PEMBAHASAN
26
terdapat data mengenai riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat
kehamilan dan persalinan. Karena hal ini penting untuk kepentingan status obstetri
pasien, apakah Os memiliki riwayat obstetric yang baik atau tidak.
Selain itu tidak terdapat anamnesis mengenai riwayat penyakit terdahulu,
riwayat penyakit dalam keluarga serta riwayat ANC, sedangkan hal ini penting
untuk mengetahui faktor risiko penyulit pada kehamilan. Pada kasus Os mengaku
tidak memiliki riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit dalam keluarga, Os
mengaku idak mengetahui bahwa sedang hamil karena selama ini tidak ada
keluhan, setelah usai kehamilan 6 bulan os merasa perut semakin membesar
sehingga os datang ke bidan untuk memeriksakan kehamilan, saat itu os diketahui
telah hamil 6 bulan tekanan darah saat itu 120. Sebulan kemudian os kembali
kontrol dengan bidan dan didapatkan tekanan darah 170 namun os tidak
mempunyai keluhan apa-apa. Os belum pernah melakukan pemeriksaan USG
sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data yang tidak lengkap mengenai tinggi
badan dan berat badan pasien. Pada pemeriksaan obstetrikus tidak dilakukan
pemeriksaan inspekulo. Pada status obstetrikus pada pemeriksaan luar didapatkan
tinggi fundus uteri 4 jari dibawah prosessus xiphoideus, memanjang, punggung
kanan, DJJ 174 x/menit, penurunan kepala (tidak ada data). Pemeriksaan dalam
didapatkan portio lunak, pembukaan (kuncup), selaput ketuban belum bisa
dinilai, penurunan kepala belum bisa dinilai. Menurut teori pemeriksaan
obstretikus terdiri dari pemeriksaan luar berupa pemeriksaan Leopold, DJJ, His,
tafsiran berat janin dan pemeriksaan dalam terdiri dari inspekulo dan vaginal
toucher meliputi konsistensi portio, posisi portio, pembukaan, selaput ketuban,
petunjuk, bagian terbawah, penurunan kepala dan pendataran. Pada kasus ini
dapat disimpulkan bahwa usia kehamilan pada pasien kira-kira 32 minggu, belum
inpartu, janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan fetal distress (dilihat dari
DJJ lebih tinggi dari nilai normal (120-160x/m)).
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil abnormal, Hb
11,3, leukosit 12.400/cmm, Ht 33%, difcount 0/2/2/79/22/5.
27
Diagnosis pada kasus ini kurang tepat dilihat dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Didapatkan Os hamil anak keempat, HPHT (dari anamnesis tambahan): 12-
6-2015, sehingga dapat dihitung usia kehamilannya 32 minggu (hamil preterm),
keluar lendir darah (-), keluar air-air (-), mules (-),pusing (+), nyeri ulu hati (+),
pandangan kabur (+), muntah (+), TD : 200/120 mmHg, pada saat pemeriksaan
vaginal toucher didapatkan pembukaan - . Dilihat dari DJJ lebih dari nilai normal
yaitu DJJ 174 x/menit menunjukkan fetal distress. Sehingga diagnosis pada kasus
ini adalah G4P3A0 hamil 32 minggu belum inpartu dengan impending eklampsia
janin tunggal hidup persentasi kepala dengan fetal distress.
Tatalaksana awal pada kasus ini adalah IVFD D5% + MgSO4 40% gtt
20x/menit , pemasangan kateter, inj. Dexametasone 2x2 amp, nipedipine 3x1 tab,
r/ sc cito.
Tatalaksana awal pasien ini harusnya seusai dengan teori dimana di mulai dengan
observasi denyut jantung janin, tanda vital ibu, tirah baring kiri, antasida.
Pemberian anti kejang pada kasus ini harusnya diberikan magnesium sulfat 8 g
(20 ml 40%) IM : 4 g bokong kanan 4 g bokong kiri, dosis ulangan tiap 6 jam
diulangi 4 g (10 ml 40%) IM diteruskan sampai 24 jam pasca persalinan atau 24
jam bebas kejang. Pemberian antihipertensi dalam kasus ini sudah sesuai.
Pemberian dexametasone mungkin diberikan untuk pematangan paru janin karena
kehamilan akan segera di terminasi mengingat sudah didapatkan indikasi ibu yaitu
berupa tanda-tanda impending eklampsia, indikasi janin yaitu gawat janin.
Tatalaksana setelah tindakan SC sudah sesuai yaitu berupa observasi KU
dan TV, pemberian IVFD RL ditambah 2 ampul oksitosin 1000 cc/24 jam, kateter
menetap 24 jam, immobilisasi bertahap 24 jam boleh duduk, cek Hb post SC, Cek
dr, kd, elektrolit, diet TKTP, Inj. cefotaxime 2x1 gr, metronidazole 2x500 mg, Inj.
asam. Tranexamat 3x1, Inj. ketorolak 3x1 amp, dexametasone 2x2 amp,nipedipine
3x10 mg. selama dirawat os mengalami keluhan berupa pandangan kabur,
sehingga dikonsulkan ke bagian mata dan didapatkan diagnosis retinopati
hipertensi grade iv dimana ditemukan visus yang menurun pada kedua mata, papil
edema, adanya exudat dan perdarahan. Hal ini merupakan komplikasi yang
ditimbukan dari hipertensi yang dialami pasien.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Preeklampsia berat merupakan Preeclampsia pada kehamilan 20
minggu atau lebih dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24
jam atau kualitatif 3+.
2. Preeklampsia berat dibagi menjadi preeklampsia berat tanpa impending
eklampsia dan preeklampsia berat dengan impending eklampsia. Disebut
impending eklampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif
berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri
epigastrium dan kenaikan progresif tekanan darah
3. Diagnosis pada kasus ini sudah bisa ditegakkan dengan pasti hanya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium darah lengkap dan urin lengkap.
4. Penatalaksanan pada kasus ini sudah tepat dimana dilakukan terminasi
seksio sesaria karena sudah didapatkan indikasi ibu yaitu berupa tanda-
tanda impending eklampsia, indikasi janin yaitu gawat janin
5.2 Saran
1. Dapat dilakukan ANC yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini preeclampsia.
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat istirahat dan
diet yang berguna dalam pencegahan preeclampsia berat.
29