Makalah Kep Anak Itp
Makalah Kep Anak Itp
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang umum terjadi dengan karakteristik penurunan jumlah platelet dalam darah
Penurunan jumlah platelet terjadi <150x109/L tanpa ada penyebab atau kelainan yang
lain, dimana jumlah platelet normal antara 150-450x109/L. Penyebab pasti dari
kelainan ini belum diketahui namun sebagian besar disebabkan oleh proses imun,
normal yang biasanya terjadi terhadap stimulus yang tidak diketahui. ITP dicirikan
dengan trombositopenia persisten (trombosit < 150 x 109/ L). Kelainan ini dahulu
dianggap merupakan suatu golongan penyakit dan disebut dengan berbagai nama
Disebut idiopatik ialah untuk membedakan dengan kelainan hematologis lain seperti
misalnya anemia, kelainan leukosit. Pada ITP biasanya tidak disertai anemia atau
kelainan lainnya kecuali bila banyak darah yang hilang karena perdarahan.
Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita. Tipe pertama umumnya
Page | 1
Sedangkan ITP untuk orang dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi
dapat pula terjadi pada siapa saja. ITP bukanlah penyakit keturunan. (Family Doctor,
2006).
ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang
dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut
kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak sedangkan kronik ITP sering
ITP terjadi baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Diperkirakan terjadi
bertambahnya usia, antara usia 18 sampai 65 tahun dan pada perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki. ITP pada anak diperkirakan terjadi antara
1,9-6,4/100.000 anak setiap tahunnya. ITP pada anak distribusinya hampir sama
antara laki-laki (52%) dan perempuan (48%). Puncak prevalen terjadi pada
insidens simptomatik berkisar 3 sampai 8 per 100.000 anak per tahun, ITP terjadi
pada anak usia 2-4 tahun dengan insiden 4-8 kasus per 100.000 per tahun di
antaranya 80-90% anak dengan ITP menderita perdarahan akut, 25-30% ditemukan
ITP refrakter pada penderita ITP dengan angka mortalitas 16% (Pratama, 2015;
Sudoyo, dkk, 2009). Di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tahun 2015 tercatat
terdapat 11 anak dari 1869 anak yang mengalami ITP (RSUD Pandan Arang
Boyolali, 2015).
Page | 2
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah
B. Tujuan
(ITP).
Page | 3
BAB II
A. Definisi
penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi. (Kapita Selekta, 2008 : 1035). ITP
jumlah trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai platelet yang cukup.
Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di dalam kulit, membrane mukosa
bagian dari pembekuan darah. ITP adalah jenis trombositopenia berat yang
dapat mengancam kehidupan dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3 yang
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit
Page | 4
trombositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP adalah singkatan
keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang
banyak (berlebihan).
trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. ITP adalah suatu
keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan
berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 8 tahun), lebih sering
terjadi pada wanita. (Kapita Selekta, 2008). ITP adalah salah satu gangguan
perdarahan didapat yang paling umum terjadi. ITP adalah syndrome yang di
sumsum normal.
Page | 5
Klasifikasi ITP adalah sebagai berikut (Wiwik dan Sulistyo, 2008 : 130) :
1. Akut
d. Lama penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, jarang lebih dan remisi
2. Kronik
diagnosis.
meninggal.
Page | 6
2. Pada orang dewasa 64% sembuh, 30% penyakit kronik, 5% meninggal
B. Etiologi
tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi
persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun
tubuh.
asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet
dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih
belum diketahui.
intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas),
Page | 7
kekurangan factor pematangan (malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata
primer (idiopatik) dan sekunder. Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV.
1. Intoksikasi makanan atau obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil
intravaskular, diseminata).
C. Manifestasi Klinis
secara mendadak. Sementara pada stadium kronis gejala akan timbul secara
perlahan. Pendarahan biasanya terjadi bila jumlah trombosit < 50.000/ mm3, dan
Page | 8
perdarahan spontan terjadi jika jumlah trombosit <10.000/mm3. Gejala klinis
pada klien dengan ITP yaitu (Wiwik dan Sulistyo, 2008 : 131) :
petekie, purpura, dan ekimosis yang besar. Titik perdarahan yang dapat
dilihat pada permukaan kulit atau pada potongan permukaan organ disebut
petekie. Bercak perdarahan yang lebih besar disebut ekimosis dan keadaan
purpura.
Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm.
Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang berisi
anak-anak.
5. Menometroraghia
Page | 9
metroragia yaitu terjadinya perdarahan berupa bercak bercak diluar siklus
haid.
6. Hematuri
7. Melena
adanya peningkatan jumlah sel fagosit dan jumlah sel darah. Limpa
dilapisi oleh Ig G.
Page | 10
Gejala berdasarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. ITP akut
menarche.
2. ITP Kronis
D. Patofisiologi
sirkulasi selama 10 hari hingga akhirnya trombosit tersebut tua dan dimakan
oleh makrofag. Sekitar 1/3 dari jumlah trombosit akan tersekuestrasi di limpa.
ITP berawal dari kelainan sel limfosit T regulator dimana toleransi terhadap
autoantibodi igG menempel pada antigen trombosit GpIIb/IIIa dan atau GpIb-IX.
Page | 11
makrofag dan penurunan respon kompensasi megakaryosit (produksinya
E. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. ITP Akut
Page | 12
3) Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan
b. ITP Kronis
maka diperlukan:
3) Splenektomi
Indikasi:
selama 3 bulan.
Page | 13
b) Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian
berat.
Kontra indikasi:
belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar
trombositopenia
prednison
Page | 14
2. Preventif
berkembang
Hal ini penting bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang
F. Komplikasi
1. Reaksi transfusi
Page | 15
telah mendapat sensitisasi terhadapa Ig A sebelumnya melalui tranfusi
2. Relaps
4. Kematian
Page | 16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ITP terjadi baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Diperkirakan terjadi
pada 3.3/ 100.000 dewasa/tahun. Insiden pada dewasa meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, antara usia 18 sampai 65 tahun dan pada perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki (2,6:1). ITP pada anak diperkirakan terjadi
antara 1,9-6,4/100.000 anak setiap tahunnya. ITP pada anak distribusinya hampir
sama antara laki-laki (52%) dan perempuan (48%). Puncak prevalen terjadi pada
pada anakanak dan 5% pada dewasa. Usia tua dan adanya riwayat perdarahan
dapat terjadi pada lebih dari 80% kasus pada anak-anak tetapi hal ini tidak umum
untuk terjadinya perdarahan berat. Remisi spontan dapat terjadi pada lebih dari 80%
kasus pada anak-anak tetapi hal ini tidak umum terjadi pada dewasa. Pengembangan
Page | 17
Secara keseluruhan prognosis dari pasien sangat bervariasi, sangat tergantung
pada individunya dan tidak ada jalan untuk memprediksi perjalanan penyakitnya.
Pada sekitar 30% dewasa cenderung berkembang menjadi ITP kronis, jarang terjadi
kesembuhan spontan dan 5% meninggal akibat perdarahan. Sekitar 80% pasien anak
dapat sembuh spontan dalam waktu enam bulan dengan atau tanpa pengobatan.
15-20% pasien anak-anak dapat berkembang menjadi ITP kronis dan sekitar 2%
dapat meninggal. Pasien dengan jumlah platelet lebih dari 50x109/L biasanya tidak
dialami.
fisik, pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan peripheral blood smear. Secara
individunya dan tidak ada jalan untuk memprediksi perjalanan penyakitnya. Pada
sekitar 30% dewasa cenderung berkembang menjadi ITP kronis, jarang terjadi
kesembuhan spontan dan 5% meninggal akibat perdarahan. Sekitar 80% pasien anak
dapat sembuh spontan dalam waktu enam bulan dengan atau tanpa pengobatan.
