Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya dan nikmat kesehatan yang tiada hentinya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Refreshing yang berjudul Glaukoma
Referat ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan sekaligus
memenuhi tugas kepaniteraan dokter muda Stase Mata Rumah Sakit Umum Daerah
Banjar. Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Mega Prayoga, Sp.M
2. Orang tua yang selalu mendukung baik secara moril dan materi dan selalu
mendoakan keberhasilan penyusun
3. Teman-teman sejawat atas dukungan dan kerjasamanya
Semoga dengan adanya Referat ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
penyusun dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya.
Penyusun menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penyusun sangat membutuhkan saran dan kritik untuk lebih baik dimasa
yang akan datang.
Terimakasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Banjar, Juli 2017

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata


relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan
kelainan lapang pandang.1,2,3 Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total
populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia
diatas 50 tahun, tingkat resiko menderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir
separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit
tersebut.4
Pada kebanyakan kasus, peningkatan tekanan di dalam bola mata menjadi
faktor resiko terpenting sebagai penyebab glaukoma. Bila tekanan tersebut melampaui
batas toleransi ketahanan sel-sel syaraf optik maka sel-sel tersebut akan mati dan
berakibat hilangnya sebagian atau keseluruhan penglihatan.3
Glaukoma tidak hanya disebabkan oleh tekanan yang tinggi di dalam mata.
Sembilan puluh persen (90%) penderita dengan tekanan yang tinggi tidak menderita
glaukoma, sedangkan sepertiga dari penderita glaukoma memiliki tekanan normal
Mengingat fatalnya akibat penyakit glaukoma terhadap penglihatan, deteksi dini
glaukoma untuk mencegah kerusakan saraf mata lebih lanjut menjadi sangat penting.2
Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversibel/menetap tidak seperti kebutaan
karena katarak yang dapat diatasi setelah dilakukan operasi pengambilan lensa
katarak. Jadi usaha pencegahan kebutaan pada glaukoma bersifat
prevensi/pencegahan kebutaan dengan jalan menemukan dan mengobati/ menangani
penderita sedini mungkin. Sayangnya tidak mudah untuk menemukan glaukoma
dalam stadium awal karena sebagian besar kasus glaukoma awal tidak memberikan
gejala yang berarti bahkan asimptomatik, kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa
rasa tidak enak di mata, pegal-pegal di mata atau sakit kepala separoh yang ringan.
Gejala-gejala tersebut tidak menyebabkan penderita memeriksakan ke dokter atau
paramedis. Disamping ketidaktahuan penderita tentang penyakitnya maka peranan
tenaga medis dalam mendiagnosis glaukoma awal juga perlu mendapat perhatian,
sehingga dapat menemukan glaukoma dalam stadium dini.1,2

2
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI


Aqueous humor adalah dari cairan jernih yang mengisi
bilik mata depan dan bilik mata belakang. Volumenya adalah
sekitar 250 l dan kecepatan produksinya adalah 2,5 l/menit,
dimana kecepatan produksi ini dapat bervariasi berdasarkan
variasi diurnal yaitu biasanya tekanan bola mata tinggi pada
pagi hari.5 Komposisi aqueous humor sama dengan komposisi
plasma kecuali lebih tingginya konsentrasi askorbat, piruvat,
dan laktat, sedangkan konsentrasi protein, urea, dan glukosa
lebih rendah dari plasma. Tekanan osmotiknya pun sedikit lebih
tinggi dari plasma darah. Struktur dasar mata yang
berhubungan dengan aqueous humor adalah korpus siliaris,
sudut kamera okuli anterior, dan sistem aliran aqueous humor.
Sistem aliran aqueous humor melibatkan trabecular meshwork,
kanalis Schlemm, dan saluran kolektor. 5,6

1) Korpus siliaris
Berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor. Terdiri
dari dua bagian, yaitu anterior: pars plicata, dan posterior :
pars plana. Korpus siliaris tersusun dari 2 lapisan epitel
siliaris, yaitu non pigmented cliary epithelium (NPE) dan
pigmented ciliary epithelium (PE). Aqueous humor
disekresikan secara aktif oleh epitel yang tidak berpigmen,
sebagai hasil proses metabolik yang tergantung pada
beberapa enzim, terutama pompa Na+/K+ - ATPase.5
2) Sudut kamera okuli anterior
Dibentuk oleh akar iris, bagian paling anterior korpus
siliaris, sklera spur, trabecular meshwork, dan garis Schwalbe
(bagian akhir dari membran descement kornea).
3) Sistem aliran aqueous humor

3
Melibatkan trabecular meshwork, kanalis Schlemm, dan
saluran kolektor, vena aqueous, dan vena episklera.5
a Trabecular meshwork
Suatu struktur mirip saringan yang dilalui aqueous
humor, dimana 90% aqueous humor mengalir melalui
bagian ini. Terdiri dari 3 bagian, yaitu:
Uvea meshwork
Bagian paling dalam dari trabecular meshwork,
memanjang dari akar iris dan badan siliar ke arah
garis Schwalbe. Susunan anyaman trabekular uvea
memiliki lubang sekitar 25 - 75. Ruangan
intertrabekular relatif besar dan memberikan sedikit
tahanan pada jalur aliran aqueous humor.
Corneoscleral meshwork
Membentuk bagian tengah terbesar dari trabecular
meshwork, berasal dari ujung sklera sampai garis
Schwalbe. Terdiri dari kepingan trabekula yang
berlubang elips yang lebih kecil dari uveal meshwork
(5 - 50).
Juxtacanalicular meshwork
Membentuk bagian paling luar dari trabecular
meshwork yang menghubungkan corneoscleral
meshwork dengan endotel dari dinding bagian dalam
kanalis Schlemm. Bagian trabecular meshwork ini
berperan besar pada tahanan normal aliran aqueous
humor.
b Kanalis Schlemm
Merupakan saluran pada perilimbal sklera. Dinding bagian
dalam dari kanalis. Schlemm dibatasi oleh sel endotel
yang ireguler, yang memiliki vakuola yang besar. Dinding
terluar dari kanal dibatasi oleh sel rata yang halus dan
mencakup pembukaan saluran kolektor yang
meninggalkan kanalis Schlemm pada sudut miring dan

4
berhubungan secara langsung atau tidak langsung
dengan vena episklera.5
c Saluran kolektor
Disebut juga pembuluh aqueous intrasklera, berjumlah
25-35, dan meninggalkan kanalis Schlemm pada sudut
lingkaran ke arah tepi ke dalam vena episklera.5
Pembentukan dan Aliran Humor Aqueus
Humor Aqueus diproduksi oleh corpus siliare. Ultrafiltrat
plasma yang dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh
fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk
kekamera posterior Humor Aqueus mengalir melalui pupil ke kamera
anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama
periode ini, terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen dengan
darah di iris. 6
Aliran Keluar Humor Aqueus
Aqueous humor mengalir dari kamera okuli posterior melalui pupil ke
kamera okuli anterior, keluar ke aliran sistemik melalui 2 rute berbeda, yaitu5:
1. Trabecular outflow (pressure dependent outflow)
Merupakan aliran utama aqueous humor dari sudut kamera okuli anterior.
Sekitar 90% aqueous humor total dialirkan melalui jalur ini. Aqueous
humor dialirkan dari sudut kamera okuli anterior ke trabecular meshwork
kemudian ke kanalis Schlemm menuju ke vena episklera. Jaringan
trabekular dibentuk oleh beberapa lapisan. Masing-masing lapisan
memiliki inti jaringan ikat berkolagen, yang dilapisi oleh jaringan endotel.
Aliran aqueous humor yang melewati jaringan trabekular merupakan
tempat aliran yang bergantung pada tekanan. Jaringan trabekular berfungsi
sebagai katup satu arah yang melewatkan aqueous humor meninggalkan
mata tetapi membatasi aliran dari arah lain tanpa menggunakan energi.
Selanjutnya, ruangan intertrabekular berhubungan secara langsung dengan
kanalis Schlemm, yang mengalirkan aqueous humor ke bagian tersebut.
Suatu sistem yang kompleks menghubungkan kanalis Schlemm dengan
vena episklera, yang kemudian dialirkan ke vena siliaris anterior dan vena
ophtalmica superior, yang selanjutnya diteruskan ke sinus kavernosus.5

5
Gambar 2.1 Aliran Aquos Humor
2. Uveoscleral outflow (pressure independent outflow)
Sekitar 5-15% aliran keluar aqueous humor melalui jalur ini. Pada
mekanisme aliran ini, aqueous humor mengalir dari sudut kamera okuli
anterior menuju ke otot siliar, dan kemudian ke rongga suprasiliar dan
suprakhoroidal. Cairan ini kemudian meninggalkan mata melalui sklera
atau mengikuti saraf dan pembuluh darah yang ada.

