Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIOKIMIA DASAR

VITAMIN

SHELDA ISWARA ARFIANTI


J3P115016

PARAMEDIK VETERINER

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat awam yang belum mengerti tentang vitamin sering kali tidak
memperhatikan pola makannya setiap hari bagi mereka yang penting makan.
Mereka tidak menyadari akan bahaya kekurangan serta kelebihan vitamin itu.
Maka vitamin sangat berpengaruh pada kesehatan seseorang karena bila
kekurangan bahkan kelebihan vitamin dampaknya sangat merugikan manusia
itu sendiri.

1.2 Batasan Masalah


Apa saja penggolongan vitamin?
Apa saja segala sesuatu tentang vitamin c?
Apa saja yang terjadi jika kekurangan atau kelebihan vitamin c?

1.3 Tujuan
Mengetahui segala sesuatu tentang vitamin.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Vitamin
Pengertian Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang
sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk
membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin mempunyai peran
sangat penting dalam metabolisme tubuh), karena vitamin tidak dapat dihasilkan
oleh tubuh. Jika manusia, hewan dan ataupun makhluk hidup lain tanpa asupan
vitamin tidak akan dapat melakukan aktivitas hidup dengan baik, kekurangan
vitamin menyebabkan tubuh kita mudah terkena penyakit. Nama Vitamin sendiri
berasal dari gabungan kata bahasa Latin yaitu vita yang artinya hidup dan amina
(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen
(N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa
banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi
enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia
yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan
tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Untuk bisa
mendapatkan asupan vitamin tidaklah sulit, bisa dikatakan kebanyakan makanan
yang kita konsumsi setiap hari telah mengandung vitamin hanya saja mungkin
kita tidak menyadari besar kecilnya kandungan vitamin yang kita konsumsi setiap
harI. Vitamin merupakan satu dan berbagai jenis senyawa yang dapat
menghambat reaksi perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait dengan
aktivitas antioksidannya. Asupan vitamin antioksidan yang cukup akan membantu
tubub mengurangi efek penuaan oleh radikal bebas, terutama oleh oksigen bebas
yang reaktif Selain ini, vitamin juga berkontribusi dalarn menyokong sistem imun
yang baik sehingga risiko terkena berbagai penyakit degeneratif dan
penyakit iannya dapat ditekan. terutama pada manula. Jadi, secara tidak langsung,
asupan vitamin yang cukup dan seimbang dapat menciptakan kondisi tubuh yang
sehat dan berumur panjang (Yazid, 2006)

2.1 Vitamin C
Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C
yang disebut juga sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air.
Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin
C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama apabila
terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil
dalam larutan asam (Sunita, 2004). Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam
darah (khususnya leukosit), korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan
diserap di saluran cerna melalui transpor aktif (Sherwood, 2001).
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin
dan mudah rusak selain proses penyimpanan. Laju kerusakan meningkat karena
kerja logam, terutama tembaga dan besi serta dipengaruhi pula oleh kerja enzim.
Pendedahan oksigen dan pendedahan terhadap cahaya sernuanya merusak
kandungan vitamin C pada makanan. Enzim yang mengandung tembaga atau besi
dalam gugus prostetiknya menipakan katalis yang efisien untuk penguraian asam
askorbat. Enzim paling penting dalam golongan ini adalah asam askorbat
oksidase. fenolase, sitokrom oksidase dan peroksidase. Hanya asam askorbat
oksidase yang terlihat reaksi langsung antara enzim, substrat dan oksigen molekul.
Enzim lain mengoksidase vitamin secara tidak langsung. Kuinon bereaksi
langsung dengan asam askonbat. sitokrom oksidase rnengoksidasi sitokrom
menjadi bentuk tenoksidasinya dan senyawa ini bereaksi dengan asam L-askorbat.
Peroksidase bergabung dengan senyawa fenol menggunakan hydrogen peroksida
untuk melakukan oksidasi, enzim ni tidak bekerja dalam buah karena adanya
pernisahan enzim dan substrat secara fisik (Proverawati et aI. 2011).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penggolongan Vitamin


