yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen bersenyawa dengan karbon dan
hydrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses
metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dari hasil bungan dalm bentuk karbon
dioksida (CO2) dan Air (H2O) dihilangkan.
1. Saluran napas bagian atas.
a. Hidung
e. Laring (tenggorok).
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang
rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bag ian pangkal
laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis
pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran -getaran suara pada
laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat
keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan
yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal
tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup
pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal
tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru -
paru, misalnya pada waktu kita bicara.
Biasanya,in fluenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan
menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang
telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga
menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan
dalam penyakin ini belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari,
disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus
dapat diinaktivasi dengan sabun.
Virus flu menyerang sel-sel permukaan saluran napas. Jaringan menjadi bengkak dan
meradang. Namun meskipun rusak jaringan ini akan sembuh dalam beberapa minggu.
Influenza adalah suatu penyakit infeksi akut pernapasan terutama ditandai oleh demam,
menggigil sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorokan dan batuk
nonproduktif.
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Definisi
Influenza merupakan anonim dari flue atau common cold . influenza merupakan
infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus yang menjangkiti pasien pada semua
tinggkat usia. Istilah common cold lebih menjelaskan suatu kompleks gejala pada suatu
peyakit tertentu , yang memiliki ciri seperti hidung tersumbat( nasal congestion ) , suara serak
( sore throat) dan batuk. ( buku askep sistem pernafasan, irman sumantri penerbit erlangga
tahun2008)
Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang
unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam,
nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman
secara umum.
Influenza adalah infeksi virus yang menyerang sistem pernapasan, termasuk hidung,
tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-paru.
b. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang
yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan
penghangat udara yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis
terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan
dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk
oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan
melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media,
dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum
nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana
mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung
sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina
cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang
kedalam cavum nasi, sinus ini berfungsi : memperingan tulang tengkorak, memproduksi
mukosa serosa dan memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana
mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum
nasi :
1. Lubang hidung
5. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian belakang, cavum nasi
membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
c. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya
dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-
laringeal)
d. Laring
Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya
dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk
ke dalam trakea dibawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama
oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan
disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu
disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis
tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid,
berbentuk seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang ( ini adalah
tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah
kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid., kanan dan kiri
tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang
rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir
yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel
epitelium berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan tiroid di sebelah
depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid
yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan.
Dengan demikian lebar sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu
bernapas dan berbicara.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glotis.
Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas
laring sewaktu menelan.
e. Trakea
Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring
sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi
selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju
keatas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut
masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi
mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya tidak
bersambung, yyaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari
tulang belakang.
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar tiroid,
yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea torasika berjalan melintasi
mediastenum (lihat gambar 5), di belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus
aorta. Usofagus terletak dibelakang trakea.
2.3 Etiologi
Penyebab dari influenza adalah virus influenza. Ada tiga tipe yakni tipe A, B dan C.
Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test.
Jenis-jenis influenza
a. Virus Tipe A
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar merupakan
inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala, virus dapat ditularkan
pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan
unggas domestik atau menimbulkan suatu pandemi influenza manusia.
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza
dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi lagi menjadi
subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda berdasarkan tanggapan antibodi terhadap
virus ini. Serotipe yang telah dikonfirmasi pada manusia, diurutkan berdasarkan jumlah
kematian pandemi pada manusia, adalah:
1. H1N1, yang menimbulkan Flu Spanyol pada tahun 1918, dan Flu Babi pada tahun 2009
4. H5N1, yang menimbulkan Flu Burung pada tahun 2004H7N7, yang memiliki potensi
zoonotik yang tidak biasa
b. Virus Tipe B
Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B hampir secara
eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan dengan influenza A.
Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing laut dan
musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan
oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B.