Gambar 2.2 Aliran Aquos Humor


Fungsi humor akuous :
1. Sebagai media refrakta
2. Integritas struktur
3. Sumber nutrisi
4. Memelihara regularitas tekanan intraokuler

6
Aqueous humor berfungsi memberikan nutrisi (berupa glukosa dan
asam amino) kepada jaringan-jaringan mata di segmen anterior, seperti lensa,
kornea dan trabecular meshwork. Selain itu, zat sisa metabolisme (seperti
asam piruvat dan asam laktat) juga dibuang dari jaringan-jaringan tersebut.
Fungsi yang tidak kalah penting adalah menjaga kestabilan tekanan intraokuli,
yang penting untuk menjaga integritas struktur mata. Aqueous humor juga
menjadi media transmisi cahaya ke jaras penglihatan. Bila pengaliran dan
penyerapan humor aqueos ini tidak lancar, karena hambatan/penyempitan
salurannya, maka terjadi akumulasi cairan didalam bola mata, tekanan bola
mata meninggi dan menekan syaraf optik. Kerusakan lapang pandang terjadi
sesuai dengan tinggi dan lamanya penekanan.5
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah
gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut
kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus
ke sistem drainase (gaukoma sudut tertutup). Penurunan pembentukan humor
akueus adalah suatu metode untuk menurunkan tekanan intraokular pada
semua bentuk glaukoma.

Tekanan Intraokular (TIO)


Faktor yang banyak mengatur tekanan intraokular
adalah keseimbangan dinamis antara produksi aqueous
humor oleh korpus siliaris dan pengeluarannya melalui kanalis
Schlemm. Sehingga perubahan berkepanjangan dari tekanan
intraokular dapat disebabkan oleh 3 faktor utama, yaitu5:
1. Peningkatan pembentukan aqueous humor
2. Peningkatan resistensi aliran keluar aqueous humor
3. Peningkatan vena episklera

3.2 DEFINISI
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang.1

7
Makin tinggi tekanan bola mata makin cepat terjadi kerusakan pada
serabut retina saraf optik. Pada orang tertentu dengan tekanan bola mata rendah
telah memberikan kerusakan pada serabut saraf optik (low tension glaucoma
glaukoma tekanan rendah). Tekanan bola mata pada glaukoma tidak
berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan bola mata yang tinggi akan
mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina sehingga mengganggu
metabolisme retina, yang kemudian di susul dengan kematian saraf mata. Pada
kerusakan serat saraf retina akan mengakibatkan gangguan pada fungsi retina.
Bila proses berjalan terus, maka lama-kelamaan penderita akan buta total. 2

3.3 ETIOLOGI
Penyakit dengan peninggian tekanan intra okular ini, disebabkan. 1, 3:
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil (glaukoma hambatan pupil).
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan
terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta
degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan. Ekskavasi
glaukomatosa, penggaungan atau ceruk papil saraf optik akibat glaukoma pada
saraf optik. Luas atau dalamnya ceruk ini pada glaukoma kongenital dipakai
sebagai indikator progresivitas glaukoma.1
Faktor Risiko glaukoma3 :
Tekanan bola mata tinggi
Usia lebih dari 40 tahun
Rabun dekat yang ekstrim
Tekanan darah tinggi
Kencing manis/ diabetes melitus
Cedera mata sebelumnya

3.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma adalah sebagai berikut:
1. Glaukoma primer.

