Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU ANESTESI, PERAWATAN INTENSIF

DAN MANAJEMEN NYERI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN

PEDOMAN PRAKTIS MANAJEMEN KESULITAN JALAN NAPAS



Dewi Siswantini
C 111 09 138

PEMBIMBING:
dr. Adniyaria

SUPERVISOR:
dr. A. Muh. Takdir Musba, Sp.An-KMN
Defenisi
Difficult airway (Kesulitan Jalan Napas):
Menurut ASA adalah adanya faktor-faktor klinis
yang menyulitkan baik ventilasi dengan masker
atau intubasi yang dilakukan oleh dokter yang
berpengalaman dan terampil.
Difficult Ventilation (Kesulitan Ventilasi):
Menurut ASA adalah ketidakmampuan dari ahli
anestesi yang berpengalaman untuk menjaga
SO2 > 90 % saat ventilasi dengan menggunakan
masker wajah dan O2 inspirasi 100%, dengan
ketentuan bahwa tingkat saturasi oksigen pra
ventilasi masih dalam batas normal.
Penilaian Kesulitan Ventilasi: (OBESE)
Over weight (body mass index > 26 kg/m2)
Beard
Elderly (> 55 tahun)
Snoring
Edentulous
Difficult intubation (Kesulitan Intubasi):
Menurut ASA adalah dibutukkannya > 3 kali
usaha intubasi atau usaha intubasi yang
terakhir > 10 menit.

Penilaian Kesulitan Intubasi


Mallampati
Measurement 3-3-2-1 OR 1-2-3-3 Fingers
Movement of the neck
Malformation of the Skull (S), Teeth (T),
Obstruction (O), Pathology (P) STOP
M = Mallampati
Class I = Visualisasi soft palate, fauces, uvula, pilar
anterior dan posterior.
Class II = Visualisasi soft palate, fauces and uvula
Class III = Visualisasi soft palate dan base of the
uvula
Class IV = Semua soft palate tidak terlihat
M = Measurements 3-3-2-1 or 1-2-3-3 Fingers
3 - Fingers Mouth Opening
3 - Fingers Hypomental Distance. 3 Fingers between the tip of the jaw and the
beginning of the neck (under the chin)
2 - Fingers between the thyroid notch and the floor of the mandible (top of the
neck)
1 - Finger Lower Jaw Anterior subluxation

M = Movement of the Neck


Ektensi leher "normal" adalah 35 o (The atlanto-oksipital/ A-O joint).
Keterbatasan ektensi sendi terdapat pada spondylosis, rheumatoid arthritis,
halo-jaket fiksasi, pasien dengan gejala yang menunjukkan kompresi saraf
dengan ekstensi servikal.

Ms =Malformation of the skull, teeth, obstruction, pathology (STOP)


S= Skull (Hydro and Mikrocephalus)
T= Teeth (Buck, protruded, & gigi ompong, makro dan mikro mandibula)
O= Obstruction (obesitas, leher pendek dan bengkak disekitar kepala and
leher)
P= Pathologi (kraniofacial abnormal & Syndromes: Treacher Collins,
Goldenhars, Pierre Robin, Waardenburg syndromes)
Jenis kesulitan Jalan Napas
Kesulitan ventilasi dengan sungkup atau
supraglottic airway (SGA)
Kesulitan pemasangan SGA
Kesulitan dilakukan laringoskopi
Kesulitan intubasi trakea
Kegagalan intubasi
Evaluasi Jalan Napas
Memperoleh riwayat kesulitan jalan napas
Riwayat penyakit (riwayat kesulitan jalan napas) dapat
membantu dalam cara menghadapi kesulitan jalan
nafas.
Pemeriksaan fisik
Ciri-ciri anatomi tertentu (ciri-ciri fisik dari kepala dan
leher) dan kemungkinan dari kesulitan jalan nafas
Evaluasi tambahan
Tes diagnostik tertentu (Radiografi , CT-scan ,
fluoroskopi ) dapat mengidentifikasi berbagai keadaan
yang didapat atau bawaan pada pasien dengan
kesulitan jalan napas
Persiapan Standar pada
Managemen Kesulitan Jalan Napas
(1) Tersedianya peralatan untuk pengelolaan kesulitan jalan
napas
(2) Menginformasikan kepada pasien atau keluarga tentang
adanya atau dugaan kesulitan jalan nafas, prosedur yang
berkaitan dengan pengelolaan kesulitan jalan nafas, dan
risiko khusus yang kemungkinan dapat terjadi
(3) Memastikan bahwa setidaknya ada satu orang tambahan
sebagai asisten dalam manajemen kesulitan jalan nafas,
(4) Melakukan preoksigenasi dengan sungkup wajah sebelum
memulai manajemen kesulitan jalan nafas,
(5) Secara aktif memberikan oksigen tambahan di seluruh
proses manajemen kesulitan jalan nafas.
Strategi Intubasi pada
Kesulitan Jalan Napas
1. Intubasi sadar,
2. Laringoskopi dengan bantuan video,
3. Intubasi stylets atau tube-changer,
4. SGA untuk ventilasi (LMA, laringeal tube)
5. SGA untuk intubasi (ILMA),
6. Laryngoscopic bilah rigid dari berbagai
desain dan ukuran,
7. Intubasi dengan bantuan fiberoptik, dan
8. Stylets menyala atau Ligth Wand.
ALGORITMA KESULITAN JALAN
NAPAS
Menilai kemungkinan dan dampak klinis dari masalah
manajemen dasar:
Kesulitan dengan kerjasama atau persetujuan pasien
Kesulitan ventilasi sungkup
Kesulitan penempatan Supraglottic Airway
Kesulitan laringoskopi
Kesulitan intubasi
Kesulitan akses bedah jalan napas
Secara aktif mengejar peluang untuk memberikan oksigen
tambahan selama proses manajemen kesulitan jalan napas
Mempertimbangkan manfaat relatif dan kelayakan pilihan
manajemen dasar:
Awake intubation vs intubasi setelah induksi anestesi
umum
Teknik non-invasif vs teknik invasif untuk pendekatan awal
untuk intubasi
Video laringoskopi sebagai pendekatan awal untuk intubasi

