TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
11. Barang . . .
-4-
a.produsen . . .
-5-
BAB II ...
-7-
BAB II
TINDAKAN ANTIDUMPING
Bagian Kesatu
Bea Masuk Antidumping
Pasal 2
(1) Terhadap barang impor selain dikenakan Bea
Masuk dapat dikenakan Bea Masuk
Antidumping, jika Harga Ekspor dari barang
yang diimpor lebih rendah dari Nilai
Normalnya dan menyebabkan Kerugian.
(2) Besarnya Bea Masuk Antidumping
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
tinggi sama dengan Marjin Dumping.
Bagian Kedua
Penyelidikan
Pasal 3
(1) Bea Masuk Antidumping sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dikenakan setelah
dilakukan penyelidikan oleh KADI.
(2) Penyelidikan oleh KADI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
berdasarkan permohonan atau berdasarkan
inisiatif KADI.
Pasal 4
(1) Produsen dalam negeri Barang Sejenis
dan/atau asosiasi produsen dalam negeri
Barang Sejenis dapat mengajukan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) secara tertulis kepada KADI
untuk melakukan penyelidikan dalam rangka
pengenaan Tindakan Antidumping atas
barang impor yang diduga sebagai Barang
Dumping yang menyebabkan Kerugian.
(2) Permohonan . . .
-8-
Pasal 5
Pasal 6
2. beberapa . . .
- 10 -
Pasal 7
(1) Dalam hal permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diterima
secara lengkap, KADI memberitahukan
mengenai adanya permohonan kepada
pemerintah negara pengekspor.
(2) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) diterima secara lengkap, KADI:
a. melakukan kajian atas kecukupan dan
ketepatan bukti awal yang disampaikan
dalam permohonan; dan
b. memberikan keputusan:
1. menolak, dalam hal permohonan
tidak memenuhi ketentuan Pasal 4
dan Pasal 6 ayat (1) huruf a; atau
2. menerima dan menetapkan
dimulainya penyelidikan, dalam hal
permohonan memenuhi ketentuan
Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (1) huruf a.
Pasal 8
(1) Penyelidikan dalam rangka pengenaan
Tindakan Antidumping dimulai pada saat
diumumkan kepada publik.
(2) Selain diumumkan kepada publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KADI
memberitahukan dimulainya penyelidikan
kepada:
a. eksportir dan/atau eksportir produsen
secara langsung atau melalui pemerintah
negara pengekspor, perwakilan Negara
Republik Indonesia di negara pengekspor,
importir, dan pemohon, dalam hal
penyelidikan dilakukan berdasarkan
permohonan; atau
b. eksportir . . .
- 11 -
Pasal 9
(1) Penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 dilakukan dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
tanggal penyelidikan dimulai.
(2) Dalam keadaan tertentu, jangka waktu
penyelidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diperpanjang menjadi paling
lama 18 (delapan belas) bulan.
(3) Apabila dalam masa penyelidikan tidak
ditemukan adanya bukti Barang Dumping
yang menyebabkan Kerugian, KADI segera
menghentikan penyelidikan dan melaporkan
kepada Menteri.
(4) Penghentian penyelidikan harus segera
diberitahukan kepada eksportir dan/atau
eksportir produsen secara langsung atau
melalui pemerintah negara pengekspor,
perwakilan Negara Republik Indonesia di
negara pengekspor, pemohon atau Industri
Dalam Negeri, dan importir, disertai dengan
alasan.
Pasal 10
(1) KADI menyampaikan laporan akhir hasil
penyelidikan kepada Menteri dan kepada
eksportir dan/atau eksportir produsen secara
langsung atau melalui pemerintah negara
pengekspor, perwakilan Negara Republik
Indonesia di negara pengekspor, pemohon
atau Industri Dalam Negeri, dan importir
dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak tanggal
penyelidikan berakhir.
(2) Dalam . . .
- 12 -
Bagian Ketiga
Bukti dan Informasi
Pasal 11
(6) Penjelasan . . .