8
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan
kelainan yang merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan
pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma seperti1:
Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau
susunan anatimis bilik mata yang menyempit.
Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata
depan (goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, irisdogenesis dan
korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis
dan goniodisgenesis.
Glaukoma bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut
bilik mata terbuka ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk
pelaksanaan dan penelitian.
Glaukoma sudut primer dibagi menjadi dua, yaitu :
A. Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis)
Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma yang penyebabnya
tidak ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Gambaran klinik: Berjalan perlahan dan lambat dan sering tidak disadari
oleh penderitanya

Gambar 2.3 Glaukoma Sudut Terbuka

B. Glaukoma primer sudut tertutup (sempit)


Glaukoma sudut tertutup adalah glaukoma primer yang ditandai
dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, bersifat bilateral dan
herediter. Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal
berbahaya memakai obat antihistamin dan antispasme .
Pembagian Glaukoma sudut tertutup:

9
a. Akut
Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan
sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat pergeseran
diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen
posterior mata.
b. Subakut
Ciri-ciri klinis:
- Nyeri unilateral berulang
- Kemerahan
c. Kronik
Ciri-ciri klinis:
- Peningkatan tekanan intraokular
- Sinakia anterior perifer meluas
d. Iris plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai kedalaman
kamera anterior sentral normal tetapi sudut kamera anterior sangat
sempit karena insersi iris secara kongenital terlalu tinggi.

Gambar 2.4 Glaukoma Sudut Tertutup

2. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital, khususnya sebagai glaukoma infantil
(buftalmos), adalah glaukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan
mata oleh jaringan sudut bilik mata yang terjadi oleh adanya kelainan
kongenital. Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital yang
menutupi sudut bilik mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan

10
pembentukan kanal schlemm dan saluran keluar cairan mata yang tidak
sempurna terbentuk. 2, 3

Gambar 2.5 Glaukoma Kongenital

3. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab
yang menimbulkannya. Kelainan mata lain dapat menimbulkan meningkatnya
tekanan bola mata. Glaukoma timbul akibat kelainan di dalam bola mata, yang
dapat disebabkan:
Kelainan lensa, katarak imatur, hipermatur dan dislokasi lensa.
Kelainan uvea, uveitis anterior.
Trauma, hifema dan inkarserasi iris.
Pascabedah,blokade pupil, goniosinekia. 2, 3

Gambar 2.6 Glaukoma Sekunder

4. Glaukoma Absolute

11
Glaukoma absolute merupakan stadium akhir glaukoma, dimana sudah
terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi
lanjut. Pada glaukoma absolute,kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil
atrofi dengan eksvakasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan
rasa sakit. Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada
iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik. 1 ,2

3.5 PATOFISIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal
iris. Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik
mata. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal
Schlemm, biji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat
garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran desemet,
kanal schlemn yang menampung cairan mata kesalurannya.

Gambar 2.7 Hambatan pada aliran aquos humor

Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera


kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360
derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot
siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.

12
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan
(akueus humor) bola mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada
jaringan trabekular meshwork. Akueus humor yang dihasilkan badan siliar
masuk ke bilik mata belakang, kemudian melalui pupil menuju ke bilik mata
depan dan terus ke sudut bilik mata depan, tepatnya ke jaringan trabekulum,
mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada
glaukoma kronik sudut terbuka, hambatannya terletak pada jaringan trabekulum
maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga
tekanan bola mata meninggi. Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris
perifer menutup sudut bilik depan, hingga jaringan trabekulum tidak dapat
dicapai oleh akueus.

Bagan 2.8 Patofisiologi Glaukoma

3.6 GEJALA KLINIS


Gejala glaukoma umumnya agak sulit diketahui, karena sering tidak
disadari oleh penderitanya atau dianggap sebagai tanda dari penyakit lain
sehingga kebanyakan penderita datang ke dokter mata dalam keadaan yang
lanjut dan bahkan sudah buta. Selain itu, hal ini diperparah oleh minimnya
pengetahuan penderita dan keluarganya terhadap penyakit glaukoma.
1. Pada jenis glaukoma akut, penderita akan mengalami nyeri yang sangat
hebat pada mata, sakit kepala, hingga mual muntah. Penglihatan dirasakan

13
menurun drastis dan mata terlihat merah. Keadaan ini disebut glaukoma
akut yang terjadi akibat peningkatan TIO yang mendadak.
2. Pada jenis glaukoma kronik penderita jarang mengeluhkan mata, karena
umumnya peningkatan tekanan yang terjadi telah berlangsung lama dan

mata penderita telah beradaptasi. Keadaan ini sangat berbahaya, penyakit


berjalan terus sedangkan penderita tidak menyadarinya.2 Sakit kepala
ringan. Hilang penglihatan berangsur-angsur, yamg diawali dengan
penyempitan lapang pandang tepi, Pada akhirnya akan terjadi
penyempitan lapang pandang yang menyebabkan penderita sulit melihat
benda-benda yang terletak di sisi lain ketika penderita melihat lurus ke
depan (disebut penglihatan terowongan). Penglihatan menjadi kabur atau
berkabut, halo.

Gambar 2.9 Pengelihatan pada Pasien Glaukoma

3. Pada Glaukoma Kongenital :



Bola mata membesar

Edema atau kornea keruh akibat ensotel kornea sobek

Bayi tidak tahan sinar matahari

Mata berair

Silau

Menjauhi sinar dengan menyembunyikan mata.4

3.7 DIAGNOSIS
Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala tergantung pada
jenis glaukoma tersebut. Penderita sering ditemukan mengalami mual, muntah,

14
sakit hebat di mata dan di kepala, perasaan mual dengan muntah, dan
bradikardia.
Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain:
1. Bradikardia akibat refleks okulo kardiak
2. Mual dan muntah yang kadang-kadang akibat rasa sakit yang berat terdapat
gejala gastrointestinal
3. Sakit hebat di mata dan di kepala karena iris bengkak dan meradang, papil
saraf optik hiperemis
4. Bilik mata depan di dalamnya normal akibat terjadinya pengecilan lensa pada
katarak hipermatur
5. Kelopak mata edem dengan blefarospasme, terlihat injeksi siliar yang berat,
kornea juga terlihat keruh dan pada dataran belakangnya menempel lensa yang
luksasi. 3

Glaukoma akan memperlihatkan gejala:


1. Tekanan bola mata yang tidak normal.
2. Rusaknya jala.
3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat
berakhir dengan kebutaan. 3

3.8 TES DIAGNOSIS


Sebelum melakukan penanganan lanjut hendaknya dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu sesuai dengan gejala yang ada pada penderita:
1. Tonometri Palpasi
Adalah pemeriksaan umtuk menentukan tekanan bola mata dengan
cepat, yaitu dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa alat khusus
(tonometer). Dengan menekan bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan
besarnya tekanan didalam bola mata. Penilaian dilakukan dengan pengalaman
sebelumnya yang dapat menyatakan tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1,
N-2, N-3 yang menyatakan tekanan mata lebih tinggi atau lebih rendah
daripada normal.
2. Tonometer Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan
permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya.

15
Pada tonometer Schiotz bila tekanan rendah atau bolamata empuk maka beban
akan dapat mengidentasi lebih dalam dibanding bila tekanan bola mata tinggi
atau bola mata keras. Bila tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya
glaukoma, bila tekanan lebih dari pada 25 mmHg pasien menserita glaukoma

Gambar 2.10 Tonometer Schiotz

3. Oftalmoskopi
Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina. Dengan oftalmoskop
dapat dilihat saraf optik didalam mata dan akan dapat ditentukan apakah
tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik.

16
Gambar 2.11 Saraf optik pada glaukoma
4. Tonografi
Tonografi bertujuan untuk mengukur daya kemampuan pengaliran
aquous humor atau daya pengosongan cairan mata pada sudut bilik mata.
Dengan mempergunakan tonometer Schiotz elektrik dihubungkan dengan alat
pencatat untuk mengetahui hasil tekanan yang menurunkan tekanan bola mata
bila diberi tekanan berkesinambungan. Pencatatan pada kertas yang
berkesinambunganm akan memberikan gambaran tonogram.

5. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata
dengan goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung
keadaan patologik sudut mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada
sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan
klasifikasi glaukoma penderita dan malahan dapat menerangkan penyebab
suatu glaukoma sekunder.

6. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Perimetri)


Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer dan melihat
kemampuan penglihatan daerah yang sama dan dengan demikian dapat
dilakukan pemeriksaan defek lapangan pandang.4

17
Gambar 2.12 Perimetri

7. Pachymetry
Adalah suatu tes yang relatif baru digunakan untuk managemen glaucoma.
Pachymetry menentukan ketebalan dari kornea. Setelah mata dibuat mati rasa
dengan obat-obat tetes bius, ujung dari pachymeter disentuhkan dengan ringan
pada permukaan depan mata (kornea). Studi-studi terakhir menunjukkan
bahwa ketebalan kornea pusat dapat mempengaruhi pengukuran tekanan
intraocular. Kornea yang lebih tebal dapat memberikan pembacaan tekanan
mata yang tinggi secara salah dan kornea yang lebih tipis dapat memberikan
pembacaan tekanan yang rendah secara salah. Lebih jauh, kornea-kornea tipis
mungkin adalah suatu faktor risiko tambahan untuk glaucoma.3,7

3.9 TERAPI
Macam terapi yang dapat diberikan kepada pasien glaukoma :
1. Medication / Obat-obatan:
Pemberian obat-obatan baik berupa tetes mata maupun tablet sebagai
tindakan pengobatan awal bertujuan untuk segera menciptakan keadaan
tekanan bola mata yang normal atau cukup rendah untuk memelihara agar
saraf optik tidak tertekan dan dengan demikian akan mencegah semakin
meluasnya kerusakan lapang pandang.

18
2. Laser treatment / Tindakan laser
Laser Trabekuloplasty dan Laser Iridotomi adalah suatu cara untuk
membuat agar pengaliran aqueous humor selalu dalam keadaan lancar
sehingga tekanan bola mata selalu dalam batas yang diinginkan.

3. Surgery / Tindakan pembedahan.


Trabekulectomi atau iridektomi, membuat saluran kecil dari bilik mata
belakang tembus ke bilik mata depan dan kesaluran di sudut bilik mata agar
cairan bola mata dapat mengalir secara lancar.7

Pemberian terapi menurut jenis glaukoma yang diderita :


1. Glaukoma Sudut Terbuka
Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan glaukoma sudut terbuka.
Obat yang pertama diberikan adalah beta bloker (misalnya timolol, betaxolol,
carteolol, levobunolol atau metipranolol), yang kemungkinan akan
mengurangi pembentukan cairan di dalam mata. Juga diberikan pilocarpine
untuk memperkecil pupil dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilik
anterior. Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine
dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi
pembentukan cairan).
Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau efek
sampingnya tidak dapat ditolerir oleh penderita, maka dilakukan pembedahan
untuk meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior.
Digunakan sinar laser untuk membuat lubang di dalam iris atau
dilakukan pembedahan untuk memotong sebagian iris (iridotomi).

2. Glaukoma Sudut Tertutup


Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan
serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase
(misalnya acetazolamide). Tetes mata pilocarpine menyebabkan pupil
mengecil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat.
Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta blocker.
Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan beta blocker serta inhibitor
karbonik anhidrase biasanya terus dilanjutkan.

19
Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol
intravena (melalui pembuluh darah). Terapi laser untuk membuat lubang pada
iris akan membantu mencegah serangan berikutnya dan seringkali bisa
menyembuhkan penyakit secara permanen. Jika glaukoma tidak dapat diatasi
dengan terapi laser, dilakukan pembedahan untuk membuat lubang pada iris.
Jika kedua mata memiliki saluran yang sempit, maka kedua mata diobati
meskipun serangan hanya terjadi pada salah satu mata.

3. Glaukoma Sekunder.
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya.
Jika penyebabnya adala peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk
melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.

4. Glaukoma Kongenital
Untuk mengatasi glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.7

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2013. Ilmu Penyakit Mata ed. 4. Fakultas kedokteran


Universitas Indonesia: Jakarta.
2. Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan dan
mahasiswa kedokteran ed. 2 . Sagung Seto: Jakarta.
3. http://perdami.or.id/new/glaukoma/
4. http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-glaukoma.pdf
5. Rahmawaty R. Aqueous Humor. Medan: Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FK USU; 2009; p.1-17
6. Vaughan D. and Riordan-Eva P. Glaucoma. In: Vaughan D, Asbury T, Riordan-
Eva P, editors. General ophtalmology. 17th edition. USA: Appleton and
Lange; 2007. c.11.
7. Wijaya Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana, cet.6,
Jakarta, Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.

21

Anda mungkin juga menyukai