TINJAUAN PUSTAKA
yang sudah ditentukan dimensinya, dan struktur yang dapat dipergunakan sesuai
tujuan pembangunan secara aman, nyaman, serta ekonomis baik dalam pembuatan
dicoba ukuran yang lebih kecil agar diperoleh bangunan yang lebih ekonomis.
untuk struktur rangka atap, jembatan rangka, dan tiang trasmisi. Bahan baja yang
yang terdapat dipasaran yaituprofilsayap lebar (W), profil siku (L), profil kanal
4
Sifat mekanis baja ditentukan oleh jenis baja atau mutu baja. Dalam
Adapun sifat-sifat mekanis lain pada baja struktural untuk perencanaan adalah
sebagai berikut:
Baja bukan bahan alami tetapi dibuat di pabrik dan memiliki dimensi, akan
tetapi ada keterbatasan dimensi (panjang) baja sehingga harus ada sambungan.
penyambung, antara lain paku keling, baut, atau dengan las (Salmon dan
5
mempengaruhi pendimensiannya Sambungan Las ialah ukuran , profil batang
atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan
kata lain, las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
sambungan yang tersedia untuk pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai
jenis las. Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai
macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar
ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan
sisi.
ujung plat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sarna.
6
biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya
ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus
dilas.
Mudah disesuaikan.
Mudah disambung.
penampang yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut
berbentuk boks segi empat seperti yang digunakan untuk kolom dan balok
7
2.2.5. Sambungan Sisi
untuk menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk
kombinasi kelima jenis sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena
biasanya terdapat lebih dari satu cara untuk menyambung sebuah batang struktural
1. Sambungan kelas I
2. Sambungan kelas II
apabila bila kekuatan struktur lebih besar atau sama dengan besarnya beban yang
8
(Allowable Stress Design (ASD) AISC-USA) merupakan konsep
perancangan baja awal yang hingga sekarang masih banyak diaplikasikan. AISC-
ASD merupakan peraturan terakhir di terbitkan pada tahun 1989, setelah itu tidak
ada publikasi peraturan terbaru tentang (ASD). Hinga peraturan baru yang
dikeluarkan berikutnya pada tahun 2005 adalah AISC-LRFD singkatan dari Load
and Resistance Factor Design. Konsep LRFD adalah kekuatan nominal dikalikan
diharapkan untuk sama atau melebihi kekuatan yang diperlukan dan juga
Mu M n
Vu Vn
Pu, Mu dan Vu adalah gaya-gaya akibat beban terfaktor pada kombinasi
pembebanan, dan Pn, Mn dan Vn adalah gaya-gaya nominal hasil perhitungan daya
factor dan juga load combination yang dipakai. Meskipun ketiga faktor tersebut
melainkan untuk memberikan reliabilitas yang seragam untuk semua struktur baja.
Pada ASD faktor keamanan sama diberikan pada beban mati dan beban hidup,
9
sedangkan pada LRFD faktor keamanan atau faktor beban yang lebih kecil
diberikan untuk beban mati karena beban mati dapat ditentukan dengan lebih pasti
ASD dan LRFD akan tergantung pada rasio beban hidup terhadap beban mati.
tahanan (), sedangkan beban yang bekerja diberi faktor beban yang diaplikasikan
selama masa layan, antara lain berat manusia (La), perabotan, peralatan
angin yang relatif luas pada bangunan dengan beban-beban yang relatif
ringan.
d. Beban gempa (E) adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada
10
bekerja secara bersamaan. Faktor dan kombinasi pengaruh beban sebagaimana
1) 1,4D
2) 1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H)
3) 1,2D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W)
4) 1,2D + 1,3W + L L +0,5 (La atau H)
2. Faktor tahanan
Faktor tahanan merepresentasikan koefisien reduksi material baja sesuai
dengan sifat elemen struktur yang ditinjau. Faktor tahanan yang digunakan
11
2.3.1. Elemen Balok
Balok adalah elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus
struktur balok merupakan kombinasi dari elemen tekan dan elemen tarik, karena
bagian elemen yang mengalami tekan, sepenuhnya terkekang baik dalam arah
sumbu kuat ataupun sumbu lemahnya. Asumsi ini mendekati kenyataan, sebab
dalam banyak kasus balok cukup terkekang secara lateral, sehingga masalah
12
Tabel 2 Faktor reduksi () untuk keadaan kekuatan batas.
