat anaknya dengan
bronchopneumonia.
2. Evaluasi
Hasil evaluasi yang ingin dicapai :
1. Jalan nafas efektif, fungsi pernafasan baik.
2. Analisa gas darah normal.

Anda mungkin juga menyukai