- 13 -
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
a. eksportir ...
- 15 -
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Bagian . . .
- 16 -
Bagian Keempat
Tindakan Sementara
Pasal 18
Pasal 20
Pasal 21
(2) Menteri . . .
- 19 -
Bagian Kelima
Tindakan Penyesuaian
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Bagian ...
- 22 -
Bagian Keenam
Pengenaan Bea Masuk Antidumping
Pasal 25
Pasal 26 . . .
- 23 -
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
b. selisih . . .
- 25 -
Pasal 30
a. adanya ...
- 26 -
Bagian Ketujuh
Peninjauan Kembali
Paragraf 1
Umum
Pasal 31
(1) Pengenaan Bea Masuk Antidumping dapat
ditinjau kembali berdasarkan:
a. permohonan dari eksportir, eksportir
produsen, pemohon atau Industri Dalam
Negeri, dan/atau importir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) yang
kooperatif dalam proses penyelidikan;
b. permohonan dari eksportir dan/atau
eksportir produsen yang tidak melakukan
ekspor Barang Dumping sebelum
pengenaan Bea Masuk Antidumping dan
tidak berafiliasi dengan eksportir dan/atau
eksportir produsen yang dikenakan Bea
Masuk Antidumping; dan/atau
c. inisiatif KADI.
(2) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. interim review, dalam hal perlu dikaji
mengenai kemungkinan Kerugian masih
tetap berlanjut dan/atau Kerugian akan
berulang kembali jika pengenaan Bea
Masuk dihentikan;
b. sunset review, dalam hal pengenaan Bea
Masuk Antidumping akan berakhir.
Paragraf 2
Interim Review
Pasal 32
(1) Permohonan untuk interim review dapat
diajukan oleh:
a. eksportir, eksportir produsen, dan/atau
importir untuk melakukan penghentian
pengenaan Bea Masuk Antidumping;
b. eksportir . . .
- 28 -
Pasal 33
Paragraf 3 ...
- 30 -
Paragraf 3
Sunset Review
Pasal 34
(1) Permohonan untuk sunset review dapat
diajukan oleh pemohon atau Industri Dalam
Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (1) huruf a untuk meminta perpanjangan
pengenaan Bea Masuk Antidumping dengan:
a. disertai perubahan besaran pengenaan
Bea Masuk Antidumping; atau
b. tidak disertai perubahan besaran
pengenaan Bea Masuk Antidumping.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan inisiatif KADI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf c
hanya dapat diajukan paling lambat 15 (lima
belas) bulan sebelum berakhirnya pengenaan
Bea Masuk Antidumping.
(3) Ketentuan mengenai permohonan dan
penyelidikan sunset review secara mutatis
mutandis berlaku ketentuan Bagian Kedua
Penyelidikan dan Bagian Ketiga Bukti dan
Informasi.
Pasal 35
(1) Dalam hal KADI menerima permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(1), KADI melakukan penyelidikan sunset
review mengenai kemungkinan:
a. dumping dan Kerugian masih tetap
berlanjut; dan/atau
b. dumping dan Kerugian akan berulang
kembali,
jika pengenaan Bea Masuk Antidumping
dihentikan.
(2) Penyelidikan sunset review sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal dimulainya penyelidikan
sunset review.
(3) Pelaksanaan . . .
- 31 -
Pasal 36
BAB III
TINDAKAN IMBALAN
Bagian Kesatu
Bea Masuk Imbalan
Pasal 37
Bagian Kedua
Penyelidikan
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Penyelidikan berdasarkan inisiatif KADI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)
dapat dilakukan apabila KADI memiliki bukti awal
yang cukup mengenai adanya Subsidi Neto,
Kerugian Industri Dalam Negeri, dan hubungan
sebab akibat antara Subsidi Neto dan Kerugian
Industri Dalam Negeri.
Pasal 41 . . .
- 34 -
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44 ...