Kuat Rencana Untuk Butir Faktor Reduksi
Komponen struktur yang memikul
lentur:
Balok 8.1, 8.2 & 8.3 0,90
8.4 0,90
Balok pelat berdinding penuh
8.8 & 8.9 0,90
Pelat badan yang memikul geser
8.10 0,90
Pelat badan pada tumpuan 8.11, 8.12 & 8.13 0,90
Pengaku
Komponen struktur yang memikul gaya
tekan aksial: 9.1 & 9.2 0,85
Kuat penampang 9.1 & 9.3 0,85
Kuat komponen struktur
Komponen struktur yang memikul gaya
tarik aksial:
Terhadap kuat tarik leleh 10.1 & 10.2 0,90
Terhadap kuat tarik fraktur 10.1 & 10.2 0,75
Komponen struktur yang memikul aksi-
aksi kombinasi:
Kuat lentur atau geser 11.3 & 11.4 0,90
Kuat tarik 11.3 & 11.4 0,90
Kuat tekan 11.3 & 11.4 0,85
Sambungan las:
Las tumpul penetrasi penuh 13.5.2.7 0,90
Las sudut dan las tumpul penetrasi 13.5.3.10 0,75
sebagian
Las pengisi 13.5.4 0,75
13
Tahanan momen nominal penampang untuk balok terkekang lateral dengan
Mn = Mp (Mp Mr)
3. Penampang langsing ( r)
Tahanan momen nominal penampang untuk balok terkekang lateral dengan
Dimana :
Mn = momen nominal
Mp = momen plastis
Mr = momen
= kelangsingan penampang balok
r , p = Dapat dilihat dalam tabel 7.5-1 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002)
geser nominal pelat badan yang memikul gaya geser perlu (Vu) harus memenuhi
dimana:
Vn = kuat geser nominal pelat badan, N.
= faktor reduksi (0,90) Tabel 3.
kombinasi geser dan lentur tak terjadi). Kuat geser nominal pelat badan harus
dimana:
14
Aw = luas penampang pelat badan, mm.
fy = kuat leleh badan, MPa.
Suatu komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial
Untuk : 0,2
+ 0,1
+ < 0,1
dimana:
Nu = gaya ultimit/beban tekan maksimum terfaktor, N.
n.Nn = kuat tekan nominal terfaktor atau kuat desain atau kuat
rencana dari penampang batang tekan, N.
= faktor reduksi kekuatan (0,85) Tabel 2.
Mux, Muy = momen lentur terfaktor terhadap sumbu x dan sumbu y
Mnx, Mny = kuat nominal lentur penampang terhadap sumbu x dan
sumbu y, N-mm.
b = faktor reduksi kuat lentur (0,9) Tabel 2.
15
Untuk penampang yang mempunyai perbandingan lebar terhadap tebalnya
lebih kecil daripada nilai c. Daya dukung nominal Nn struktur tekan dihitung
dimana;
Nn = daya dukung tekan nominal
Ag = luas penampang bruto batang tekan, mm2
fcr = tegangan kritis batang tekan, MPa
fy = tegangan leleh, MPa
= taktor tekuk
= kelangsingan batang tekan.
dimana;
c = tegangan kritis tekuk lentur
fy = tegangan leleh material, MPa
E = modulus elastisitas, MPa
= panjang tekuk, mm
16
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam struktur elemen balok kolom yaitu
tekuk lokal (local buckling) dan kondisi tekuk, berikut ini adalah penjelasan
1. Tekuk lokal
Tekuk lokal pada penampang biasanya terjadi pada penampang-penampang
yang tipis. Jika tekuk lokal terjadi, maka komponen struktur tersebut tidak
akan lagi mampu memikul beban tekan secara penuh dan struktur tersebut
bidang pembebanan) yang terjadi pada elemen yang dibebani momen lentur.
Tekuk lateral hanya terjadi jika bekerja momen lentur pada arah sumbu kuat
penampang. Deformasi utama terjadi pada arah y (dy) dimana tegak lurus
sumbu kuat x-x dan deformasi lateral terjadi pada arah x (dx) dimana tegak
panjang bentang (L) antara dua pengekang lateral yang berdekatan. Batas-
Mn = Mp
b. Bentang menengah Lp L Lr
M n = Cb Mp
17
Cb = 2,3
Mn = Mcr Mp
dengan Mmax adalah momen maksimum pada bentang yang ditinjau serta
persamaan : Lk = kc . L ,dimana :
Lk = panjang tekuk, mm
kc = faktor panjang tekuk
Nilai kc untuk masing-masing sistem portal tersebut dapat dicari dari
L = panjang batang, mm
nomogram. Terlihat dalam Gambar 4 bahwa nilai kc merupakan fungsi dari GA
yang relatif bebas terhadap gaya tekan (balok). Nilai G ditetapkan persamaan
:G =
18
a. Untuk komponen struktur tekan yang dasarnya tidak terhubungkan
boleh diambil kurang dari 10, kecuali bila dilakukan analisa secara
kaku pada pondasi (tumpuan jepit), nilai G tidak boleh diambil kurang
nilai G tersebut.
komponen struktur tekan (kolom) dengan bidang lentur yang sama yang
komponen struktur lentur (balok) dengan bidang lentur yang sama yang
ditinjau.