15-20% pasien anak-anak dapat berkembang menjadi ITP kronis dan sekitar 2%
dapat meninggal. Pasien dengan jumlah platelet lebih dari 50x109 /L biasanya tidak
alami.
simptomatik berkisar 3 sampai 8 per 100.000 anak per tahun. Di RSUD Pandan
Page | 18
Arang Boyolali pada tahun 2015 tercatat terdapat 11 anak dari 1869 anak yang
mengalami ITP. Tindakan pencegahan cedera pada ITP dilakukan untuk mencegah
terjadinya perdarahan. Masa hidup trombosit normalnya 7 hari, pada ITP menjadi
2-3 hari. Apabila penderita ITP mengalami cedera akan mudah terjadi perdarahan
insidens simptomatik berkisar 3 sampai 8 per 100.000 anak per tahun, ITP terjadi
pada anak usia 2-4 tahun dengan insiden 4-8 kasus per 4 100.000 per tahun
ditemukan ITP refrakter pada penderita ITP dengan angka mortalitas 16% (Pratama,
2015; Sudoyo, dkk, 2009). Di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tahun 2015
tercatatat terdapat 11 anak dari 1869 anak yang mengalami ITP (RSUD Pandan
Pada penderita ITP mengalami jumlah trombosit yang kurang dari normal,
sehingga jika penderita ITP mengalami cedera maka akan mudah mengalami
Page | 19
dan mempengaruhi proses hemostasis normal (Sudoyo, dkk, 2009; Neunert,
2013).
Sebagian besar anak penderita ITP dapat pulih tanpa penanganan medis,
dan perawatan intensif dan baik ini tersedia di rumah. Akan tetapi, beberapa
meningkatkan jumlah sel darah merah penderita dengan cepat. Kedua jenis obat
pasien ITP yang khas dan dalam perawatan IV Ig kegagalan. Tidak ada
Page | 20
atau autoimun merah penghancuran sel darah. Rituximab dan deksametason
dosis tinggi digunakan jika pengobatan lini pertama (kortikosteroid, IV Ig, dan
antiD) gagal atau jika pasien memiliki respon yang tidak memadai untuk
jika pasien memiliki ITP kronis dengan perdarahan yang signifikan (Neunert,
perifer yang dapat mengurangi kadar autoantibodi dalam tubuh dan mengurangi
resiko perdarahan masif (Meadow & Newell, 2006; Pratama, 2015). Buchanan
immunoglobulin intravena tidak dilakukan sampai saat ini. Imbach adalah yang
Page | 21
pada ITP adalah pemberian imunosupresan dan rituximab. Pengobatan lini
kedua digunakan ketika pengobatan lini pertama telah gagal atau pasien menjadi
tidak toleran. Imunosupresan bertindak pada tingkat sel T, obat utama yang
rituximab tetapi meliputi potensi neutropenia dan reaksi infeksi kronis seperti
TBC (Warrier, 2012). Anak yang baru pertama kali mengalami ITP tidak akan
a. ITP Akut
1) Prednison
Page | 22
parenteral Metylprednison Sodium Suxinat dosis 1 g/hari selama 3 hari.
Hasil terapi:
steroid diturunkan.
maksimal.
2) Imunoglobulin Intravena
beberapa hari atau adanya purpura yang progresif. Mekanisme kerja IglV
Page | 23
reseptor, anti-idiotype antibodies pada IgIV yang menghambat ikatan
3) Splenektomi
ITP ditangani dengan pemberian transfusi Packed Red Cell (PRC), jika
Rudolph, 2014).
Terapi prednison dosis tinggi tidak boleh berlanjut terus dalam upaya
Page | 24
baik dengan remisi lengkap atau parsial, dan angka kekambuhan ialah
15-25%.
b) Indikasi:
pengobatan konservatif
c) Kontraindikasi
berat lainnya.
ii. Penderita ITP kronik disertai penyakit jantung atau hal lain
d) Pasca splenektomi
Page | 25
Penilaian terhadap hasil splenektomi menurut perbaikan klinis
inisial 0,8 g/kg BB, 1 kali pemberian. Diulang dengan dosis yang
sama jika jumlah trombosit < 30 x 109/l pada hari ke-3 (72 jam
setelah infus pertama). Pada perdarahan emergensi: 0,8 g/kg BB, 1-2
trombosit. Pada ITP kronis : 0,4 g/kg BB/x, setiap 2-8 minggu.
selama 2-5 hari, intravena dalam 50 cc NaCl 0,9% dan habis dalam
Page | 26
Splenektomi perlu bagi orang dewasa pada umumnya yang relaps
awal masih dalam penelitian dan hanya cocok untuk pasien Rh-positif.
ada tidaknya faktor risiko perdarahan yang menyertai dan ada tidaknya
ada beberapa pilihan terapi lain. Luasnya variasi terapi untuk terapi lini kedua
selama 4 hari, diulang setiap 28 hari untuk 6 siklus. Dari 10 pasien dalam
Page | 27
AT >100.000/mL) bertahan sekurang-kurangnya dalam 6 bulan. Pasien yang
tidak berespon dengan deksametason dosis tinggi segera diganti obat lainnya.
1) Metilprednisolon
lini kedua dan ketiga pada ITP refrakter. Metilprednisolon dosis tinggi
dapat diberikan pada ITP anak dan dewasa yang resisten terhadap terapi
dengan pasien ITP klinis ringan yang telah mendapat terapi prednison
tinggi mempunyai respon lebih cepat (4,7 vs 8,4 hari) dan mempunyai
3) Anti-D Intravena
Page | 28
Anti-D intravena telah menunjukkan dapat meningkatkan AT 79-90%
pada orang dewasa. Dosis anti-D 50-75 mg/kg perhari IV. Mekanisme
kerja anti-D yakni destruksi sel darah merah rhesus D-positif yang secara
4) Alkaloid Vinka
mungkin bernilai ketika terapi lainnya gagal dan ini diperlukan untuk
5) Danazol
karena respon sering lambat. Fungsi hati harus diperiksa setiap bulan.
setiap 4 bulan.
Page | 29
p.o atau 200 mg/iv/bulan selama 3 bulan. Azatioprin 50-100 mg p.o, bila
3 bulan tidak ada respon obat dihentikan, bila ada respons sampai 3 bulan
7) Dapsone
d. Pendekatan Pasien yang Gagal Terapi Standar dan Terapi Lini Kedua
Sekitar 25% ITP refrakter dewasa gagal berespon dengan terapi lini
kualitas hidup normal atau mendekati normal. Bagi mereka yang gagal
dengan terapi lini pertama dan kedua hanya memilih terapi yang terbatas
lainnya.
e. Rekomendasi Terapi ITP yang Gagal Terapi Lini Pertama dan Kedua
splenektomi dan bagi mereka yang tidak dapat atau harus menunda operasi.
Page | 30
tingkat respons keseluruhan 25 - 50%, dan memiliki respon yang tahan lama,
pasien tidak berespon dengan terapi lain dan dibutuhkan untuk meningkatkan
beberapa pasien ITP refrakter tetapi studi lebih besar diperlukan untuk
Kesulitan utama dengan obat lini ketiga ialah tingkat respons yang
sederhana dan, seringnya, mempunyai onset yang lambat sehingga efek dapat
tidak jelas selama beberapa bulan. Selain itu, supresi sumsum tulang dan
untuk ITP yang refrakter untuk terapi lini kedua dan ketiga. Obat ini mungkin
juga dapat sebagai alternatif bagi pasien yang tidak dapat mentolerir terapi
imunosupresif atau pada calon yang tidak dapat menggunakan untuk itu.
Tempat agen ini pada armamentarium dari terapi ITP, bagaimanapun, tetap
ditentukan. Penggunaannya akan dipandu oleh uji klinis lebih lanjut dengan
durasi yang lebih lama dan pemahaman yang lebih baik dari kontribusi relatif
Page | 31
Di rumah sakit, dalam menangani pasien anak dengan penyakit Idiopatik
penyakit ini. Berikut adalah asuhan keperawatan pada anak dengan Idiopatik
Trombositopenia Purpura:
a. Pengkajian Keperawatan
1) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama :
i. Ptekie
ii. Ekimosis
Page | 32
Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5
cm. Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm)
respirasi)
i. Epitaksis
ii. Menoragia
iii. Malaise
Page | 33
Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan satu atau
emas, rifampin).
c) Pola eliminasi.
asupan nutrisi yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB
secara normal. Terjadi melena dan hematuria adalah hal yang sering
dihadapi klien.
Page | 34
d) Pola istirahat-tidur.
untuk sembuh.
panca indra penglihatan dan pendengaran akibat dari efek samping obat
Page | 35
Pada umumnya terjadi penurunan fungsi seksualitas pada penderita
ITP.
3) Data Obyektif
a) Keadaan Umum
untuk diperhatikan.
Page | 36
i. Breathing (B1)
respirasi
purpura.