Menjaga Ventilasi spontan vs ablasi ventilasi spontan


Mengembangkan strategi primer dan alternatif
a) Pilihan lain termasuk: operasi menggunakan masker
wajah atau supraglottic airway (SGA) (Misalnya, LMA,
ILMA, laringeal tube), infiltrasi anestesi lokal atau
blokade saraf regional.
b) Akses jalan napas invasif meliputi bedah atau jalan
napas percutaneous, jet ventilation, dan intubasi
retrograde.
c) Pendekatan alternatif : laringoskopi dengan video,
bilah laringoskop alternatif, SGA (LMA atau ILMA)
sebagai saluran intubasi (dengan atau tanpa
bimbingan serat optik), intubasi dengan serat optik ,
intubasi dengan stylet atau tabung changer, light
wand, dan blind oral or nasal intubation.
d) Pertimbangkan kembali persiapan pasien untuk
intubasi sadar atau membatalkan operasi.
e) Ventilasi jalan nafas non-invasif darurat terdiri dari
SGA.
SGA (supraglottic airway)
Akses Jalan Napas Invasif
Ekstubasi
Manfaat relatif dari ekstubasi sadar dibandingkan ekstubasi
sebelum kembalinya kesadaran.
Dampak klinis yang merugikan pada jalan napas setelah
pasien diekstubasi.
Sebuah rencana pengelolaan jalan nafas yang dapat
diimplementasikan jika pasien tidak mampu mempertahankan
ventilasi yang memadai setelah ekstubasi.
Perangkat yang dapat berfungsi sebagai panduan untuk
mempercepat reintubasi. Jenis perangkat dapat berupa stylet
(Intubasi bougie). Stylets atau intubasi bougies dapat memiliki
lubang yang dapat digunakan untuk menyediakan oksigenasi
dan ventilasi sementara . Tabung biasanya dimasukkan
melalui mulut dan dapat digunakan untuk ventilasi supraglottic
dan intubasi.
Ekstubasi Setengah Sadar
Ekstubasi pada pasien sadar, biasanya
disertai batuk. Reaksi ini meningkatkan
denyut jantung, tekanan intrakranial, tekanan
intraokuli, tekanan vena central, tekanan
arteri. Ini dapat juga menyebabkan luka
operasi terbuka dan berdarah kembali. Pada
pasien asmatik, dapat mencetuskan
terjadinya broncho-spasme.
Ekstubasi mungkin kontra indikasi pada
pasien dengan resiko untuk aspirasi atau pada
orang yang jalan nafasnya sulit untuk
dikontrol setelah ekstubasi.
Ekstubasi Masih Teranestesi Dalam
Beresiko tidak terjaganya (tidak adekuat) jalan
napas atau ventilasi dalam kurun waktu antara
tidak sadar sampai sadar.
Perawatan Lanjut
Mendokumentasikan adanya dan sifat dari
kesulitan jalan napas dalam rekam medis,
Menginformasikan pasien atau orang yang
bertanggung jawab dari kesulitan jalan napas
yang dihadapi,
Mengevaluasi dan mengawasi pasien tentang
kemungkinan komplikasi yang terjadi pada
manajemen kesulitan jalan nafas
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai