Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN SKILL LAB


SGD 2 LBM 2

PEMERIKSAN NERVUS CRANIALIS

Telah Disetujui oleh :

Tutor Tanggal

drg. Aning Susilowati 6 Oktober 2014


I. Dasar Teori

Sistem sensoris memegang peranan penting menghantarkan informasi kepada


sistem saraf sentral mengenai lingkungan disekitarnya. Sensasi dapat dibagi menjadi 4,
yaitu:

1. Superficial (eksteroseptif) : menguerus raba, nyeri dan suhu (sensibilitas protopatik)


2. Somatik dalam: mencakup gerak, sikap/posisi, getar dan tekan (sensibilitas
proprioseptif)
3. Viseral (interoseptif) : mencakup rasa lapar, mual, dan nyeri pada organ visera
4. Khusus : menghirup (N.I), melihat (N.II), mendengar (N.VIII), dan mengecap (N.VII
&N.IX)

Gangguan sensoris bisa mengakibatkan gejala negatif (rasa baal/kebas,anestesi)


dan gejala positif (rasa seperti tertusuk-tusuk, rasa terbakar, seperti kesetrum listrik). lesi
pada saraf perifer atau radiks saraf bisa menghasilkan gejala negatif atau positif.
Syaraf-syaraf melakukan pemeriksaan sensoris :
1. Mata pasien tertutup
2. Daerah yang akan diperiksa tidak tertutup pakaian (pakaian harus dibuka bila
memeriksa
sensoris di badan)
3. Lakukan terlebih dahulu pada daerah yang normal, kemudian lokasi yang dicurigai
terganggu
4. Bandingkan kanan dan kiri atau bandingkan dengan daerah yang simetris
5. Bandingkan distal dan proksimal

Alat-alat yang dibutuhkan adalah kapas untuk memeriksa sensasi raba, peniti atau
jarum pentul untuk memeriksa sensasi nyeri, tabung yang terisi air hangat (400c), tabung
berisi air dingin (100c-200c) untukmemeriksa sensasi suhu, garputala untuk memeriksa
sensibilitas getar.
II. Pemeriksaan

Saraf V (N. Trigeminus)


Pemeriksaan meliputi

1.Sensibilitas
Sensibilitas N V ini dapat dibagi 3 yaitu :
- bagian dahi, cabang keluar dari foramen supraorbitalis
- bagian pipi, keluar dari foramen infraorbitalis
- bagian dagu, keluar dari foramen mentale.
Pemeriksaan dilakukan pada tiap cabang dan dibandingkan kanan dengan kiri

2.Motorik
Penderita disuruh menggigit yang keras dan kedua tangan pemeriksa ditruh kira-kira
didaerah otot maseter. Jika kedua otot masseter berkontraksi maka akan terasa pada
tangan pemeriksa. Kalau ada parese maka dirasakan salah satu otot lebih keras.

3. Reflek
Penderita diminta melirik kearah laterosuperior, kemudian dari arah lain tepi kornea
disentuhkan dengan kapas agak basah.Bila reflek kornea mata positif, maka mata akan
ditutupkan.

Saraf VII (N. Facialis)

A.Dalam keadaan diam, perhatikan :


- asimetri muka (lipatan nasolabial)
- gerakan
- gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhesus sardonicus, tremor, dsb)

B. Atas perintah pemeriksa


1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri.
2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian pemeriksa mencoba membuka
kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri).
3. Memperlihatkan gigi (asimetri).
4.Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir).
5.Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing).
6.Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi otot
platisma kanan dan kiri). Pada kelemahan ringan, kadang-kadang tes ini dapat untuk
mendeteksi kelemahan saraf fasialis pada stadium dini.

C. Sensorik khusus (pengecapan 2/3 depan lidah)


Melalui chorda tympani. Pemeriksaan ini membutuhkan zat-zat yang mempunyai rasa :
-manis, dipakai gula
-pahit, dipakai kinine
-asin, dipakai garam
-asam, dipakai cukaPaling sedikit menggunakan 3 macam. Penderita tidak boleh menutup
mulut dan mengatakan perasaannya dengan menggunakan kode
- Kode yang telah disetujui bersama antara pemeriksa dan penderita. Penderita
diminta membuka mulut dan lidah dikeluar
kan. Zat-zat diletakkan di 2/3 bagian depan lidah. Kanan dan kiri diperiksa sendiri-sendiri,
mula-mula diperiksa yang normal.

Saraf IX-X (N. Glossopharyngeus-N. Vagus)


Pemeriksaan saraf IX dan X terbatas pada sensasi bagian belakang rongga mulut atau
1/3 belakang lidah dan faring, otot
- otot faring dan pita suara
- serta reflek muntah/menelan/batuk.
a.Gerakan Palatum
Penderita diminta mengucapkan huruf a atau ah dengan panjang, sementara itu pemeriksa
melihat gerakan uvula dan arcus pharyngeus. Uvula akan berdeviasi kearah yang normal
(berlawanan dengan gerakan menjulurkan lidah pada waktu pemeriksaan N XII)
b. Reflek Muntah dan pemeriksaan sensorik. Pemeriksa meraba dinding belakang pharynx
dan bandingkan refleks muntah kanan dengan kiri. Refleks ini mungkin menhilang ada
pasien lanjut usia
c. Kecepatan menelan dan kekuatan batuk
III.Hasil Praktikum

Dari pemeriksaan nervus cranialis pada probandus Shinta Putri Nurfauzia


didapatkan hasil normal dari pemeriksaan nervus trigemnus probandus dapat membuka
mulut, mengigit, menguyah, mengerutkan dahi, menutup mata, diberi rangsangan raba,
termal, nyeri.
Pada pemeriksaan nervus facialis normal meliputi tersenyum, bersiul, meringis,
diberi tes daya kecap lidah pada 2/3 anterior.
Pada pemeriksaa nervus glossofaringeus didapatkan hasil normal, meliputi refleks
muntah, daya kecap lidah 1/3 posterior.
Pada pemeriksaan nervus vagus didapatkan hassil normal meliputi pemeriksaan
denyut nadi dan menelan

IV.Kesimpulan

Melakukan anamnesis sistem terhadap pasien dengan keluhan sistem saraf


pusat&tepi, fungsi saraf pusat (N.V, N.VII, N.IX. N.X), mengetahui dan dapat melakukan
pemeriksaan untuk menilaifungsi koordinasi.Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan
untuk menilai fungsi Motorik, fungsi Sensibilitas, refleks fisiologis pada ekstremitas dan
refleks patologis.

Dari hasil praktikum pemeriksaan nervus cranialis, yaitu nervus trigeminus, nervus
facialis, nervus glossofaringeus, dan nervus vagus tidak ada kelainan sehingga didapatkan
hasil normal pada probandus.

V. Daftar Puataka

1.Juwono T, Pemeriksaan klinik neurologik dalam praktek, Jakarta, EGC, 1996


2.http://endeavor.med.nyu.edu/neurosurgery/cranials.html
3.Wirawan, Pemeriksaan Neurologi, Semarang, Senat Mahasiswa Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai