Anda di halaman 1dari 4

B.

Cedera Jaringan Lunak


Jaringan lunak terdiri dari:
- Kulit,
- Jaringan ikat (tendon, ligamen),
- Jaringan non konektif (pembuluh darah, saraf, dan otot).

Cedera yang sering terjadi pada kulit, diantaranya: ekskoriasi (lecet),


laserasi (robek), punctrum (tusukan). Ekskoriasi terjadi akibat adanya
gesekan dengan benda rata, misalnya tanah, aspal atau lapangan. Luka
laserasi adalah luka sobek yang disebabkan oleh benda tajam. Luka puctrum
disebabkan oleh tusukan.
Cedera pada otot/tendon dan ligamen merupakan jenis cedera olahraga
yang paling sering didengar dan paling sering menimbulkan konsekuensi
dalam sebuah pertandingan. Dua jenis cedera yang paling umum adalah
strain dan sprain.

Strain adalah cedera yang terjadi pada otot dan tendon (penghubung
antara tulang dan otot). Biasanya disebabkan oleh adanya peregangan yang
berlebihan. Gejala: Nyeri yang terlokalisasi, kekakuan, bengkak, perdarahan
bawah kulit di sekitar daerah yang cedera.

Sprain adalah cedera yang disebabkan adanya peregangan yang berlebihan


sehingga terjadi cedera pada ligamen (penghubung antar tulang). Gejala :
nyeri, bengkak, perdarahan pada ligamen, tidak dapat menggerakkan sendi,
kesulitan untuk menggunakan area yang cedera. Sprain dapat dibagi
menjadi 3 derajat :

Derajat I : ligamen teregang berlebihan, cedera terjadi secara


mikroskopik,tapi tidak terjadi suatu robekan.

Derajat II : terjadi robekan parsial dari ligamen.

Derajat III : terjadi robekan total dari ligamen. Ini merupakan derajat
terparah dari suatu sprain.

B. Cedera Jaringan Padat


Cedera ini terjadi pada tulang atau sendi. Dapat ditemukan bersama dengan
cedera jaringan lunak. Yang termasuk cedera ini:

Fraktur (Patah Tulang)


Yaitu terganggunya struktur jaringan tulang yang disebabkan karena
tulang mengalami suatu trauma atau gaya yang melebihi batas
kemampuan yang mampu diterimanya. Bentuk dari patah tulang dapat
berupa hanya retakan hingga hancur berkeping-keping.

Dislokasi
Sendi adalah hubungan di antara dua buah ujung tulang yang
berfungsi seperti sebuah engsel, sehingga tulang yang satu dapat
bergerak terhadap tulang yang lainnya. Dislokasi adalah sebuah
keadaan dimana posisi tulang pada sendi tidak pada tempat yang
semestinya. Biasanya dislokasi akan disertai oleh cedera ligamen
(sprain).

Penangan Cedera Olahraga

Penanganan cedera sebaiknya diperiksakan secara medis supaya dilakukan


diagnosa apalagi cedera pada jaringan padat. Akan tetapi untuk pertolongan
pertama pada cedera olahraga dapat dilakukan sendiri. Metode yang sering
dilakukan adalah P.R.I.C.E (Protection, Resting, Ice, Compression,
Elevation). Metode ini digunakankan sebagai penanganan terhadap cedera
jaringan lunak (Soft Tissue Injuries)

P => Protection (Perlindungan)


Yaitu melindungi orang yang cedera dan bagian tubuh yang cedera.
Perlindungan pertama sekali adalah dari orang yang melakukan olahraga
tersebut, jika ia merasa ada yang salah (cedera) dengan anggota tubuhnya
sebaiknya menghentikan aktivitas sementara. Kemudian apabila ini terjadi
dalam suatu pertandingan official atau pelatih sebaiknya melindungi pemain
tersebut denngan menariknya keluar (mengisitirahatkan) supaya tidak
terjadi cedera yang lebih fatal.
R => Resting (Istirahat)
Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sedangkan bagian tubuh yang
tidak cedera boleh tetap melakukan aktivitas. Tujuan mengistirahatkan
bagian tubuh yang cedera adalah:
1. Mencegah cedera lebih lanjut
2. Membuat proses penyembuhan luka lebih cepat
Segera setelah cedera sebaiknya jangan gunakan bagian cedera sama sekali
atau istirahatkan total sekitar 15 menit. Kemudian, istirahatkan sampai nyeri
pada cedera hilang, atau hingga 48 jam.

I => ICE (Memberi es)


Secara umum manfaat penggunaan es pada cedera jaringan lunak adalah:
Membatasi pembengkakan
Mengurangi nyeri
Mengurangi spasme otot
Mencegah kematian sel dengan menurunkan metabolisme tubuh.
Pemberian es dilakukan dengan memasukkan pecahan es ke dalam kantung
plastik seluas area cedera atau lebih. Setelah itu bungkus plastik dengan
handuk yang sudah dibasahi, kemudian ditempelkan pada area cedera.
Kemudian tutup dengan elastic verban melebihi permukaan dari kantung es
tadi. Pemberian es sebaiknya dilakukan dalam waktu 10 menit atau
sesegera mungkin setelah cedera selama 15 20 menit, kemudian diulang
setiap 2-4 jam. Pemberian es secara berkala ini dilakukan selama 24 jam
pertama setelah cedera.

C => Compression (Memberi tekanan)


Kompresi adalah aplikasi gaya tekan terhadap lokasi cedera. Kompresi
digunakan untuk membantu aplikasi es dan membatasi pembengkakan yang
merupakan faktor utama untuk mempercepat masa rehabilitasi. Oleh karena
itu kompresi sering dikatakan sebagai bagian yang paling penting dari
PRICE. Aplikasi kompresi dilakukan dengan melilitkan elastic verban pada
bagian cedera, yaitu dengan meregangkan verban hingga 75% panjangnya.

Kompresi (membalut verban pd daerah yg cedera)


Perlu diperhatikan saat melakukan pembebatan jangan terlalu ketat karena
dapat menyebabkan gangguan sirkulasi dengan gejala-gejala seperti rasa
baal, kesemutan, dan meningkatnya nyeri.
Lilitan ini harus meliputi seluruh area cedera dan diaplikasikan secara terus-
menerus selama 24 jam pertama sesudah kejadian cedera. Dalam kasus
dimana terjadi perdarahan, kompresi juga dapat membantu menghentikan
perdarahan.

E => Elevation (Meninggikan)


Elevasi adalah meninggikan bagian yang mengalami cedera melebihi
ketinggian jantung sehingga dapat membantu mendorong cairan keluar dari
daerah pembengkakan. Elevasi juga akan membantu pembuluh darah vena
untuk mengembalikan darah dari area cedera ke jantung sehingga
mencegah terjadinya akumulasi atau pooling darah di area cedera.Bagian
yang mengalami cedera diangkat sehingga berada 15-25 cm di atas
ketinggian jantung. Elevasi sebaiknya dilakukan hingga pembengkakan
menghilang.

Langkah-langkah ini dapat anda lakukan untuk jangka waktu 24-48 jam
terutama untuk cedera jaringan lunak. Apabila cedera berlanjut atau makin
parah segera hubungi dokter.

Anda mungkin juga menyukai