19
Gambar 1. Nomogram faktor panjang tekuk, kc (SNI, 2002)
Pelat dasar (Base Plate) merupakan pelat baja yang berperan sebagai
penghubung antara struktur bagian atas dan struktur bagian bawah, yang berfungsi
base plate atau pelat dasar pada struktur baja gedung akan meningkatkan
kekuatan pada struktur tersebut. Dengan catatan dari semua aspek perhitungan
maupun kontrol yang kiranya mendukung suatu struktur tersebut tercapai situasi
tersebut. Umumnya ukuran base plate ditentukan dengan melihat batas kekakuan
beton pada pondasi saat hancur karena terbebani oleh beban di atasnya. Ketebalan
base plate ditentukan dengan melihat batas plastis yang disebabkan oleh
panjang, lebar pelat, dan ketebalan pelat. Base plate dengan kolom baja harus
terikat atau menjadi satu kesatuan. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan
20
suatu alat sambung (angkur) yang berfungsi untuk menyatukan kolom dengan
Pelat dasar (base plate) adalah sambungan antara kolom dan plat kaki yang
menggunakan sambungan las pada profil kolom, dan juga sebagai joint kolom
dimana:
A1 = luas base plate, mm2
Pu = beban vertikal, N
= faktor resistensi beton, 0.6
= kuat tekan beton, MPa
f f
x d x
n
0,8 bf
bf
21
n
m 0,95 d m
N
Gambar 3. Dimensi ukuran pelat
Rumus dari batasan kritis pada pelat itu sendiri di sebutkan dengan
dimana:
N = panjang base plate, mm
= luas pelat, mm2
= 0.5 (0.95 d 0.8 bf), mm
d = diameter baut, mm
22
3) Menentukan nilai m dan n menggunakan persamaan :
m=
dimana:
d = panjang profil baja,mm
bf = lebar profil baja, mm. n=
m=
n =
n =
dimana:
m = panjang base plate ke profil baja, mm
n = lebar base plate ke profil baja, mm
d = panjang profil baja, mm
bf = lebar profil baja, mm.
Dari tiga persamaan diatas, diambil nilai yang paling besar yang
23
dimana:
Pu = panjang kolom, mm
B = lebar base plate, mm
N = panjang base plate, mm
fy = tegangan leleh baja, MPa
dimana:
b = panjang kolom, mm
h = lebar kolom, mm
dimana:
Pu = lebar plat, mm
fc = mutu beton, MPa
A1 = luas base plate, mm2
A2 = luas kolom, mm2
b. Base plate dengan beban vertikal dan momen (Axial load plus moment).
distribusi gaya tekan terjadi di seluruh permukaan base plate, seperti yang
24
c = N /2,mm
I = momen inersia. (B.N3) / 12, mm4.
P
M N
e= <
P 6
Tp
f2
T1
N
maksimum (f1) tidak boleh melebihi gaya tekan yang diizinkan (Fp),
dimana:
c = faktor resistensi pada beton, 0.6.
fc = mutu beton, MPa
A1 = luas base plate, mm2
A2 = luas beton dasar (bantalan), mm2
Biasanya gaya geser kolom dasar secara keseluruhan dilawan oleh gesekan
untuk perencanaan geser. Ada empat cara untuk menahan gaya geser yaitu
V/1g Grout 25
G
H
Shear lug
Gambar 5. Base plate dengan beban geser
Baut angkur diperlukan untuk semua base plate. Baut angkur digunakan untuk
memperkuat semua pelat dan untuk mencegah kolom terbalik. Baut angkur
juga diperlukan ketika pelat menerima beban yang besar. Tipe-tipe baut
Panjang angkur minimum dapat dihitung berdasarkan mutu baja dan mutu
dimana:
Lmin = panjang minimum, mm
fy = tegangan leleh baja, MPa
fc = mutu beton, MPa.
26
Menurut Shipp and Haninger (1983), panjang minimum angkur tertanam
Tabel 3 Desain baut angkur material baut (Shipp and Haninger, 1983)
Jenis Jarak minimum
material Panjang minimum angkur ke ujung bawah
Baut pondasi
5 x diameter baut > 4
A307, A36 12 x diameter baut
in.
7 x diameter baut > 4
A325, A449 17 x diameter baut
in.
27