Karena tidak terdapat keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B
biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup
untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin. Perubahan antigen yang lambat,
dikombinasikan dengan jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkan perpindahan
antigen antarspesies), membuat pandemi influenza B tidak terjadi.
c. Virus Tipe C
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing,
dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza
C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan
penyakit ringan pada anak-anak.
Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomyxovirus golongan RNA. Struktur
antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama yaitu : Antigen S (soluble
Antigen), hemaglutinin dan Neuramidase. Antigen S merupakan suatu inti partikel virus yang
terdiri atas ribonuldeoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin
dan neuramidase berbentuk seperti duri dan tampak menonjol pada permukaan virus.
Hemaglutinin diperlukan untuk lekatnya virus pada membran sel penjamu sedangkan
neuromidase diperlukan untuk pelepasan virus dari sel yang terinfeksi.
2.4 fatofisiologi
Di suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar mengisi alveoli
dan exudat yang berisi leukosit, erithrosit dan membran hyaline. Hal ini sulit untuk
mengontrol influenza sebab permukaan sel antigen virus memiliki kemampuan untuk
berubah. Imunitas terhadap virus influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A
(lg A) dalam sekresi nasal. Sirkulasi lg G juga secara efektif untuk menetralkan virus.
Stimulus lg G adalah dasar imunisasi dengan vaksin influenza A yang tidak aktif.
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara perlahan mulai
setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9 sampai 15 hari,
pada saat produksi mukus dan celia mulai tamapk. Sebelum regenerasi lengkap epithelium
cenderung terhadap invasi bakterial sekunder yang berakibat pada pneumonia bakterial yang
disebabkan oleh staphiloccocus Aureus.
Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7 hari diikuti
oleh periode penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting karena sifatnya epidemik
dan pandemik dan karena angka kematian tinggi bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang
tua dan orang yang berpenyakit kronik
PATHWAY INFLUENZA
Virus influenza
Inflamasi (peradangan)
Demam
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. B
Umur : 20 thn
Alamat : palopo
Agama : islam
Suku : Bugis
KASUS
Ny. B datang ke Rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, sakit tenggorokan, panas, batuk,
hidung tersumbat , pasien ini sering mengalami sesak nafas pada malam hari dan juga sering
terkena pada musim hujan (cuaca dingin) ,pasien ini dapat di diagnosa terkena penyakit
influenza ( flu).
2.6 Manifestasi klinis
Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah infeksi.
Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun demam juga sering
terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-39 C (kurang lebih 100-
103 F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga mereka tidak dapat bangun dari tempati
tidur selama beberapa hari, dengan rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat
pada daerah punggung dan kaki. Gejala influenza dapat meliputi:
2.7 Penatalaksanaan
Untuk influensa yang belum berkomplikasi, harap beristirahat dengan cukup di rumah
agar tidak menjadi bertambah parah. Mungkin dibutuhkan waktu sekitar 2 hari setelah
demam berlalu. Bisa menggunakan obat flu yang dibeli bebas. Kalau flu sudah terkomplikasi
dengan infeksi bakteri, dokter akan meresepkan antibiotika.
2.8 Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis influenza secara klinis tidak mudah ditegakkan karena gejala klinis
influenza mirip dengan gejala klinis infeksi virus lain pada saluran pernafasan.(Monto
AS,2000)
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mempercepat penyembuhan penyakit.
Baku emas diagnostik influenza adalah kultur virus atau RT-PCR, yang memerlukan waktu
yang lama (kultur virus influenza membutuhkan waktu 3-10 hari, sedangkan RT-PCR 6-8
jam) serta biaya yang cukup mahal.(CDC 2009, Grijalva CG,2007) Alat diagnostik influenza
yang sederhana, cepat dan mudah dikerjakan sangat dibutuhkan. Terapi antivirus yang
spesifik lebih efektif bila diberikan pada awal perjalanan
penyakit influenza. Rapid test merupakan alat diagnostik yang sederhana , cepat dan
mudah dikerjakan, memberikan hasil dalam waktu 15-30 menit Pemeriksaan ini secara luas
digunakan untuk diagnosis influenza di rumah sakit pendidikan, praktek dokter dan
laboratorium.(Kelly H,2004, CDC 2009, Watts C,2003) Ada 3 tipe rapid test untuk influenza:
1. Point-of-care test, 15-30 menit, sensitivitas : 59-93% dan spesifisitas : 76-100%,
3. Nucleic acid test, 2-4 jam, sensitivitas dan spesifisitas hampir 100%.Rapid test yang
2.9 Komplikasi
Secara umum, komplikasi yang sering ditimbulkan dari influenza adalah infeksi saluran nafas
(bronkitis) dapat terjadi karana adanya virus dan paru-paru (pneumonia) oleh bakteri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Observasi :
b. Wajah memerah.
2.Pernafasan
Observasi :
b. Kemudian : batuk keras dan produktif; erythema pada langit-langit yang lunak,langit-
langit yang keras bagian belakang, hulu kerongkongan/tekak bagian belakang, peningkatkan
RR, rhonchi dan crackles.
3.Abdominal
4.Neurologi
e. Suhu tubuh
Observasi : Tiba-tiba serangan demam (380 hingga 390C <>0 hingga 1030F) yang secara
bertahap turun dan naik lagi pada hari ketiga
3.2 Diagnosa
3.3 Intervensi
Tujuan : Jalan udara pasien akan menjadi tetap dengan bunyi napas jelas.
Kriteria hasil :
Jalan napas bersih dan pernapasan berlangsung tanpa hambatan. Tidak ada batuk. Bunyi
napas jelas.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi paru-paru untuk rhonchi dan1. Menentukan kecukupan pertukaran
crackles. gas dan luasan jalan napas terhalangi
oleh sekret.
2. Kaji karakteristik sekret : kuantitas, warna,2. Adanya infeksi yang dicurigai ketika
konsistensi, bau. sekret tebal, kuning atau berbau busuk.
3. Menentukan kebutuhan cairan. Cairan
3. Kaji status hidrasi pasien: turgor kulit, dibutuhkan jika turgor kulit jelek.
mukosa membran, lidah, intake dan output Mukosa membran output, hematocrit
selama 24 jam, hematocrit. tinggi.lidah dan kering, intake.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Kaji penumpukan secret yang ada. 1. Mengetahui tingkat keparahan dan
tindakan selanjutnya.
2. Observasi tanda-tanda vital.
2. Mengetahui perkembangan klien
sebelum dilakukan operasi.
3. Kolaborasi dengan tim medis 3. Kerjasama untuk menghilangkan obat
yang dikonsumsi
Intervensi Rasional
1. Ukur temperatur tubuh. 1. Menunjukkan adanya demam dan
luasannya.
3.4 Implementasi
Implementasi :
3.5 Evaluasi
Dx 1 :
S : Klien mengatakan sudah bisa bernafas dengan baik dan tidak batuk lagi.
O : Klien tampak bernafas dengan normal, bunyi napas klien sudah tampak jelas.
A : Intervensi tercapai.
P : Intervensi dipertahankan.
Dx 2 :
A: Intervensi tercapai .
P:-
Dx 3:
A: intervensi brhasil
P: intervensi di hentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Influenza merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari famili
Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang
paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri
kepala berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman secara umum.
Biasanya, influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan
menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang
telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga
menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan
dalam penyakin ini belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari,
disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus
dapat diinaktivasi dengan sabun.
4.2 Saran
Hindari kontak langsung dengan orang yang terinveksi influenza. Biasakan mencuci
tangan sebelum dan setelah melakukan kegiatan. Jika telah terinfeksi influenza, segeralah
periksa kedokter terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
http://niarahayu9.blogspot.com/2011/12/influenza.html
http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/askep-influenza.html
http://priskamaharani86.wordpress.com/2012/12/
http://priskamaharani86.wordpress.com/author/priskamaharani86/