Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


LNG merupakan singkatan dari Liquefied Natural Gas atau bisa diartikan sebagai gas
alam yang dicairkan. Prinsip utama pencairan ini adalah menurunkan suhu gas dari 22 C
menjadi -160 C dengan proses pendinginan dan expansi pada temperatur rendah sekali yang
disebut cryogenic temperatur yaitu 160 C pada tekanan di bawah 1 atm.
Tujuan dari pencairan adalah untuk mempertinggi efesiensi pengangkutan dan
penyimpanan (Loading & Storage), karena volume gas sebelum dan sesudah dicairkan adalah
620:1 artinya kita akan mendapatkan 1 cuft LNG jika kita mencairkan gas alam sebanyak 620
cuft. Pada masa-masa lalu pemakaian gas alam sebagai sumber energi masih belum mendapat
perhatian karena kesulitan dalam pengangkutan dan penyimpanan.
LNG merupakan alternatif energi yang mempunyai prospek cukup baik dewasa ini,
karena hasil pembakarannya memiliki tingkat polusi yang rendah, efisiensi pembakarannya
cukup tinggi sehingga mudah dikontrol.
Bagi masyarakat Indonesia, LNG merupakan sumber daya alam yang potensial. Semula
sumber daya alam ini berbentuk endapan gas bumi sangat luas yang terpendam didalam perut
bumi. Kemudian gas bumi tersebut diproses menjadi bahan bakar cair. Tanpa LNG, gas bumi
yang berjumlah ratusan triliyun kaki kubik akan tetap terperangkap di dalam perut bumi.
Gas alam selain mengandung gas-gas hidrokarbon juga mengandung senyawa yang dapat
mengkontaminasi seperti gas CO2 dan H2S, N2 serta uap air dengan kadar CO2 sebesar 19,2 %
volume dan uap air yang relatif besar dibandingkan H2S sebesar 10 ppm dan N2 yang bernilai
trace.
Pada umumnya gas yang diperoleh dari lapangan atau dari perut bumi, masih
mengandung gas-gas atau materi lain yang tidak diinginkan tersebut, ini disebut impurities atau
zat pengotor. Gas CO2 dan H2S tergolong impurities yang sangat merugikan.
Seiring dengan menipisnya cadangan gas alam dari sumber ladang gas, maka kadar CO2
dan H2S akan semakin tinggi. Oleh karena itu harus dilakukan upaya untuk meminimalisasikan
kandungan gas-gas tersebut dengan meningkatkan efisiensi proses penyerapan gas tersebut
dengan menggunakan larutan benfield.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui proses pencairan gas alam.
2. Untuk mengetahui aplikasi dari hasil pencairan gas alam.
3. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam proses pencairan gas alam.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui proses dalam industri pencairan gas alam.
2. Dapat mengenal alat-alat dalam proses pencairan gas alam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gas Alam


Gas Alam atau yang sering disebut dengan gas bumi adalah bahan atau materi yang terdiri dari
fosil-fosil dan terbentuk dalam wujud gas. Gas alam dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi
dan juga tambang batu bara yang diambil dengan cara pengeboran (drilling). Komponen (utama ) dalam
gas alam yaitu metana 80-95%, etana 5-15%, propana dan butana <5%.
Gas alam juga merupakan campuran hidrokarbon ringan yang terbentuk secara alami
yang bercampur dengan beberapa senyawa non-hidrokarbon. Gas alam tak terasosiasi dihasilkan
dari cadangan yang tidak mengandung minyak (sumur kering). Di sisi lain, gas alam terasosiasi
bersinggungan dengan dan/atau terlarut dalam minyak bumi serta merupakan produk yang
dihasilkan bersama minyak. Komponen prinsip dari kebanyakan gas alam adalah metana.
Hidrokarbon parafinik berberat molekul lebih tinggi (C2-C7) biasanya ada dalam jumlah kecil
dalam campuran gas alam, dan kadarnya sangat bervariasi tergantung pada lapangan gas asalnya.
Gas alam tak-terasosiasi normalnya mengandung kadar metana lebih tinggi daripada gas alam
terasosiasi. Gas alam terasosiasi mengandung hidrokarbon lebih berat dengan kadar lebih tinggi.
Zat non-hidrokarbon dalam gas alam bervariasi dari satu lapangan gas ke
lapangan lainnya. Beberapa senyawa ini merupakan asam lemah, seperti hidrogen
sulfida dan karbon dioksida. Yang lain merupakan bahan inert, seperti nitrogen,
helium dan argon. Beberapa cadangan gas alam berisi cukup banyak helium untuk
diproduksi komersial.
Hidrokarbon berberat molekul lebih tinggi dalam gas alam merupakan bahan bakar dan
juga bahan baku kimia yang penting dan biasanya dihasilkan dalam bentuk cairan gas alam.
Sebagai contoh, etana mungkin dipisahkan untuk dipakai sebagai bahan baku perengkahan kukus
untuk memroduksi etilena. Propana dan butana diambil dari gas alam dan dijual sebagai gas
petroleum dicairkan (LPG). Sebelum gas alam digunakan ia harus diproses atau diolah untuk
Memisahkan zat pengotor dan mengambil hidrokarbon lebih berat (lebih berat dari
metana).

