Anda di halaman 1dari 4

Gas Alam Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan

bakar
fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH4). Ia dapat ditemukan di ladang
minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana
diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari
fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat
pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.

saat ini cadangan gas alam yang dimiliki Indonesia diperkirakan sebesar 134,0 triliun kaki
kubik (TCF) yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Natuna, Sulawesi Selatan, dan
Papua. Meski cadangan sangat besar, kemampuan untuk memproduksi gas tersebut masih
sangat terbatas sehingga Indonesia setiap tahun hanya memproduksi gas sekitar 3 TCF.
Poduksi gas alam tercatat sebesar 8,6 miliar kaki kubik per hari, dimana 6,6 miliar kaki kubik
dari produksi tersebut digunakan untuk ekspor dan sisanya sebesar 2,0 miliar kaki kubik
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yaitu untuk keperluan fertilizers, refinery,
petrochemicals, LPG domestik, PGN, PLN, dan industri lainnya. Penerimaan negara dari gas
alam rata-rata sebesar 10% dari total penerimaan negara, dan 80% dari jumlah tersebut
berasal dari ekspor. Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CHsub>4), yang
merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung
molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan
butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang).

LNG (Liquefied natural gas)

Gas alam cair (LNG) adalah gas alam yang telah diproses untuk menghilangkan
ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian dikondensasi menjadi cairan pada
tekanan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -162 C. Untuk mendinginkan ini
diperlukan energi, yang biasanya diwujudkan oleh alat yang disebut refrigerator.

Perubahan wujud juga dapat dilakukan dengan meningkatkan tekanan gas metana (menjadi
LNG) dan gas propana (menjadi LPG). Pada temperatur kamar (25 C) metana akan mulai
mencair pada 6.64 bar atau 92.78 psia sementara propana mulai mencair pada 6.31 bar.
LNG memiliki isi sekitar 1/600 dari gas alam pada suhu dan tekanan standar, membuatnya
lebih hemat untuk transportasi jarak jauh.

LNG memiliki kepadatan energi yang sebanding dengan bahan bakar petrol dan diesel.
Pembakaran satu meter kubik gas alam komersial menghasilkan 38 MJ (10.6 kWh). LNG
menghasilkan polusi yang lebih sedikit, tetapi biaya produksi yang relatif tinggi dan
kebutuhan penyimpanannya yang menggunakan tangki cryogenic yang mahal telah
mencegah penggunaannya dalam aplikasi komersial.
Kepadatan LNG kira-kira 0,41-0,5 kg/L, tergantung suhu, tekanan, dan komposisi. Sebagai
perbandingan, air memiliki kepadatan 1,0 kg/L.

Kondisi yang dibutuhkan untuk memadatkan gas alam bergantung dari komposisi dari gas
itu sendiri, pasar yang akan menerima serta proses yang digunakan, namun umumnya
menggunakan suhu sekitar 120 dan -170 C (methana murni menjadi cair pada suhu -161.6
C) dengan tekanan antara 101 dan 6000 [kilopascal|kPa] (14.7 dan 870 lbf/in). Gas alam
bertekanan tinggi yang telah didapat kemudian diturunkan tekanannya untuk penyimpanan
dan pengiriman.

LPG (Liquefied Petroleum Gas)

LPG (harafiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan
suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana
(C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana
(C2H6) dan pentana (C5H12).

Istilah LPG dan LNG adalah pengistilahan umum untuk gas yang di cairkan baik oleh manusia
atau karena keadaan alam. LPG merupakan gas petrol hasil olahan minyak bumi yang
dicairkan dengan komponen utama propana dan butana, sedangkan LNG adalah gas cair
dengan komponen utama metana. Titik didih LPG pada tekanan atmosfer adalah -42 C. Titik
didih metana, propana dan butana berada di bawah nol derajat karena pada kondisi
ruangan dalam fasa gas. Jadi ketika perpindahan ke fasa cair (titik embun = titik didih)
berlangsung di bawah temperatur kamar.

Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair lebih
kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan
dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan
terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji
tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas
bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan
temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1. Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan
tekanan uap-nya, juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh,
dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 C (68 F) agar
mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55 C (131 F). Menurut
spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propana dan elpiji
butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam keputusan Direktur Jendral
Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah
elpiji campuran. Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:
1. Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar.

2. Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat.

3. Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder.

4. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.

5. Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang
rendah.

NGH (natural gas hydrate)

NGH (natural gas hydrate) adalah kristal es yang terbentuk dimana lapisan es menutupi
molekul gas yang terjebak didalamnya. NGH stabil pada tekanan tinggi dan suhu rendah,
dan terjadi secara alami di dasar laut yang bertekanan tinggi dan bersuhu rendah pada
kedalaman 150-2000 meter dibawah permukaan air laut. Eksplorasi NGH dari dasar laut
masih memerlukan 30-40 tahun untuk menjadi ekonomis, yaitu pada saat cadangan energi
fosil telah habis. NGH juga terjadi sebagai problem pada pipa saluran gas alam bertekanan
tinggi didaerah yang dingin. Terbentuknya NGH dapat menghambat aliran gas pada pipa.
Pada saat ini penelitian NGH banyak dilakukan sebagai alternatif sistem pengangkutan dan
penyimpanan gas alam, yang selama ini didominasi oleh sistem pemipaan dan gas alam cair
(liquefied natural gas, LNG).

Dalam sistem gas alam padat, NGH diproduksi dari percampuran gas alam dengan air untuk
membentuk kristal es. Gas alam padat terjadi ketika beberapa partikel kecil dari gas seperti
metana, etana, dan propana, menstabilkan ikatan hidrogen dengan air untuk membentuk
struktur sangkar 3 dimensi dengan molekul gas alam terjebak dalam sangkar tersebut.
Sebuah sangkar terbuat dari beberapa molekul air yang terikat oleh ikatan hidrogen. Tipe ini
dikenal dengan nama clathrates. Gas alam padat diperkirakan akan menjadi media baru
untuk penyimpanan dan transportasi gas, sebab memiliki stabilitas yang tinggi pada suhu
dibawah 0 oC pada tekanan atmosfer. Kestabilan tersebut disebabkan lapisen es yang
terjadi pada saat hidrat terurai (terdisosiasi), lapisan es tersebut menutupi hidrat dan
mencegah penguraian lebih lanjut. NGH lebih padat dari gas alam, 1 meter kubik NGH setara
dengan 170 m3 dari gas alam pada tekaan 1 atm, pada suhu 25 oC.

Sistem gas alam padat meliputi 3 step yaitu, produksi, transportasi dan gasifikasi ulang.

Investasi yang digunakan untuk membangun sistem gas alam padat jauh lebih murah dari

pada gas alam cair. Dengan sistem gas alam padat, ladang-ladang minyak dengan kapasitas
kecil yang tidak memungkinkan diekploitasi dengan sistem gas alam cair dapat

dimanfaatkan.

Anda mungkin juga menyukai