Berdasarkan kelarutannya vitamin digolongkan menjadi 2 macam yaitu
vitamin larut dalam air dan vitamin larut dalam lemak. Vitamin yang termasuk
larut dalam air adalah asam askorbat (C) dan B-Kompleks (B1 sampai B12), yang
selain mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen juga mengandung usur
nitrogen, sulfur/kobalt. Vitamin ysng larut dalam air memiliki sifat umum antara
lain tidak hanya tersusun dari unsur-unsur karbon, hydrogen dan oksigen, tidak
memiliki provitamin, terdapat di semua jaringan, sebagai prekusor enzim-enzim,
diserap dengan proses difusi biasa, tidak disimpan secara khusus dalam tubuh,
diekskresi melalui urin. Sedangkan vitamin yang termasuk larut dalam lemak
adalah A,D,E dan K memiliki sifat umum yaitu tidak terdapat disemua jaringan,
terdiri dari unsur-unsur karbon, hydrogen dan oksigen, memiliki bentuk prekusor
atau provitamin, menyusun struktur jaringan tubuh, diserap diserap bersama
lemak, disimpan bersama lemak dalam tubuh, diekskresi melalui feses.

3.2 Segala Sesuatu Tentang Vitamin C


Susunan kimia Vitamin C
Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan
sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida.Vitamin C dapat
disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian
besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam
askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi).
Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat terjadi
apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali (Akhilender, 2003).

Fungsi Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin C
adalah sebagai sintesis kolagen. Karena vitamin C mempunyai kaitan yang sangat
penting dalam pembentukan kolagen. Karena vitamin C diperlukan untuk
hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan penting
dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang
mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang
rawan, matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon. Dengan demikian
maka fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam penyembuhan
luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi. Asam askorbat
penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase, yang menunjang tahap
hidroksilasi dalam pembentukan hidroksipolin, suatu unsure integral kolagen. Tanpa
asam askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh
menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan
dan kekurangan serabut di jaringan subkutan, kartilago, tulang, dan gigi (Guyton,
2007).

Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C


mereduksi besi menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah
untuk diabsorbsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit
dibebaskan oleh besi apabila diperlukan. Absorbsi besi dalam bentuk nonhem
meningkat empat kali lipat apabila terdapat vitamin C. Fungsi yang ketiga adalah
mencegah infeksi, Vitamin C berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Pauling (1970) pernah mendapat hadiah nobel dengan bukunya
Vitamin C and the common cold, di mana pauling mengemukakan bahwa dosis
tinggi vitamin C dapat mencegah dan menyembuhkan serangan flu (Pauling,
1971).

Penelitian menunjukkan bahwa vitamin C memegang peranan penting dalam


mencegah terjadinya aterosklerosis. Vitamin C mempunyai hubungan dengan
metabolisme kolesterol. Kekurangan vitamin C menyebabkan peningkatan sintesis
kolesterol. Peran Vitamin C dalam metabolism kolesterol adalah melalui cara: 1)
vitamin C meningkatkan laju kolesterol dibuang dalam bentuk asam empedu, 2)
vitamin C meningkatkan kadar HDL, tingginya kadar HDL akan menurunkan resiko
menderita penyakit aterosklerosis, 3) vitamin C dapat berfungsi sebagai pencahar
sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran dan hal ini akan menurunkan
pengabsorbsian kembali asam empedu dan konversinya menjadi kolesterol
(Khomsan, 2010).
Bahan Makanan Sumber Vitamin C
Vitamin C pada umumnya hanya terdapat pada bahan makanan
nabati,yaitu sayur dan buah terutama yang mengandung asam (Sunita, 2004).
Bahan Makanan Sumber Vitamin C (mg Vit.C/100 g bahan)
(Sumber: Daftar Analisa Bahan Makanan, Dep.Kes.RI, 1964)
SAYUR BUAH

Asparagus 33 Jambu batu 302

Kacang-kacangan segar 19 Jeruk lemon 50

Brussels sprout 94 Jeruk nipis 27

Sawi 50 Jeruk orange 49

Kol kembang 69 Mangga 41

Salada air 77 Nanas 24

Cabe hijau 120 Peaches 26

Metabolisme Vitamin C
Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada
bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata
arbsorbsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20-120 mg/hari. Konsumsi tinggi
sampai 12 gram hanya diarbsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke
semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitary,
dan retina. Vitamin C di ekskresikan terutama melalui urin,sebagian kecil di dalam
tinja dan sebagian kecil di ekskresikan melaului kulit (Yuniastuti, 2008).

Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi


mencapai 100 mg/hari. Status vitamin C di dalam tubuh ditetapkan melalui tanda-
tanda klinik dan pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda- tanda klinik
antara lain, perdarahan gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda-tanda dini
kekurangan vitamin C dapat diketahui apabila kadar vitamin C darah di bawah 0,20
mg/dl (Sunita, 2004).

Vitamin C sebagai Antioksidan

Vitamin C merupakan suatu donor elektron dan agen pereduksi. Disebut anti
oksidan, karena dengan mendonorkan elektronnya, vitamin ini mencegah senyawa-
senyawa lain agar tidak teroksidasi. Walaupun demikian, vitamin C sendiri akan
teroksidasi dalam proses antioksidan tersebut, sehingga menghasilkan asam
dehidroaskorbat (Padayatty, 2003).

Menurut Padayatty (2003), setelah terbentuk, radikal askorbil (suatu senyawa


dengan elektron tidak berpasangan, serta asam dehidroaskorbat dapat tereduksi
kembali menjadi asam askorbat dengan bantuan enzim 4-hidroksifenilpiruvat
dioksigenase. Tetapi, di dalam tubuh manusia, reduksinya hanya terjadi secara
parsial, sehingga asam askorbat yang terlah teroksidasi tidak seluruhnya kembali.
Vitamin C dapat dioksidasi oleh senyawa-senyawa lain yang berpotensi pada
penyakit. Jenis-jenis senyawa yang menerima elektron dan direduksi oleh vitamin
C, dapat dibagi dalam beberapa kelas, antara lain:
Senyawa dengan elektron (radikal) yang tidak berpasangan, contohnya
radikal-radikal oksigen (superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil,
radikal sulfur, dan radikal nitrogen-oksigen).
Senyawa-senyawa yang reaktif tetapi tidak radikal, misalnya asam
hipoklorit, nitrosamin, asam nitrat, dan ozon.

Senyawa-senyawa yang dibentuk melalui reaksi senyawa pada kelas


pertama atau kelas kedua dengan vitamin C.

Reaksi transisi yang diperantarai logam (misalnya ferrum atau cuprum)


Vitamin C dapat menjadi antioksidan untuk lipid, protein, dan DNA, dengan cara : (1)
Untuk lipid, misalnya Low-Density Lipoprotein (LDL), akan beraksi dengan oksigen
sehingga menjadi lipid peroksida. Reaksi berikutnya akan menghasilkan lipid
hidroperoksida, yang akan menghasilkan proses radikal bebas. Asam askorbat akan
bereaksi dengan oksigen sehingga tidak terjadi interaksi antara lipid dan oksigen, dan
akan mencegah terjadinya pembentukan lipid hidroperoksida. (2) Untuk protein,
vitamin C mencegah reaksi oksigen dan asam amino pembentuk peptide, atau reaksi
oksigen dan peptida pembentuk protein. (3) Untuk DNA, reaksi DNA dengan oksigen
akan menyebabkan kerusakan pada DNA yang akhirnya menyebabkan mutasi
(Padayatti, 2003). Jika asam dehidroaskorbat tidak tereduksi kembali menjadi asam
askorbat, maka asam dehidroaskorbat akan dihidrolisis menjadi asam 2,3-
diketoglukonat. Senyawa tersebut terbentuk melalui rupture ireversibel dari cincin
lakton yang merupakan bagian dari asam askorbat, radikal askorbil, dan asam
dehidroaskorbat. Asam 2,3-diketoglukonat akan dimetabolisme menjadi xilosa,
xilonat, liksonat, dan oksalat (Sharma, 2007). Kerusakan karena oksidan akan
menyebabkan penyakit seperti aterosklerosis dan diabetes melitus tipe 2. Dan
kemungkinan juga memiliki peranan dalam terjadinya diabetes komplikata, gagal
ginjal kronik, penyakit-penyakit degenerasi neuron, arthritis rheumatoid, dan
pancreatitis (Padayatty, 2003).