Page | 37
iii. Brain (B3)
vasomotor.
v. Bowel (B5)
saluran cerna
dalam abdomen
Page | 38
vi. Bone (B6)
sangat rendah.
iii. Foto toraks dan uji fungsi paru, tes kerapuhan kapiler meningkat
megakariosit
b. Diagnosa Keperawatan
Page | 39
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
sekunder
adekuat
7) PK : Anemia
dan pencegahan
c. Intervensi Keperawatan
a) Tujuan
Page | 40
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
TTV stabil
c) Intervensi
dinding dada.
perubahan kesadaran.
sangat berkurang.
Page | 41
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
tubuh.
vii. Kolaborasi :
a) Tujuan
Page | 42
b) Kriteria Hasil: Integritas kulit baik dapat dipertahankan, tidak ada
c) Intervensi
terinfeksi.
muncul
sangat berkurang.
Page | 43
v. Berikan kebersihan lingkungan dan tempat tidur klien yang
tajam.
viii. Programkan jadwal dan bantu untuk latihan rentang gerak aktif
statis.
Page | 44
3) Nyeri berhubungan dengan agen biologis (splenomegali)
c) Intervensi
Page | 45
v. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, hindari gerakan yang
menyentak.
vi. Kolaborasi
meningkatkan mobilitas.
d. Implementasi keperawatan
berkala adanya dispnea, takipnea, adanya bunyi nafas tak normal atau
kesadaran yang dapat terjadi secara tiba-tiba, meninggikan kepala tempat tidur
Page | 46
sesuai toleransi, membantu aktifitas perawatan diri sesuai keperluan.
petekie, ekimosis dan purpura yang muncul pada kulit anak, perawat juga
memberikan kebersihan lingkungan dan tempat tidur anak yang kering dan
mengubah posisi dan membantu anak untuk latihan rentang gerak aktif atau
manajemen nyeri kepada orang tua anak dengan distraksi dan pengalihan
e. Evaluasi Keperawatan
3) Nyeri berkurang
5) Nutrisi terpenuhi
Page | 47
6) Tidak terjadi anemia
9) Ansietas berkurang
2. Masyarakat (Keluarga)
yang aman dengan modifikasi seperti melapisi sisi tempat tidur dan tempat
pada sendi, cedera kepala, bengkak pada leher, nyeri abdomen berat, hematuria,
feses hitam. Menghindari olahraga kontak perlu dilakukan, orang tua harus
meningkatakan resiko cedera kepala seperti ice 14 skate, roller blade dan
mencegah petekia dan ekimosis lebih lanjut. Perubahan gaya hidup yang perlu
tidak mengejan saat defekasi dan menggunakan sikat gigi dengan bulu yang
Page | 48
3. Solusi
Pada penderita ITP mengalami jumlah trombosit yang kurang dari normal,
sehingga jika penderita ITP mengalami cedera maka akan mudah mengalami
2013).
berkurang maka perdarahan akan terjadi lebih lama (Handayani & Haribowo,
yang dapat menyebabkan kematian (Sudoyo, dkk, 2009; Handayani & Haribowo,
2008).
dapat membantu anak dan keluarga dalam mengenali dan melaporkan kondisi
anak. Resiko cedera pada anak dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap orang
tua, dimana orang tua akan menentukan tindakan agar anaknya terhindar dari
Page | 49
cedera seperti melakukan pengawasan yang merupakan faktor yang
mempengaruhi terjadinya cedera pada anak. Apabila anak sedang berada dalam
melakukan suatu tindakan apabila anak mendapat dukungan dari orang tua,
tetapi akan tumbuh rasa bersalah pada diri anak jika dilarang atau dicegah untuk
yang aman dengan modifikasi seperti melapisi sisi tempat tidur dan tempat
pada sendi, cedera kepala, bengkak pada leher, nyeri abdomen berat, hematuria,
feses hitam. Menghindari olahraga kontak perlu dilakukan, orang tua harus
meningkatakan resiko cedera kepala seperti ice 14 skate, roller blade dan
mencegah petekia dan ekimosis lebih lanjut. Perubahan gaya hidup yang perlu
tidak mengejan saat defekasi dan menggunakan sikat gigi dengan bulu yang
Page | 50
lain pemeriksaan sumsum tulang tidak diperlukan untuk pemeriksaan awal
pasien ITP yang khas dan dalam perawatan IV Ig kegagalan. Tidak ada
dosis tinggi digunakan jika pengobatan lini pertama (kortikosteroid, IV Ig, dan
antiD) gagal atau jika pasien memiliki respon yang tidak memadai untuk
jika pasien memiliki ITP kronis dengan perdarahan yang signifikan (Neunert,
2011).
