Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Klasifikasi pada hewan memiliki tingkat sub filum vertebrata dan yang

termasuk dalam subfilum vertebrata adalah ikan yang tergolong ke dalam

kelas pisces . Kelas pisces merupakan hewan berdarah dingin, bernapas

dengan insang, tubuh ditutupi oleh sisik dan bergerak menggunakan sirip.

Hidup di air tawar dan air asin (laut). Berdasarkan tulang penyusun, kelas ini

dibedakan atas ikan bertulang sejati (Osteichtyes) dan ikan yang bertulang

rawan (Chondrichetyes). Kalau dilihat dari jumlah spesiesnya yang dikatakan

hampir diseluruh permukaan bumi ditemukan di air.

Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam

dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi,

ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih

diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas

Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan

(kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya

tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes (Riki, 2010).

Sistematika atau taksonomi ada 3 pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu

identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan


pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis/spesies

yang selanjutnya diberi nama ilmiahnya sehingga diakui oleh para ahli

diseluruh dunia. Klasifikasi adalah suatu kegiatan pembentukan kelompok-

kelompok makhluk hidup dengan cara memberi keseragaman ciri/sifat di

dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan praktikum pisces.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum pisces adalah mampu

mendeskripsikan dan mengklasifikasikanya.

C. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum pisces adalah untuk mengetahui cara

mendeskripsi dan mengklasifikasikannya.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum pisces adalah agar dapat mengetahui cara

mendeskripsikan dan mengklasifikasikannya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan adalah hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup diair.

Suhu tubuhnya berubah-ubah tergantung dengan suhu lingkungannya

(poikiloterm). Bergerak dan mempertahankan keseimbangan tubuhnya dengan

menggunakan sirip dan bernafas dengan insang, namun selain menggunakan

insang ada juga ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan yang fungsinya

sama dengan paru-paru. Ikan apabila ditinjau dari morfologinya dapat dibagi

menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk mulut, linnea lateralis, sirip,

sungut, sisik, dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan bagian tubuh lainnya, ikan dapat

dibagi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (Hayati, 2011).

Berdasarkan habitat hidupnya, ikan dibedakan dua macam yaitu ikan air

tawar dan ikan air asin (laut). Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan

sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan

salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal lingkungan ini berbeda dengan

lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat

salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis

yang bertujuan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari

seluruh spesies ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang

cepat yang menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali.

(Purawningsih, 2010).

Kelas ikan (pisces) terbagi atas 3 sub kelas yaitu agnatha (ikan tak

berahang), Osteichtyes (ikan bertulang sejati), dan chondriochtyes (ikan bertulang

rawan). Agnatha adalah vertebrata pertama yang ditemukan sebagai fosil. Hewan
ini adalah ikan pipih yang relatif kecil yang mungkin hidup dengan menghisap

zat-zat organik dari dasar sungai tempat mereka hidup. Air masuk melalui mulut

dan setelah itu melalui insang dan keluar melalui serangkaian kantung insang

yang bermuara dipermukaan. Ikan ini tidak mempunyai sirip dan berenang dengan

gerakan undulasi satu-satunya. Ikan tak berahang yang sekarang masih hidup

adalah lamprey dan ikan hag (hag fish). Tubuh ikan ini diseliputi oleh sisik dan

satu-satunya sisa harnasnya (pelindung) adalah tulang-tulang kranium /kepala

untuk mengatasi masalah kekeringan atau dihidrasi yang dialami oleh kelas

osteichtyes ini, dilakukan dengan cara mengembangkan kantung faring yang

berfungsi sebagai paru-paru primitive (Kimbal, 1992).

Kelas chondrichtyes meliputi hiu biasa dan pari. Ikan ini juga disebut

dengan ikan yang bertulang rawan karena tidak mempunyai rangka sama sekali

baik di dalam maupun si luar sisiknya. Ikan bertulang rawan ini mudah dibedakan

dengan ikan lainnya karena kotak-ktak taknya pepat, pola percabangan dan

pembuluh darah berhubungan dengan insang dan punya sisik yang seperti duri-

duri kecil. Gigi pada ikan ini berlainan dengan ikan lainnya karena melekat pada

kulit dan hanya terdapat pada pinggir rahang . Ikan ini biasanya punya

serangkaian lubang insang luar dan tidak mempunyai gelembung ruang,

sedangkan kelas osteichtyes disebut juga dengan ikan yang bertulang sejati.

Kebanyakan ikan dari kelas ini mempunyai tengkorak, vertebrata, gelang anggota,

penyokong sirip dan sisik yang kesemuanya dari tulang. Ikan-ikan pada kelas ini

hanya satu-satunya vertebrata yang mempunyai bermacam-macam jenis sirip,

sisik, dan vertebrae (Djuhanda, 1981).


Di antara semua kelas vertebrata, ikan bertulang keras (kelas osteichtyes)

adalah yang paling banyak jumlahnya, baik dalam jumlah inividu maupun dalam

jumlah spesies (sekitar 30.000). Berukuran antara 1 cm dan lebih dari 6 m, ikan

bertulang keras sangat melimpah di laut dan di hampir setiap habitat air tawar.

Hampir semua ikan bertulang keras memiliki endoskeleton dengan matriks

kalsium fosfat yang keras. Kulitnya sering kali tertutupi dengan sisik pipih

bertulang yang berbeda strukturnya dari sisik berbentuk gigi pada ikan hiu.

Kelenjar pada kulit ikan bertulang keras mensekresikan mukus yang memberikan

hewan itu kulit licin yang khas, suatu adaptasi yang mengurangi gesekan selama

berenang (Campbell, 2002).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Pisces dilaksanakan pada Hari Selasa, tanggal 21 Oktober

2014, pukul 14.15-16.00 WITA, dan bertempat di laboratorium Zoologi,

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Pisces dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nama alat dan kegunaan pada praktikum pisces


No. Nama Alat Kegunaan
1. Kantong plasik Sebagai media yang berisi air bagi ikan
mujair (Tilapia mosambica L.)
2. Toples kaca Sebagai media untuk membius ikan
(Tilapia mosambica L.)
3. Baki plastik Sebagai media untuk pemindahan ikan
(Tilapia mosambica L.) ke atas papan
bedah
4. Papan bedah Sebagai media untuk pengamatan ikan
mujair (Tilapia mosambica L.)
5. Mistar Untuk mengukur karakter kuantitatif
ikan (Tilapia mosambica L.)
6. Mikroskop cahaya Untuk mengamati sisik ikan mujair
(Tilapia mosambica L.)
7. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan
8. Alat tulis Untuk manulis hasil pengamatan
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Pisces dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Nama bahan dan kegunaan pada praktikum pisces


No. Nama Bahan Kegunaan
1. Ikan mujair (Tilapia Sebagai objek pengamatan
mosambica L.)

2. Kloroform Untuk membius ikan mujair


(Tilapia mosambica L.)

3. Kapas Media untuk membius ikan mujair


(Tilapia mosambica L.)

4. Air Untuk memncuci ikan mujair


(Tilapia mosambica L.)

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum pisces adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan ikan mujair (Tilapia mosambica L.) yaitu jantan dan betina

2. Mengambil ikan mujair (Tilapia mosambica L.) yang ada dalam kantung

plastik, kemudian memindahkannya ke dalam toples kaca dan membius

ikan mujair (Tilapia mosambica L.) tersebut

3. Meletakkan ikan mujair (Tilapia mosambica L.) ke atas papan bedah

4. Mengamati karakter kuantitatifnya dengan cara mengukur panjang dan

lebar bagian organ tubuhnya

5. Mengamati karakter kualitatifnya

6. Mengamati dan mendeskripsikan ciri-ciri morfologinya dan

mengklasifikasikannya serta menulis hasil pengamatannya.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum pisces adalah didapatkan karakter yang

berbeda-beda dari setiap jenis ikan, baik ikan mujair dan ikan nila.

B. Saran

Saran yang dapat di ajukan pada praktikum pisces adalah agar praktikan

lebih serius dalam melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Barnes, Walker dan Villee, 2000, Zoologi Umum, Edisi keenam jilid 1, Erlangga,
Jakarta.

Campbell, Reece dan Mitchel, 2002, Biologi, Erlangga, Jakarta.

Kimball, J.W, 1998, Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Sheare, J.K., 2008. Sistematik Ikan Mujair. J. Biology, II (5):120

Yatim, Wildan., 1976. Biologi. Tarsito, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan 5
    Laporan 5
    Dokumen14 halaman
    Laporan 5
    Ika Febriani
    Belum ada peringkat
  • Laporan 4
    Laporan 4
    Dokumen12 halaman
    Laporan 4
    Ika Febriani
    Belum ada peringkat
  • Laporan 3
    Laporan 3
    Dokumen10 halaman
    Laporan 3
    Ika Febriani
    100% (1)
  • Laporan 6
    Laporan 6
    Dokumen7 halaman
    Laporan 6
    Ika Febriani
    Belum ada peringkat
  • Laporan 4
    Laporan 4
    Dokumen12 halaman
    Laporan 4
    Ika Febriani
    Belum ada peringkat
  • Laporan 5
    Laporan 5
    Dokumen14 halaman
    Laporan 5
    Ika Febriani
    Belum ada peringkat