- 36 -
Pasal 44
Pasal 45
Bagian Ketiga
Bukti dan Informasi
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Bagian Keempat
Tindakan Sementara
Pasal 52
(3) Menteri . . .
- 41 -
Pasal 53
Pasal 54
Bagian ...
- 44 -
Bagian Kelima
Tindakan Penyesuaian
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
b. KADI . . .
- 46 -
Bagian Keenam
Pengenaan Bea Masuk Imbalan
Pasal 58
(1) Untuk memperoleh pertimbangan dalam
rangka kepentingan nasional, Menteri
menyampaikan rekomendasi KADI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(2) kepada menteri dan/atau kepala lembaga
pemerintah non kementerian yang terkait
dengan Barang Yang Diselidiki.
(2) Menteri dan/atau kepala lembaga pemerintah
non kementerian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memberikan pertimbangan
dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja terhitung sejak tanggal surat
Menteri mengenai permintaan pertimbangan.
(3) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menteri dan/atau kepala lembaga
pemerintah non kementerian yang terkait
dengan Barang Yang Diselidiki tidak
menyampaikan pertimbangan, maka dianggap
menyetujui rekomendasi KADI.
(4) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu
45 (empat puluh lima) hari kerja terhitung
sejak tanggal rekomendasi KADI, Menteri
memutuskan untuk menerima atau menolak
rekomendasi KADI.
(5) Dalam hal Menteri menerima rekomendasi
KADI, Menteri dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
menyampaikan surat kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan mengenai keputusan:
a. besarnya pengenaan Bea Masuk Imbalan;
dan
b. jangka waktu . . .
- 47 -
Pasal 59
Eksportir dan/atau eksportir produsen yang tidak
diperiksa dengan alasan selain karena menolak
memberikan informasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 akan direview secepatnya agar
dapat ditentukan Bea Masuk Imbalan masing-
masing eksportir dan/atau eksportir produsen.
Pasal 60
(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan
menetapkan besaran tarif dan jangka waktu
pengenaan Bea Masuk Imbalan sesuai dengan
keputusan Menteri dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal diterimanya surat Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat
(5) oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan.
(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mempertimbangkan kemudahan
pelaksanaan pemungutan Bea Masuk
Imbalan.
Pasal 61
(1) Besarnya Bea Masuk Imbalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ditetapkan untuk
importasi barang mengandung Subsidi dari:
a. eksportir atau eksportir produsen atau
masing-masing eksportir atau eksportir
produsen dalam satu negara pengekspor;
atau
b. eksportir atau eksportir produsen dari
beberapa negara pengekspor.
(2) Dalam hal masing-masing eksportir atau
eksportir produsen dalam satu negara
pengekspor sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a tidak dapat disebutkan satu
persatu, pengenaan Bea Masuk Imbalan
dapat ditetapkan untuk satu negara
pengekspor.
(3) Dalam . . .
- 48 -
Pasal 62
(4) Ketentuan
- 49 -
Pasal 63
a. Barang ...
- 50 -
Bagian Ketujuh
Peninjauan Kembali
Paragraf 1
Umum
Pasal 64
(1) Pengenaan Bea Masuk Imbalan dapat ditinjau
kembali berdasarkan:
a. permohonan dari eksportir, eksportir
produsen, importir, pemohon atau Industri
Dalam Negeri, dan/atau importir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat (1) yang kooperatif dalam proses
penyelidikan;
b. permohonan dari eksportir dan/atau
eksportir produsen yang tidak melakukan
ekspor barang mengandung Subsidi
sebelum pengenaan Bea Masuk Imbalan
dan tidak berafiliasi dengan eksportir
dan/atau eksportir produsen yang
dikenakan Bea Masuk Imbalan; dan/atau
c. inisiatif . . .
- 51 -
c. inisiatif KADI.
(2) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. interim review, dalam hal perlu dikaji
mengenai kemungkinan Kerugian masih
tetap berlanjut dan/atau Kerugian akan
berulang kembali jika pengenaan Bea
Masuk Imbalan dihentikan;
b. sunset review, dalam hal pengenaan Bea
Masuk Imbalan akan berakhir.