perifer yang dapat mengurangi kadar autoantibodi dalam tubuh dan mengurangi
resiko perdarahan masif (Meadow & Newell, 2006; Pratama, 2015). Buchanan
Page | 51
jarang dilakukan karena masalah sosial dan ekonomi sehingga pemberian
immunoglobulin intravena tidak dilakukan sampai saat ini. Imbach adalah yang
kedua digunakan ketika pengobatan lini pertama telah gagal atau pasien menjadi
tidak toleran. Imunosupresan bertindak pada tingkat sel T, obat utama yang
rituximab tetapi meliputi potensi neutropenia dan reaksi infeksi kronis seperti
TBC (Warrier, 2012). Anak yang baru pertama kali mengalami ITP tidak akan
yang mengancam jiwa dan anak yang mengalami pembatasan besar dalam
akut yang terjadi pada ITP ditangani dengan pemberian transfusi Packed Red
2014).
Page | 52
Solusi yang kami berikan kepada keluarga anak khususnya orang tua yaitu:
a. Berikan pada orang tua dan anak instruksi instruksi pemberian obat seperti :
waktu dan rute pemberian dan pemantauan adanya efek yang tidak
diinginkan
b. Instruksikan pada orang tua dan anak untuk memantau adanya tanda tanda
petekia, ekimosis, darah dalam urine atau feses dan sakit kepala.
toleransi.
Page | 53
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kasus ITP pada anak diperkirakan terjadi antara 1,9-6,4/100.000 anak setiap
tahunnya. ITP pada anak distribusinya hampir sama antara laki-laki (52%) dan
perempuan (48%). Puncak prevalen terjadi pada anak-anak usia 2-4 tahun.
jumlah trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai platelet yang cukup.
Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di dalam kulit, membrane mukosa
kesehatan sudah cukup baik. Sebagian besar anak penderita ITP dapat pulih
di rumah sakit jika penanganan dan perawatan intensif dan baik ini tersedia di
singkat dengan pengobatan oral Prednisone atau pemasangan infus berisikan zat
gamma globulin untuk meningkatkan jumlah sel darah merah penderita dengan
Page | 54
cepat dan dari bidang keperawatan ada asuhan keperawatan khusus yang
agar anak terhindar dari cedera dan komplikasi-komplikasi lain dengan cara
dengan modifikasi seperti melapisi sisi tempat tidur dan tempat bermain.
aspirin, tidak mengejan saat defekasi dan menggunakan sikat gigi dengan bulu
yang lembut agar terhindar dari perdarahan yang berlebihan dan segera ke
komplikasi seperti perdarahan yaitu hindarkan anak dari cedera atau bahaya
B. Saran
pelayanan kesehatan jika terdapat tanda dan gejala dari penyakit tersebut karena
Page | 55
2. Bagi Pemerintah (Pelayanan Kesehatan)
dengan tanda dan gejala, serta tepat dan aman dari segala hal yang
Page | 56
DAFTAR PUSTAKA
Agnis Tri Giarti. 2016. Upaya Pencegahan Cedera Pada Klien Idiopatik
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
pada Anak dengan ITP diakses pada tanggal 7 April 2017 pukul 21.00 WITA
dari
http://jasajurnal.weebly.com/blog/trombositopenia-purpura-idiopatik-uji-autoant
ibodi-platelet-pada-anak-dengan-itp1
Mansjoer A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Page | 57
Meadow R., Newell S. 2003. Lecture notes : pediatrika 7th ed. Terjemahan Kripti
Purwanto, Ibnu. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi IV. Jakarta:
Penerbitan FKUI
Purpura (ITP) diakses pada tanggal 5 April 2017 pukul 20.00 WITA dari
https://dokterindonesiaonline.com/2012/04/28/penanganan-terkini-idiopatik-tro
mbositopenia-purpura-itp/
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 2. Jakarta: EGC.
Page | 58