Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementrian yang membidangi urusan pemerintahan selain yang nomenklatur kementriannya secara
tegas disebutkan dalam UUD 1945 dapat diubah oleh presiden. Pemisahan, penggabungan, dan pembubaran
kementrian tersebut dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kecuali untuk
pembubaran kementrian yang menangani urusan agama, hukum, keamanan, dan keuangan harus dengan
persetujuan DPR. Sebagian besar kementrian yang ada sekarang telah mengalami berbagai perubahan,
meliputi penggabungan, pemisahan, pergantian nama, dan pembubaran (baik sementara atau permanen).
Jumlah kementrian sendiri hampir selalu berbeda-beda dalam setiap kabinet, dimulai dari yang hanya
berjumlah belasan hingga pernah mencapai ratusan, sebelum akhirnya ditentukan di dalam UU No. 39
Tahun 2008, yaitu sejumlah maksimal 34 kementrian. (Undang-Undang: 2008)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah yang lahir adalah:
Bagaimana kedudukan dan fungsi kementrian negara republik Indonesia?
Bagaimana kedudukan dan fungsi lembaga pemerintahan non kementrian?
Bagaimana kedudukan dan fungsi kementrian dan lembaga pemerintah departemen?
C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah tersebut tujuan yang diharapkan adalah:
Memahami kedudukan dan fungsi kementrian negara republik Indonesia.
Memahami kedudukan dan fungsi lembaga pemerintahan non kementrian.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini ada dua yaitu, manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Manfaat Teoretis
Dapat menambah khasana keilmuan tentang kementrian
Manfaat Praktis
Memberikan pengetahuan pada masyarakat (membaca) terhadap kementrian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan dan Fungsi Kementrian Negara Republik Indonesia.
Dalam Undang-Undang tentang Kementrian Negara mengatur sebagai berikut:
Kementrian, merupakan perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.
Menteri, merupakan pembantu Presiden yang memimpin kementrian.
Urusan Pemerintahan, merupakan setiap urusan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembentukan Kementrian, dilakukan dengan nomenklatur tertentu setelah Presiden
mengucapkan sumpah/janji.
Pengubahan Kementrian, adalah pengubahan nomenklatur Kementrian dengan cara
menggabungkan, memisahkan dengan menggantikan nomenklatu Kementrian yang sudah
terbentuk.
Pembubaran Kementrian, merupakan menghapus Kementrian yang sudah terbentuk.
Kementrian berkedudukan di Ibu Kota Indonesia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
tertentu dalam pemerintahan dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara sebagai berikut:
Penyelenggara perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya,
pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya dan pelaksanaan kegiatan teknis dari
pusat sampai ke daerah.
Perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan
tugas di bidangnya, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementrian di daerah dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya dan pengawasan atas pelaksanaan tugas dibidangnya.
Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, yang terdiri atas:
Urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urursan luar
negeri, dalam negeri, dan pertahanan.
Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan agama, hukum, keuangan,
keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum,
transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, kelautan, dan perikanan.
Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronasi program
pemerintah, meliputi urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara,
kesekretarian negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan
hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil, dan menengah,
pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan pembangungan
kawasan atau daerah tertinggal.
Setiap urusan pemerintahan, kecuali urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan,
tidak harus dibentuk dalam satu Kementerian tersendiri.
Dalam menjalankan tugasnya Presiden dapat membentuk menteri koordinasi dan Menteri
dengan mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, cakupan tugas dan proporsionalitas
beban tugas, kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas serta
perkembangan lingkungan global dengan jumlah keseluruhan paling banyak tiga puluh
empat kementerian dalam tenggang waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kerja sejak Presiden mengucapkan sumpah/janji.
B. Kedudukan dan Fungsi Lembaga Pemerintahan non Kementerian
Selain memiliki kementerian negara Republik Indonesia juga memiiki lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) yang dahulu namanya Lembaga pemerintah Non-Kementerian merupakan lembaga
negara yang dibentuk untuk membantu presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu.
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung kepada
presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang terkait.
Sebagai konsekuensi amandemen UUD 1945, terdapat beberapa perubahan signifkan terhadap
kewenangan lembaga-lembaga negara dalam struktur Ketenagaraan Republik Indonesia. Perubahan ini
tidak hanya membutuhkan penyesuaian terhadap kewenangan setiap lembaga negara, yang ditentukan
dalam UUD 1945, akan tetapi juga kewenangan negara lain yang kewenangannya diberikan oleh peraturan
lain, seperti Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden atau Peraturan Presiden, juga perlu disesuaikan.
Hal ini merupakan suatu keharusan sebagai konsekuensi hukum hirarki peraturan perundangan-undangan.
Salah satu prinsip dalam hirarki peraturan perundang-undangan menentukan bahwa peraturan yang lebih
rendah tingkatannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, jika bertentangan maka
peraturan yang lebih rendah tidak berlaku. Hirarki peraturan perundangan-undangan itu sendiri ditentukan
dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangann.
Melalui proses amandemen UUD 1945, Lembaga Kepresidenan ada salah satu lembaga negara yang
mengalami banyak perubahan pada kewenangannya, seperti kekuasaan untuk menunjuk Duta Besar yang
harus mendapat pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Meskipun demikian, kewenangan presiden
sebagai kepala pemerintahan, sebagaimana diatribusikan oleh Pasal 4 ayat (1) UUD 1945, tetap
dipertahankan. Bahkan dengan proses rekruitmen lembaga kepresidenan yang baru: dipilih secara langsung,
kedudukan konstitusional lembaga kepresidenan menjadi semakin kuat jika dibandingkan dengan
kedudukan konstitusional yang dimiliki sebelumnya.
Dalam melaksanakan kewenanganya, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden dan kementerian
negara. Disamping wakil presiden dan kementerian negara, presiden juga dapat dibantu oleh lembaga
pemerintah yang lain, seperti Lembaga Pemerintah Non-Departemen (selanjutnya LPND), dalam
melaksanakan kewenangannya. LPND didirikan dengan tujuan untuk melaksanakan tugas khusus yang
didelegasikan kepadanya oleh presiden. Oleh karena itu, LPND terletak dalam lingkup kekuasaan eksekutif,
yang dipimpin oleh presiden. Selain itu, pembentukan dan pembubarannya tergantung pada kekuasaan
presiden. Presiden dapat membentuk yang baru atau membubarkan yang lain semata-mata tergantung pada
keinginannya saja.
Pada umumnya, pembentukan sebuah LPND dahulunya dilakukan dengan keputusan presiden
tersendiri. Meskipun, sejak pemerintahan Megawati Soekarnoputri, pembentukan seluruh LPND dilakukan
dengan sebuah keputusan presiden saja, seperti Keputusan Presiden No.103 Tahun 2001 (selanjutnya
Keppers No.103 Tahun 2001). Selanjutnya, setelah pengundangan UU No.10 Tahun 2004 pada

Anda mungkin juga menyukai