Paragraf 2
Interim Review
Pasal 65
(1) Permohonan untuk interim review dapat
diajukan oleh:
a. eksportir, eksportir produsen, dan/atau
importir untuk melakukan penghentian
pengenaan Bea Masuk Imbalan;
b. eksportir dan/atau eksportir produsen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
ayat (1) huruf b untuk tidak dikenakan
Bea Masuk Imbalan; atau
c. eksportir, eksportir produsen, importir,
pemohon atau Industri Dalam Negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
ayat (1) huruf a untuk melakukan
perubahan besaran pengenaan Bea Masuk
Imbalan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan inisiatif KADI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) huruf c
hanya dapat diajukan paling cepat 12 (dua
belas) bulan setelah berlakunya penetapan
Bea Masuk Imbalan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan.
(3) Ketentuan . . .
- 52 -
Pasal 66
Paragraf 3
Sunset Review
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69 . . .
- 55 -
Pasal 69
BAB IV
TINDAKAN PENGAMANAN
Bagian Kesatu
Bentuk Tindakan Pengamanan
Pasal 70
Bagian Kedua
Penyelidikan
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
Penyelidikan berdasarkan inisiatif KPPI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2)
dapat dilakukan apabila KPPI memiliki bukti awal
yang cukup mengenai adanya Kerugian Serius
atau Ancaman Kerugian Serius yang dialami oleh
Industri Dalam Negeri sebagai akibat dari lonjakan
jumlah barang impor.
Pasal 74
(1) Penyelidikan dalam rangka pengenaan
Tindakan Pengamanan dimulai pada saat
diumumkan kepada publik.
(2) Selain diumumkan kepada publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPPI
memberitahukan dimulainya penyelidikan
kepada:
a. pemohon . . .
- 58 -
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77 . . .
- 59 -
Pasal 77
Bagian Ketiga
Bukti dan Informasi
Pasal 78
Pasal 79
Bagian Keempat
Tindakan Pengamanan Sementara
Pasal 80
Pasal 81 ...
- 61 -
Pasal 81
Pasal 82
Pasal 83
(2) Permohonan . . .
- 63 -
Bagian Kelima
Pengenaan Tindakan Pengamanan
Pasal 84
Pasal 85 ...
- 65 -
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 86 ...
- 66 -
Pasal 87
b. penurunan . . .
- 67 -
Pasal 88
Pasal 89
Bagian Keenam
Impor dari Negara Berkembang
Pasal 90
BAB V
NOTIFIKASI
Pasal 91
Menteri melakukan notifikasi ke Committee on
Anti-dumping Practices dan Committee on Subsidies
and Counterveiling Measures pada Organisasi
Perdagangan Dunia (World Trade Organization):
a. secara berkala setiap 6 (enam) bulan
mengenai ada atau tidak adanya Tindakan
Antidumping sementara, Tindakan
Antidumping, Tindakan Imbalan sementara,
dan Tindakan Imbalan; dan/atau
b. setiap ...
- 70 -
Pasal 92
Pasal 93
BAB VI
OTORITAS PENYELIDIKAN
Pasal 94
Pasal 95
(1) Dengan Peraturan Pemerintah ini dibentuk
KPPI untuk menangani permasalahan yang
berkaitan dengan upaya memulihkan
Kerugian Serius atau mencegah Ancaman
Kerugian Serius yang diderita oleh Industri
Dalam Negeri sebagai akibat dari lonjakan
jumlah barang impor.
(2) KPPI bertanggungjawab kepada Menteri.
(3) Untuk menjalankan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), KPPI melaksanakan
fungsi:
a. melakukan penyelidikan terhadap
Kerugian Serius atau Ancaman Kerugian
Serius yang dialami oleh Industri Dalam
Negeri Barang Sejenis atau Barang Yang
Secara Langsung Bersaing dengan Barang
Yang Diselidiki sebagai akibat lonjakan
jumlah impor;
b. mengumpulkan ...
- 72 -
Pasal 96
Pasal 97
Pasal 98
BAB VII
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 99
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 100
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 101
2. Keputusan . . .
- 74 -
Pasal 102
Pasal 103
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juli 2011
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juli 2011
ttd
PATRIALIS AKBAR
I. UMUM
Peraturan . . .
-2-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Dukungan Industri Dalam Negeri terhadap permohonan
dinyatakan dalam bentuk tertulis.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan alasan yang kuat adalah alasan yang
berkaitan dengan privasi perusahaan dan termasuk alasan
tidak membuat ringkasan informasi yang bersifat tidak
rahasia.
Ayat (7) ...
-3-
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Dukungan Industri Dalam Negeri dinyatakan dalam bentuk
tertulis.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud diumumkan kepada publik yaitu dilakukan
melalui media massa nasional.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tanggal penyelidikan dimulai adalah
tanggal pengumuman KADI dan pemberitahuan mengenai
dimulainya penyelidikan.
Pemberian batas jangka waktu penyelidikan selama 12 (dua
belas) bulan dimaksudkan untuk memberikan cukup waktu
kepada KADI dan kepastian bagi pihak yang berkepentingan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan keadaan tertentu adalah:
- keadaan luar biasa (force majeure)
- terdapat kendala dalam melakukan penyelidikan
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) ...
-4-
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan meminta penjelasan adalah
meminta keterangan atau informasi mengenai adanya dugaan
Barang Dumping yang dapat dilakukan dalam bentuk
kuesioner.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan alasan yang kuat adalah alasan
yang berkaitan dengan privasi perusahaan dan termasuk
alasan tidak membuat ringkasan informasi yang bersifat
tidak rahasia.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Pemberian kesempatan kepada wakil organisasi konsumen
untuk memberikan informasi diperlukan jika Barang Yang
Diselidiki diperdagangkan secara eceran.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13 ...
-5-
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Laporan pendahuluan dibuat sebelum laporan akhir
hasil penyelidikan dan memuat data-data utama hasil
penyelidikan yang akan digunakan sebagai dasar
untuk penyusunan laporan akhir hasil penyelidikan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Yang dimaksud dengan menghalangi penyelidikan misalnya
dalam hal KADI perlu melakukan klarifikasi terhadap penjelasan
dan/atau dokumen yang diterima, eksportir, eksportir produsen,
pemohon atau Industri Dalam Negeri, atau importir tidak
memberikan kesempatan untuk melakukan klarifikasi.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Yang dimaksud dengan faktor ekonomi yang terkait dapat
berupa: potensi penurunan penjualan, keuntungan, produksi,
pangsa pasar, produktifitas, pengembalian investasi, utilisasi
kapasitas, faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik,
besaran Marjin Dumping, pengaruh negatif yang nyata dan
potensial dari arus kas, persediaan, tenaga kerja, gaji,
pertumbuhan, kemampuan meningkatkan modal atau investasi.
Yang dimaksud dengan faktor lain yang relevan dapat berupa:
volume dan harga impor yang tidak dijual dengan harga dumping,
kontraksi dalam permintaan atau perubahan dalam pola
konsumsi, perkembangan teknologi, kinerja ekspor.
Pasal 18 . . .
-6-
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pertimbangan dalam rangka
kepentingan nasional adalah pertimbangan seluruh
kepentingan yang berkaitan langsung atau tidak langsung
dengan Tindakan Antidumping, diantaranya:
a. mempertimbangkan eksistensi industri pemohon dalam
negeri selaku pihak yang dirugikan secara langsung atas
adanya dumping yang mengakibatkan kerugian, baik
secara finansial, penurunan pangsa pasar, penurunan
jumlah tenaga kerja, atau kerugian dan sebagainya;
b. mempertimbangkan dampak dari Tindakan Antidumping
bagi industri pengguna dalam negeri sesuai kepentingan
pengembangan industri nasional, ketahanan dan
stabilitas harga pangan nasional, penyerapan tenaga
kerja, kepentingan fiskal dan sebagainya.