Efek Samping Vitamin C


Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak terlalu menunjukkan efek samping
yang jelas. Tetapi pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan
gejala penyakit dengan cepat. Efek samping penggunaan vitamin C sebelum makan
adalah rasa nyeri pada epigastrium (Goodman & Gilman, 2006).
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Vitamin C
Penyakit skorbut menyerang struktur kolagen, dalam bentuk berat sekarang
jarang terjadi,karena sudah diketahui cara mencegah dan mengobatinya. Tanda-
tanda awal antara lain adalah lemah, nafas pendek, kejang otot, tulang dan
persendian sakit serta berkurangnya nafsu makan, kulit menjadi kering, kasar, dan
gatal, warna merah kebiruan di bawah kulit, perdarahan gusi, kedudukan gigi
menjadi longgar, mulut dan mata kering dan rambut rontok. Di samping itu luka
akan menjadi sulit sembuh. Gejala skorbut akan terlihat apabila taraf asam askorbat
dalam serum menurun di bawah 0,20 mg/dl. Kekurangan asam askorbat juga
menyebabkan terhentinya pertumbuhan tulang. Sel dari epifise yang sedang tumbuh
terus berproliferasi, tetapi tidak ada kolagen baru yang terdapat diantara sel, dan
tulang mudah fraktur pada titik pertumbuhan karena kegagalan tulang untuk
berosifikasi. Juga, apabila terjadi fraktur pada tulang yang sudah terosifikasi pada
pasien dengan defisiensi asam askorbat, maka osteoblas tidak dapat membentuk
matriks tulang yang baru, akibatnya tulang yang mengalami fraktur tidak dapat
sembuh. Pada skorbut (defisiensi vitamin C) dapat meyebabkan dinding pembuluh
darah menjadi sangat rapuh karena terjadinya kegagalan sel endotel untuk saling
merekat satu sama lain dengan baik dan kegagalan untuk terbentuknya fibril kolagen
yang biasanya terdapat di dinding pembuluh darah (Guyton, 2007).

Kelebihan vitamin C yang berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala.


Tetapi konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap harinya akan
menimbulkan hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi untuk menderita batu ginjal
(Sunita, 2004).
Hasil dan Pembahasan Praktikum
Table 1 kadar vitamin C

Vol
Vol awal Vol akhir Vol Vol terkoreksi
sampel ulangan terpakai
ml ml terkoreksi ml rata rata ml
ml
Blanko 19 25.3 6.3
Tablet
1 0 5.2 5.2 1.1 2.3
vit c
2 8 13.1 5.1 1.2
Blanko 36 42.1 6.1
Sari
1 26 30.5 4.5 1.6 1.8
buah
2 31 35.1 4.1 2

Perhitungan

a. Kadar vitamin C dalam tablet


Vol terkoreksi tabung 1 = vol blanko vol terpakai
6,3 5,2 = 1,1 ml
Vol terkoreksi tabung 2 = vol blanko vol terpakai
6,3 5,1 = 1,2 ml
Vol terkoreksi rata rata = vol terkoreksi tabung 1+vol terkoreksi tabung2
2
1,1+ 1,2 : 2 = 1,15 ml

Factor pengecer = vol larutan tablet terpakai = 5 = 2X


vol larutan tablet awal 2,5
Kadar tablet vit c = vol terkoreksi rata x 8,8 mg x FP
vol larutan tabket yang terpakai
1,15 x 8,8 x 2 = 4,084 mg/tablet
5
b. Kadar vitamin c dalam sari buah
Vol terkoreksi tabung 1 = vol blanko vol terpakai
6,1 4,5 = 1,6 ml
Vol terkoreksi tabung 2 = vol blanko vol terpakai
6,1 4,1 = 2 ml
Vol terkoreksi rata rata = vol terkoreksi 1+vol terkoreksi 2
2
1,6+ 2 : 2 = 1,8 ml

Faktor pengecer = vol larutan sari buah terpakai = 100 = 20X


vol larutan sari buah awal 5
Kadar vit c dalam sari buah = vol terkoreksi rata x 8,8 mg x FP
vol larutan sari buah yang terpakai
1,8 x 8,8 x 20 = 63,36 mg
5
Gambar

Gambar 1 penambahan iod

Gambar 2 penambahan kanji


Gambar 3 warna kembali ke semula
Pada praktikum ini, ke dalam asam askorbat ditambahkan H2SO4 yang
berperan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi dengan iod. Kemudian vitamin
C atau asam askorbat akan bereaksi dengan iod tetapi tidak secara sempurna dan
menghasilkan suatu senyawa yang berwarna warna merah betadin. (gambar 1).
Senyawa inilah yang akan dititrasi oleh Na Karbonat. Indikator yang digunakan
pada praktkum kali ini adalah larutan kanji. Setelah penambahan larutan kanji
menghasilkan warna biru tua. (gambar 2), Ini membuktikan pada senyawa
tersebut masih mengandung amilum, kemudian setelah dititrasi lagi warnanya
kembali seperti semula yaitu bening. (gambar 3)
Kadar vitamin C pada tablet dan UC 1000 merupakan selisih antara
volume larutan blanko dan dengan volume terpakai yang kemudian dikalikan 8.8
dibagi vol larutan yang terpakai dkalikan faktor pengecer. Nilai 8.8 menunjukkan
bahwa 1 ml Na Karbonat setara dengan 8.8 mg vitamin C. berdasarkan percobaan
kadar vitamin c dalam tablet adalah 4,084 mg/tablet sedangkan pada UC 1000
63,36 mg/5ml. Berdasarkan literatur, kandungan vitamin C dalam tablet sebanyak
50 mg/tablet sedangkan pada UC 1000 35,71mg/5ml. perbedaan tersebut
menunjukkan adanya kesalahan yang terjadi di waktu prktikum. Kesalahan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya penambahan titran yang berlebih, I2
yang telah teroksidasi dan pengamatan setiap orang yang berbeda saat
menentukan titik akhir titrasi.
KESIMPULAN
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting
dan sangat dibutuhkan oleh tubuh. Berdasarkan kelarutannya vitamin digolongkan
menjadi 2 macam yaitu vitamin larut dalam air dan vitamin larut dalam lemak.
fungsi vitamin C adalah sebagai sintesis kolagen, Fungsi yang kedua adalah
absorbsi dan metabolisme besi,
DAFTAR PUSTAKA

Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Erlangga. Jakarta

Almatsier, Sunita, 2004.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:Gramedia.

Goodman A. and Gilman L. 2006. The Pharmacological Basis of Therapeutics.


New York: The McGraw-Hill Company.

Guyton, A.C., Hall,J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 11. Jakarta:
EGC.

Khomsan, A., 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehata. Jakarta:Raja Grafindo
Persada.

Padayatty, SJ. 2003. Vitamin C as an antioxidant: evaluation of its role in


disease prevention.

Pauling L. 1971. The Significance of the Evidence about Ascorbic Acid and the
Common Cold. Stanford: Stanford University. 2678-2681,dalam:Douglas,
RM. 2001, Vitamin C for Preventing and Treating the Common Cold.

Proverawati, Atikah.2011. Anemia dan Anemia kehamilan. Yogyakarta : Nuha


Medika

Sherwood Lauralee, 2001 ; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human


Physiology: From cells to systems) ; Edisi II. Jakarta:EGC.

Yuniastuti, A., 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yazid, E. dan Nurjanti,L. 2006. Penentuan Praktikum Biokimia. Penerbit Andi.


Yogyakarta.
Makalah

Biokimia Dasar PJP :Ukhradiya M S SSi, MSi

Asisten :Kartika Nurfadhilah

Gempur Irawan

VITAMIN
Shelda Iswara Arfianti J3P115016

PARAMEDIK VETERINER

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Anda mungkin juga menyukai