2.2 Proses Pengolahan Gas Alam


Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air
yang bervariasi. Adanya hidrogen sulfida dalam gas alam untuk konsumsi rumah tangga tidak
bisa ditoleransi karena sifat racunnya. Zat ini juga menyebabkan karat pada peralatan logam.
Karbon dioksida tidak diinginkan,
karena zat ini akan mengurangi nilai panas gas dan akan memadat pada tekanan tinggi dan
temperatur rendah yang dipakai pada pengangkutan gas alam. Untuk mendapatkan gas manis
atau gas alam kering, maka gas-gas asam harus diambil dan uap air dikurangi. Sebagai
tambahan, gas alam dengan sejumlah berarti hidrokarbon berat harus diolah untuk mendapatkan
cairan-cairan gas alamnya.
2.2.1 Proses Pengolahan Gas Alam Cair
Pencairan gas alam menjadi LNG/LPG bertujuan untuk memudahkan dalam
penyimpanan dan transportasi. Gas alam yang diolah di kilang LNG/LPG.
Proses awal yaitu Process Train adalah unit pengolahan gas alam hingga menjadi LNG
serta produk-produk lainnya (pencairan fraksi berat dari gas alam). Dalam pengolahan gas alam
di process train dilakukan proses pemurnian, pemisahan H2O dan Hg, serta pendinginan dan
penurunan tekanan secara bertahap hingga hasil akhir proses berupa LNG. Terdiri beberapa
tahapan yaitu:
Plant 1 - Gas Purification
Proses di Plant 1 adalah pemurnian gas dengan pemisahan kandungan CO2 (Karbon Dioksida)
dari gas alam. Kandungan CO2 tersebut harus dipisahkan agar tidak mengganggu proses
selanjutnya. Pemisahan CO2 dilakukan dengan proses absorbsi larutan Mono Ethanol Amine
(MEA), yang sekarang diganti dengan Methyl De Ethanol Amine (MDEA) produksi Ucarsol.
Proses ini dapat mengurangi CO2 sampai di bawah 50 ppm dari aliran gas alam. Batas
maksimum kandungan CO2 pada proses selanjutnya adalah 50 ppm.
Plant 2 - Gas Dehydration And Mercury Removal
Selain CO2, gas alam juga mengandung uap air (H2O) dan Mercury (Hg) yang akan
menghambat proses pencairan pada suhu rendah. Pada Plant 2, kandungan H2O dan Hg
dipisahkan dari gas alam. Kandungan H2O pada gas alam tersebut akan menjadi padat dan akan
menghambat pada proses pendinginan gas alam selanjutnya karena dapat menyumbat pipa dan
alat lainnya saat mengalami pembekuan, serta untuk mengurangi masalah karat dan mencegah
terbentuknya hidrat. Hidrat adalah senyawa padat berwarna putih yang terbentuk dari reaksi
kimia-fisik antara hidrokarbon dan air pada tekanan tinggi dan temperatur rendah yang
digunakan untuk mengangkut gas alam melalui jalur pipa. Hidrat mengurangi efisiensi jalur pipa.
Untuk mencegah pembentukan hidrat, gas alam bisa diolah dengan glikol, yang melarutkan air
secara efisien. Etilena glikol (EG), dietilena glikol (DEG), dan trietilena glikol (TEG) merupakan
contoh pelarut untuk pengambilan air. Trietilena glikol (TEG) lebih baik jika dipakai pada proses
fasa-uap karena tekanan uapnya yang rendah, yang mengakibatkan sedikit saja kehilangan glikol.
Absorber TEG normalnya berisi 6 hingga 12 nampan (tray) bubble-cap untuk melakukan proses
absorpsi air.
Cara lain untuk menghilangkan hidrat gas alam adalah dengan menyuntikkan metanol ke
dalam jalur gas untuk menurunkan temperatur pembentukan hidrat hingga di bawah temperatur
atmosfer. Air juga bisa dikurangi atau diambil dari gas alam dengan memakai adsorben padat
seperti saringan molekular atau gel silika.
Pemisahan kandungan H2O (Gas Dehydration) dilakukan dengan cara absorbsi
menggunakan molecullar sieve hingga kandungan H2O maksimum 0,5 ppm. Kandungan mercury
(Hg) pada gas alam tersebut jika terkena peralatan yang terbuat dari aluminium akan terbentuk
amalgam. Sedangkan tube pada Main Heat Exchanger 5E-1 yang merupakan alat pendingin dan
pencairan utama untuk memproduksi LNG adalah terbuat dari aluminium. Pemisahan kandungan
Hg (Mercury Removal) dilakukan dengan cara absorbsi menggunakan adsorben. Bed Mercury
Removal yang berisi Sulfur Impregnated Activated Charcoal dimana merkuri akan bereaksi
membentuk senyawa HgS, hingga kandungan Hg maksimum 0,1 ppm.