Proses mempertimbangkan kepentingan nasional dilakukan
oleh Menteri setelah menerima rekomendasi pengenaan
Tindakan Antidumping dari KADI. Menteri membahas
rekomendasi tersebut dalam suatu pembahasan yang
melibatkan menteri dan/atau kepala lembaga pemerintah
non kementerian yang terkait dengan kebijakan Tindakan
Antidumping.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9) . . .
-7-
Ayat (9)
Pertimbangan kemudahan pelaksanaan pemungutan dalam
ayat ini tidak mengurangi kewajiban menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
untuk menetapkan besaran tarif dan jangka waktu
pengenaan Bea Masuk Antidumping Sementara dalam jangka
waktu yang ditetapkan.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Laporan pendahuluan dibuat sebelum laporan akhir
hasil penyelidikan dan memuat data-data utama hasil
penyelidikan yang akan digunakan sebagai dasar
untuk penyusunan laporan akhir hasil penyelidikan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Apabila Tindakan Penyesuaian disetujui maka Tindakan
Sementara tidak akan dikenakan.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Huruf a
Penentuan saat importasi barang dihitung sejak tanggal
pemberitahuan pabean untuk impor barang yang
bersangkutan.
Huruf b . . .
-8-
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pertimbangan dalam rangka
kepentingan nasional adalah pertimbangan seluruh
kepentingan yang berkaitan langsung atau tidak langsung
dengan Tindakan Antidumping, diantaranya:
a. mempertimbangkan eksistensi industri pemohon dalam
negeri selaku pihak yang dirugikan secara langsung atas
adanya dumping yang mengakibatkan kerugian, baik
secara finansial, penurunan pangsa pasar, penurunan
jumlah tenaga kerja, atau kerugian dan sebagainya;
b. mempertimbangkan dampak dari Tindakan Antidumping
bagi industri pengguna dalam negeri sesuai kepentingan
pengembangan industri nasional, ketahanan dan
stabilitas harga pangan nasional, penyerapan tenaga
kerja, dan kepentingan fiskal.
Proses mempertimbangkan kepentingan nasional dilakukan
oleh Menteri setelah menerima rekomendasi pengenaan
Tindakan Antidumping dari KADI. Menteri membahas
rekomendasi tersebut dalam suatu pembahasan yang
melibatkan menteri dan/atau kepala lembaga pemerintah
non kementerian yang terkait dengan kebijakan Tindakan
Antidumping.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27 ...
-9-
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pertimbangan kemudahan pelaksanaan pemungutan dalam
ayat ini tidak mengurangi kewajiban menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
untuk menetapkan besaran tarif dan jangka waktu
pengenaan Bea Masuk Antidumping dalam jangka waktu
yang ditetapkan.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39 ...
- 10 -
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dukungan Industri Dalam Negeri terhadap
permohonan dinyatakan dalam bentuk tertulis.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan alasan yang kuat adalah alasan
yang berkaitan dengan privasi perusahaan dan termasuk
alasan tidak membuat ringkasan informasi yang bersifat
tidak rahasia.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Ayat (1)
Dukungan Industri Dalam Negeri dinyatakan dalam bentuk
tertulis
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43 ...
- 11 -
Pasal 43
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan diumumkan kepada publik yaitu
dilakukan melalui media massa nasional.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tanggal penyelidikan dimulai adalah
tanggal pengumuman KADI dan pemberitahuan mengenai
dimulainya penyelidikan.
Pemberian batas jangka waktu penyelidikan selama 12 (dua
belas) bulan dimaksudkan untuk memberikan cukup waktu
kepada KADI dan kepastian bagi pihak yang berkepentingan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan keadaan tertentu adalah:
- keadaan luar biasa (force majeure)
- terdapat kendala dalam melakukan penyelidikan
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan meminta penjelasan adalah
meminta keterangan atau informasi mengenai adanya dugaan
barang mengandung Subsidi yang dapat dilakukan dalam
bentuk kuesioner.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) ...
- 12 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan alasan yang kuat adalah alasan
yang berkaitan dengan privasi perusahaan dan termasuk
alasan tidak membuat ringkasan informasi yang bersifat
tidak rahasia.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Pemberian kesempatan kepada wakil organisasi konsumen
untuk memberikan informasi diperlukan jika Barang Yang
Diselidiki diperdagangkan secara eceran.
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Laporan pendahuluan dibuat sebelum laporan akhir
hasil penyelidikan dan memuat data-data utama hasil
penyelidikan yang akan digunakan sebagai dasar
untuk penyusunan laporan akhir hasil penyelidikan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 48 ...
- 13 -
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Yang dimaksud dengan menghalangi penyelidikan misalnya
dalam hal KADI perlu melakukan klarifikasi terhadap penjelasan
dan/atau dokumen yang diterima, eksportir, eksportir produsen,
pemohon atau Industri Dalam Negeri, atau importir tidak
memberikan kesempatan melakukan klarifikasi.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Yang dimaksud dengan faktor ekonomi yang terkait dapat
berupa: potensi penurunan penjualan, keuntungan, produksi,
pangsa pasar, produktifitas, pengembalian investasi, utilisasi
kapasitas, faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik,
besaran Subsidi Neto, pengaruh negatif yang nyata dan potensial
dari arus kas, persediaan, tenaga kerja, gaji, pertumbuhan,
kemampuan meningkatkan modal atau investasi.
Yang dimaksud dengan faktor lain yang relevan dapat berupa:
volume dan harga impor yang tidak dijual dengan harga
bersubsidi, kontraksi dalam permintaan atau perubahan dalam
pola konsumsi, perkembangan teknologi, kinerja ekspor.
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pertimbangan dalam rangka
kepentingan nasional adalah pertimbangan seluruh
kepentingan yang berkaitan langsung atau tidak langsung
dengan Tindakan Imbalan, diantaranya:
a. mempertimbangkan eksistensi industri pemohon dalam
negeri selaku pihak yang dirugikan secara langsung atas
adanya barang mengandung Subsidi yang mengakibatkan
kerugian baik secara finansial, penurunan pangsa pasar,
penurunan jumlah tenaga kerja, atau kerugian dan
sebagainya;
b. mempertimbangkan
- 14 -
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Laporan pendahuluan dibuat sebelum laporan akhir
hasil penyelidikan dan memuat data-data utama hasil
penyelidikan yang akan digunakan sebagai dasar
untuk penyusunan laporan akhir hasil penyelidikan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Apabila Tindakan Penyesuaian diterima maka Tindakan
Sementara tidak akan dikenakan.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Huruf a
Penentuan saat importasi barang dihitung sejak tanggal
pemberitahuan pabean untuk impor barang yang
bersangkutan.
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pertimbangan dalam rangka
kepentingan nasional adalah mempertimbangkan seluruh
kepentingan yang berkaitan langsung atau tidak langsung
dengan Tindakan Imbalan diantaranya:
a. mempertimbangkan eksistensi industri pemohon dalam
negeri selaku pihak yang dirugikan secara langsung atas
adanya barang mengandung Subsidi yang mengakibatkan
kerugian, baik secara finansial, penurunan pangsa pasar,
penurunan jumlah tenaga kerja, atau kerugian dan
sebagainya;
b. mempertimbangkan . . .
- 16 -
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Barang Yang Diselidiki meliputi barang hasil industri,
pertanian, kelautan, perikanan, kehutanan, dan
pertambangan.
Pasal 72
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pihak-pihak lain di dalam negeri
yaitu instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah
terkait dengan Barang Yang Diselidiki, Barang Sejenis, atau
Barang Yang Secara Langsung Bersaing.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) ...
- 18 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Ayat (1)
Pengumuman kepada publik mengenai dimulainya
penyelidikan dapat dilakukan melalui siaran pers resmi
maupun pemuatan dalam surat kabar nasional.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 75
Yang dimaksud dengan faktor yang bersifat objektif dan terukur
yang terkait dengan kondisi Industri Dalam Negeri dapat berupa:
lonjakan jumlah barang impor, pangsa pasar dalam negeri yang
diambil oleh lonjakan jumlah barang impor, perubahan tingkat
penjualan, produksi, produktivitas, kapasitas terpakai, laba dan
rugi, dan tenaga kerja.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan meminta penjelasan adalah
meminta keterangan, informasi, bukti, atau hal-hal lain
terkait dengan penyelidikan.
Yang ...
- 19 -
b. mempertimbangkan ...
- 20 -
Pasal 84 . . .
- 21 -
Pasal 84
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pertimbangan dalam rangka
kepentingan nasional adalah pertimbangan seluruh
kepentingan yang berkaitan langsung atau tidak langsung
dengan Tindakan Pengamanan, diantaranya:
a. mempertimbangkan eksistensi industri pemohon dalam
negeri selaku pihak yang dirugikan secara langsung atas
adanya lonjakan jumlah barang impor yang
mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian
serius, baik secara finansial, penurunan pangsa pasar,
penurunan jumlah tenaga kerja, atau kerugian dan
sebagainya;
b. mempertimbangkan dampak dari Tindakan Pengamanan
bagi industri pengguna dalam negeri sesuai kepentingan
pengembangan industri nasional, ketahanan dan
stabilitas harga pangan nasional, penyerapan tenaga
kerja, dan kepentingan fiskal.
Proses mempertimbangkan kepentingan nasional dilakukan
oleh Menteri setelah menerima rekomendasi pengenaan
Tindakan Pengamanan dari KPPI. Menteri membahas
rekomendasi tersebut dalam suatu pembahasan yang
melibatkan menteri dan/atau kepala lembaga pemerintah
non kementerian yang terkait dengan kebijakan Tindakan
Pengamanan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Pertimbangan kemudahan pelaksanaan pemungutan dalam
ayat ini tidak mengurangi kewajiban menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
untuk menetapkan besaran tarif dan jangka waktu
pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan dalam jangka
waktu yang ditetapkan.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pertimbangan dalam rangka
kepentingan nasional adalah pertimbangan seluruh
kepentingan yang berkaitan langsung atau tidak langsung
dengan Tindakan Pengamanan, diantaranya:
a. mempertimbangkan eksistensi industri pemohon dalam
negeri selaku pihak yang dirugikan secara langsung atas
adanya lonjakan jumlah barang impor yang
mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian
serius, baik secara finansial, penurunan pangsa pasar,
penurunan jumlah tenaga kerja, atau kerugian dan
sebagainya;
b. mempertimbangkan dampak dari Tindakan Pengamanan
bagi industri pengguna dalam negeri sesuai kepentingan
pengembangan industri nasional, ketahanan dan
stabilitas harga pangan nasional, penyerapan tenaga
kerja, dan kepentingan fiskal.
Proses ...
- 23 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Yang dimaksud dengan Committee on Anti-dumping Practices
adalah badan pada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade
Organization/WTO) yang memonitor implementasi WTO Agreement
on Anti-dumping.
Yang dimaksud dengan Committee on Subsidies and
Counterveiling Measures adalah badan pada Organisasi
Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) yang
memonitor implementasi WTO Agreement on Subsidies and
Counterveiling Measures.
Pasal 92
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Committee on Safeguards adalah
badan pada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade
Organization/WTO) yang memonitor implementasi WTO
Agreement on Safeguards.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 96 ...
- 25 -
Pasal 97
Independen dalam ketentuan ini adalah dalam pelaksanaan fungsi
penyelidikan
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.