under nutrition dan menggabungkan indeks gabungan dari kegagalan antrpometri penting
untuk mengestimasikan prevalensi sebenarnya dari under nutrition. Penelitian terkini pada
rancana pengaturan status nutrisi pada anak yang belum sekolah dari beberapa wilayah di
India menemukan persentasi terendah dari anak dengan status gizi under weight menurut skor
Z ditemukan diwilayah Goa, Kerala, dan Punjab, tiga wilayah yang paling berkembang di
India. Bersamaan dengan ketiga wilayah ini persentasi dari anak dengan status gizi under
weight juga rendah di wilayah timur laut dimana wanita memiliki edukasi yang baik.
dan ketidak adilan gender yang rendah adalah faktor kunci untuk meningkatkan status
mengumpulkan data dari keluarga dengan resiko behavioral untuk memahami kenapa
beberapa keluarga lebih cenderung memiliki anak dengan berat rendah untuk umur dengan Z
score. Perbedaan yang signifikan kovariat diantara wilayah menunjukan bahwa dibutuhkan
untuk program nutrisi India untuk mengadopsi pendekatan spesifik wilayah untuk menangani
malnutrisi. Dapat disimpulkan dari penelitian lain bahwa pemahaman peran kausal dari
hambatan tumbuh kembang dan pencegahannya serta memperbaiki berat badan bayi lahir
adalah kunci memperbaiki efikasi program kesehatan untuk mencegah malnutrisi balita di
India.
Jangka pendek
Penting untuk mengetahui secara akurat magnitude dari masalah malnutrisi pada balita. Berat
badan, tinggi badan dan IMT dengan umur adalah parameter antropometri yang biasa
digunakan untuk menaksirkan status gizi pada anak. Prevalensi kurang gizi ditaksirkan
dengan berat pada umur, tinggi pada umur IMT pada umur dan wasting (berat pada tinggi
tanpa hubungan dengan umur) untuk balita. Berat pada umur adalah yang paling sering
digunakan sebagai status gizi karna lebih mudah untuk diukur. Anak dapat kurang berat
karena mereka stunted, wasted atau stunted dan wasted. Kurang berat tidak dapat dibedakan
antara terjadi defisit pada masa lalu, sekarang atau masa lalu dan sekarang. Stunting adalah
indeks defisit energi kumulatif namun tidak merefleksikan defisit energi sekarang. IMT
adalah indeks defisit energi sekarang karna dihitung dari berat sekarang dan tinggi sekarang
pada anak. Rendahnya IMT dapat menjadi indikator defisit energi sekarang, deteksi dini
pada IMT pada umur dan pembenarannya dapat menjadi intervensi yang paling efektif dalam
mencegah stunting. Maka penggunaan IMT dapat menjadi alat untuk menilai status gizi pada
anak di India sangat penting pada semua pengaturan dimana pengukuran panjang/tinggi
memungkinkan. Maka dari itu IMT dapat digunakan untuk menilai status obesitas/adipositas
progresif pada laju kurang berat dan stunting diantara umur 3 sampai 23 bulan. Maka dari itu
komponen pelayanan harus diperkuat, khususnya pada anak usia dibawah 2 tahun dengan
pertimbangan untuk pemberian air susu ibu (ASI) esklusif, pemberian makanan pendamping,
pengawasan pertumbuhan, pencegahan infeksi, imunisasi, edukasi gizi dan kesehatan ibu
dengan tindak lanjut yang dibutuhkan, dan koreksi perlakuan. Pada level akar rumput,
perencanaan dan integrasi hasil kerja pekerja Anganwadi dibawah intergrated child
development Service (ICDS) , Accredited Social Health Activists (ASHA) dibawah National
Rural Health Mission and active community participation akan menghasilkan pelayanan yang
lebih baik pada group target . lebih dari itu implementasi yang efektif pada pelayanan
membutuhkan sumber daya manusia yang adekuat dan kapasitas periodik bangunan,
yang berat, dan kepada anak dengan nafsu makan buruk atau kompliasi medik akut. Promosi
dari solusi dengan biaya rendah dan dapat digunakan seperti bayi optimal dan pelatihan
makan anak harus difasilitasi untuk mencegah terjadinya akut malnutrisi yang berat.
Pemberian makanan pendamping yang responsif dimana sang ibu memberi makan anaknya
dengan kemauan anak dan kemampuan psikomotor anak, jika rendah dapat berkontribusi
dalam malnutrisi. Penelitian terkini diantara bayi berumur 8-20 bulan menunjukan intervensi
pemberian makan responsif menghasilkan perbaikan yang signifikan pada kemampuan anak
makan sendiri dan kemampuan verbal ibu yang responsif, namun tidak pada penambahan
berat badan . kenaikan berat badan membutuhkan lebih banyak ketersediaan nutrisi,
khusunya diwilayah dengan ketersediaan makanan yang tidak baik. Sejak variasi pada kurang
berat badan memiliki lebih banyak korelasi dengan tingkat mortalitas anakdari pada variasi
dalam berat badan kurang yang berat dan mayoritas kasus kurang gizi terjadi pada kategori
malnutrisi sedang. Distribusi dari rasio double bahkan bagi anak dengan malnutrisi sedang
merupakan langkah yang penting dalam menangani malnutrisi pada anak. Penelitian
menunjukan bahwa kejadian kurang gizi lebih tinggi prevalensinya pada kaum marginal
seperti penghuni kawasan kumuh, populasi tribal, dan pada area padat penduduk; maka dari
itu dibutuhkan penguatan cakupan dan kualitas layanan antar kepada kelompok target
Variasi model intervensi dilakukan di Bellary distrik di Karnataka, proyek nutrisi terintergrasi
Tamil Nadu di Tamil Nadu, skema dular di Bihar, proyek nutrisi kesehatan terintergrasi di
sembilan wilayah telah menunjukan laju sukses yang bervariasi padaa status gizi anak.
penurunan prevalensi kurang gizi dari 66.7% menjadi 59.6%. kesuksesan program tergantung
pada beberapa faktor yang bervariasi termasuk tingkat kebutuhan regional atau daerah,
persepsi komunitas dan sikap, aseptabilitas dari intervensi diukur dari rumah, masalah
keamanan makanan, kepercayaan dan tabuh pada makanan, suka atau tidak suka, pelatihan
memasak, kualitas dan kuantitas makanan yang disediakan. Maka dari ini evaluasi konseling
gizi untuk ibu dan perubahan sikap adalah faktor penting yang butuh dipikirkan untuk
Jangka panjang
Faktor yang berkaitan dengan ketidak seimbangan sosial ekonomis seperti kemiskinan,
kebuta hurufan, kurangnya perhatian terhadap kualitas makanan, keluarga yang besar dan
sanitasi lingkungan yang buruk memiliki hubungan dengan malnutrisi. Malnutrisi ditemukan
2.7 kali lebih tinggi diantara keluarga yang memiliki indekd kekayaan lebih rendah.
Pertumbuhan populasi yanng cepat dan komitmen politik memiliki efek tidak langsung
terhadap malnutrisi, maka dari itu perkembangan sosial ekonomis negara memiliki hubungan