Plant 3 - Fractination
Sebelum gas alam didinginkan dan dicairkan pada Main Heat Exchanger 5E-1 pada suhu
yang sangat rendah hingga menjadi LNG, proses pemisahan (fractination) gas alam dari fraksi-
fraksi berat (C2, C3, ..., dst) perlu dilakukan. Proses fraksinasi tersebut dilakukan di Plant 3.
Pemisahan gas alam dari fraksi beratnya dilakukan pada Scrub Column 3C-1. Setelah dipisahkan
dari fraksi beratnya, gas alam didinginkan terlebih dahulu hingga temperatur sekitar -50C dan
selanjutnya diproses di Plant 5 untuk didinginkan lebih lanjut dan dicairkan. Sedangkan fraksi
beratnya dipisahkan lagi sesuai dengan titik didihnya dengan beberapa alat (Deethanizer,
Deprophanizer dan Debuthanizer) untuk mendapatkan prophane, buthane dan condensate.
Plant 4 - Refrigeration
Selain penurunan tekanan, proses pencairan gas alam dilakukan dengan menggunakan
sistem pendingin bertingkat. Bahan pendingin yang digunakan: Propane dan Multi Component
Refrigerant (MCR). MCR adalah campuran Nitrogen, Methane, Ethane, Prophane dan Buthane
yang digunakan untuk pendinginan akhir dalam proses pembuatan LNG. Plant 4 menyediakan
pendingin Prophane dan MCR. Baik prophane maupun MCR sebagai pendingin diperoleh dari
hasil sampingan pengolahan LNG.
Siklus Pendingin Prophane
Cairan prophane akan berubah fase menjadi gas prophane setelah temperaturnya naik
karena dipakai mendinginkan gas alam maupun MCR. Sesuai dengan kebutuhan pendinginan
bertingkat pada proses pengolahan LNG, kondisi cairan prophane yang dipakai pendinginan ada
3 tingkat untuk MCR dan 3 tingkat untuk gas alam. Gas prophane setelah dipakai untuk
pendinginan dikompresikan oleh Prophane Recycle Compresor 4K-1 untuk menaikkan
tekanannya, kemudian didinginkan oleh air laut, dan selanjutnya dicairkan dengan cara
penurunan tekanan. Demikian siklus pendingin propane diperoleh.
Siklus Pendingin MCR
Cairan MCR berubah fase menjadi gas MCR dengan kenaikan temperatur karena dipakai
pendinginan gas alam pada Main Heat Exchanger 5E-1. Gas MCR tersebut dikompresikan secara
seri oleh MCR First Stage Compresor 4K-2 dan MCR Second Stage Compressor 4K-3 untuk
menaikkan tekanannya. Pendinginan dengan air laut dilakukan pada interstage 4K-2 dan 4K-3
serta pada discharge 4K-3.
Plant 5 - Liquefaction
Pada Plant 5 dilakukan pendinginan dan pencairan gas alam setelah gas alam mengalami
pemurnian dari CO2, pengeringan dari kandungan H2O, pemisahan Hg serta pemisahan dari
fraksi beratnya dan pendinginan bertahap oleh prophane. Gas alam menjadi cair setelah keluar
dari Main Heat Exchanger 5E-1 dan peralatan lainnya selanjutnya ditransfer ke storage tank.
Diagram Alur dari Sebuah Proses Pengolahan Gas Alam
Aliran blok diagram di atas adalah konfigurasi umum untuk pengolahan gas alam mentah
dari non-associated gas well dan bagaimana gas alam mentah diolah menjadi gas jual kepada end
user atau pasar. Hasil pengolahan gas alam mentah dapat berupa :
1. Gas alam kondensat
2. Sulfur
3. Etana
4. Gas alam cair (NGL): propana, butana dan C5 + (istilah yang umum digunakan untuk pentana
ditambah dengan molekul hidrokarbon yang lebih tinggi)
Proses yang dijelaskan pada diagram di atas:
1. Gas alam mentah berasal dari beberapa sumur yang berdekatan, dikumpulkan dan
proses pengolahan pertama yang terjadi adalah proses menghilangkan kandungan air dan gas
alam kondensat. Hasil kondensasi biasanya dialirkan kilang minyak dan air dibuang sebagai
waste water.
2. Gas alam mentah kemudian dialirkan ke pabrik pengolahan di mana pemurnian awal
biasanya menghilangkan kandungan asam (H2S dan CO2). Proses yang dipakai pada umumnya
adalah Amine Treating yang biasa disebut Amine Plant.
3. Proses berikutnya adalah untuk menghilangkan uap air dengan menggunakan proses
penyerapan dalam trietilen glikol cair (TEG).
4. Proses berikutnya adalah untuk mengubah menjadi fase gas alam cair (NGL) yang
merupakan proses paling kompleks dan menggunakan pabrik pengolahan gas modern.

2.2.2 Pengolahan Gas Asam


Gas-gas asam dapat dikurangi atau diambil dengan satu atau beberapa cara
berikut:
1. Absorpsi fisik dengan memakai pelarut absorpsi selektif.
Proses komersial penting yang digunakan adalah proses Selexol, Sulfinol, dan Rectisol.
Pada proses-proses ini, tidak ada reaksi kimia yang terjadi antara gas
asam dan pelarutnya. Pelarutnya, atau absorben, adalah cairan yang selektif menyerap gas-gas
asam tetapi membiarkan hidrokarbonnya. Sebagai contoh, pada
proses Selexol, pelarutnya adalah dimetil eter dari polietilena glikol. Gas alam mentah
dilewatkan berlawanan arah melalui pelarut yang mengalir ke bawah. Ketika pelarut menjadi
jenuh dengan gas-gas asam, tekanannya diturunkan, sehingga hidrogen sulfida dan karbon
dioksida dilepaskan kembali. Pelarutnya kemudian didaur ulang ke menara absorpsi.

Gambar memperlihatkan proses Selexol


Proses Selexol untuk pengambilan gas asam: (1) absorber, (2) drum
flash, (3) kompresor, (4) drum tekanan-rendah, (5) stripper, (6) pendingin.
2. Adsorpsi fisik dengan memakai adsorben padat.
Pada proses ini, suatu padatan digunakan dengan luas permukaan besar.
Saringan molekular (zeolita) banyak dipakai karena bisa menyerap sejumlah besar
gas. Biasanya, lebih dari satu unggun adsorpsi dipakai untuk operasi sinambung. Satu unggun
digunakan sedangkan yang lainnya diregenerasi. Regenerasi dilakukan dengan melewatkan
bahan bakar panas melewati unggun.
Saringan molekular hanya bisa bersaing jika jumlah hidrogen sulfida dan karbon
disulfidanya rendah. Saringan molekular juga bisa menyerap air, bukan hanya gas asam.
3. Absorpsi kimia (Chemisorption) dengan memakai pelarut (suatu bahan kimia) yang
bisa bereaksi reversibel dengan gas-gas asam.
Proses ini dikenal akan kemampuannya yang tinggi dalam menyerap sejumlah besar gas-
gas asam. Proses ini memakai larutan basa yang relatif lemah, seperti monoetanolamina. Gas
asam akan membentuk ikatan lemah dengan basa ini yang kemudian bisa mudah diregenerasi.
Mono- dan dietanolamina sering digunakan pada proses ini. Konsentrasi amina biasanya pada
rentang 15 dan 30%. Gas alam dilewatkan melalui larutan amina sehingga membentuk sulfida,
karbonat, dan bikarbonat. Dietanolamina adalah pelarut yang lebih disukai karena laju karatnya
rendah, kemungkinan hilangnya amina lebih kecil, memerlukan utilitas lebih sedikit, dan
memerlukan dietanolamina tambahan yang minimal.4 Dietanolamina juga bereaksi reversibel
dengan 75% karbonil sulfida (COS), sedangkan mono- bereaksi irreversibel dengan 95% COS
serta membentuk produk penguraian yang mesti dibuang. Diglikolamina (DGA), adalah pelarut
amina lain yang digunakan dalam proses Econamina (Gbr. 1-2).4 Absorpsi gas-gas asam terjadi
dalam absorber yang berisi larutan DGA aqueous, dan larutan panas yang kaya (jenuh dengan
gas asam) dipompakan ke regenerator. Larutan diglikolamina memiliki titik beku yang rendah,
sehingga cocok untuk digunakan di daerah beriklim dingin. Larutan basa kuat merupakan pelarut
gas-gas asam yang efektif. Namun, larutan ini biasanya tidak dipakai untuk pengolahan gas alam
volume besar karena gas-gas asam ini membentuk garam stabil, yang tidak gampang
diregenerasi. Sebagai contoh, karbon dioksida dan hidrogen sulfida bereaksi dengan larutan
natrium hidroksida aqueous menghasilkan natrium karbonat dan natrium sulfida.
Namun, larutan basa kuat bisa digunakan untuk mengambil merkaptan dari
aliran gas dan cairan. Sebagai contoh, pada Proses Merox, pelarut kaustik yang mengandung
katalis seperti kobalt, yang dapat merubah merkaptan menjadi disulfida yang tak terlarut dalam
kaustik, dipakai untuk aliran yang kaya merkaptan setelah pengambilan H2S. Udara dipakai
untuk mengoksidasi merkaptan menjadi disulfida. Larutan kaustik kemudian didaur-ulang untuk
regenerasi.

2.3 Produk Gas Alam


1. LNG (Liquefied Natural Gas)
LNG atau gas alam adalah gas hasil ekstraksi yang telah dipisahkan dari kandungan
metananya, komponen utamanya yaitu metana (CH4).

2. LPG (Liquefied Petrolium Gas)


LPG (Liquefied Petrolium Gas) atau gas minyak bumi yang dicairkan adalah campuran
dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam, komponen utamanya yaitu propana
(C3H8) dan butana (C4H10).

3. Dan lain sebagainya seperti: CNG, HSD, MFO, IFO


CNG (Compressed Natural Gas) atau gas alam terkompresi adalah alternatif bahan bakar
selain bensin atau solar, komponen utamanya yaitu metana (CH4).

2.4 Peyimpanan dan Transportasi Gas Alam


Pada dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi:
1. Transportasi melalui pipa salur.
2. Transportasi dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas) dengan kapal tanker LNG untuk
pengangkutan jarak jauh.
3. Transportasi dalam bentuk CNG (Compressed Natural Gas), di daratan dengan road tanker
sedangkan di laut dengan kapal tanker CNG, untuk pengangkutan jarak dekat dan menengah
(antar pulau).

2.5 Pemanfaatan Gas Alam


2.5.1 Sebagai bahan bakar, antara lain:
1. Bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas atauUap (PLTU).
2. Bahan bakar industri ringan, menengah dan berat.
3. Bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV).
4. Sebagai kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran dan sebagainya.
2.5.2 Sebagai bahan baku, antara lain;
1. bahan baku pabrik pupuk petrokimia dan metanol.
2. bahan baku plastik (LDPE, LLDPE, HDPE, PE, PVC)
3. industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan
2.5.3 Sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG).

2.6 Jenis Sumur Gas Alam


Gas alam mentah terutama berasal dari salah satu dari tiga jenis sumur:
1. Sumur minyak mentah;
2. Sumur gas;
3. Sumur kondensat.
Gas alam yang keluar dari sumur minyak mentah biasanya disebut associated gas. Gas ini
ada sebagai gas di atas minyak mentah yang terbentuk didalam tanah, atau bisa saja larut dalam
minyak mentah. Gas alam yang keluar dari sumur gas dan sumur kondensat, di mana ada sedikit
atau bahkan tidak ada kandungan minyak mentah disebut non-associated gas. Sumur gas
biasanya hanya memproduksi gas alam mentah, sedangkan sumur kondensat menghasilkan gas
alam mentah bersama dengan hidrokarbon berat molekul rendah. Gas ini pada fase cair pada
kondisi ambien contoh pentana disebut sebagai gas alam kondensat (kadang-kadang juga disebut
bensin alami atau hanya kondensat). Gas alam bisa disebut sweet gas ketika relatif bebas dari
hidrogen sulfida, namun gas yang mengandung hidrogen sulfida disebut sour gas.
Gas alam mentah juga dapat berasal dari cadangan metana dalam pori-pori
lapisan batubara, dan terutama teradsorpsi ke permukaan batubara itu sendiri. Gas tersebut
disebut sebagai coalbed gas atau coalbed methane. Coalbed gas telah menjadi sumber energi
penting di akhir akhir ini.

2.7 Kontaminan dalam Gas Alam Mentah


Gas alam mentah utamanya terdiri dari metana (CH4), molekul hidrokarbon terpendek
dan paling ringan juga sejumlah:
1. Gas hidrokarbon yang lebih berat: etana (C2H6), propana (C3H8), butana normal (n-
C4H10), isobutana (i-C4H10), pentana dan bahkan hidrokarbon dengan berat molekul yang lebih
tinggi. Ketika diproses dan dimurnikan menjadi produk jadi, semua ini secara kolektif disebut
sebagai NGL (Cairan Gas Alam).
2. Gas asam: karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), methanethiol (CH3SH) dan
ethanethiol (C2H5SH).
3. Gas lain: nitrogen (N2) dan helium (He).
4. Uap air. Juga sebagai larutan garam dan gas terlarut (asam). Gas alam mentah harus
dimurnikan untuk memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan pipa transmisi
utama dan distribusi . Standar kualitas bervariasi dari pipa ke pipa dan biasanya tergantung dari
desain sistem pipa dan pangsa pasar yang dilayaninya.

2.8 Sifat-Sifat Gas Alam


Gas alam yang diolah terutama mengandung metana; sifat keduanya (gas alam dan
metana) hampir serupa. Namun, gas alam bukanlah metana murni, dan sifatnya terpengaruh oleh
adanya zat pengotor, seperti N2 dan CO2 dan sejumlah kecil hidrokarbon lebih berat yang tak
terpisahkan. Salah satu sifat penting gas alam adalah nilai panasnya. Jumlah nitrogen atau karbon
dioksida yang relatif lebih tinggi akan menurunkan nilai panas gas tersebut. Metana murni
memiliki nilai panas 1.671 kJ/m3. Nilai ini turun menjadi hampir 1.490 kJ/m3 jika gas
mengandung sekitar 10% N2 dan CO2. (Nilai panas nitrogen atau karbon dioksida adalah nol.)
Pada sisi lain, nilai panas gas alam bisa melebihi metana karena adanya hidrokarbon berberat
molekul lebih tinggi, yang memiliki nilai panas lebih tinggi. Sebagai contoh, nilai panas etana
adalah 2.981 kJ/m3, bandingkan dengan 1.671 kJ/m3 untuk metana. Nilai panas hidrokarbon yang
biasanya terkandung dalam gas alam ditunjukkan pada Tabel 1-4.
Gas alam biasa dijual sesuai dengan nilai panasnya. Nilai panas satu produk gas
merupakan fungsi dari zat yang ada dalam campuran tersebut. Pada perdagangan gas alam, nilai
panas satu juta BTU (1,055 juta kJ) hampir sama dengan 1.000 ft3 (28,3 m3) gas alam.

Anda mungkin juga menyukai